• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Classical Conditioning (Pembiasaan Klasik)

Dalam dokumen Psikologi Belajar KATA PENGANTAR (Halaman 125-129)

AKTIVIITAS KEJIWAAN MANUSIA 2.1. PERSEPSI

B. Tingkat Tinggi/Sangat Cerdas/Genius

2. Teori Classical Conditioning (Pembiasaan Klasik)

Tokoh utama adalah Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936), dia mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing, dalam hal ini anjing diberi stimulus bersyarat sehingga terjadi reaksi bersyarat pada anjing.

Classical conditioning meliputi pembelajaran yang menghubungkan suatu stimulus (rangsangan) yang telah menimbulkan respons tertentu dengan stimulus baru, sehingga stimulus yang baru menimbulkan respon yang sama. classical conditioning ini memiliki istilah-istilah, yaitu:

Unconditioned stimulus (US), yaitu stimulus yang tidak dikondisikan. US ini (seperti makanan) yang melalui kemampuan bawaannya dapat menimbulkan refleks organik. Misal: pemberian makanan pada anjing menyebabkan anjing mengeluarkan air liur.

Conditioned Stimulus (CS), yaitu stimulus yang terkondisikan. CS ini (misalnya nada) bersifat netral sebelum dipasangkan dengan US. Misal: suatu stimulus netral (NS) seperti nada dipasangkan kepada makanan, maka anjing akan mengeluarkan air liur. Proses ini dilakukan berulang-ulang. Pada akhirnya, meskipun makanan tidak diberikan kepada anjing ketika ada stimulus bunyi bel, anjing akan tetap mengeluarkan air liur.

Unconditioned Response (UR), yaitu respon yang tidak dikondisikan. UR ini refleks alami (seperti berliur) yang

36 Diambil dari http://www.simplypsychology.org/edward-thorndike.html dan http://principlesoflearning.wordpress.com/dissertation/chapter-3-literature- review-2/the-behavioral-perspective/connectionism-edward-l-thorndike-%E2%80%93-1898/ dan

http://faculty.coe.uh.edu/smcneil/cuin6373/idhistory/laws_of_learning.html dan http://www.instructionaldesign.org/theories/connectionism.html

ditimbulkan dengan sendirinya akibat US.

Conditioned Response (CR), yaitu respon yang dikondisikan. CR ini refleks yang dipelajari yang ditimbulkan oleh CS setelah dihubungkan dengan US.

Gambar 9. Percobaan Ivan Petrovich Pavlov pada Seekor Anjing Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya;

a. Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.

b. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.37

Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi

bel dikelas untuk penanda waktu, tanpa disadari menyebabkan proses penandaan waktu sesuatu terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang makanan, bel musik, dan antri di bank. Belajar menurut teori ini adalah : suatu proses yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi, yang terpenting adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanya terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.

Selain Pavlov, Jhon B. Watson (1878-1958) juga mengadakan penelitian berdasarkan pada prinsip classical conditioning. mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur.

Ia meneliti anak kecil, Albert, yang baru berusia 11 bulan. Sebelum dikondisikan, Albert ditunjuk-kan tikus putih. Albert tidak merasa takut, malah ia kelihatan senang dan ingin memegang tikus tersebut. Kemudian berikutnya, ketika Albert ingin memegang tikus itu, ia dikagetkan dengan suara keras. Suara keras itu menyebabkan ia takut. Suara keras itu terus dibunyikan setiap kali Albert akan memegang tikus. Lama kelamaan, Albert takut tikus itu. Bahkan, Albert menjadi takut pada benda-benda lain yang berbulu putih.

Menurut Watson, proses pengkondisian klasikal dapat menjelaskan semua aspek dalam psikologi manusia. Ia menyangkal keberadaan pikiran (mind) atau kesadaran (consciousness).38 38 Diambil dari http://www.muskingum.edu/~psych/psycweb/history/watson.htm dan http://principlesoflearning.wordpress.com/dissertation/chapter-3-literature-review-2/the-behavioral-perspective/behaviorism-john-b-watson-1913/ dan http://rinaldipsych.synthasite.com/resources/Horowitz.pdf

Demikian halnya dengan Edwin Guthrie (1886- 1959), ia juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respons untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Menurut Edwin, stimulus tidak harus berhubungan dengan kebutuhan atau pemuasan biologis sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Clark dan Hull. Dalam hal ini, hubungan antara stimulus dan respons cenderung hanya bersifat sementara. Oleh sebab itu, dalam kegiatan belajar perlu diberikan sesering mungkin stimulus agar hubungan antara stimulus dan respons bersifat lebih tetap. Ia juga mengemukakan agar respons yang muncul sifatnya lebih kuat dan bahkan menetap, sehingga diperlukan berbagai macam stimulus yang berhubungan dengan respons tersebut. Guthrie juga percaya bahwa hukuman(punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu merubah kebiasaan dan perilaku seseorang. Setelah Skinner mengemukakan dan mempopulerkan pentingnya penguatan (reinforcement) dalam teori belajarnya, sehingga hukuman tidak lagi dipentingkan dalam belajar.39

Menurut Guthrie, tingkah laku manusia itu secara keseluruhan merupakan rangkaian tingkah laku yang terdiri atas unit-unit. Unit-unit tingkah laku ini merupakan respon-respon dari stimulus sebelumnya dan kemudian unit respon tersebut menjadi stimulus yang kemudian akan menimbulkan respon

39 Diambil dari

https://behavioranalysishistory.pbworks.com/w/page/36260764/Guthrie_ER dan http://www.muskingum.edu/~psych/psycweb/history/guthrie.htm dan http://books.google.co.id/books?id=ct7tSiyJUaUC&pg=PA211&lpg=PA211&dq= edwin+guthrie+theory+of+learning&source=bl&ots=wIbtMLHrve&sig=pRI1fPZL oUcr1gFM3kBcgh6Kdlg&hl=id&sa=X&ei=BhXxUuqZFoaYrgeor4GoDQ&redir_esc =y#v=onepage&q=edwin%20guthrie%20theory%20of%20learning&f=false

bagi unit tingkah laku yang berikutnya. Prinsip belajar pembentukan tingkah laku ini disebut “Law of Association”. Menurut Guthrie, untuk memperbaiki tingkah laku yang buruk harus dilihat dari deretan unit-unit tingkah lakunya, kemudian diusahakan untuk menghilangkan atau mengganti unit tingkah laku yang tidak baik dengan tingkah laku yang seharusnya. Ada tiga metode pengubahan tingkah laku menurut teori ini yaitu:

a. Metode respon bertentangan (incompatible response method).

b. Metode membosankan (exhaustion method).

c. Metode mengubah lingkungan (cheng of invironmental method)

Dalam dokumen Psikologi Belajar KATA PENGANTAR (Halaman 125-129)