• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : BELAJAR MANDIRI MELALUI MEDIA VIRTUAL

D. Belajar

Menggunakan media dalam pedagogi dapat menggantikan pengajaran pembelajaran nilai yang dianggap menjemukan. Media terutama media elektronik atau digital dapat membantu proses pembelajaran nilai secara berkesan. Para pengkaji dalam bidang ini mendapati media yang mempunyai unsur multimedia dapat merangsang pembelajaran. Media virtual melalui

internet adalah media terkini yang sangat berpengaruh. Keberadaan media ini telah menimbulkan cara baru bagi para pendidik. Materi-materi dapat tersedia dalam bentuk atau format gambar, grafik, gambar bergerak, cerita, dokumen, kajian dan lain sebagainya.38

Arbaat Hassan, dosen Universitas Kebangsaan Malaysia mengkaji pengintegrasian media melalui objek pembelajaran virtual dalam pendidikan sains. Ia sepakat dengan pendapatnya John Dewey bahwa siswa perlu ditekankan untuk mengalami sendiri apa yang sedang ia pelajari.39 Hal itu akan menjadikan proses belajar lebih bermakna. Selanjutnya salah satu cara agar siswa dapat melakukan learning by doing-nya adalah dengan media virtual. Hassan lebih mendalami proses pembelajarannya, yaitu pembelajaran melalui media virtual. Ia menegaskan pembelajaran virtual adalah pembelajaran yang mengintegrasikan penggunaan komputer, khasnya internet di dalam proses pembelajaran dan pengajaran. Hassan mengutip Robeck tentang manfaat pemanfaatan media virtual dalam pelaksanaan pembelajaran. Media virtual ini dapat meningkatkan kecenderungan siswa untuk:

1. Menerapkan kemahiran proses sains 2. Inkuiri sains

3. Pemikiran kritis

4. Pemahaman konseptual

5. Pemahaman terhadap sains yang alami.40

Hassan juga mengutip Nugent, Soh dan Samal yang mejelaskan tentang pengajaran secara virtual sebagai “ small, stand-alone, mediates,

content ‘chunks” that can be reused in multiple intructional contexts, serving

as building blocks to develop lesson, modules or course” Ini mempunyai arti belajar dengan menggunakan media virtual, siswa boleh melakukannya secara mandiri atau perseorangan, menelaah, materi-materi yang mengandung

38

Drs Isjoni, Msi, Mohd. Arif. Hj. Ismail, Ph.D, Pembelajaran Virtual: Perpaduan Indonesia Malaysia, Editor Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, hlm. 64-65

39

Konsep John Dewey ini lebih banyak dikenal dengan sebutan Learning By Doing. 40

Arbaat Hassan, Ph. D, Pengintegrasian Media Melalui Objek pembelajaran Virtual dalam Pendidikan Sains, dalam Pembelajaran Virtual: Perpaduan Indonesia Malaysia, Editor: Drs Isjoni, Msi, Mohd. Arif. Hj. Ismail, Ph.D, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, hlm.120-122

fakta berbeda tetapi bisa digabungkan menjadi satu materi yang utuh, modul, atau dijadikan bentuk pelajaran.41

Kelebihan belajar menggunakan media virtual:42

1. Belajar menggunakan media virtual yang dikelompokkan dalam kategori multimedia ini mengandug unsur-unsur seperti huruf, gambar yang berwarna dan bergerak (animasi), video, suara dan sebagainya bisa menjadikan belajar lebih menarik, berkesan, diingat lebih lama oleh siswa. 2. Siswa dapat berinteraksi dengan yang lainnya

3. Menambah wawasan pembelajaran secara multimedia sejajar dengan era dunia tanpa sekat.

4. Dapat memperoleh pengetahuan bukan saja dari guru tapi juga pengetahuan dari luar negeri.

5. Berpadunya pengetahuan atau kajian terkini dengan kajian-kajian pihak-pihak tertentu baik itu dalam negeri ataupun luar negeri.

6. Belajar mandiri lebih mudah, karena tidak terikat waktu, bisa kapan saja dan di mana saja.

7. Bisa belajar mandiri secara individu maupun berkelompok

8. Menghindari miskonsepsi, karena pembelajaran ini dibantu dengan gambar, animasi, suara, video, dsb.

9. Bisa menggunakan pendekatan drill and practice, tanpa menjemukan. Selain itu media internet sekarang ini sudah merambah ke berbagai aspek kemanusiaan terutama melalui jejaring sosial. Jadi forum apapun bisa menjadi forum yang lebih santai. Seperti jejaring twitter dan facebook, keduanya sebenarnya bisa menjadi media untuk pengajaran guru. Seperti yang digagas oleh Rhobi Shani seorang guru bahasa jawa SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang yang menulis bahwa kesibukan dan aktivitas guru di luar sekolah memungkinkan mereka tidak dapat masuk kelas, dengan keberadaaan FB guru

41

Arbaat Hassan, Ph. D, Pengintegrasian Media Melalui Objek pembelajaran Virtual dalam Pendidikan Sains, dalam Pembelajaran Virtual: Perpaduan Indonesia Malaysia, Editor: Drs Isjoni, Msi, Mohd. Arif. Hj. Ismail, Ph.D, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, hlm.120-122

42

Arbaat Hassan, Ph. D, Pengintegrasian Media Melalui Objek pembelajaran Virtual dalam Pendidikan Sains,hlm. 134

tetap dapat mengelola kelas tanpa harus berdiri di depan kelas.43 Mengelola kelas yang dimaksud adalah memberikan instruksi berupa tugas atau pun perintah tertentu melalui fasilitas di FB sebagai alternatif jika kondisi guru tidak bisa hadir di depan kelas.

Selain mempunyai keunggulan, pembelajaran virtual juga mempunyai beberapa kelemahan dan kekurangan, yaitu:44

1. Kemudahan internet biasanya tidak menjadi masalah di daerah-daerah kawasan perkotaan, akan tetapi menajadi masalah besar di daerah-daerah di kawasan pedesaan yang jauh dari perkotaan.

2. Koneksi internet terkadang mengalami gangguan dan masalah seperti

server down yang menjadikan pembelajaran secara virtual tidak lancar. 3. Ketersediaan komputer di sekolah-sekolah masih belum maksimal, jika

sekolahan belum bisa menyediakan computer yang representatif hal itu menjadi masalah.

4. Ketersediaan listrik di daerah yang masih jauh dari perkotaan terkadang masih terputus karena sistem yang belum memadai.

5. Kesulitan mengetahui kebenaran fakta dari sumber-sumber di internet. Diperlukan banyak rujukan untuk memastikan kebenaran fakta tersebut. 6. Guru perlu meneliti dan memilih pengetahuan yang terbaik serta yang

dapat diterapkan dalam proses pembelajaran secara virtual karena terdapat berjuta-juta pengetahuanyang bisa dipilih.

Sudah menjadi hal yang umum bahwa hiperteks adalah media yang paling tepat dan banyak digunakan dalam proses belajar mandiri di internet, maka dari itu yang perlu diperhatikan adalah strategi metakognitif sebagai proses individu yang ditambah dengan self directed learning yang sudah diterapkan oleh banyak kelas jauh.

1. Strategi Metakognitif Dalam Belajar mandiri

Saemah memberikan teknik khusus dalam melaksanakan proses belajar melalui hiperteks. Ia menyebutnya sebagai SQ3R (Survey,

43

Suara Merdeka, Kamis, 08 Oktober 2009 44

Arbaat Hassan, Ph. D, Pengintegrasian Media Melalui Objek pembelajaran Virtual dalam Pendidikan Sains,hlm. 135

Question, Read, Reflect, Review) dan PQ4R (Preview, Question, Read, Recite, Reflect, Review). Kedua teknik tersebut mendukung kepentingan pemrosesan informasi yang mendalam untuk membantu meningkatkan proses pembelajaran dari teks. Kajian Saemah selanjutnya mendapatkan teknik PQ4R berguna dalam membantu pemahaman membaca teks. Ia mengutip Brown tentang perumusan beberapa strategi dan teknik yang dapat digunakan untuk tujuan meningkatkan kecakapan ketika memroses informasi, yaitu:45

a. Menggunakan teknik membaca aktif untuk memastikan tumpuan yang terus menerus pada bahan yang dibaca.

b. Mengetahui apa yang perlu diketahui dan membaca informasi yang dikehendaki.

c. Membaca pada tahap pemrosesan yang sesuai.

d. Menggunakan jadual isi kandungan, indeks, glosari, dan peta minda. e. Mencipta jaduwal isi kandungan sendiri untuk meninjau semula

perkara yang dianalisa.

Saemah mengutip Tei dan Stewart bahwa untuk menjadi pembelajar yang baik, pelajar perlu tahu keadaan atau tahap pembelajaran mereka dan keberhasilan strategi yang mereka gunakan supaya jika mereka tidak paham suatu konsep, mereka dapat mencari bacaan tambahan atau merujuk sumer yang lain. Tei dan Stewart juga menyarankan pada dua strategi metakognitif yaitu memberikan pengetahuan kepada pelajar menyoal diri sendiri dan membuat rumusan apa yang dibaca. Teknik tersebut dapat dijadikan panduan dalam memberikan keterampilan strategi metakognitif yang dapat digunakan dalam pembelajaran dari hiperteks.46

45

DR. Saemah BT Rahman, Strategi Metakognitif Dalam Pembelajaran Melalui Hiperteks dalam Pembelajaran Terkini, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 140

46

DR. Saemah BT Rahman, Strategi Metakognitif Dalam Pembelajaran Melalui Hiperteks dalam Pembelajaran Terkini, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 141

Dengan menggunakan strategi metakognitif, pelajar diharapkan mampu mencari informasi dan memahami informasi dari hiperteks dalam proses belajar mandiri.

Berikut langkah-langkah yang dapat digunakan dalam strategi membaca melalui hiperteks:

a. Tinjau keseluruhan informasi yang ada.

b. Kenali secara jelas materi mana yang berkaitan dengan pelajaran yang dimaksud.

c. Atur pencatatannya berdasarkan kerangka kaitan-kaitan yang dipilih. d. Membaca bahan dalam pautan dan mencatat dalam catatan.

e. Menggunakan catatan untuk memantau proses pemilihan pautan. f. Melihat ulang seluruh pautan yang telah dibuka.

2. Self Directed Learning

Istilah Self Directerd Learning mulai terkenal pada tahun 1970an dan 1980an, kemudian agak terdevaluasi hanya merujuk pada sarana mentransfer biaya pembelajaran dari pembelajar. Sedangkan premis dasar self directerd learning adalah orang perlu diberdayakan untuk memikul tanggung jawab pribadi bagi pembelajaran mereka, dan bahwa kebutuhan yang dirasakan pembelajar harus mendorong konten dan desain program belajar.

Dalam e-learning formal, self directed learning selalu melibatkan aktivitas-aktivitas yang dilakukan para mahasiswa secara perorangan maupun bersama-sama. Aktivitas itu mungkin berbentuk masalah yang harus dipecahkan, proyek untuk diselesaikan, dilema untuk diurai atau topik untuk dibahas. Tutor tetap dibutuhkan untuk mengelola proses, mengomentari isi pesan mahasiswa, menasihati, dan mengarahkan ke sumber-sumber bahan kuliah, dan secara umum memanusiakan lingkungan on-line. Dalam beberapa program on line terutama pasca sarjana, para mahasiswa diberi lebih banyak otonomi. Misalnya: untuk berpartisipasi dalam membangun agenda dan kadang-kadang berisi assesment, untuk membuat pilihan tentang apa yang akan mereka pelajari,

untuk mengambil alih peran moderator dalam diskusi, untuk melaksanakan penilaian pada diri dan penilaian terhadap karya rekan-rekan, dan menemukan sekaligus memanfaatkan sumber-sumber di internet. Hal ini semua adalah self directed learning.47

Baik itu hiperteks maupun self directed learning merupakan jalan untuk menempuh belajar mandiri siswa, di mana pada intinya belajar mandiri merupakan belajar dengan kesadaran diri serta dengan bimbingan sebuah sistem yang terpadu.

47

Robin Mason & Frank Rennie, E-Learning: Panduan Lengkap Memahami Dunia Digital dan Internet, (Yogyakarta: Penerbit BACA, 2010), hlm.132

Dokumen terkait