• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

E. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil belajar siswa yang diperoleh setelah belajar. Menurut Mudjiono dan Dimyati (2009) proses kognitif menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil belajar tersebut terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap dan strategi kognitif. Selanjutnya menurut Sudjana (2009), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami pengalaman belajarnya. Pada dasarnya hasil belajar adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar menyangkut bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.

Hasil belajar sebagai tingkat keberhasilan seorang murid dalam mempelajari materi pelajaran dalam hal ini adalah prestasi belajar dalam mata

pelajaran yang diperoleh dari skor test materi pelajaran. Untuk mengukur tingkat kemampuan siswa dapat digunakan aspek kognitif menurut Taksonomi Bloom yang telah direvisi Anderson dan Krathwohl (2001) yakni: mengingat (remember), memahami/mengerti (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan (create).

1. Mengingat (Remember)

Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masalah (problem solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi mengenali (recognition) dan memanggil kembali (recalling). Mengenali berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret, misalnya tanggal lahir, alamat rumah, dan usia, sedangkan memanggil kembali (recalling) adalah proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat.

2. Memahami/mengerti (Understand)

Memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi. Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan

(classification) dan membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan akan muncul ketika seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertentu.

Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau informasi yang spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya. Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua atau lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi. Membandingkan berkaitan dengan proses kognitif menemukan satu persatu ciri-ciri dari obyek yang diperbandingkan.

3. Menerapkan (Apply)

Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi pengetahuan prosedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan (implementing).

4. Menganalisis (Analyze)

Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Kemampuan menganalisis merupakan jenis kemampuan yang banyak dituntut dari kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah. Berbagai mata pelajaran

menuntut siswa memiliki kemampuan menganalisis dengan baik. Tuntutan terhadap siswa untuk memiliki kemampuan menganalisis sering kali cenderung lebih penting daripada dimensi proses kognitif yang lain seperti mengevaluasi dan menciptakan. Kegiatan pembelajaran sebagian besar mengarahkan siswa untuk mampu membedakan fakta dan pendapat, menghasilkan kesimpulan dari suatu informasi pendukung.

Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut (attributeing) dan mengorganisasikan (organizing). Memberi atribut akan muncul apabila siswa menemukan permasalahan dan kemudian memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang menjadi permasalahan. Kegiatan mengarahkan siswa pada informasi-informasi asal mula dan alasan suatu hal ditemukan dan diciptakan. Mengorganisasikan menunjukkan identifikasi unsur-unsur hasil komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali bagaimana unsur-unsur ini dapat menghasilkan hubungan yang baik. Mengorganisasikan memungkinkan siswa membangun hubungan yang sistematis dan koheren dari potongan-potongan informasi yang diberikan. Hal pertama yang harus dilakukan oleh siswa adalah mengidentifikasi unsur yang paling penting dan relevan dengan permasalahan, kemudian melanjutkan dengan membangun hubungan yang sesuai dari informasi yang telah diberikan. 5. Mengevaluasi (Evaluate)

Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya

digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa. Standar ini dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri oleh siswa.

6. Menciptakan (Create)

Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. Menciptakan sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif, namun tidak secara total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan. Menciptakan di sini mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa. Perbedaan menciptakan ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya adalah pada dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan menganalisis siswa bekerja dengan informasi yang sudah dikenal sebelumnya, sedangkan pada menciptakan siswa bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baru.

Untuk dapat menentukan tercapainya tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian atau evaluasi. Penilaian atau evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga serta nilai berdasarkan kriteria tertentu.

Adapun kegunaan hasil belajar bukan saja untuk mengetahui sejauhmana kemajuan siswa dalam menyelesaikan suatu aktivitas, tetapi lebih penting lagi adalah sebagai alat untuk memotivasi setiap siswa untuk lebih giat belajar baik secara individu maupun kelompok.

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Tiga (3) hasil belajar yaitu:

1. Keterampilan dan kebiasaan 2. Pengetahuan dan pengertian

3. Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2009).

Gagne mengemukakan lima macam hasil belajar, tiga di antaranya bersifat kognitif, satu bersifat afektif dan satu lagi bersifat psikomotorik (Dahar, 2011). Sejalan dengan pendapat Gagne dengan Benjamin S. Blomm berpendapat bahwa pengelompokan tujuan pendidikan harus mengacu pada tiga hal ; 1) ranah proses berfikir (cognitive), 2) ranah nilai atau sikap

(affective), dan 3) ranah ketrampilan (psychomotor). Setiap kontek hasil belajar dan evaluasi tiga ranah tersebut yang harus menjadi sasaran, dalam hal ini untuk mengetahui pemahaman peserta didik pada materi pelajaran, aplikasi dan penerapan peserta didik terkait materi yang dipelajari (Sudijono, 2010).

Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing ranah tersebut : 1. Ranah kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu 1) pengetahuan atau ingatan (knowledge), 2) pemahaman (comphrehension) 3) aplikasi atau penerapan (application) 4) analisis (analysis) 5) sintesis (synthesis) 6) evaluasi atau penilaian

(evaluation) (Sudjana, 2009). 2. Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap atau perilaku, ciri-ciri dari hasil belajar afektif akan tampak dalam perilaku peserta didik. Ranah afektif oleh Krathwohl dalam Sudijono (2011) dibagi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu : 1) penerimaan 2) jawaban atau reaksi 3) penilaian 4) organisasi dan 5) internalisasi.

3. Ranah Psikomotorik

Simpson dalam Sudjana (2009) menyatakan bahwa ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan ketrampilan atau kemampuan bertindak individu. Ada enam (6) aspek ranah psikomotoris, yakni 1) gerakan refleks, 2) ketrampilan gerak dasar, 3) kemampuan perceptual, 4) keharmonisan atau ketepatan, 5) gerakan ketrampilan kompleks, 6) gerakan ekspresif dan interpretative.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek hasil belajar. Dalam tujuan pembelajaran ketiga ranah tersebut harus ada dalam rancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Ranah kognitif yang biasanya menjadi konsentrasi utama karena berkaitan dengan kemampuan siswa, namun kemampuan

softskill lain yang selalu diupayakan perkembangannya adalah kemampuan afektif. Hasil belajar psikomotorik merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif, jika siswa sudah memahami materi yang diajarkan yang kemudian tampak dalam kecenderungan berperilaku sesuai dengan ranah kognitif dan afektif maka akan muncul kemampuan motoriknya.

Penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil belajar disebut kemampuan (Gagne, 1988). Menurut Gagne, ada lima (5) kategori hasil belajar yaitu:

1. Keterampilan intelektual, dalam tipe ini termasuk belajar diskriminasi, belajar konsep dan belajar kaidah. Belajar diskriminasi yaitu kesanggupan membedakan beberapa obyek berdasarkan ciri-ciri tertentu, sedangkan belajar konsep yaitu kesanggupan menerangkan obyek yang sama menjadi satu kelompok tertentu.

2. Informasi verbal, pada umumnya berlangsung melalui informasi yang diinginkan seperti membaca, mengarang dan lain-lain.

3. Strategi kognitif, tipe belajar ini menekankan pada aplikasi kognitif dalam memecahkan masalah.

4. Sikap merupakan kesanggupan dan kesediaan untuk menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tertentu.

5. Keterampilan motorik, banyak berhubungan dengan kesanggupan menggerakkan anggota badan, seperti memiliki rangkaian urutan gerakan yang teratur, luwes, tepat, cepat dan lancar. Hasil belajar setiap siswa dapat diukur melalui penelitian oleh gurunya, yaitu melalui penilaian proses ataupun penilaian akhir (test).

Menurut Ratumanan (2006) test adalah suatu alat prosedur yang sistematis dan obyektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan tepat.

Selain itu juga test hasil belajar merupakan sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan utnuk mengukur kemajuan belajar.

Test hasil belajar (achievement test) juga memiliki pengertian sebagai test yang digunakan untuk menilai hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-murid atau dosen kepada mahasiswanya dalam jangka waktu tertentu. Dengan demikian fungsi penilaian dalam proses belajar mengajar bermanfaat ganda, yakni bagi siswa dan bagi guru, penilaian dapat dilaksanakan setelah proses belajar mengajar. Penilaian ini disebut penilaian formatif. Kedua, tahap jangka panjang, yakni penilaian yang dilaksanakan setelah proses belajar mengajar berlangsung beberapa kali atau setelah menempuh periode tertentu misalnya penilaian tengah semester atau penilaian akhir semester atau sering disebut penilaian sumatif.

Dokumen terkait