• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahapan Implementasi ASRI Pada LJK

Saat ini masih sedikit bank di Indonesia yang mengintegrasikan ASRI dalam proses bisnisnya. Bagaimana bank bisa menerapkan tata kelola ASRI? Berikut adalah penjelasan bagaimana sebuah bank mengintegrasikan ASRI dalam sistem manajemennya. Ada tiga tahap utama yang perlu dilalui yaitu fase perencanaan, fase implementasi dan fase monitoring dan pelaporan. Gambar 16 merangkum tahapan tersebut.

Gambar 16. Tahapan Integrasi Tata Kelola ASRI

Fase Perencanaan

Dalam fase ini ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh bank. Yang pertama adalah bank perlu menentukan target tingkatan integrasi ASRI ke dalam sistem manajemennya. Target ini penting karena akan mempengaruhi kebijakan, prosedur yang akan dibangun, ekspektasi kapasitas sumber daya manusia yang diperlukan, dan lainnya. Kedua, bank perlu mengobservasi resiko portofolionya. Bank dapat mencari dari literatur yang telah

tersedia akan resiko dari sektor-sektor tertentu sesuai dengan portofolio yang dimiliki. Dengan mengetahui resiko dari setiap portofolio yang dimiliki, bank dapat membuat distribusi portofolio menurut tingkatannya, misalkan rendah, sedang atau tinggi. Dari pemetaan portofolio menurut jenis resiko lingkungan dan sosial, bank kemudian dapat membuat rencana realokasi portofolio sesuai dengan preferensi resiko yang dimiliki bank. Setelah itu bank dapat menyusun kerangka kebijakan dan rencana detil implementasi integrasi ASRI

termasuk mekanisme monitoring yang akan dilakukan. Strategi implementasi yang dilakukan perlu terintegrasi dengan sistem manajemen resiko yang telah ada. Dalam membuat strategi implementasi, perlu direncanakan juga rencana tahapan implementasi, seperti jadwal, sumber daya yang dibutuhkan, dan target tiap tahapan. Yang termasuk penting dalam fase persiapan adalah mengondisikan agar pemangku kepentingan punya standar yang sama dalam melihat permasalahan dan target yang akan dicapai, dan karenanya sosialisasi dan pendidikan menjadi penting. Integrasi ASRI juga perlu mempertimbangkan kapasitas bank baik dari segi sumber daya manusia dan kapasitas institusi bank secara keseluruhan. Yang perlu dicatat adalah bahwa kapasitas bank bukan sesuatu yang statis. Ia dapat ditingkatkan baik dengan training, jaringan yang saling menguatkan, dan dukungan institusi dan kebijakan yang kondusif untuk keuangan berkelanjutan. Dalam tahap ini, asistensi dari lembaga yang telah mempunyai pengalaman sebelumnya menjadi sangat berguna.

Dalam memetakan resiko, bank dapat membuat datar seperti contoh di Tabel 8.

Tabel 8. Memetakan Isu Lingkungan dan Sosial untuk Identiikasi Resiko Portofolio Bank

Fase Implementasi

Fase implementasi dimulai dari tergambarkannya sistem manajemen ASRI ke dalam struktur organisasi bank. Keterwakilan ASRI dalam struktur menujukkan komitmen bank dalam implementasi ASRI sekaligus memastikan bahwa ada yang bertugas dan bertanggung jawab dalam implementasi ASRI. Bank dapat mempunyai strategi yang berbeda dalam mengakomodir ASRI ke dalam bagan organisasinya. Penanganan ASRI

atau sudah terintegrasi dalam prosedur standar di setiap bagian. Integrasi ASRI juga akan tercermin dari bagaimana bank mengalokasikan anggaran internalnya dan dana yang dialokasikan untuk kredit (portofolionya). Dalam fase ini juga perlu dipastikan bahwa keseluruhan siklus pengajuan kredit mengikutsertakan ASRI. Hubungan dengan klien menjadi penting mengingat bank perlu secara proaktif membina klien untuk meningkatkan kepeduliannya akan ASRI. Di lain pihak, tekanan implementasi ASRI dan preferensi akan proposal

Modul Keuangan Berkelanjutan – Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan Fase Monitoring dan Pelaporan

Untuk dapat melakukan monitoring dan evaluasi efektiitas tata kelola ASRI, bank perlu menentukan indikator utama kinerja yang menjadi basis evaluasi dan monitoring. Selain itu juga perlu dibangun sistem internal yang efektif untuk melakukan monitoring dan evaluasi. Laporan keberlanjutan adalah hal yang wajib dilakukan karena selain menjadi evaluasi akan status dan posisi bank saat ini dalam integrasi ASRI, juga sebagai instrumen memberikan signal kepada pasar akan posisi dan prestasi bank.

Standar laporan keberlanjutan global pada umumnya mengacu pada GRI (Global Reporting Initiative) Sustainability Reporting Guidelines. Saat ini telah diluncurkan GRI-G4 Sustainability Reporting Guidelines yang merupakan penyempurnaan dari versi sebelumnya, G3. Tabel 9. menggambarkan kategori dan aspek

yang dibahas dalam GRI-G4 Sustainability Reporting Guidelines. Laporan keberlanjutan (sustainability reporting) membantu organisasi untuk menetapkan tujuan, mengukur kinerja, dan mengelola perubahan agar aktiitas berjalan secara berkelanjutan. Laporan keberlanjutan mencakup pengungkapan akan dampak dari organisasi (baik positif maupun negatif) terhadap lingkungan, masyarakat dan perekonomian. Laporan yang menggunakan standar dan ukuran internasional membuat informasi dapat diakses dan diperbandingkan dengan lebih mudah. Pada level dunia internasional, telah banyak institusi keuangan yang mengeluarkan laporan keberlanjutan, beberapa di antaranya adalah Credit Suisse, Standard Bank, Sumitomo Mitsui Financial Group, Westpac Banking Corp. Beberapa Bank di Indonesia juga telah mulai menerapkan pembuatan laporan keberlanjutan ini, beberapa di antaranya adalah BNI, Bank Jabar Banten dan BRI[11].

[11]Contoh laporan berkelanjutan dari institusi yang disebutkan tersebut dapat dilihat pada link berikut: https://www. credit-suisse.com/publications/annualreporting/doc/2013/csg_crr_2013_en.pdf http://sustainability.standardbank.com/ www.smfg.co.jp/english/responsibility/ http://www.westpac.com.au/docs/pdf/aw/ic/2013_Annual_Review_and_ Sustainability_Report.pdf http://www.bni.co.id/en-us/investorrelations/inancialperformance/sustainabilityreport.aspx http://www.bankbjb.co.id/content/iru/Sustainability_Report/SR_BJB_2014_LR.pdf http://www.bri.co.id/report/sr 34

Tabel 9. Kategori dan Aspek dalam GRI-G4 Sustainability Reporting Guidelines

Tingkat Integrasi Bank dalam ASRI

Dalam mengimplementasikan ASRI, bank dapat menentukan tingkat integrasinya, apakah ia akan memilih target minimal atau cukup ambisius untuk meningkatkan level integrasinya. Target minimal adalah ketika bank secara reaktif memasukkan ASRI dalam proses siklus kreditnya secara minimal, tanpa dilandasi kepedulian terhadap potensi manfaat dari tata kelola ASRI. Bank dapat beranjak lebih jauh dengan mengintegrasikan sebagian dari ASRI yang memberi manfaat langsung terhadap

bank itu sendiri. Pada tahap ini, bank secara oportunis menggunakan ASRI untuk bisnis utamanya. Tingkatan berikutnya adalah ketika bank mengintegrasikan ASRI secara penuh dan sistematis ke dalam manajemen bank, memasukkan ASRI ke dalam prosedur pemberian kredit, dan menggunakan prosedur ini ke dalam aktiitas bisnisnya. Bank menyadari nilai dari tata kelola ASRI terhadap kinerja bank, dan terus berusaha untuk meningkatkan kapasitasnya dalam mengimplementasikan ASRI. Bank dapat lebih maju lagi dengan membuat tata kelola ASRI menjadi isu utama dalam strategi bisnisnya

Modul Keuangan Berkelanjutan – Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan

yang dapat meningkatkan nilai dan reputasi dari bank. Pengembangan produk yang dilakukan berlandaskan ASRI. Tingkatan terakhir adalah ketika bank mampu menjadi pemimpin pasar dan membentuk selera pasar. ASRI digunakan dalam kebijakan harga dan alokasi aset. Bank secara

aktif dan signiikan berkontribusi secara sosial dengan mendorong ekonomi rendah karbon. Selain itu, pelaporan ASRI menjadi bagian yang integral dalam sistem pelaporan bank. Secara umum pilihan target ini dideskripsikan dalam Gambar 17.

Gambar 17. Tingkatan Integrasi ASRI dalam Manajemen Bank

Modul Keuangan Berkelanjutan – Tata Kelola Aspek Resiko Sosial & Lingkungan

POINT 7

Beberapa Inisiatif Berkaitan

Dokumen terkait