• Tidak ada hasil yang ditemukan

Beberapa Tokoh Sosiologi (Auguste Comte)

Dalam dokumen TEORI SOSIOLOGI KLASIK (Halaman 132-136)

Kompetensi Dasar: Mahasiswa memiliki kemampuan memahami sejarah hidup tokoh sosiologi Auguste Comte serta kerangka pemikiran dan aliran-aliran teorinya.

A. Sejarah Hidup Auguste Comte

Memiliki nama panjang Isidore Marie Auguste François Xavier Comte. Comte lahir pada tanggal 19 Januari 1789 di kota Monpellier di Perancis Selatan, dari orang tua yang menjadi pegawai kerajaan dan penganut agama Katolik yang saleh. Auguste Comte mengharapkan bahwa segala sesuatu harus dibuktikan secara ilmiah atau empiris.

Perjalanan Hidup dan Karya Comte serta pandangannya tentang Ilmu pengetahuan. Auguste Comte adalah seseorang yang untuk pertama kali memunculkan istilah “sosiologi” untuk memberi nama pada satu kajian yang memfokuskan diri pada kehidupan sosial atau kemasyarakatan. Saat ini sosiologi menjadi suatu ilmu yang diakui untuk memahami masyarakat dan telah berkembang pesat sejalan dengan ilmu-ilmu lainnya. Dalam hal itu, Auguste Comte diakui sebagai “Bapak” dari sosiologi.

Auguste Comte pada dasarnya bukanlah seorang akademisi yang hidup di dalam kampus. Perjalanannya di dalam menimba

ilmu tersendat-sendat dan putus di tengah jalan. Berkat perkenalannya dengan Saint-Simon, sebagai sekretarisnya, pengetahuan Comte semakin terbuka, bahkan mampu mengkritisi pandangan-pandangan dari Saint-Simon. Pada dasarnya Auguste Comte adalah orang pintar, kritis, dan mampu hidup sederhana tetapi kehidupan sosial ekonominya dianggap kurang berhasil.

Comte menganut agama Humanitas, dia terpengaruh oleh Laurence. Buku-buku karyanya antara lain: A Course of Positive Philosophy (1830-1862), A General view of Positivism (1848), Subjective Synthetis (1856).

Latar belakang pemikiran Comte ada beberapa sumber penting yang menjadi latar belakang yang menentukan pikiran August Comte, yaitu:

1. Revolusi perancis yaitu pada masa timbulnya krisis sosial yang maha hebat di masa itu. Sebagai seorang ahli pikir, Comte berusaha untuk memahami krisis yang sedang terjadi tersebut. Ia berpendapat bahwa manusia tidak dapat keluar dari krisis sosial yang terjadi itu tanpa melalui pedoman-pedoman berpikir yang bersifat scientific.

2. Aliran reaksioner, dalam pemikiran Katolik Roma adalah aliran yang menganggap bahwa abad pertengahan kekuasaan gereja sangat besar, adalah periode organis, yaitu suatu periode yang secara paling baik dapat memecahkan berbagai masalah-masalah sosial. Aliran ini menentang pendapat para ahli yang menganggap bahwa abad pertengahan adalah abad di mana terjadinya stagmasi didalam ilmu pengetahuan, karena kekuasaan gereja yang demikian besar di segala lapangan kehidupan.

3. Sumber terakhir yang melatarbelakangi pemikiran Comte adalah lahirnya aliran yang dikembangkan oleh para pemikir sosialistik, terutama yang diprakarsai oleh Saint Simont. Sebenarnya Comte memiliki sifat tersendiri terhadap aliran ini, tetapi sekalipun demikian dasar–dasar aliran masih tetap dianutnya terutama pemikiran mengenai pentingnya suatu pengawasan kolektif terhadap masyarakat, dan mendasarkan pengawasan tersebut didalam suatu dasar yang bersifat scientific.

C. Kerangka Pemikiran dan Teori-Teori

1.Social Statics dan Social Dynamics; Auguste Comte membagi sosiologi menjadi dua bagian yaitu social statics dan social dynamics. Social statics dimaksudkan sebagai suatu studi tentang hukum-hukum aksi dan reaksi dari berbagai bagian di dalam suatu sistem sosial. Dalam social statics terdapat empat doktrin, yaitu doktrin tentang individu, keluarga, masyarakat dan negara. Auguste Comte membagi masyarakat atas dua bagian utama yaitu model masyarakat statis (social statics) yang menggambarkan struktur sosial kelembagaan masyarakat dan prinsip perubahan sosial yang meliputi sifat-sifat sosial (agama seni, keluarga, kekayaan, dan organisasi sosial), dan sifat kemanusian (naluri emosi, perilaku, dan inteligensi). Menurut Comte social statics adalah suatu studi tentang hukum-hukum aksi dan reaksi antara bagian-bagian dari suatu sistem sosial. Social Static merupakan bagian yang paling elementer dari ilmu sosiologi, namun bukan merupakan bagian yang paling penting dari studi mengenai sosiologi karena merupakan hasil dari suatu pertumbuhan. Inilah yang kemudian oleh Comte didefinisikan sebagai teori mengenai perkembangan dan kemajuan masyarakat manusia. Atas dasar tingkat perkembangan intelegensi manusia yang lebih tinggi dari binatang muncullah social dynamics yaitu teori tentang perkembangan dan kemajuan masyarakat, karena social dynamic merupakan studi tentang sejarah yang akan menghilangkan filsafat yang spekulatif tentang sejarah itu sendiri. Menurut Comte dalam teori The law Of The Three Stage berpendapat bahwa perkembangan masyarakat terjadi terus-menerus namun perkembangan umum dari masyarakat tidak terus-menerus berjalan lurus. Comte mengajukan tentang tiga tingkatan inteligensi manusia, yakni teori evolusi atau yang biasa disebut hukum tiga tahap yaitu:

a. Tahap Teologis/gaib fetisysme (menganggap semua benda bernyawa, politeisme (menggangap hanya sebagian benda yang bernyawa), monoteis (mengakui adanya Tuhan)·

b. Tahap metafisik/hukum alam. Manusia pada tahap ini belum mampu membuktikan gejala hanya mampu berfikir. Sudah terjadi pendelegasian wewenang namun belum formal dan terstruktur. Sudah membentuk organisasi sesuai dengan ahlinya.

c. Tahap Positivis/mampu membuktikan. Dalam tahap ini sudah mampu berfikir dan membuktikan suatu gejala dengan ilmu pengetahuan. Sudah terjadi pendelegasian wewenang secara rinci dan formal. Persatuan bersifat universal. The Law Of The Hierarchie Of The Sciencies.

Penyusunan ilmu dilakukan Comte dengan menyandarkan diri kepada tingkat perkembangan pemikiran manusia dengan segala tingkah laku yang terdapat didalamnya. Sehingga sering kali terjadi didalam pemikiran manusia, kita menemukan suatu tingkat pemikiran yang bersifat scientific. Sekaligus pemikiran yang bersifat theologies didalam melihat gejala-gejala atau kenyataan-kenyataan.

d. The Law Of The Correlation Of Practical Activities Comte yakin bahwa ada hubungan yang bersifat natural antara cara berfikir yang teologis dengan militerisme.

Cara berfikir teologis mendorong timbulnya usaha-usaha untuk menjawab semua persoalan melalui kekuatan (force), karena itu kekuasaan dan kemenangan selalu menjadi tujuan daripada masyarakat primitif dalam hubungan satu sama lain. Pada tahap yang bersifat metafisis, prinsip-prinsip hukum (khususnya hukum alam) menjadi dasar daripada organisasi kemasyarakatan dan hubungan antara manusia. Tahap metafisis yang bersifat legalistic demikian ini merupakan tahap transisi menuju ke tahap yang bersifat positif.

e. The Law Of The Correlation Of The Feelings Comte menganggap bahwa masyarakat hanya dapat dipersatukan oleh feelings. Demikianlah, bahwa sejarah telah memperlihatkan adanya korelasi antara perkembangan pemikiran manusia dengan perkembangan dari sentimen sosial. Di dalam tahap yang teologis, sentimen sosial dan rasa simpati hanya terbatas dalam masyarakat lokal.

BAB 9

Beberapa Tokoh Sosiologi

Dalam dokumen TEORI SOSIOLOGI KLASIK (Halaman 132-136)