• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Landasan Teori

2. Beban Kerja

a. Definisi Beban Kerja

Menurut Munandar (2014:20), beban kerja adalah tugas – tugas yang

diberikan pada tenaga kerja atau karyawan untuk diselesaikan pada waktu

tertentu dengan menggunakan keterampilan dan potensi dari tenaga kerja.

Robbins dan Judge (dalam Kadek, 2017:3378) menyatakan bahwa positif

negatifnya beban kerja merupakan masalah persepsi. Persepsi beban kerja

didefinisikan sebagai suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan

menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan

mereka. Persepsi terhadap beban kerja berkaitan dengan faktor atribut peran dan

pekerjaan. Hal ini dikarenakan bagaimana persepsi terhadap beban kerja

merupakan hal yang erat hubungannya dengan suatu pekerjaan, dan dimana

individu memberikan penilaian beban kerja mengenai sejumlah tuntutan tugas

atau kegiatan yang membutuhkan aktivitas mental dan fisik yang harus ia

selesaikan dalam waktu tertentu, apakah memiliki dampak positif atau negatif

terhadap pekerjaannya.

Adapun uraian tentang beban kerja tercantum dalam Peraturan Menteri

Dalam Negeri No. 12/2008 yang menjelaskan bahwa beban kerja yakni besaran

pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan

hasil kali antara volume kerja dan norma waktu. Jika kemampuan pekerja lebih

tinggi daripada tuntutan pekerjaan, akan muncul perasaan bosan. Namun

sebaliknya, jika kemampuan pekerja lebih rendah daripada tuntutan pekerjaan,

karyawan dapat dikategorikan kedalam tiga kondisi, yaitu beban kerja yang

sesuai standar, beban kerja yang terlalu tinggi (over capacity) dan beban kerja

yang terlalu rendah (under capacity).

b. Indikator Beban Kerja

Menurut Hart dan Staveland dalam Tarwaka (2015: 106), menjelaskan

bahwa tiga faktor utama yang menentukan beban kerja adalah tuntutan tugas,

usaha dan performasi.

1) Faktor tuntutan tugas (task demands).

Argumentasi berkaitan dengan faktor ini adalah bahwa beban kerja

dapat ditentukan dari analisis tugas-tugas yang dilakukan oleh pekerja.

Bagaimanapun perbedaan-perbedaan secara individu harus selalu

diperhitungkan.

2) Usaha atau tenaga (effort).

Jumlah yang dikeluarkan pada suatu pekerjaan mungkin merupakan

suatu bentuk intuitif secara alamiah terhadap beban kerja.

Bagaimanapun juga, sejak terjadinya peningkatan tuntutan tugas, secara

individu mungkin tidak dapat meningkatkan tingkat effort.

3) Performansi.

Sebagian besar studi tentang beban kerja mempunyai perhatian dengan

tingkat performansi yang akan dicapai.Pengukuran performansi

sendirian tidaklah akan dapat menyajikan suatu matrik beban kerja yang

lengkap.

Selain itu, Munandar (2014:23) berpendapat bahwa Indikator beban kerja

1) Beban Fisik

Beban kerja fisik yaitu beban kerja yang berdampak pada gangguan

kesehatan seperti pada sistem faal tubuh, jantung, pernapasan serta alat

indera pada tubuh seseorangyang disebabkan oleh kondisi pekerjaan.

Adapun indikator dari beban fisik yakni beban fisik fisiologis dan beban

fisik biomekanika.

2) Beban Mental

Beban mental merupakan beban kerja yang timbul saat karyawan

melakukan aktivitas mental/psikis dilingkungan kerjanya. Adapun

indikator dari beban mental yakni konsentrasi, adanya rasa bingung,

kewasapadaandan ketepatan pelayanan.

3) Beban Waktu

Beban waktu merupakan beban kerja yang timbul saat karyawan

dituntut untuk menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai dnegan waktu yang

telah ditentukan. Adapun indikator beban waktu yakni kecepatan dalam

mengerjakan pekerjaan dan mengerjakan pekerjaan dua/lebih dalam

waktu yang sama

c. Pengukuran Beban Kerja

Nursalam (2014) menyebutkan, ada tiga cara yang dapat digunakan

untuk menghitung bebang kerja secara personel antara lain:

1) Work Sampling

Teknik ini dikembangkan pada dunia industri untuk melihat beban

kerja yang dipangku oleh personel pada suatu unit, bidang maupun jenis

spesifik tentang pekerjaan antara lain:

a) Aktivitas apa yang sedang dilakukan personel pada waktu jam kerja

b) Apakah aktivitas personel berkaitan dengan fungsi dan tugasnya

pada waktu jam kerja

c) Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif atau

tidak produktif

d) Pola beban kerja personel dikaitkan dengan waktu dan jadwal jam

kerja.

Pada teknik work sampling kita akan mendapatkan ribuan

pengamatan kegiatan personel yang kita amati. Karena besarnya jumlah

pengamatan kegiatan penelitian akan didapatkan sebaran normal sampel

pengamatan kegiatan penelitian. Artinya data cukup besar dengan

sebaran sehingga dapat dianalisis dengan baik. Jumlah pengamatan dapat

dihitung.

2) Time and Motion Study

Pada teknik ini kita mengamati dan mengikuti dengan cermat tentang

kegiatan yang dilakukan oleh personel yang sedang kita amati. Melalui

teknik ini akan didapatkan beben kerja personel dan kualitas kerjanya.

Langkah-langkah melakukan teknik ini yaitu:

a) Menentukan personel yang akan diamati untuk menjadi sampel dengan metode purposive sampling.

b) Membuat formulir daftar kegiatan yang akan dilakukan oleh setiap

personel.

personel yang melakukan kegiatan tersebut secara baik dan rutin

selama dilakukan pengamaan.

d) Membuat klasifikasi atas kegiatan yang telah dilakukan tersebut

menjadi kegiatan medis,kegiatan keperawatan dan kegiatan

administrasi. Menghitung waktu objektif yang diperlukan oleh

personel dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang dilakukan.

Penelitian dengan menggunakan teknik ini dapat digunakan untuk

melakukan evaluasi tingkat kualitas suatu pelatihan atau pendidikan yang

bersertifikat atau bisa juga digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan

suatu metode yang ditetapkan secara baku oleh suatu instansi.

3) Daily Log

Daily log atau pecatatan kegiatan sendiri merupakan bentuk

sederhana work sampling yaitu pencatatan dilakukan sendiri oleh

personel yang diamati. Pencatatan meliputi kegiatan yang dilakukan dan

waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan tesebut. Penggunaan

ini tergantung kerjasama dan kejujuran dari personel yang diamati.

Pendekatan ini relatif lebih sederhana dan biaya yang murah. Peneliti

biasa membuat pedoman dan formulir isian yang dapat dipelajari sendiri

oleh informan. Sebelum dilakukan pencatatan kegiatanpeneliti

menjelaskan tujuan dan cara pengisian formulir kepada subjek personal

yang diteliti, tekankan pada personel yang diteliti yang terpenting adalah

jenis kegiatan, waktu dan lama kegiatan, sedangkan informasi personel

tetap menjadi rahasia dan tidakakan dicantumkan pada laporan

merupakan kunci keberhasilan dari pengamatan dengan daily log.

d. Faktor – Faktor Yang Mempengaruh Beban Kerja

Menurut Gibson (dalam Riny & Dody, 2017), faktor – faktor yang

mempengaruhi beban kerja yaitu:

1) Tekanan Waktu

Secara ummum dalam hal tertentu waktu akhir (dead line) justru dapat

meningkatkan motivasi dan menghasilkan prestasi kerja yang tinggi,

namun desakan waktu juga dapat menjadi beban kerja berlebihan

kuantitatif ketika hal ini mengakibatkan munculnya banyak kesalahan

atau kondisi keseharan seseorang berkurang.

2) Jadwal kerja atau jam kerja

Jumlah waktu untuk melakukan kerja berkontribusi terhadap

pengalaman akan tuntutan kerja, yang merupakan salah satu faktor

penyebab stres di lingkungan kerja. Hal ini berhubungan dengan

penyesuaian waktu antara pekerjaan dan keluarga terutama jika

pasangan suami-istri sama-sama bekerja. Jadwal kerja strandart

adalah 8 jam sehari selama seminggu. Untuk jadwal kerja ada tiga

tipe, yaitu: night shift, long shift, flexible work schedule. Dari ketiga

tipe jadwal kerja tersebut, long shift dan night shift dapat berpengaruh

terhadap kesehatan tubuh seseorang.

3) Kemenduaan peran atau konflik peran

Hal ini dapat sebagai hal yang mengancam atau menantang bagi

individu.

Kebisingan dapat mempengaruhi pekerja dalam hal kesehatan dan

performancenya. Pekerja yang kondisi kerjanya sangat bising dapat

mempengaruhi efektifitas kerjanya dalam menyelesaikan tugasnya,

dimana dapat mengganngu konsentrasi dan otomatis mengganggu

pencapaian tugas sehingga dapat dipastikan semakin memperberat

beban kerjanya.

5) Information Overload

Banyaknya informasi yang masuk dan diserap pekerja dalam waktu

yang bersamaan dapat menyebabkan beban kerja semakin berat.

Kemajemukan teknologi dan penggunaan fasilitas kerja yang serba

canggih membutuhkan adaptasi tersendiri dari pekerja. Semakin

komplek informasi yang diterima, dimana masing-masing menuntut

konsekuensi yang berbeda dapat mempengaruhi proses pembelajaran

pekerja dan efek lanjutannya bagikesehatan jika tidak tertangani

dengan baik.

6) Temperature Extremes atau Heat Overload

Sama halnya dengan kebisingan, faktor kondisi kerja yang beresiko

seperti tingginya temperatur dalam ruangan juga berdampak pada

kesehatan. Hal ini utamanya jika kondisi tersebut berlangsung lama

dan tidak ada peralatan pengamannya.

7) Repetitive action

Banyaknya pekerjaan yang membutuhkan aksi tubuh secara berulang,

seperti pekerja yang menggunakan komputer dan menghabiskan

yang harus mengoperasikan mesin dengan prosedur yang sama setiap

waktu atau dimana banyak terjadi pengulangan gerak akan timbul rasa

bosan, rasa monoton yang pada akhirnya dapat menghasilkan

berkurangnya perhatian dan secara potensial membahayakan jika

tenaga gagal untuk bertindak tepat dalan keadaan darurat. Aspek

ergonomi dalam lay out tempat kerja.

8) Tanggung Jawab

Setiap jenis tanggung jawab (responsibility) dapat merupakan beban

kerja bagi sebagian orang. Jenis-jenis tanggung jawab yang berbeda,

berbeda pula fungsinya sebagai penekan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tanggung jawab terhadap orang menimbulkan

tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan. Sebaliknya semakin

banyak tanggung jawab terhadap barang, semakin rendah indikator

tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan

Adapun dalam hal ini, beban kerja memiliki keterkaitan erat dengan stres kerja,

tepat seperti yang penelitian yang dikemukakan oleh Aster (dalam Denizia & Tri,

2018), menunjukan bahwa apabila beban kerja pada karyawan menurun maka stres

kerja karyawan akan semakin menurun pula dan dapat terjadi sebaliknya. Selain itu,

beban kerja juga dapat mempengaruhi kinerja karyawan, pada penelitian yang

dilakukan Alexander Bruggen pada tahun 2015, menyatakan bahwa tingkat beban

Dokumen terkait