• Tidak ada hasil yang ditemukan

Belajar Dalam Perspektif Al-Qur’an

Dalam dokumen Psikologi Belajar KATA PENGANTAR (Halaman 195-200)

AKTIVIITAS KEJIWAAN MANUSIA 2.1. PERSEPSI

B. Tingkat Tinggi/Sangat Cerdas/Genius

4. Paulo Freire (1921-1997)

3.2. Belajar Dalam Perspektif Al-Qur’an

3.2.1. Belajar Sebagai Sumber Pengetahuan

Agaknya tidak ada satu pun agama, termasuk Islam, yang menjelaskan secara rinci dan operasional mengenai proses belajar, proses kerja sistem memori (akal), dan proses dikuasainya pengetahuan dan ketrampilan oleh manusia. Namun Islam, dalam hal penekanannya terhadap signifikansi fungsi kognitif (akal) dan fungsi sensori (indera-indera) sebagai alat-alat penting untuk belajar, sangat jelas. Kata-kata kunci, seperti ya’qulun, yatafakkarun, yubshirun, yasma’un, dan sebagainya yang terdapat dalam Al-Qura’an, merupakan bukti betapa pentingnya penggunaan fungsi ranah cipta dan karsa manusia dalam belajar dan meraih ilmu pengetahuan.

Berikut ini kutipan firman-firman Allah dan Hadist Nabi SAW, baik yang secara eksplisit maupun implisit mewajibkan orang untuk belajar agar memperoleh ilmu pengetahuan. a. Allah berfirman, . . . apakah sama orang-orang yang

mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya, hanya orang-orang yang berakallah yang mampu menerima pelajaran (Al-Zumar: 9)

Dalam ayat ini Allah berusaha menekankan perbedaan orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu. Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan orang yang berilmu itu berbeda dengan orang yang tidak berilmu. Orang yang berilmu itu mempunyai kedudukan yang lebih tinggi. Dan hanya orang-orang yang mempunyai akallah yang bisa menerima pelajaran. Jadi orang yang tidak berakal susah untuk bisa menerima pelajaran yang diajarkan. b. Allah berfirman, Dan janganlah kamu membiasakan diri

pada apa yang tidak kamu ketahui ... (Al-Isra: 36) Dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa kita sebagai umat manusia janganlah membiasakan diri untuk tidak mengetahui, dalam hal ini jangan sampai kita terbiasa

tidak tahu pada hal-hal yang seharusnya kita bisa mencari tahunya, sehingga kita tahu. Tentu saja caranya yaitu dengan belajar.

c. Dalam hadist riwayat Ibnu ‘Ashim dan Thabrani, Rasulullah SAW bersabda, Wahai sekalian manusia, belajarlah! Karena ilmu pengetahuan hanya didapat melalui belajar ...(Qadhawi, 1989)

Dalam hadist ini Rasulullah memerintahkan kita untuk belajar. Karena semua ilmu dan pengetahuan itu hanya bisa didapatkan dari belajar. Jadi, agar kita berilmu maka kita harus belajar.

Manusia memperoleh ilmu pengetahuan dari dua sumber utama ,yaitu sumber illahi dan sumber manusia. Kedua jenis ilmu iNi saling melengkapi, dan pada dasarnya, kedua bersumber dari Allah yang menciptakan manusia dan membekalinya lmu pengetahuan.

Kemampuan untuk belajar dan melakukan segala ujicoba dan segala perilaku manusia datangnya dari mengenal dari alam dan bukan saja belajar dari buku-buku kecil yang sering kita baca sehari-hari tetapi buku besar yaitu reallita di masyaarakat itu sendiri agar kita tidak saling menuduh seseorang berbuat kesalahan tanpa kita melihat latar permasalahannya terlebih dahulu.

Kemampuan untuk belajar dan melakukan berbagai ujicoba termasuk kemampuan adaptasi terhadap berbagai instansi terkait baik pada sesama, hewan dan pada alam sekitar kita. Allah telah mengajarkan kepada kita semua bahwa betapa pentingnya proses belajar. Al-qur'an memuji keutamaan ilmu pengetahuan Allah taala telah menjukkan ketinggian derrajat orang-orang yang memiliki ilmu dengan menempatkan malaikat dan orang-orang berilmu.

3.2.2. Ragam Alat Belajar

Tuhan memberikan potensi kepada manusia yang bersifat jasmaniah dan rohaniah untuk belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan umat manusia itu sendiri. Potensi-potensi tersebut terdapat dalam organ-organ fisio-psikis manusia yang berfunsi sebagai alat-alat penting untuk melakukan kegiatan belajar, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Indera penglihat (mata), yakni alat fisik yang berguna untuk menerima informasi visual.

b. Indera pendengar (telinga), yakni alat fisik yang berguna untuk menerima informasi verbal.

c. Akal, yakni potensi kejiwaan manusia berupa sistem psikis yang kompleks untuk menyerap, mengolah, menyimpan, dan memproduksi kembali item-item informasi dan pengetahuan (ranah kognitif).

Dalam surah Al-Nahl: 78 Allah berfirman yang artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan af-idah (daya nalar), agar kamu bersyukur.

Demikian pentingnya daya nalar akal dalam perspektif ajaran Islam, terbukti dengan dikisahkannya penyesalan para penghuni neraka karena keengganan dalam menggunakan akal mereka untuk memikirkan peringatan Tuhan.

Dalam surah Al-Mulk ayat 10 dikisahkan bahwa :

Dan mereka berkata: sekiranya kami mendengarkan dan memikirkan (peringatan Tuhan) niscaya kami tidak termasuk para penghuni neraka yang menyala-nyala. Sehubungan dengan fungsi kalbu (qalb) bagi kehidupan psikologi manusia, perlu kita ketahui bahwa hati dalam perspektif disiplin ilmu apa pun tidak memiliki fungsi mental seperti fungsi otak. Oleh karenanya, pengetahuan,

ketrampilan, dan nilai-nilai moral yang terkandung dalam bidang studi yang bersangkutan seyogianya ditanamkan sebaik-baiknya ke dalam sistem memori para siswa, bukan ke dalam hati mereka.

3.2.3. Metode Belajar dalam Al Qur’an

a. Metode Membaca

Disandarkan pada ayat pertama turun yaitu surat Al alaq, artinya: "Bacalah denngan menyebut nama tuhaan mu,Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah .Bacalah danTuhan mulah yang maha pemuurah,yang mengajarkan manusia dengan perantarra kalam.Dia mengajarkan manusia apa yang tidak ia ketahuinya,(Qs 96 : 1-5 )

Perintah membaca dalam ayat diatas disebut sebanyak dua kali, Pertama dikhususkan kepada Nabi Muhammad saw dan kedua untuk umat manusia, karena membaca dalam hal ini dalam bukan hanya membaca buku, akan tetapi lebih dari itu, yaitu membaca keadaan, situasi dan kondisi masyarakat (peradaban) pada masa itu terminologi kalam dalam ayat di atas , Allah memperjelas makna hakiki membaca yaitu sebagai alat belajar.

b. Metode Peniruan (lmitasi)

Al-quran telah mengajarkan manusia dalam kisah peniruan pada periristiwa pembunuhan khabil dan habil, sarnpai dengan menguburkannya dan proses pembuhan itu selalu ditiru (QS:5:31)

c. Pengalaman Praktis dan Trial and Error

Dalam al-qut'an yang menganjurkan manusia untuk menganjurkan perjalanan dimuka bumi, melakukan pengamatan dan merenungkan tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Tidak diragukan, bahwa semua itu sudah menunnjukkan jelas akan seruan al-qur'an agar

manusia belajar dari alam ini. d. Metode Berpikir

Manusia juga hams memikirkan segala yang telah di berikan Allah melalui perantara kalamNya.melalui berdiskusi , betanya kepada orang yang lebih tabu akan ilmu yang ia tidak mengerti,sehingga mendapatkan suatu kebenaran.AI-qur' an juga memerintahkan kepada kita selalu bermusyawaarah bila ada permasalahan jangan memutuskan permasalahan dengan sendiri agar tercipta keadilan dan saling percaya satu sarna lain, dan bagi orang-orang yang menerima ,mematuhi seruan Tuhan dan mendirikan sholat sedanng urusan mereka diputuskan dengan musyawarah dan mereka menatkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada mereeka (QS:42:38 ) e. Metode Pengulangan

Pengulangan dalam mengemukakan pendapat dan pikiran tertentu pada manusia, biasasnnya akan menjadikan ia berfikir mantap daan optimis dalam setiap langkah

f. Metode Penghargaan

Rosullah telah mengajarkan kita semua bagaimana memberi kebaikan pada masyarakat khususnya pada tetangga dekat dengan memberikan masakan kepada nya dan memberikan hadiah bila saudara kita sedang ada acara walimahan.

g. Metode Bertanya Langsung (Lisan)

Salah satu cara belajar adalah dengan menghadap langsung kepada guru dengan jalan mendengarkan, menirukan serta hadir di majlis ta'Iim .Berkaitan dengan itu dalam Al qur'an mengajarkan sekelompok manusia untuk mencari ilmu pengetahuan dan tafaqquh fiddin. "Tidak sepatutnya bagi orang orang yang mukmin itu pergi semuanya ke medan perang. Mengapa tidak pergi

dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan memberi peringatan kepada kaumnya apa bila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka dapat menjaga dirinya" (At Taubah : 122)

Digunakannya terinologi al-nafiir seperti digunakan dalam konteks jihad, mengisyaratkan bahwa ilmu adalah salah satu bentuk jihad di jalan Allah, seperti dalam hadist Nabi Muhammad saw oleh Tirmidzi, Rosullulah saw.bersabda: “Barang Siapa keluar untuk mencari ilmu, maka ia berada dijalan Allah swt hingga kembali”

Para salafus saleh mensalafkan dalam mencari ilmu hendaklah mendatangi para ulama dan hadir dalam majIis-majIis ta'Iim. Tidak hanya cukup membaca buku tanpa menghadap secara lamgsung, Karena apabila ada kesalahpahaman merekalah yang akan langsung menerangkan.

h. Metode Bertanya Langsung pada Ahlinya

Metode bertanya langsung kepada ahlinya maksudnya adalah mengembalikan segala sesuatu kepada ahlinya/pakamya baik tentang ilmu ataupun seni. Merekalah orang-orang yang mampu menerangkan sesuatu yang belum jelas dan dapat menawarkan solusi atas problema yang ada, Allah berfirman :

“Maka bertanyalah kepada orang-orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu mengetahui " (An nahl:43 & AI- anbiya: 7)

"Maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad) tentang Dia " ( Al-Furqon;59).

Dalam dokumen Psikologi Belajar KATA PENGANTAR (Halaman 195-200)