• Tidak ada hasil yang ditemukan

Beberapa Inisiatif Berkaitan Keuangan Berkelanjutan

S

aat ini terdapat berbagai inisiatif untuk mendorong implementasi keuangan berkelanjutan. Inisiatif tersebut datang bukan hanya di level perusahan, tapi juga pasar sampai pada negara dalam bentuk regulasi. Berikut adalah paparan tentang beberapa inisiatif menuju keuangan berkelanjutan.

Kebijakan di Level Negara

Beberapa negara telah mendorong keuangan berkelanjutan melalui regulasi. Bukan hanya di negara maju seperti negara eropa pada umumnya, beberapa negara berkembang juga cukup aktif menyusun regulasi terkait keuangan berkelanjutan. Tabel 10. berikut ini adalah datar negara dengan inisiasi regulasi terkait keuangan berkelanjutan.

Negara/Region Inisiatif Regulasi Keuangan Berkelanjutan

Uni Eropa Mengharuskan perusahaan besar untuk melaporkan informasi terkait kebijakan lingkungan dan sosialnya.

Bank of England menilai kerentanan perusahaan asuransi terhadap risiko iklim terkait Norway’s sovereign

wealth fund

Memberikan pertimbangan risiko perubahan terkait iklim investasi. Bank Sentral Brazil

dan China Banking Regulatory Commission

Mengharuskan bank-bank komersial untuk membangun sistem manajemen risiko lingkungan dan sosial.

Bank Sentral Bangladesh

Mengharuskan 5% dari pinjaman bank untuk sector energi bersih, pengendalian pencemaran dan peningkatan eisiensi energi.

Afrika Selatan Peraturan mengharuskan perusahaan mengungkapkan kebijakan keuangan dan keberlanjutan mereka

The Securities Commission of Malaysia

Aturan untuk investor institusi membuat persyaratan eksplisit bahwa mereka termasuk tata kelola perusahaan dan pembangunan berkelanjutan ke dalam keputusan investasi.

The Australian Securities Exchange

mengeluarkan persyaratan baru untuk perusahaan pemerintah yang terdatar di bursa, mengharuskan perusahaan yang terdatar tersebut untuk mengungkapkan apakah mereka menghadapi risiko ekonomi yang bersifat substansial, risiko lingkungan dan sosial yang berkelanjutan dan bagaimana mengelola risiko tersebut. Pemerintah Belanda

dan Green Institutions Scheme Belanda

Menerapkan apa yang disebut dengan Green Funds Scheme (GFS) yang terdiri dari berbagai program untuk menjawab isu lingkungan dan energy dalam pembuatan keputusan investasi. Beberapa contoh program tersebut di antaranya adalah: VAMIL (free depreciation of environmentally benign investments), EIA (Energi Investments Allowance) dan MIA (Environmental Investment Allowance).

Pemerintah Nigeria Menerbitkan “Nigerian Sustainable Banking Principles” pada tahun 2012 dimana setiap bank harus menyesuaikan segala aktivitasnya dengan kerangka performa sosial dan lingkungan (E&S performance). Selain panduan yang bersifat umum tersebut, Pemerintah Nigeria juga telah mengeluarkan panduan yang bersifat spesiik untuk tiga sector yaitu energi, pertanian, serta minyak dan gas bumi.

China Banking Regulatory Comission

Pada tahun 2007 Meminta bank untuk melakukan assessment terhadap risiko lingkungan pada aplikasi pinjaman dan mengintegrasikan pertimbangan lingkungan ke dalam pemilihan investasi bank

Pada tahun 2012 Meluncurkan ”The Green Credit Guidelines” yang menjelaskan secara spesiik bagaimana bank seharusnya mengintegrasikan aspek keberlanjutan (sustainability) ke dalam praktek pemberian pinjaman baik pinjaman domestik maupun pemberian pinjaman pada pihak luar.

Pada tahun 2013 mempublikasikan “Green Credit Guidelines Statistical System” yang mengharuskan institusi perbankan di Tiongkok untuk melaporkan tingkat pinjaman yang disalurkan pada 12 sektor termasuk kehutanan berkelanjutan (sustainable forestry ), pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) dan pinjaman kepada pihak luar negeri yang berbasis standar keberlanjutan internasional.

Federasi Bank Brazil Pada tahun 2009, melakukan penandatanganan “Green Protocol” bersama dengan Kementrian Lingkungan Hidup Brazil yang mana melalui protokol tersebut tercipta komitmen yang sifatnya voluntary untuk melakukan:

- Menyediakan lini serta program kredit yang mempromosikan kualitas hidup, penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan perlindungan lingkungan.

- Mempertimbangkan dampak serta biaya lingkungan dalam mengelola aset dan menganalisa risiko berdasarkan “National Policy on the Environment”.

- Mempromosikan konsumsi sumber daya alam dan bahan yang berasal dari sumber daya tersebut secara sadar.

- Menginformasikan, peka dan terus terlibat dalam kebijakan dan praktek berkelanjutan.

- Bank, pemerintah dan LSM bersama-sama mengembangkan seperangkat indikator untuk memantau kepatuhan terhadap protokol dan bank saat ini melakukan pelaporan terhadap hal ini.

- Pada bulan Mei 2014, Bank Sentral Brasil menerbitkan Resolusi No. 4327, yang mengharuskan semua lembaga keuangan berwenang untuk beroperasi untuk menyusun dan melaksanakan Kebijakan Kewajiban Sosial Lingkungan (SELP) pada tahun 2015. Tujuan utama dari SELP adalah untuk mencegah kerugian yang berasal dari kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan lembaga keuangan serta klien mereka. SELP akan mencakup sistem, rutinitas dan prosedur oleh lembaga keuangan untuk mengklasiikasikan, mengevaluasi, memonitor, memitigasi dan mengendalikan risiko sosial-lingkungan dari kegiatan dan operasi mereka. Berdasarkan kebijakan ini, lembaga keuangan juga harus melakukan evaluasi awal dari potensi dampak sosial-lingkungan dari jenis baru dari produk dan layanan, termasuk risiko reputasi.

Tabel 10. Inisiatif Regulasi Keuangan Berkelanjutan di Beberapa Negara

Standar dan Sertiikasi Global

Terdapat beberapa lembaga yang telah mengembangkan pendekatan dalam mengimplementasikan tata kelola ASRI dalam sistem manajemennya, yaitu UNEP FI, Equator Principles dan IFC Performance Standard, yang dalam beberapa hal ketiganya banyak terkait. Selain itu juga terdapat dua jenis sertiikasi, yaitu ISO 14001:2015 Dan ISO 26000 yang terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup dan sosial.

UNEP FI

UNEP FI (United Nations Environment Programme – Finance Initiative) adalah suatu kemitraan global antara UNEP dengan sektor keuangan. Lebih dari 200 institusi yang mencakup bank, asuransi dan fund manager bekerjasama dengan UNEP untuk memahami dampak dari aspek lingkungan dan sosial pada kinerja keuangan mereka. UNEP FI juga menyediakan kursus online yang berjudul ‘The Environmental & Social Risk Analysis

Modul Keuangan Berkelanjutan – Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan

(ESRA) Online Course’[12]. Saat ini ada dua signatory bank di Indonesia yaitu BNI dan BJB. UNEP FI juga mengeluarkan PSI (Principles for Sustainable Insurance) yang merupakan panduan bisnis keberlanjutan untuk usaha asuransi[13].

Equator Principles[14]

Equator Principles adalah sebuah kerangka manajemen resiko yang diadopsi oleh LJK untuk menentukan, menilai dan mengelola resiko lingkungan dan sosial dalam proyek-proyeknya. Equator Principles ditujukan untuk memberikan standar minimal untuk uji tuntas yang dapat mendukung pengambilan keputusan yang bertanggung jawab terkait resiko. Saat ini ada 81 LJK yang mengadopsi Equator Principles di 36 negara, yang merepresentasikan 70 persen pembiayaan keuangan proyek internasional di pasar yang sedang berkembang.

IFC Performance Standard[15]

IFC’s Environmental and Social Performance Standards menjelaskan tanggung jawab dari klien dalam mengelola resiko lingkungan dan sosialnya. Ada 8 standar yang perlu dipenuhi seperti yang dijelaskan pada Gambar 18. Salah satu diantara klien IFC adalah PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) yang berfokus pada pembiayaan infrastruktur. PT IIF dimiliki oleh Pemerintah Indonesia melalui PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI), ADB, IFC, DEG and Sumitomo Mitsui Banking Corporation. IIF telah menyusun 8 prinsip sosial dan lingkungan yang dijelaskan pada Lampiran 1. Selain itu juga IFC membuat datar negatif untuk tipe proyek yang tidak akan didanai IFC[16]. Kriteria datar negatif secara rinci dijelaskan pada Lampiran 2.

Gambar 18. IFC Performance Standard

<?>

http://www.iso.org/iso/catalogue_detail?csnumber=60857

<?>

http://www.iso.org/iso/home/standards/iso26000.htm

ISO 14001:2015 & ISO 26000

ISO 14001:2015 mensyaratkan sistem manajemen lingkungan yang dapat digunakan oleh organisasi untuk meningkatkan kinerja lingkungannya1. Sedangkan ISO 26000 memberikan pedoman bagaimana sektor bisnis dan organisasi bisa beroperasi dengan bertanggung jawab secara sosial2.

Sektor Perbankan

Di berbagai belahan dunia, banyak bank yang telah mengimplementasikan Environmental and Social Governance (ESG) terutama bank bank yang berbasis di negara maju seperti Eropa. Dimana bank-bank tersebut tidak hanya menggunakan standar yang sudah ada, namun juga mengembangkan ESG sesuai dengan karakteristik operasional mereka masing masing. Tabel 11 berikut merangkum pengimplementasian dari ESG di beberapa bank di dunia.

Tabel 11. Implementasi Keuangan Berkelanjutan di Beberapa Bank Internasional

Negara/Region Implementasi Keuangan Berkelanjutan Di Beberapa Bank Internasional

Standard Char-tered

Pada tahun 1997 memperkenalkan secara formal apa yang disebut dengan “Environmental

and Social Risk Policy” yang digunakan untuk mengatur akivitas pemberian pinjaman.

Pada tahun 2009 memperkenalkan 14 position statements terkait industri dengan ingkat

risiko yang inggi untuk mendukunt proses pengelolaan risiko sosial dan lingkungan. Posi-tion statements ini terus diperbaharui seiap tahunnya dan telah menjadi 20 pernyataan

pada tahun 2013.

Sumber:

https://www.sc.com/en/sustainability/performance-and-policies/standards-and-policies.html

Credit Suisse Menyertakan Environmental and Social Governance (ESG) di dalam kode eik Credit Suisse

yang di dalamnya mencakup hal- hal berikut:

- Di Credit Suisse, kami percaya bahwa pendekatan bisnis yang bertanggung jawab adalah faktor penentu keberhasilan jangka panjang dari bank kami. Visi kami adalah untuk menjadi Bank yang paling dikagumi dunia. Untuk mewujudkan visi ini, kami menjunjung tinggi nilai-nilai etika yang tinggi serta standar profesional untuk mempertahankan dan memperkuat reputasi kami dalam hal integritas, keadilan bertransaksi dan pengambilan risiko yang terukur.

- Kami menjalankan bisnis dengan sudut pandang jangka panjang terkait keberlan-jutan lingkungan dan sosial. Oleh karena itu, kami mempertimbangkan potensi dampak lingkungan dan sosial saat membuat keputusan bisnis dan dalam penge-lolaan sumber daya serta infrastruktur.

- Masalah ekonomi, lingkungan dan sosial, termasuk perubahan iklim dan hak asasi manusia, sangat berpengaruh di masyarakat dan pasar di mana kami melakukan bisnis. Kami mengintegrasikan pertimbangan tersebut ke dalam kegiatan kami dalam rangka memenuhi harapan para pemangku kepentingan yang beragam, untuk dapat mengelola tempat kerja dan rantai pasokan kami secara tepat, serta untuk mengejar peluang bisnis dengan mengembangkan produk dan jasa, dan untuk memahami dan menilai risiko dalam transaksi bisnis kami.

Sumber: https://www.credit-suisse.com/ch/en/about-us/corporate-responsibility/

Modul Keuangan Berkelanjutan – Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan

ANZ ANZ menyatakan bahwa Kerangka Keberlanjutan di ANZ adalah tentang bagaimana ANZ

mengelola bisnisnya untuk memperhitungkan risiko serta peluang terkait ESG untuk mem-berikan nilai bagi pelanggan, pemegang saham, masyarakat serta komunitas.

Kerangka Keberlanjutan ANZ berfokus pada iga nilai prioritas dan lima Ijin penyelengga -raan, yang semuanya telah memiliki target tertentu. Salah satu dari nilai prioritas tersebut

adalah Pembangunan Berkelanjutan, yang dideinisikan oleh ANZ sebagai pengintegrasian perimbangan sosial dan lingkungan ke dalam keputusan bisnis, produk dan jasa untuk

membantu pelanggan mencapai ambisi keberlanjutan mereka dan mewujudkan nilai jangka

panjang untuk semua pemangku kepeningan. Target pada tahun 2014 nilai prioritas terse

-but melipui sebagai berikut:

- Meningkatkan kesadaran karyawan akan agenda keberlanjutan untuk dapat membekali karyawan kunci untuk terlibat dengan klien pada isu-isu sosial dan lingkungan;

- Mendorong perbaikan dalam pengambilan keputusan dengan melakukan review berkelanjutan terkait kebijakan pada sektor yang dirasa sensitif;

- Meningkatkan proporsi pinjaman pembangkit listrik yang lebih rendah-karbon (gas dan energi terbarukan) sebesar 15-20 persen pada tahun 2020;

- Melakukan pilot sustainability workshop di dua pasar Asia - “developed” dan “emerging” - untuk lebih memahami dan mendukung pelanggan perusahaan mid-size dalam mengelola risiko dan peluang terkait sosial dan lingkungan.

Sumber:

http://www.anz.com/about-us/corporate-responsibility/reporting-perfor-mance/targets/

HSBC HSBC melakukan pengecekan apakah pelanggan di sektor-sektor sensiif telah mematuhi

kebijakan risiko keberlanjutan pada awal kerjasama dan melakukan proses monitoring

seiap tahunnya Menggunakan sistem yang sama untuk pemantauan risiko kredit. Proses ini juga diperiksa melalui fungsi audit internal. HSBC menilai pelanggan sesuai dengan ingkat

kepatuhan dengan kebijakan HSBC dan mengkategorikan pelanggan ke dalam empat kat-egori: “leader”, “compliant”, “near-compliant” dan “non-compliant”.

Jika HSBC menemukan bahwa pelanggan idak mematuhi kebijakan namun memiliki kecen -derungan untuk membuat perubahan, HSBC mendukung mereka untuk membuat

perbai-kan yang diperluperbai-kan untuk menjadi compliant. Ini mensyaratkan adanya rencana aksi yang

harus dibuat oleh pelanggan untuk mencapai kepatuhan dalam jangka waktu yang

disepak-ai. HSBC kemudian memonitor pelanggan untuk memasikan komitmen tersebut dilakukan. Jika pelanggan idak mampu atau idak mau untuk meningkatkan untuk memenuhi standar

HSBC selama jangka waktu yang wajar, maka hubungan kerjasama akan diakhiri secepat mungkin.

Sumber: www.hsbc.com/sustainability

ING Pada tahun 2012 ING menciptakan Tim Pinjaman Berkelanjutan (SLT) untuk mendorong dan memulai peluang komersial yang layak untuk divisi perbankan komersial pada area yang

ter-kait dengan keberlanjutan / ESG. Tim ini memiliki mandat global, dan berindak atas nama

semua layanan pinjaman dan unit bisnis. Tantangan yang dihadapi adalah untuk

mengiden-iikasi dan mempromosikan pertumbuhan pada bidang bidang yang dapat dikategorikan

sebagai bidang keberlanjutan.

Tujuan dari im ini antara lain:

- Untuk mengembangkan scorecard untuk mengidentifikasi klien dengan agenda

keberlanjutan yang bersifat progresif;

- Untuk mempromosikan transaksi di sektor berkelanjutan, seperti energi

terbaru-kan, efisiensi energi dan sub-sektor seperti limbah dan pengelolaan air;

- Untuk bekerja sama dengan tim spesialis lain dalam Bank ING dan Jasa Pinjaman ING untuk berkontribusi terhadap pemahaman bank akan isu keberlanjutan dan peluang bisnis yang dapat timbul dari hal tersebut.

Sumber:

http://www.ing.com/ING-in-Society/Sustainability/Data-center/Sustainabil-ity-reports-archive.htm

Rabobank Rabobank Group memiliki sistem penilaian pelanggan proprietary di tempat yang disebut

GAIA untuk semua klien perusahaan. GAIA merupakan IT sistem yang membantu manajer untuk berhubungan dengan unit bisnis individu klien untuk menilai dan reviu / update

se-cara tahunan akan proil risiko dan peluang ESG klien baru maupun yang sudah ada sebagai

bagian dari proses persetujuan transaksi. GAIA terdiri dari beberapa instrumen:

- Scan negara: Menunjukkan seluruh isu terkait ESG yang relevan per negara di mana klien tersebut aktif;

- Scan Sektor: Memberikan gambaran tentang kebijakan semua sektor Rabobank Group yang berlaku untuk klien;

- Mesin pencari berbasis web (Web Based Search Engine): mesin pencari ini me-mungkinkan relationship manager untuk mencari informasi publik yang relevan terkait kinerja ESG klien, sebagai contoh apabila klien terlibat dalam tuntutan hukum ESG terkait. GAIA memungkinkan Grup Rabobank untuk mengumpulkan berbagai poin diskusi tentang isu-isu ESG dalam perannya sebagai mitra keterli-batan untuk klien, dan untuk menanggapi risiko sesuai dengan kebijakan internal.

Sumber: Rabobank Internaional, Wawancara dengan Thomas Ursem, Sustainable Supply Chain Manager, Oktober 2012, dikonirmasi kembali pada Juni 2014

Modul Keuangan Berkelanjutan – Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan Rating Perusahaan

PROPER

PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan) merupakan instrumen penaatan alternatif yang dikembangkan untuk bersinergi dengan instrumen penaatan lainnya guna mendorong penaatan perusahan melalui penyebaran informasi kinerja kepada masyarakat (public disclosure)3. Suatu perusahaan bisa mendapatkan peringkat hijau jika:

• Telah melalui tahapan biru

• Masuk dalam “passing grade” hijau

• Melaksanakan Pemantauan Kendaraan Bermotor (operasional) • Tidak “bermasalah” – konten analysis, partisipasi publik.

• Tidak ada temuan “major” selama proses veriikasi meskipun dapat diperbaiki dalam periode

tersebut

• Dapat menunjukkan data penurunan beban 3 tahun terakhir • Mempertimbangkan kualitas air, udara dan kebisingan ambien.

Suatu perusahaan bisa mendapatkan peringkat emas jika:

• Telah mendapat peringkat hijau 2 kali berturut-turut • Pada tahun penilaian sudah mendapat peringkat hijau • Masuk dalam passing grade emas

• Tidak ada kecelakaan, kebakaran dan konlik • Lulus veriikasi Dewan Pertimbangan PROPER

Tabel 12. Tingkatan dalam PROPER

Tingkat Penataan Peringkat

Lebih Taat Emas Hijau Taat Biru Belum Taat Merah Hitam Industri Hijau

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 51/M-IND/PER/6/2015, Industri hijau adalah

3

http://www.menlh.go.id/proper/

industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya eisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Nantinya pemerintah akan mengeluarkan Standar Industri Hijau (SIH) dimana standar tersebut akan terkait dengan: 1. Bahan baku 2. Bahan penolong 3. Energy 4. Proses produksi 5. Produk 6. Manajemen pengusahaan 7. Pengelolaan limbah dan/atau

8. Aspek lain yang dibakukan dan disusun secara konsensus oleh semua pihak terkait yang bertujuan untuk mewujudkan industri hijau

Pihak Kementerian Perindustrian sendiri menargetkan untuk dapat mengeluarkan SIH pada tahun 2016, dimana akan dibentuk sebuah lembaga baru yang akan berfungsi sebagai lembaga penyuluh dan akreditasi industri hijau4.

Tabel 13. Rating Perusahaan Hijau dari Newsweek

Sumber: http://www.newsweek.com/green/worlds-greenest-companies-2014

http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20160128135032-92-107370/kemenperin-akan-terbitkan-Modul Keuangan Berkelanjutan – Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan

Sementara itu beberapa institusi telah mengeluarkan peringkat untuk perusahaan terkait bagaimana perusahaan mengimplementasikan paradigm keberlanjutan dalam proses bisnis dan produknya. Di Indonesia, penghargaan diberikan melalui Sustainable Business Awards (SBAid) setiap tahunnya. Di dunia banyak lembaga yang merating perusahaan, salah satunya adalah Newsweek (Gambar 20).

Sektor Pasar Modal

Di berbagai bursa saham di dunia, indeks investasi hijau digulirkan. Di bursa Dow Jones terdapat Dow Jones Sustainability Index (DJSI). Indeks ini disusun berdasarkan 2500 perusahaan terbesar yang terdatar pada bursa Dow Jones yang mana dari 2500 perusahaan tersebut dipilihlah 10% terbaik berdasarkan kritera ekonomi jangka panjang, lingkungan dan sosial dengan total sebanyak 250 perusahaan atau sekitar 9% persen dari perusahaan terdatar di bursa saham Amerika (New York Stock Exchange).

Gambar 19. Perbandingan Performa Indeks DJSI vs NYSE Composite vs DJIA

Sumber: http://markets.t.com/research/Markets/Tearsheets/Summary?s=W1SGITRD:DJI

Secara performa, DJSI dapat dikatakan cukup bersaing dengan indeks lain yang biasa digunakan sebagai acuan performa bursa saham Amerika seperti Dow Jones Industrial Average (DJIA) ataupun NYSE Composite secara keseluruhan. Akan tetapi setelah tahun 2011 terdapat tren penurunan yang relatif semakin besar dari DJSI jika dibandingkan dengan DJIA. Meskipun demikian, performa DJSI secara umum dapat dikatakan cukup baik karena berada pada level yang relatif setara dengan performa rata-rata ekuitas yang terdatar pada New York Stock Exchange yang digambarkan pada index NYSE Composite.

Sementara itu pada bursa saham Inggris terdapat FTSE4Good UK 50 index (FTSE4GD UK50) yang terdiri dari 50 perusahaan teratas yang telah menerapkan Environmental and Social Governances (ESG).Jika dibandingkandengan performa DJSI, performa FTSE4GD UK50 relatif jauh lebih baik. Hal ini tercermin dari gambar dibawah yang memperlihatkan bahwa performa FTSE4GD UK50 relatif setara

dengan index FTSE 100 yang biasa digunakan untuk dijadikan acuan performa bursa saham Inggris. Sementara itu di Indonesia telah terdapat Indeks SRI KEHATI yang merupakan indeks saham perusahaan yang telah menerapkan prinsip keberkelanjutan.

Gambar 20. Perbandingan Performa Indeks FTSE4GD UK50 vs FTSE 100

Modul Keuangan Berkelanjutan – Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan Indeks SRI KEHATI5

KEHATI bersama-sama dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) meluncurkan Sustainable and Responsible Investment (SRI KEHATI) Index sebagai referensi investasi hijau pada bulan Juni 2009. Sejak peluncuran pertamanya, SRI KEHATI Index mendapatkan respon positif dari investor. Secara konsisten indeks ini berada diatas LQ45 dan JII (Gambar 24). Ini menunjukkan bahwa investor bersedia membayar dengan harga premium untuk perusahaan di SRI KEHATI Index. Indeks ini tercatat sebagai indeks hijau pertama di Asia Tenggara dan yang kedua di Asia. Saat ini terdapat kurang lebih 25 perusahaan yang masuk dalam SRI Kehati Index. Dalam menentukan perusahaan yang masuk, digunakan proses penapisan seperti yang tertera pada Gambar 23.

Gambar 21. Proses Penapisan dalam Indeks SRI KEHATI6

Saat ini KEHATI juga menginisiasi Reksa dana Premier ETF SRI-KEHATI7 yang bertujuan untuk memberikan hasil investasi dengan mengacu pada kinerja Indeks SRI-KEHATI yang diterbitkan oleh BEI bekerjasama dengan Yayasan KEHATI.

Gambar 22. Perbandingan Performa Indeks SRI-KEHATI vs IHSG vs LQ458

Sumber: http://markets.t.com/research/Markets/Tearsheets/Summary?s=SRI-KEHATI:JKT

Selain berbagai indeks yang telah memasukkan aspek lingkungan dan sosial seperti yang telah dibahas sebelumnya, PBB juga telah menginisiasi pembentukan dari apa yang disebut dengan The Sustainable Stock Exchanges (SSE) Initiative. Berada di bawah United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD), the United Nations Global Compact (UNGC), the United Nations Environment Programme Finance Initiative (UNEP-FI), dan the Principles for Responsible Investment, SSE Inisiative adalah platform pembelajaran peer-to-peer untuk mengetahui bagaimana bursa dapat bekerja sama dengan investor, regulator, serta perusahaan untuk meningkatkan transparansi dan kinerja terkait masalah serta isu ESG9.

5

http://www.kehati.or.id/en/site_content/14-green-investment/51-indeks-sri-kehati-2.html

6

http://www.kehati.or.id/en/site_content/14-green-investment/51-indeks-sri-kehati-2.html

7

http://market.bisnis.com/read/20140926/190/260372/indo-premier-luncurkan-reksa-dana-pre-mier-etf-sri-kehati

8

http://markets.ft.com/research/Markets/Tearsheets/Summary?s=SRI-KEHATI:JKT

9

http://www.sseinitiative.org/about 48

Beberapa Inisiatif Keuangan Berkelanjutan Lainnya

Inisiatif dalam mendorong keuangan berkelanjutan juga datang dari organisasi lain atau lembaga donor dalam bentuk program. Berikut adalah inisiatif yang dilakukan oleh beberapa institusi (Tabel 12). Tabel 14. Inisiatif Mendorong Keuangan Berkelanjutan

Insitusi/Program Kegiatan/Kebijakan terkait Keuangan Berkelanjutan

WWF Menerbitkan publikasi “Environmental, Social & Governance Integraion for Banks: A Guide to Staring Implementaion” (2014)

Dokumen terkait