• Tidak ada hasil yang ditemukan

BEBAN POKOK PENJUALAN / TABLE OF COST OF REVENUES

Dalam dokumen Laporan Tahunan 2015 annual report (Halaman 77-82)

TINJAUAN SUMBER DAYA MANUSIA

BEBAN POKOK PENJUALAN / TABLE OF COST OF REVENUES

dalam jutaan Rupiah/In IDR Million Beban Pokok Pendapatan

Perusahaan melakukan penyesuaian jumlah persediaan alat-alat berat dengan permintaan alat-alat-alat-alat berat selama tahun 2014 dan 2015. Seiring dengan ekspektasi perlambatan ekonomi khususnya sektor pertambangan, aktivitas pembelian alat-alat berat turun sebesar 3,5% menjadi Rp605,9 miliar pada tahun 2015 dibandingkan sebesar Rp627,6 miliar pada tahun sebelumnya. Sebagai akibatnya beban pokok penjualan mengalami penurunan sebesar 25,4% menjadi sebesar Rp663,1 miliar dari Rp888,7 miliar pada periode yang sama. Beban pokok pendapatan selama tahun 2015 mengalami penuruanan sebesar 20,2% menjadi Rp1.019,1 miliar dibandingkan pada tahun sebelumnya sebesar Rp1.277,1 miliar.Berikut ini adalah tabel pergerakan beban pokok pendapatan selama tahun 2015 dan 2014.

Beban penjualan alat-alat berat dan suku cadang Perusahaan memiliki porsi terbesar atas total beban pokok pendapatan selama tahun 2015. Meski mengalami penurunan seiring dengan turunnya penjualan alat-alat berat, kontribusi beban penjualan mencapai sekitar 7,1% dari total beban pokok pendapatan selama tahun 2015, lebih rendah dari posisi tahun 2014 sebesar 8,6%.

Selain itu, terdapat beban pembiayaan dari Anak Perusahaan (IBFN) yang lebih tinggi sebesar Rp197,1 miliar pada tahun 2015 atau tumbuh 16,6% dari posisi tahun sebelumnya sebesar Rp169,1 miliar seiring dengan bertambahnya hutang untuk mendukung aktivitas sewa pembiayaan. Porsi beban pembiayaan terhadap total pendapatan usaha Perusahaan meningkat menjadi 14,9% pada 2015 dari 10,1% (2014) seiring dengan penurunan total pendapatan Perusahaan.

Beban Operasional

Beban operasional Perusahaan terdiri dari beban penjualan dan beban administrasi umum, Beban penjualan Perusahaan merupakan pengeluaran operasional bagi aktivitas pemasaran dan penjualan yang terkait dengan perolehan pendapatan segmen usaha Perusahaan. Beban administrasi umum merupakan pengeluaran operasional bagi aktivitas rutin operasional Perusahaan.

Selling expenses of heavy equipment and spareparts had the biggest portion of total cost of revenues during 2015. Despite this downtrend on heavy equipment sales, its contribution represented about 7.1% of total cost of revenues during 2015, a lower level compared to last year’s contribution of 8.6%.

In addition, there was a higher cost of financing from the Company’s subsidiary (IBFN) at Rp197.1 billion in 2015 or up by 16.6% from previous year standing at Rp169.1 billion in line with higher level of debts to support leased financing activities. Financing cost portion towards total revenue increased by 14.9% in 2015 (vs. 10.1% in 2014) which was parallel with a decline on the Company’s total revenue.

Operational Expense

The Company’s operational expense comprised of selling expenses and general & administrative expenses. Its selling expense was operational expenses for marketing and selling activities in relation to this business segment revenue generation. General administration expenses are operating expenses for routine operational activities of the Company.

Cost of Goods Sold

The Company adjusted the inventories based on the demand of heavy equipments during 2014 and 2015. In tandem with slow down on economy especially on mining sector, heavy equipment purchasing activity dropped by 3.5% to Rp605.9 billion in 2015 versus Rp627.6 billion in the previous year. Consequently, cost of goods sold decelerated by 25.4% to Rp663.1 billion (vs. Rp888.7 billion) in the same period. Cost of revenues was down by 20.2% to Rp1,019.1 billion compared to Rp1,277.1 billion one year before. The following table shows the movement cost of revenues during 2014 and 2015.

INTRA

C

O PENT

A. TBK

Perusahaan terus melanjutlkan program efisiensi dan efektivitas beban operasional ditengah permintaan alat-alat berat yang menurun. Beban penjualan menurun sebesar 34,4% menjadi Rp72,5 miliar pada 2015 dibandingkan sebesar Rp110,5 miliar pada periode satu tahun sebelumnya. Gaji dan tunjangan karyawan turun signifikan sebesar 30,7% menjadi Rp27,8 miliar dari Rp40,1 miliar pada tahun 2014. Hal ini seiring dengan berkurangnya total karyawan Perusahaan menjadi 1.272 karyawan pada tahun 2015, lebih kecil dibandingkan total karyawan sebesar 1.424 karyawan setahun sebelumnya. Selain itu, meski lebih rendah biaya pengangkutan juga turun sebesar 14,5% menjadi Rp20,9 miliar pada tahun 2015 dari Rp24,4 miliar seiring dengan penurunan penjualan alat-alat berat.

Sementara itu, beban administrasi umum selama tahun 2015 relatif terkendali meski terdapat kenaikan beban gaji dan tunjangan karyawan sebesar 3,8% menjadi Rp117,1 miliar dibandingkan Rp112,8 miliar pada tahun sebelumnya. Perusahaan melakukan efisiensi dan efektivitas terhadap komponen beban lain sehingga beban administrasi umum dapat dikelola dengan baik.

Beban Keuangan dan Selisih Kurs

Beban keuangan Perusahaan mencapai Rp86,4 miliar pada tahun 2015, turun sebesar 7,3% dari posisi tahun 2014 sebesar Rp93,3 miliar. Efisiensi beban keuangan ini terutama ditopang oleh penurunan beban bunga atas liabilitas sewa pembiayaan dan beban administrasi & provisi bank masing-masing sebesar 54,6% dan 47,3% menjadi Rp2,1 miliar dan Rp3,5 miliar pada tahun 2015. Disisi lain, terdapat kerugian selisih kurs mata uang asing yang mencapai Rp103,8 miliar pada tahun 2015 dibandingkan dengan keuntungan selisih kurs sebesar Rp7,6 miliar pada tahun 2014. Kurs Rupiah terhadap USD ditutup melemah pada tahun 2015 menjadi sekitar Rp14.653/USD dibandingkan kurs sebesar Rp12.672/USD pada tahun 2014, menurut data Bank indonesia.

Rugi Sebelum Pajak

Rugi sebelum pajak diperoleh dari pendapatan usaha yang dikurangi dengan beban pokok pendapatan, beban operasional dan beban lainnya. Selama tahun 2015, rugi sebelum pajak Perusahaan adalah sebesar Rp284,2 miliar dari hanya Rp77,6 miliar pada tahun 2014. Peningkatan rugi sebelum pajak ini terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan Perusahaan ditengah perlambatan ekonomi dan kerugian selisih kurs mata uang asing akibat fluktuasi Rupiah pada tahun 2015.

Rugi Setelah Pajak dan Laba Komprehensif

Setelah menghitung dampak pajak penghasilan pada tahun yang bersangkutan, selama tahun 2015 dan 2014, rugi setelah pajak menjadi berturut-turut sebesar Rp315,5 miliar dan Rp76,6 miliar ditengah penurunan pendapatan Perusahaan dan peningkatan kerugian selisih kurs mata uang asing akibat fluktuasi Rupiah.

The Company continues to implement efficiency and affectivity program on its operational expenses amidst weakening heavy equipments demand. Selling expenses decelerated by 34.4% to Rp72.5 billion in 2015 compared to Rp110.5 billion a year earlier. Salaries and employee benefits decreased significantly at 30.7% to Rp27.8 billion (vs. Rp40.1 billion in 2014). It is in tandem with the Company’s employee reduction into 1,272 employees in 2015, smaller than total employees of 1,424 employees a year earlier. In addition, cost of transportation also slipped by 14.5% to Rp20.9 billion in 2015 from Rp24.4 billion in tandem with declining heavy equipment sales.

Meanwhile, general and administrative expenses during 2015 were relatively stable although there was an increase of salaries and employee benefits at 3.8% to Rp117.1 billion (vs. Rp112.8 billion in the previous year). The Company conducts efficiency and affectivity towards other expense components leads to maintainable general and administrative expenses.

Financial Expenses and Losses on Foreign Exchange Rate

The Company’s financial expenses reached Rp86.4 billion in 2015, decelerating by 7.3% from 2014’s position of Rp93.3 billion. Financial expenses efficiency was mainly sustained by lower interest rate of lease liabilities and bank charges & administration at 54.6% and 47.3% to Rp2.1 billion and Rp3.5 billion in 2015.

Elsewhere, there were losses on foreign exchange rate amounting Rp103.8 billion in 2015 (vs. profit on foreign exchange rate of Rp7.6 billion in 2014. The Rupiah was depreciating against the US Dollar around Rp14,653/USD compare to Rp12.672/USD in 2014, according to Bank Indonesia data.

Loss Before Tax

Loss before tax derived from the revenues deducted by cost of revenues, operating expenses and other expenses. During 2015, the Company’s loss before tax stood at Rp284.2 billion versus only Rp77.6 billion in 2014. An increase on loss before tax was primarily due to the Company’s declining revenue amidst slow down on economy and loss on foreign exchange affected by the Rupiah fluctuation in 2015.

Loss After Tax and Comprehensive Income

After calculating the income tax effect in the current year, loss after tax reached about Rp315.5 billion and Rp76.6 billion during 2015 and 2014 amidst the Company’s declining revenue and an increase of loss on foreign exchange rate due to the fluctuation of Rupiah.

LAPORAN T

AHUNAN 20

15

Disisi lain, terdapat keuntungan atas peningkatan revaluasi tanah dan keuntungan aktuaria bersih setelah pajak masing-masing sebesar Rp70,7 miliar dan Rp3,8 miliar pada tahun 2015 yang menyebabkan jumlah rugi komprehensif tahun berjalan sebesar Rp241,0 miliar. Sebaliknya, Perusahaan membukukan jumlah laba komprehensive tahun berjalan pada tahun 2014 sebesar Rp515,8 miliar karena peningkatan revaluasi tanah dan keuntungan aktuaria bersih masing-masing sebesar Rp576,6 miliar dan Rp15,9 miliar.

Aset

Berdasarkan laporan posisi keuangan Perusahaan pada tahun 2015, aset Perusahaan adalah sebesar Rp5.801,9 miliar atau naik tipis 0,5% dari posisi tahun sebelumnya sebesar Rp5.774,7 miliar. Peningkatan total aset ini ditopang oleh peningkatan investasi neto sewa pembiayaan baik di bagian aset lancar maupun tidak lancar. Disisi lain, porto folio aset ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik mengalami penurunan.

Aset Lancar

Aset lancar Perusahaan didominasi oleh piutang usaha, persediaan dan investasi sewa guna usaha. Pada tahun 2015 aset lancar sedikit mengalami penurunan sebesar 6,7% menjadi Rp2.125.7 miliar dari posisi tahun sebelumnya yang mencapai Rp2.279,7 miliar. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan persediaan akhir alat-alat berat dimana manajemen telah mengurangi kegiatan pembelian alat-alat berat guna menyesuaikan dengan penurunan permintaan alat-alat berat selama tahun 2015. Piutang Usaha

Piutang usaha merupakan tagihan yang terjadi atas transaksi perdagangan secara kredit atas persediaan Perusahaan yang dilakukan oleh segmen-segmen usaha Perusahaan selain segmen usaha pembiayaan. Piutang usaha turun sebesar 4,0% menjadi Rp526,8 miliar pada tahun 2015 ditengah penurunan penjualan alat-alat berat. Selain itu, persediaan juga mengalami penurunan menjadi Rp528,2 miliar atau 10,3% lebih rendah dari posisi tahun sebelumnya sebesar Rp588,8 miliar. Sebaliknya, investasi neto sewa pembiayaan masih mampu membukukan pertumbuhan sebesar 24,6% menjadi Rp642,4 miliar. Pada tahun 2015, kontribusi piutang usaha terhadap total aset lancar sebesar 24,8% dan total aset keseluruhan sebesar 9,1%. Manajemen secara beraturan melakukan analisa umur piutang usaha berdasarkan standar historis dan tunggakan pembayaran. Selama tahun 2015, Perusahaan telah melakukan penyisihan penurunan nilai yang disebabkan risiko tidak tertagihnya piutang sebesar Rp48,6 miliar atau lebih tinggi dari posisi tahun sebelumnya sebesar Rp42,0 miliar. Manajemen berkeyakinan bahwa penyisihan yang dibentuk telah cukup memadai untuk memitigasi risiko kredit.

Elsewhere, there was gain on land revaluation and actuarial gain-net of tax stood at Rp70.7 billion and Rp3.8 billion respectively in 2015 causing total comprehensive loss for that year at Rp241.0 billion. In contrast, the Company booked total comprehensive income for the year of 2014 standing at Rp515.8 billion due to gain on land revaluation and actuarial gain-net of tax reached Rp576.6 billion and Rp15.9 billion, respectively.

Assets

Based on the statement of financial position in 2015, the Company’s assets reached Rp5,801.9 billion, a slight increase by 0.5% compared to previous year’s position of Rp5,774.7 billion. These higher total assets were sustained by accelerating net investments in finance lease both on current assets and non current assets. Meanwhile, ijarah assets and ijarah muntahiyah bittamlik assets portfolio were falling.

Current Assets

The Company’s current assets were dominated by account receivables, inventory and finance lease investment. Current assets slipped slightly by 6.7% to Rp2,125.7 billion in 2015 compared to Rp2,279.7 billion in the previous year. The declining assets was primarily caused by lower ending inventories of which the Management has reduced purchasing activities on heavy equipments in order to adjust with a downtrend on demand of heavy equipments during 2015.

Trade Accounts Receivable

Account receivables were the receivables that occurred on trading transaction for the Company’s sales on credit which were carried out by the business segments of the Company besides financing business segment. Account receivables were down by 4.0% to Rp526.8 billion in 2015 amidst sub due on heavy equipment sales. Moreover, the inventories also fell to Rp528.2 billion or down by 10.3% compared to Rp588.8 billion a year earlier. In contrast, net investment in finance lease was able to grow at 24.6% to Rp642.4 billion.

By 2015, account receivables’ contribution to total current assets and total assets stood at 24.8% and 9.1%, respectively. The Management regularly conducted an aging analysis based on historical and delinquency standard. The Company has provided provision for uncollected account to mitigate the credit risk at the amount of Rp48.6 billion or higher than previous year’s position worth Rp42.0 billion. The management believes that the allowance was sufficient to mitigate the credit risk.

INTRA

C

O PENT

A. TBK

Persediaan

Aset persediaan sebagian besar terdiri dari alat-alat berat dan suku cadang yang siap diperdagangkan, yang dimiliki oleh segmen usaha alat-alat berat dan suku cadang. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dan yang telah ditampilkan pada tabel beban pokok penjualan, Perusahaan memfokuskan terhadap efisiensi beban operasional dan melakukan strategi penyesuaian persediaan berdasarkan permintaan alat-alat berat selama tahun 2015 dan 2014. Pembelian alat-alat berat dan suku cadang masing-masing mengalami penurunan sebesar 1,8% dan 14,2% menjadi Rp220,2 miliar dan Rp317,5 miliar seiring dengan penurunan penjualan alat-alat berat ditengah perlambatan perkenomian di Indonesia.

Investasi Sewa Pembiayaan-jangka pendek

Aset investasi sewa pembiayaan merupakan piutang pembiayaan yang dilakukan oleh segmen pembiayaan. Aset investasi sewa pembiayaan ini termasuk bagian dari aset lancar karena merupakan portofolio pembiayaan yang pelunasannya akan jatuh tempo kurang dari satu tahun.

Seiring dengan bertumbuhnya bisnis pengadaan fasilitas pembiayaan bagi nasabah, aset ini mengalami peningkatan dari periode-periode sebelumnya. Pada tahun 2015, investasi sewa guna usaha mencapai Rp642,4 miliar atau tumbuh 24,6% dibandingkan tahun 2014 sebesar Rp515,8 miliar. Peningkatan investasi sewa guna usaha disebabkan oleh peningkatan fasilitas pembiayaan dan penambahan nasabah yang terjadi selama tahun 2015.

Inventories

Inventories assets mostly consist of heavy equipments and spare parts which were ready to be sold belonging to the heavy equipments and spare parts business segment. As previously described and shown in the table of cost of goods sold, the Company focused on operating efficiency and performed inventory adjustment strategy based on heavy equipment during 2015 and 2014. Purchasing of heavy equipments and spare parts fell by 1.8% and 14.2% to Rp220.2 billion and Rp317.5 billion respectively in tandem with the downtrend on heavy equipment sales amidst economic slow down in Indonesia.

Finance Lease Investment-short term

Financing lease investment assets are receivable financing for financing activities conducted by the financing segment. Financing lease investment assets are included as part of current assets because they comprise of financing portfolio with repayment maturities of less than one year.

Along with the growth of financing business segment, these assets have increased significantly from previous periods. Leasing investments increased at 24.6% to Rp642.4 billion (vs. Rp515.8 billion in 2014). Increases on financing lease investments were backed by growth of financing business segment and additional customers in 2015.

LAPORAN T

AHUNAN 20

15

Perubahan

2015 2014 Changes (%)

Aset Lancar Current Assets

Kas dan setara kas 142.668 275.546 (48,2%) equivalents Piutang usaha 526.838 548.900 (4,0%) Trade accounts receivables Piutang usaha-angsuran 55.859 60.942 (8,3%) Trade accounts receivables-installment Investasi neto sewa pembiayaan 642.413 515.787 24,6% Net investments in finance lease

Aset keuangan lain 16.801 - - Other financial asset

Piutang pembiayaan konsumen 537 686 (21,7%) Consumer financing receivables Piutang lain-lain 120.303 119.670 0,5% Other accounts recivable

Persediaan 528.165 588.810 (10,3%) Inventories

Uang muka 36.882 103.250 (64,5%) Advances

Beban dibayar dimuka 4.922 6.412 (23,2%) Prepaid expenses Pajak dibayar dimuka 50.348 58.978 (14,6%) Prepaid taxes Aset lancar lain-lain 204 694 (70,6%) Other current assets

Jumlah Aset Lancar 2.125.940 2.279.675 (6,8%) Total Current Assets

Aset Tidak Lancar Non Current Assets

Rekening yang dibatasi penggunaannya 5.774 10.458 (44,8%) Restricted cash in banks Piutang usaha-angsuran 66.307 382 17257,9% Trade accounts receivables-installment Investasi neto sewa pembiayaan 762.966 516.305 47,8% Net investments in finance lease

Piutang lain-lain 25.631 - - Other accounts receivables

Piutang pembiayaan konsumen - 876 (100,0%) Consumer financing receivables Piutang kepada pihak berelasi 18.225 33 55.127,3% Receivables from related parties Aset tetap 818.586 786.634 4,1% Property, plant and equipment Aset tetap disewakan 218.050 242.687 (10,2%) Property and equipment for lease Aset Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bittamlik 1.145.664 1.578.590 (27,4%) Asets for Ijarah dan Ijarah

Muntahiyah Bittamlik

Aset pajak tangguhan 155.028 166.057 (6,6%) Deferred tax assets Aset tidak lancar lain-lain 459.759 192.983 138,2% Other non-current assets

Jumlah Aset Tidak Lancar 3.675.925 3.495.005 5,18% Total Non Current Assets Jumlah Aset 5.801.865 5.774.680 0,5% Total Assets Aset Tidak Lancar

Aset tidak lancar Perusahaan didominasi oleh investasi sewa pembiayaan, aset ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik serta aset tetap. Aset tidak lancar tumbuh sebesar 5,0% menjadi Rp3.675,9 miliar pada tahun 2015 dengan rasio perbandingan aset tidak lancar terhadap total aset mencapai 63,4%. Peningkatan aset tidak lancar lebih disebabkan oleh pertumbuhan investasi neto sewa pembiayaan sebesar 47,8% menjadi Rp763,0 miliar. Disisi lain, portofolio aset ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik justru mengalami penurunan sebesar 27.4% menjadi Rp1.145,7 miliar ditengah penurunan penjualan alat-alat berat.

Investasi Sewa Pembiayaan-jangka panjang

Aset investasi sewa pembiayaan yang merupakan bagian dari aset tidak lancar adalah portofolio pembiayaan yang jatuh tempo pelunasannya lebih dari satu tahun. Pada tahun 2015, investasi sewa guna usaha tumbuh sebesar 47,8% menjadi Rp763,0 miliar. Jumlah ini memberikan kontribusi terhadap aset tidak lancar sebesar 20,8% dan

Non Current Assets

The Company’s non current assets were dominated by financing lease investments, ijarah assets and ijarah muntahiyah bittamlik assets as well as fixed assets. Non current assets grew 5.0% to Rp3,675.9 billion in 2015 with non current assets to total assets ratio represented at 63.4%. The growing non current assets were mainly due to lease financing investment growth at 47.8% to Rp763.0 billion. Meanwhile, ijarah assets and ijarah muntahiyah bittamlik assets portfolio were falling by 27.4% to the amount of Rp1,145.7 billion amidst declining heavy equipment sales.

Lease Financing Investments-long terms

Financing lease investment assets that one of non current assets components were financing portfolios with more than one year maturity period. Investments in finance lease grew at 47.8% to Rp763.0 billion in 2015. Similarly, their contributions represented 20.8% and 13.1% of non-current assets and total assets, respectively. Growing LAPORAN POSISI KEUANGAN / STATEMENT OF FINANCIAL POSITION

dalam jutaan Rupiah/In IDR Million

INTRA

C

O PENT

A. TBK

terhadap total aset sebesar 13,1%. Peningkatan investasi sewa guna usaha disebabkan oleh penambahan nasabah dan portofolio pembiayaan yang terjadi pada tahun 2015. Aset Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bittamlik

Aset ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik merupakan aset sewa operasional dari segmen usaha pembiayaan dengan konsep berbasis syariah. Ditengah permintaan alat-alat berat yang menurun akibat perlambatan ekonomi, aset ini mengalami penurunan sebesar 27,4% menjadi Rp1.145,7 miliar pada tahun 2015. Aset Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bittamlik memberikan kontribusi terhadap aset tidak lancar dan total aset masing-masing sebesar 31,7% dan 19,8% atau yang terbesar dibandingkan dengan komponen aset lainnya.

Aset Tetap

Aset tetap terdiri dari tanah, bangunan dan peralatan yang diperuntukkan bagi operasional Perusahaan. Selama tahun 2015, aset tetap meningkat 4,1% menjadi Rp818,6 miliar dibandingkan Rp786,6 miliar setahun sebelumnya. Peningkatan ini disebabkan oleh revaluasi tanah yang dilakukan Perusahaan guna pencatatan aset pada nilai wajarnya dan telah mengakibatkan surplus revaluasi tanah sebesar Rp70,7 miliar pada tahun 2015. Kontribusi aset tetap terhadap total aset tidak lancar dan total aset secara keseluruhan masing-masing sebesar 22,7% dan 14,1%.

investments in finance lease were in line with additional customers and lease financing portfolios in 2015.

Assets of Ijarah and Ijarah Muntahiyah Bittamlik

Ijarah and ijarah muntahiyah bittamlik assets are operating lease assets of the financing business segment with sharia-based concept. Amidst declining heavy equipments demand due to slowing economy, these assets fell by 27.4% to Rp1,145.7 billion in 2015. Ijarah and ijarah muntahiyah bittamlik assets’ contribution towards non current assets and total assets were 31.7% and 19.8% respectively, positioned as the biggest contributor against other assets’ components.

Fixed Assets

Fixed assets consist of land, buildings and equipments for Company’s operational activities. During 2015, fixed assets accelerated by 4.1% to Rp818.6 billion compared to Rp786.6 billion a year earlier. The assets increase was due to land revaluation conducted by the Company to change its accounting policy from cost method to revaluation method in order to record assets at fair value, thus resulted a surplus of land revaluation at the amount of Rp70.7 billion in 2015. Cumulatively, fixed assets contribution towards non current assets and total assets stood at 22.7% and 14.1%, respectively.

Perubahan

2015 2014 Changes (%)

Liabilitas Jangka Pendek Current Liabilities

Utang usaha 684.378 1.309.622 (47,7%) Account payable

Utang pajak 21.600 45.578 (52,6%) Taxes payables

Uang muka pelanggan 213.874 275.143 (22,3%) Advanced from customers

Dalam dokumen Laporan Tahunan 2015 annual report (Halaman 77-82)