• Tidak ada hasil yang ditemukan

Max Wertheimer (1880-1943). Dia bekerjasama dengan Wolfgang Kohler dan

Dalam dokumen Psikologi Belajar KATA PENGANTAR (Halaman 135-141)

AKTIVIITAS KEJIWAAN MANUSIA 2.1. PERSEPSI

B. Tingkat Tinggi/Sangat Cerdas/Genius

1. Max Wertheimer (1880-1943). Dia bekerjasama dengan Wolfgang Kohler dan

Kurt Koffka mengembangkan konsep dasar teori Gestalt . Tiga percobaan yang dilakukan untuk menguji teori mereka . Pada tahun 1943 ia menyelesaikan karyanya pada " pemikiran produktif ".

Wertheimer, Koffka, dan Kohler) adalah Trio Gestalt teori (Ide-idenya menampilkan pandangan bahwa berpikir hasil dari keseluruhan ke bagian, memperlakukan masalah secara keseluruhan, dan memungkinkan keseluruhan untuk perintah atau mendominasi bagian.

Menekankan tingkat tinggi proses kognitif, focus teori ini adalah ide tentang “pengelompokan”, yaitu, karakteristik stimulus menyebabkan kita struktur atau menafsirkan bidang visual atau masalah dengan cara tertentu. Pengelompokan faktor termasuk;

1) Kedekatan, elemen cenderung dikelompokkan bersama menurut kedekatan mereka,

2) kesamaan, item yang memiliki beberapa karakteristik yang mirip cenderung dikelompokkan,

3) penutupan, item dikelompokkan bersama-sama jika mereka cenderung untuk menyelesaikan beberapa entitas, dan

4) kesederhanaan, butir akan diatur dalam angka sederhana berdasarkan simetri, keteraturan, dan halus .

Faktor-faktor ini disebut "Hukum Organisasi" . dan dijelaskan dalam konteks persepsi dan pemecahan masalah.i Wertheimer terutama berkaitan dengan masalah-masalah. Werthiemer (1959) memberikan interpretasi Gestalt memecahkan masalah episode ilmuwan terkenal (misalnya, Galileo, Einstein) serta anak-anak yang disajikan dengan masalah matematika.

Inti dari perilaku pemecahan masalah sukses menurut Wertheimer adalah mampu melihat struktur keseluruhan masalah ini: Sebuah tertentu di wilayah tersebut menjadi bidang penting, difokuskan, tetapi itu tidak menjadi terisolasi. “Sebuah struktur yang lebih dalam baru melihat, dari situasi berkembang, melibatkan perubahan dalam arti fungsional, pengelompokan, dll dari item wilayah. Disutradarai oleh apa yang dibutuhkan oleh suatu struktur situasi untuk krusial, salah satu adalah menyebabkan prediksi yang wajar, yang seperti bagian lain dari struktur, panggilan untuk verifikasi, langsung atau tidak langsung mendapatkan. dua arah yang terlibat secara keseluruhan, gambar konsisten dan melihat apa struktur memerlukan keseluruhan untuk bagian-bagian. Dalam model Wertheimer itu , pemikiran asli dimulai dengan masalah. Fitur struktural dan persyaratan dari masalah penyebab ketegangan, ketegangan yang menghasilkan vektor yang mendorong individu untuk mengubah situasi ke arah yang lebih baik . Proses penyelesaian suatu masalah untuk melanjutkan dari gestalt buruk ke yang lebih baik.40

Adapun aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :

1) Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki

40 Diambil dari

http://www.lifecircles-inc.com/Learningtheories/gestalt/wertheimer.html dan

http://psychology.about.com/od/schoolsofthought/f/gestalt_faq.htm dan http://www.gestalttheory.com/maxwertheimer/

kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa. 2) Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning);

kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.

3) Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.

4) Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.

5) Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu,

guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.41

2. Wolfgang Kohler (1887 – 1967), dengan Max Wertheimer dan Kurt Koffka. Mulai dari sinilah Kohler dan kawan-kawan melahirkan psikologi Gestalt. Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang berarti “keseluruhan”. Untuk memperkuat teorinya

Kohler mengadakan penelitian pada sembilan Simpanse yang terkurung pada beberapa sangkar. Salah satu dari Simpanse tersebut bernama Sultan. Penelitian tersebut dilakukan selama kurang lebih tujuh tahun yang dimulai dari tahun 1913. Pulau Canary menjadi pilihan Kohler dalam melakukan eksperimen. Pengertian Insight Learning

Menurut teori Gestalt, belajar addalah proses mengembangkan insight. Insight adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Teori ini menganggap bahwa insight adalah inti dari pembentukan tingkah laku. Dengan demikian, maka belajar itu akan terjadi manakala dihadapkan kepada suatu persoalan yang harus dipecahkan. Belajar bukanlah menghafal fakta. Melalui persoalan yang dihadapi itu anak akan mendapat insight yang sangat berguna untuk menghadapi setiap masalah. Timbulnya insight pada individu tergantung pada :

1) Kesanggupan, kesanggupan berkaitan dengan kemampuan inteligensi individu.

2) Pengalaman, dengan belajar individu akan mendapatkan suatu pengalaman dan pengalaman itu akan menyebabkan munculnya insight.

3) Taraf kompleksitas dari suatu situasi, semakin kompleks masalah, maka akan semakin sulit untuk diatasi.

41Diambil dari http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/02/teori-teori-belajar/

4) Latihan, latihan yang rutin akan meningkatkan kemampuan insight dalam situasi yang bersamaan.

5) Trial and Error, apabila seseorang tidak dapat memecahkan suatu masalah, seseorang akan melakukan percobaan-percobaan hingga akhirnya menemukan insight untuk memecahkan masalah tersebut.

Insight yang merupakan inti dari belajar menurut Teori Gestalt, memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1) Transisi dari presolution ke solution itu terjadi secara tiba-tiba (suddenly)

2) Pemecahan masalah yang diperoleh dengan insight akan tetap tinggal untuk waktu yang lama.

3) Performance yang didasarkan atas insight biasanya smooth dan bebas dari kesalahan.

4) Pemecahan atau prinsip yang diperoleh dengan insight akan mudah dialihkan/dikenakan pada masalah yang lain. Hal ini akan jelas dalam kaitannya dengan transposition.

5) Kemampuan insight seseorang tergantung kepada kemampuan dasar orang tersebut, sedangkan kemampuan dasar itu tergantung kepada usia dan posisi yang bersangkutan dalam kelompok (spesiesnya).

6) Insight dipengaruhi atau tergantung kepada pengalaman masa lalunya yang relevan.

7) Insight tergantung kepada pengaturan dan penyediaan lingkungannya.

Eksperimen Kohler, untuk mendukung teorinya, Wolfgang Kohler melakukan eksperimen pada Simpanse. Eksperimen tersebut dilakukan di Pulau Canary tahun 1913–1920. Berikut ini adalah eksperimen yang dilakukannya.

Eksperimen I

Wolfgang Kohler membuat sebuah sangkar yang didalamnya telah disediakan sebuah tongkat. Simpanse kemudian dimasukkan dalam sangkar tersebut, dan di atas sangkar diberi buah pisang. Melihat buah pisang yang tergelantung tersebut, Simpanse berusaha untuk mengambilnya namun selalu

mengalami kegagalan. Dengan demikian Simpanse mengalami sebuah problem yaitu bagaimana bisa mendapatkan buah pisang agar dapat dimakan. Karena didekatnya ada sebuah tongkat maka timbullah pengertian bahwa untuk meraih sebuah pisang harus menggunakan tongkat tersebut.

Eksperimen II

Pada eksperimen yang kedua masalah yang dihadapi oleh Simpanse masih sama yaitu bagaimana cara mengambil buah pisang. Namun di dalam sangkar tersebut diberi dua tongkat. Simpanse mengambil pisang dengan satu tongkat, namun selalu mengalami kegagalan karena buah pisang diletakkan semakin jauh di atas sangkar. Tiba-tiba muncul insight (pemahaman) dalam diri Simpanse untuk menyambung kedua tongkat tersebut. Dengan kedua tongkat yang disambung itu, Simpanse menggunakannya untuk mengambil buah pisang yang berada di luar sangkar. Ternyata usaha yang dilakukan oleh Simpanse ini berhasil.

Eksperimen III

Dalam eksperimen yang ketiga Wolfgang Kohler masih menggunakan sangkar, Simpanse, dan buah pisang. Namun dalam eksperimen ini di dalam sangkar diberi sebuah kotak yang kuat untuk bisa dinaiki oleh Simpanse. Pada awalnya Simpanse berusaha meraih pisang yang digantung di atas sangkar, tetapi ia selalu gagal. Kemudian Simpanse melihat sebuah kotak yang ada di dalam sangkar tersebut, maka timbullah insight (pemahaman) dalam diri Simpanse yakni mengambil kotak tersebut untuk ditaruh tepat dibwah pisang. Selanjutnya, Simpanse menaiki kotak dan akhirnya ia dapat meraih pisang tersebut.

Eksperimen IV

Eksperimen yang keempat masih sama dengan eksperimen yang ketiga, yaitu buah pisang yang diletakkan di atas sangkar dengan cara agak ditinggikan, sementara di dalam sangkar diberi dua buah kotak. Semula Simpanse hanya menggunakan kotak satu untuk meraih pisang, tetapi gagal. Simpanse melihat

ada satu kotak lagi di dalam sangkar dan ia menghubungkan kotak tersebut dengan pisang dan kotak yang satunya lagi. Dengan pemahaman tersebut, Simpanse menyusun kotak-kotak itu dan ia berdiri di atas susunan kotak-kotak-kotak-kotak dan akhirnya dapat meraih pisang di atas sangkar dengan tangannya.

Dari eksperimen-eksperimen tersebut, Kohler menjelaskan bahwa Simpanse yang dipakai untuk percobaan harus dapat membentuk persepsi tentang situasi total dan saling menghubungkan antara semua hal yang relevan dengan problem yang dihadapinya sebelum muncul insight. Dari percobaan-percobaan tersebut menunjukkan Simpanse dapat memecahkan problemnya dengan insightnya, dan ia akan mentransferinsight tersebut untuk memecahkan problem lain yang dihadapinya.

Melalui penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para tokoh gestalt, disusunlah hukum-hukum gestalt yang berhubungan dengan pengamatan yaitu sebagai berikut ;

Dalam dokumen Psikologi Belajar KATA PENGANTAR (Halaman 135-141)