• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pemikiran dan Teori-Teori a. Pemikiran Dialektis

Dalam dokumen TEORI SOSIOLOGI KLASIK (Halaman 155-162)

Beberapa Tokoh Sosiologi (George Simmel)

B. Kerangka Pemikiran dan Teori-Teori a. Pemikiran Dialektis

Pemikiran dialektis yaitu suatu pemikiran individu yang memiliki hubungan yang bersifat dualistis. Disatu pihak dia merupakan anggota masyarakat dan disosialisasikan di dalam masyarakat tersebut, tetapi pada waktu yang sama dia juga menentang masyarakat itu sendiri. Pemikiran Dialektik merupakan salah satu teori Simmel yang paling terkenal.

b. Interaksi Sosial

Simmel mencoba membedakan bentuk dan isi dari interaksi. Bentuk yang dibedakan dari isinya di sebut sosiabilita.

Selain sosiabilita, Simmel juga membedakan tentang superordinasi dan subordinasi.

c.Tiga wilayah masalah dalam sosiologi menurut Simmel yaitu:

1. Sosiologi murni, tentang variabel-variabel sosialisasi dan interaksi.

2. Sosiologi umum yang membahas produk sosial dan kultural.

3. Sosiologi filosofis.

Di bidang sosiologi, buku yang ditulis Simmel sebagai karya utamanya adalah Sociology : Investigations on the Forms of Sociation, yang terbit pada 1908. Buku ini merupakan kumpulan essai yang pernah ditulisnya diberbagai penerbitan dan jurnal.

Simmel terkenal sebagai tokoh sosiologi formal. Termasuk ke dalam aliran ini adalah juga Ferdinand Tonnies. Sosiologi formal ini adalah sosiologi yang beranggapan bahwa dia harus mempelajari bentuk-bentuk daripada interaksi sosial dan bukan mempelajari isi dari hubungan atau interaksi sosial tersebut. Antara isi dan bentuk dari hubungan sosial kata Simmel adalah merupakan dua gejala yang berbeda dan sebaiknya dipandang sebagai bagian yang masing-masing berbeda pula.

Pendekatan Simmel terhadap sosiolog memang akan mengerti dengan baik sebagaimana kita memahami pengertian menolak teori Comte maupun Spencer. Menurut Simmel masyarakat adalah suatu bentuk interaksi sosial yang terpola seperti halnya jaringan laba-laba. Dan adalah tugas sosiolog untuk meneliti bentuk interaksi sedemikian itu bagaimana mereka terjadi dan mewujud di dalam kehidupan sejarah dan seiring budaya yang berbeda. Sosiologi adalah “master science” dari mana orang dapat menemukan hukum-hukum yang mengatur semua perkembangan sosial. Simmel menolak baik mashab organis maupun mashab idealis. Dia tidak melihat masyarakat sebagai bentuk organisme sebagaimana menuru Comte ataupun Spencer, bahkan juga tidak melihat masyarakat sebagai sesuatu yang tidak memiliki wujud nyata. Menurut Simmel masyarakat terdiri dari jaringan yang banyak liku-likunya dari suatu hubungan yang bersifat ganda diantara individu di dalam suatu interaksi yang konstan. Masyarakat hanyalah sebuah nama untuk sejumlah individu-individu yang dihubungkan oleh interaksi. Struktur super-individual yang lebih luas seperti halnya negara, keluarga, klan, kota atau persekutuan dagang hanyalah merupakan kristalisasi dari interaksi sedemikian itu. sekalipun barangkali kristalisasi sedemikian itu akan mencapai otonominya, kemapanannya dan menghadapi individu seakan-akan mereka merupakan suatu kekuatan asing. Lapangan penyelidikan utama bagi mereka yang mempelajari masyarakat oleh karena itu adalah “sociation” yaitu pola-pola dan bentuk-bentuk khusus dalam

mana manusia melakukan asosiasi dan berinteraksi satu sama lain.

Tidak aka nada ilmu sosial yang totalitas karena memang tidak ada ilmu yang mempelajari semua hal secara menyeluruh. Katanya,ilmu pengetahuan harus mempelajari dimensi-dimensi atau aspek-aspek dari berbagai gejala atau fenomena global dan menyeluruh.

Masalah-masalah pokok yang sah dipelajari oleh sosiolog terletak pada deskripsi dan analisa bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial manusia dan kristalisasinya di dalam kelompok dengan karakteristiknya masing-masing. Sosiologi harus mengajukan pertanyaan : apa yang terjadi terhadap orang-orang dan peraturan-peraturan apa yang mengikat mereka dan mereka miliki, dan bukan tentang eksistensi manusia di dalam totalitasnya, tetapi hanya sejauh mereka membentuk kelompok dan bagaimana pembatasan eksistensi mereka oleh kelompok tersebut karena adanya interaksi. Sekalipun tingkah laku manusia adalah tingkah laku individu-individu, akan tetapi banyak tingkah laku manusia dapat diterangkan melalui afiliasi individu terhadap kelompoknya, maupun pembatasan-pembatasan yang diberikan kepada individu tersebut melalui bentuk-bentuk khusus dari interaksi.

Sekalipun Simmel memandang bahwa struktur kelembagaan yang lebih luas juga merupakan lapangan yang sah bagi studi sosiologi dia lebih suka membatasi karyanya pada penyelidikan tentang apa yang disebutnya interaksi diantara atom-atom masyarakat. Terutama dia membatasi perhatian utamanya pada pola-pola dasar dari interaksi antara individu-individu yang berada di bawah kelompok sosial yang lebih luas (apa yang sekarang dikenal dengan micro sociology). Perhatiannya hanya pada bentuk-bentuk interaksi.

Dengan kerangka sosiologi inilah mengapa Simmel disebut sebagai tokoh sosiologi formal. Adapun bentuk-bentuk dari hubungan sosial menurut Simmel antara lain : Dominasi (penguasaan), Subordinasi (penundukan), kompetisi, imitasi, pembagian pekerjaan, pembentukan kelompok atau partai-partai dan banyak lagi bentuk perhubungan sosial yang lain yang kesemuanya selalu terhadap di dalam kesatuan-kesatuan sosial seperti kesatuan agama, kesatuan keluarga, kesatuan organisasi dagang sekolah dan lain-lain lagi. Sosiologi sebagai ilmu

pengetahuan haruslah melakukan ataau bertujuan untuk melakukan deskripsi, klarifikasi, analisa dan penyelidikan tentang bentuk-bentuk hubungan sosial sedemikian itu. Simmel memang selalu berusaha untuk melakukan analisa, klarifikasi dan interpretasi dari bentuk-bentuk hubungan sosial seperti masalah isolasi, kontak-kontak sosial, diferensiasi sosial, superordinasi, subordinasi, oposisi dan sebagainya dan seterunya. Ini sesuai dengan pandangan Simmel yang memandang masyarakat seperti jarring laba-laba yang banyak liku-likunya.

Simmel juga menggunakan pendekatan dialektis di dalam mengembangkan sosiologinya, yang mengaitkan hubungan sosial yang dinamis dan hubungan sosial di dalam konflik-konflik.

Individu adalah produk dari masyarakat. Katanya. Dan melalui analisanya dia menekankan hubungan dan ketegangan yang terjadi antara individu dengan masyarakat. Sebagai produk masyarakat, individu merupakan mata rantai di dalam proses sosial. Individu yang tersosialisasikan di dalam kehidupan masyarakat, selalu memiliki hubungan yang bersifat dualistis. Di satu pihak dia merupakan anggota masyarakat dan disosialisasikan di dalam masyarakat tersebut, tetapi tepat pada saat yang sama dia juga menentang masyarakat itu sendiri. Individu selalu pada saat yang bersamaan, berada di dalam dan di luar masyarakat. Dia eksis bagi masyarakat maupun bagi dirinya sendiri.

Bagi Simmel, bentuk-bentuk yang ditemukan di dalam kenyataan sosial tidak pernah bersifat murni. Setiap fenomena sosial selalu merupakan elemen formal yang bersifat ganda, antara kerjasama dan konflik, antara superordinasi dan subordinasi, antara intimacy atau keakraban dan jarak sosial, yang kesemuanya dijalankan di dalam hubungan yang teratur di dalam struktur yang kurang lebih bersifat birokratis. Dalam bentuk yang konkrit, kenyataan tersebut ke arah bertentangan satu sama lain karena tidak satupun dari berbagai kenyataan atau gejala itu yang dapat dilihat dalam bentuknya yang benar-benar murni. Oleh karena itu tidak ada konflik yang benar-benar murni dalam kehidupan sosial, sama halnya dengan tidak ada juga kerjasama yang murni.

Apa yang pada akhirnya sangat menarik perhatian dikemudian hari dari sosiologi Simmel ini adalah uraiannya yang

begitu luas tentang konflik-konflik di dalam kehidupan sosial.

Menurut Simmel, perhubungan sosial selalu mencakup di dalam dirinya harmoni dan konflik, penarikan dan penolakan, cinta dan kebencian. Pendeknya Simmel melihat bagaimana hubungan manusia selalu ditandai oleh adanya ambivalensi atau sifat mendua.

Simmel tidak pernah memimpikan suatu masyarakat yang tanpa mengalami friksi terutama antara individu dengan masyarakat. Bagi Simmel konflik adalah merupakan sesuatu yang essensial dari kehidupan sosial sebagai sesuatu yang tidak dapat dihilangkan di dalam komponen kehidupan sosial. Adalah naïf katanya, kalau orang menganggap bahwa konflik adalah merupakan sesuatu yang negatif sementara konsensus merupakan sesuatu yang positif bagi kehidupan masyarakat. Masyarakat yang baik bukanlah masyarakat yang bebas dari konflik, sebaliknya dalam bentuk bersama dari berbagai konflik menyilang antara bagian-bagian dari komponen masyarakat. Perdamaian dan permusuhan, konflik dan ketertiban sebenarnya bersifat korelatif. Kedua-duanya sama-sama memperteguh dan juga sama menghancurkan bagian-bagian dari adat-istiadat yang ada sebagai dialektika abadi dari kehidupan masyarakat. Oleh karena itu akan merupakan kesalahan sosiologis apabila orang mencoba untuk memisahkan antara sesuatu yang teratur/tertib dengan yang tidak tertib, antara model masyarakat yang mencapai harmoni dengan yang mengalami konflik, sebab antara keduanya bukanlah merupakan realita yang berbeda, melainkan hanya berbeda di dalam aspek formalnya belaka dari suatu realita yang sama.

Beberapa catatan untuk Simmel

Pada masanya, kedudukan Simmel sebagai seorang cendekiawan Jerman memang terlihat begitu menonjol. Hanya saja, dari segala popularitas yang disandangnya, Simmel juga mempunyai banyak hambatan di dalam mewujudkan dirinya dikalangan elite ilmuan di Jerman. Ternyata banyak juga orang yang tidak menyenangi dirinya. Tapi Simmel nampaknya tidak perduli mengenai hal ini. Hal itu dibuktikan dari karyanya yang beratus-ratus jumlahnya yang tersebar diberbagai jurnal dan penerbitan lain. Dia juga seorang mahaguru yang sangat populer di kalangan para mahasiswanya.

Kedudukan Simmel di pertumbuhan Sosiologi tidak diragukan lagi. Dialah tokoh Sosiologi formal. Suatu kedudukan yang tidak dapat dikesampingkan begitu saja di dalam sejarah pertumbuhan sosiologi. Pendapat-pendapat yang dikemukakannya tentang fungsi konflik, tentang ambivalensi kejiwaan manusia, sungguh merupakan sumbangan yang tidak kecil artinya kelak di dalam pertumbuhn sosiologi, khususnya ketika sosiologi mengenal teori aliran konflik.

Apa yang harus dipandang secara kritis terhadap kerangka Simmel atau terhadap para pembangun sosiologi formal lainnya adalah konsepsinya untuk memisahkan bentuk dan isi dari hubungan sosial. Adalah merupakan sesuatu yang tidak mungkin untuk membangun suatu sosiologi sebagai pengetahuan yang berdiri sendiri dengan cara memisahkan antara bentuk dan isi hubungan sosial. Dari kerangka ini, usaha Simmel untuk membangun sosiologi yang otonom dengan pengertiannya sebagai ilmu yang mempelajari bentuk-bentuk hubungan sosial adalah titik valid, sebab Sosiologi sedemikian itu akan terlampau formal. Suatu studi yang hanya menekankan kepada bentuk saja dan tidak kepada isi dari hubungan sosial itu tidak akan memberikan pengertian yang sesungguhnya secara tepat mengenai kenyataan-kenyataan yang ada di dalam masyarakat. Bahkan secara teoritis sekalipun antara bentuk dan isi dari hubungan sosial tidak dapat dipisahkan.

Lebih daripada itu, dengan demikian kukuhnya Simmel hendak membedakan antara bentuk dan isi dari suatu hubungan sosial, namun pada kenyataannya, dia sendiri tidak memberikan batasan yang jelas perbedaan antara bentuk dan isi dari perhubungan sosial itu. sebab mungkin saja antara bentuk dan isi memiliki ruang secara geometris bisa dipisahkan atau dibedakan.

Tetapi bagaimana hal itu dapat terjadi kalau tidak membicarakan gejala-gejala sosial seperti kekuasaan (power), authority (wewenang), dominasi, sub-ordinasi, penundukan kompetisi dan bentuk-bentuk hubungan sosial lain yang tidak mempunyai ruang pemisah secara geometris? Adalah merupakan sesuatu hal yang tidak mungkin untuk memisahkan bentuk-bentuk hubungan sosial dengan isinya sebab pemisahan sedemikian itu hanya dimungkinkan di dalam benda-benda yang memiliki ruang yang

terpisah secara geometris. Itulah sebabnya kita dapat menyatakan bahwa konsepsi Simmel tentang pemisahan antara bentuk dan isi dari suatu hubungan sosial tidak dapat begitu saja diterapkan untuk menerangkan gejala-gejala sosial.

Perlu juga untuk dicatat bahwa Simmel dan bahkan juga kaum formalis lainnya tidak mengemukakan konsep-konsep ganda dari bentuk-bentuk hubungan sosial itu. bentuk-bbentuk hubungan sosial tidak hanya sosialisasi saja misalnya, tetapi sekaligus disosialisasi, atau tidak hanya assosiasi saja melainkan juga disosiasi.

Nah!. Konsep-konsep ganda yang saling bertentangan sedemikian ini tidak pernah dikemukakan secara jelas oleh Simmel bahkan oleh para pengikutnya. Sebab kalau sosiologi dianggap sebagai ilmu yang mempelajari bentu-bentuk hubungan sosial, maka tidak saja dia harus mengemukakan bentuk hubungan yang baik, tetapi juga harus mengemukakan atau menstudi bentuk-bentuk hubungan yang sebaliknya. Dia tidak saja mempelajari bentuk-bentuk kooperasi, tetapi juga harus mempelajari kompetisi atau bahkan perang sebagai lawan dari kooperasi.

BAB 12

Beberapa Tokoh Sosiologi

Dalam dokumen TEORI SOSIOLOGI KLASIK (Halaman 155-162)