• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta pada materi sistem hormon manusia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta pada materi sistem hormon manusia."

Copied!
270
0
0

Teks penuh

(1)

SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 3 SMA NEGERI 1 DEPOK,

SLEMAN, YOGYAKARTA PADA MATERI SISTEM HORMON MANUSIA

Natalia Setitit

Universitas Sanata Dharma 2015

Hasil observasi dan wawancara dengan guru Biologi kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta, dapat diketahui bahwa siswa kelas XI IPA 3 memiliki kemampuan pemahaman dan motivasi yang rendah dalam mata pelajaran Biologi. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta pada materi sistem hormon manusia dengan penerapan model pembelajaran tipe snowball throwing.

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang mencakup perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan dalam II siklus. Setiap siklus terdiri dari 3 pertemuan. Cara pengumpulan data diperoleh dari hasil posttest, lembar observasi, lembar kuisioner dan wawancara.

Hasil Belajar yang diperoleh pada siklus I, siswa yang mencapai KKM sebesar 73,52% dengan nilai rata-rata kelas adalah 73. Sedangkan pada siklus II, siswa yang mencapai KKM sebesar 85,29% dengan nilai rata-rata kelas adalah 79. Sedangkan untuk motivasi siswa dapat diketahui dari hasil observasi yang diisi oleh observer dan kuisioner yang diisi oleh siswa. Untuk persentase motivasi siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 94%. Hasil penelitian yang diperoleh sudah mencapai target indikator keberhasilan yang diinginkan dengan persentase untuk motivasi minimal tinggi sebesar 75% dan persentase untuk hasil belajar sebesar 70%.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

(2)

SNOWBALL THROWING METHOD TO IMPROVE MOTIVATION AND LEARNING OUTCOMES IN XI IPA 3 CLASS OF SMA NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA IN HUMAN HORMONE SYSTEM

SUBJECT

Natalia Setitit Sanata Dharma University

2015

The result of observation and interview with the teachers of Biology class XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta it’s known that the class XI IPA 3 have the capability of understanding and low motivation in Biology. This research aims to determine the increase motivation and learning outcomes of students of class XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta in human hormone system subject with the application of learning models of type snowball throwing.

This research is a Classroom Action Research, which includes planning, action, observation, and reflection. This research was conducted in two cycles. Each cycle consisted of three meetings. System of data collection obtained from the results of the posttest, observation sheets, questionnaires and interview.

Study results obtained in the first cycle , students who achieve KKM amounted to 73.52 % with an average value of 73. While on the second cycle, students who achieve KKM amounted to 85.29 % with an average grade is 79. As for the motivation of students can be seen from the observation that filled by observer and questionnaires filled out by students. The percentage of student motivation in the first cycle and the second cycle of 94 %. The resultobtained are reaching the target indicators of the success desired with minimal motivation high percentage to 75% and the percentage for learning outcomes by 70 % .

Based on research that has been done can be concluded that the application of cooperative learning with snowball throwing method can improve motivation and student learning outcomes.

(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 3 SMA NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA

PADA MATERI SISTEM HORMON MANUSIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh : Natalia Setitit NIM : 111434028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

THROWING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 3 SMA NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA

PADA MATERI SISTEM HORMON MANUSIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh : Natalia Setitit NIM : 111434028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

Karya ini kupersembahkan untuk :

Tuhan Yesus Kristus

Bunda Maria

Papa Hendrikus Setitit, Mama Gergonia Hungan dan Victorina

Mayabubun Yang Selalu Mencintai, Mendukung dan Mendoakan

Aku. Karya Ini Ku Persembahkan Sebagai Tanggung Jawab

Sebagai Seorang Anak Yang Selalu Ingin Membuat Kalian Bangga

dan Bahagia.

Keempat Adik Ku Tercinta Yohana Meyke Setitit, Yohanes Berti

Setitit, Maria Angelina Setitit dan Wilhelmus Mario Setitit, Yang

Selalu Mencintai, Mendukung, dan Mendoakanku, Serta Selalu

Menjadikan Aku Sebagai Panutan dalam Keluarga.

Semua Keluargaku Yang Selalu Mendukung dan Mendoakan Aku

Almamater Tercinta Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan

(8)

v

Apakah Saya Gagal atau Sukses

Semua Itu adalah Hasil Perbuatan Saya Sendiri Bukanlah Hasil

Perbuatan Orang Lain

Saya Yang Menjadi Pendorong dan Kekuatan Bagi Diri Sendiri. -Elaine Maxwell-

Therefore I Tell You, Whatever You Ask For In Prayer, Believe That You Have Received It and It Will Be Yours

Apa Saja Yang Kamu Minta dan Doakan, Percayalah Bahwa Kamu Telah Menerimanya, Maka Hal Itu Akan Diberikan Kepadamu

-MARK 11:24-

Jangan Mencari Ketakutanmu Melainkan Carilah Harapan dan Mimpimu. Jangan Berpikir Tentang Putus Asa, Tapi Tentang Potensimu Yang Belum Terpenuhi. Perhatikan Dirimu Bukan dengan Apa Yang Telah Kamu Coba dan Gagal, Tapi Dengan Apa Yang Masih

(9)
(10)
(11)

viii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN

HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 3 SMA NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA PADA MATERI SISTEM HORMON

MANUSIA

Natalia Setitit

Universitas Sanata Dharma 2015

Hasil observasi dan wawancara dengan guru Biologi kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta, dapat diketahui bahwa siswa kelas XI IPA 3 memiliki kemampuan pemahaman dan motivasi yang rendah dalam mata pelajaran Biologi. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta pada materi sistem hormon manusia dengan penerapan model pembelajaran tipe snowball throwing.

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang mencakup perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilakukan dalam II siklus. Setiap siklus terdiri dari 3 pertemuan. Cara pengumpulan data diperoleh dari hasil posttest, lembar observasi, lembar kuisioner dan wawancara.

Hasil Belajar yang diperoleh pada siklus I, siswa yang mencapai KKM sebesar 73,52% dengan nilai rata-rata kelas adalah 73. Sedangkan pada siklus II, siswa yang mencapai KKM sebesar 85,29% dengan nilai rata-rata kelas adalah 79. Sedangkan untuk motivasi siswa dapat diketahui dari hasil observasi yang diisi oleh observer dan kuisioner yang diisi oleh siswa. Untuk persentase motivasi siswa pada siklus I dan siklus II sebesar 94%. Hasil penelitian yang diperoleh sudah mencapai target indikator keberhasilan yang diinginkan dengan persentase untuk motivasi minimal tinggi sebesar 75% dan persentase untuk hasil belajar sebesar 70%.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

(12)

ix

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING WITH SNOWBALL THROWING METHOD TO IMPROVE MOTIVATION AND

LEARNING OUTCOMES IN XI IPA 3 CLASS OF SMA NEGERI 1 DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA IN HUMAN HORMONE SYSTEM

SUBJECT

Natalia Setitit Sanata Dharma University

2015

The result of observation and interview with the teachers of Biology class XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta it’s known that the class XI IPA 3 have the capability of understanding and low motivation in Biology. This research aims to determine the increase motivation and learning outcomes of students of class XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta in human hormone system subject with the application of learning models of type snowball throwing.

This research is a Classroom Action Research, which includes planning, action, observation, and reflection. This research was conducted in two cycles. Each cycle consisted of three meetings. System of data collection obtained from the results of the posttest, observation sheets, questionnaires and interview.

Study results obtained in the first cycle , students who achieve KKM amounted to 73.52 % with an average value of 73. While on the second cycle, students who achieve KKM amounted to 85.29 % with an average grade is 79. As for the motivation of students can be seen from the observation that filled by observer and questionnaires filled out by students. The percentage of student motivation in the first cycle and the second cycle of 94 %. The resultobtained are reaching the target indicators of the success desired with minimal motivation high percentage to 75% and the percentage for learning outcomes by 70 % .

Based on research that has been done can be concluded that the application of cooperative learning with snowball throwing method can improve motivation and student learning outcomes.

(13)

x

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, atas berkat, rahmat, perlindungan, penyertaan dan bimbingan-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian penelitian dan penyususnan skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta Pada Materi Sistem Hormon Manusia”. Adapun penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, di program studi pendidikan biologi Universitas Sanata Dharma. Dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari keterlibatan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada.

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku dekan FKIP dan Bapak Dr. Marcellinus Andi Rudhito, S.Pd., selaku ketua jurusan JPMIPA Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis.

2. Bapak Drs. Antonius Tri Priyantoro, M.For, Sc., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi yang telah memberikan motivasi dan dorongan kepada penulis selama menempuh studi di universitas sanata dharma.

3. Ibu Luisa Diana Handoyo, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan motivasi, bimbingan, masukan, saran dan arahan dengan sabar dan teliti kepada penulis selama penyusunan dan penyelesaian skripsi.

4. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Biologi yang dengan tulus dan segenap hati membagikan ilmu dan pengalaman yang mereka miliki kepada penulis saat perkuliahan.

5. Para Karyawan dan Staf Sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma.

6. Bapak Drs. Maskur, selaku Kepala Sekolah SMAN 1 Depok, Sleman, Yogyakarta. 7. Bapak Drs. Agus Sartono, selaku guru bidang studi Biologi yang telah banyak

(14)

xi

telah membantu penulis ketika melaksanakan penelitian sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar.

9. Siswa-siswi kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta selaku subyek dalam penelitian ini, yang telah membantu dan berpartisipasi selama pelaksanaan penelitian.

10.Ketiga orang tua tercinta, Papa Hendrikus Setitit, Mama Gergonia Hungan dan Victorina Mayabubun dan yang selalu mendoakan, memberi cinta dan kasih sayang yang sangat berlimpah kepada penulis, memberi nasehat, selalu menyemangati penulis, dan memberikan dukungan baik secara moral dan finansial kepada penulis selama menempuh perkuliahan maupun dalam menyelesaikan skripsi.

11.Keempat adik tercinta, Yohana Meyke Setitit, Yohanes Berti Setitit, Maria Angelina Setitit dan Wilhelmus Mario Setitit yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis.

12.Tua Pastor Tercinta Celcus Mayabubun atas Doa dan Dukungan secara moril maupun Finansial selama penyelesaian skripsi.

13.Sepupu tersayang Martinus Setitit dan Philipus Basten Inuhan atas Doa, dukungan, nasehat, canda-tawa, semangat yang telah diberikan kepada penulis selama penelitian hingga penyelesaian skripsi ini.

14.Seluruh keluarga besar setitit, mayabubun, hungan, kirwelakubun, welikin dan selitubun yang telah mendoakan dan mendukung penulis baik secara moral maupun finansial.

15.Sahabat-sahabat tercinta Maria Benigna, Fara Deni dan Ditya Intan Kusuma, yang telah mendoakan, membantu, mengarahkan, memberikan motivasi, kritik, saran, canda-tawa, kegilaan, kebersamaan, menyemangati serta mendukung penulis selama menempuh studi maupun penelitian dan dalam menyelesaikan skripsi ini.

16.Teman-teman Virion 11: Henny Anggita Taru, Sisilia Kadek Mita dan Maria Antonia yang telah membantu serta mendukung penulis selama penelitian skripsi. 17.Teman-teman tersayang Laskar Intan : Ni Kadek Yunika Hadiningsih, Elyn

(15)
(16)

xiii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK... viii

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran... 10

B. Prinsip-prinsip Belajar ... ... 11

C. Prinsip-prinsip Mengajar... 13

D. Motivasi Belajar ... 15

E. Hasil Belajar ... 18

(17)

xiv

H. Analisis Hubungan Karakteristik Materi Sistem Hormon pada Manusia

dengan Snowoball Throwing ... 33

I. Hasil Penelitian yang Relevan ... 34

J. Kerangka Berpikir Penelitiam ... 36

K. Hipotesis Tindakan ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 39

B. Setting Penelitian ... 39

C. Variabel Penelitian ... 40

D. Rancangan Penelitian ... 40

E. Instrumen Penelitian ... 49

F. Teknik Analisis Data ... 52

G. Indikator Keberhasilan ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian... 60

B. Hasil Penelitian ... 64

C. Analisis Data ... ... 75

D. Pembahasan ... ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... ... 92

(18)
(19)

xvi

Tabel 3.1. : Kisi-kisi Penskoran Kuisioner ... 54

Tabel 3.2. : Kisi-kisi Item Kuisioner ... 55

Tabel 3.3. : Kisi-kisi Penskoran Observasi ... 55

Tabel 3.4. : Kisi-kisi Item Observasi ... ... . 56

Tabel 3.5. : Kategori Motivasi Siswa ... ... . 57

Tabel 3.6. : Indikator Keberhasilan ... 59

Tabel 4.1. : Hasil Nilai Pretest ... ... . 65

Tabel 4.2. : Hasil Nilai Posstest Siklus I dan Siklus II ... 77

Tabel 4.3. : Hasil Wawancara ... 79

(20)

xvii

(21)

xviii

(22)

xix

(23)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat di era modern ini telah menyentuh pada semua aspek kehidupan manusia, tak terkecuali bidang pendidikan. Pemerintah dewasa ini khususnya Departemen Pendidikan Pendidikan Nasional berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai ke tingkat perguruan tinggi (Arikunto, 2006).

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu bangsa dan negara. Karena pendidikan merupakan sarana yang paling tepat untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesa dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan yang berat. Upaya peningkatan kualitas pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia antara lain peningkatan mutu pendidik dan peserta didik, perbaikan kurikulum dan peningkatan sarana dan prasarana (Hamalik, 2005).

(24)

siswa dituntut untuk mendengar, melihat, menyampaikan ide / pendapat dan mendiskusikannya dengan orang lain, sehingga dapat memecahkan masalah sendiri dan melaksanakan tugas berdasarkan pada pengetahuan yang telah mereka miliki. Secara tidak langsung siswa dapat mencapai optimalisasi perkembangannya baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor (Wiraatmaja, 2008).

Guru sebagai komponen penting dari tenaga kependidikan, memiliki tugas untuk melaksanakan proses pembelajaran (Wenno, 2008). Dalam pelaksanaannya, diperlukan strategi pembelajaran yang mampu membangkitkan motivasi siswa untuk belajar. Pembelajaran secara konvensional dewasa ini dinilai tidak efisien untuk meningkatkan hasil belajar. Walaupun tidak secara menyeluruh dihapuskan, namun akan lebih baik jika dikolaborasikan dengan model pembelajaran terbaru yang inovatif. Selain untuk membuat siswa menjadi lebih bergairah untuk belajar, siswa juga dipacu untuk menjadi pembelajar yang mandiri dan dapat memecahkan masalah dengan memberi solusi atau ide-ide yang cemerlang. Dengan demikian, siswa dapat mengapresiasikan kompetensi yang dimiliki.

(25)

jarang ditemukan adanya keluhan dari guru karena siswa sulit untuk memahami materi pelajaran yang disajikan secara utuh oleh guru. Hal itu ditinjau berdasarkan hasil belajar siswa pada 1 tahun terakhir dalam materi sistem koordinasi manusia. Di kelas XI IPA 3 pada standar kompetensi tertentu, guru menemui kesulitan dalam membentuk konsep pikir dan wawasan siswa, misalnya pada materi sistem koordinasi manusia. Berdasarkan hasil wawancara bersama guru, ia mengatakan bahwa untuk materi sistem hormon manusia memang sulit karena materi tersebut banyak istilah ilmiah yang sulit untuk dipahami, materinya cukup banyak sehingga siswa sulit untuk mengerti atau memahami materi tersebut selain itu siswa juga kurang suka dengan materi biologi karena bersifat hafalan. Hasil belajar siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 76 pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 dalam materi sistem regulasi atau koordinasi berjumlah 12 orang siswa dari 34 orang siswa dengan rata-rata nilai 56,73. Sedangkan ketuntasan belajar yang diperoleh yaitu sebesar 30,57%.

(26)

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi tujuan tertentu. Motivasi belajar dapat timbul karena factor intrinsic, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita (Uno, 2007).

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak guru masih menggunakan pembelajaran konvensional (ceramah). Siswa hanya mendengar dan mencatat. Oleh karena itu penggunaan model dan strategi pembelajaran yang tepat dan bervariasi diharapkan akan meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada siswa, model pembelajaran kooperatif cocok untuk siswa-siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dimana siswa pada model pengajaran ini para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang saling bekerja sama satu dan lainnya dalam mempelajari materi pelajaran sehingga suasana kelas lebih aktif. Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat bebagai tipe yang dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas.

(27)

memahami materi dibutuhkan kerjasama antar siswa untuk saling mendukung satu sama lain.

Keterkaitan materi dengan model pembelajaran snowball throwing

adalah materi sistem hormon merupakan materi yang tidak dapat dilihat secara kasat mata proses terjadinya. Snowball throwing merupakan model pembelajaran kooperatif yang lebih mengaktifkan siswa dalam membentuk pola pikir secara mandiri. Dalam pembelajaran, kerjasama antara siswa dapat dibentuk dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dengan membentuk kelompok-kelompok belajar dan setiap siswa bertanggung jawab akan pemahaman dirinya sendiri dan teman dalam satu kelompoknya. Iklim kelas yang terbentuk pada saat proses pembelajaran juga akan mendukung siswa agar lebih termotivasi untuk belajar karena mereka berada pada lingkungan kompetisi positif dan dituntut untuk menjadi yang terbaik serta memberikan yang terbaik untuk kelompoknya. Hal ini ditinjau dari terbentuknya interaksi antar siswa yang semakin meningkat dengan adanya model pembelajaran. Interaksi siswa dengan guru juga akan meningkat, karena guru bertindak sebagai wasit yang akan membantu siswa dalam menyelesaikan masalah yang ditemukan saat proses pembelajaran. Sehingga materi yang memiliki kesulitan yang cukup tinggi dapat dipahami oleh siswa dengan mudah dalam diskusi kelompok.

(28)

kemampuan mengemukakan ide-ide baru, membantu siswa untuk dapat menilai dirinya sendiri, teman-temannya dan juga melalui diskusi siswa dapat dilatih untuk menghargai pendapat teman.

Proses belajar mengajar pada SMA Negeri 1 Depok, Yogyakarta, saat ini telah mengalami perubahan dan menunjukkan apresiasi yang baik terhadap kualitas belajar di kelas. Namun, pihak sekolah terus berusaha untuk mengoptimalisasi seluruh potensi yang dimiliki oleh sekolah, misalnya dengan transformasi secara kontinyu terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas. Guru dalam perannya sebagai pengajar selain memperhatikan pencapaian kriteria ketuntasan minimal sebagai salah satu syarat akademik, juga memprioritaskan kebutuhan siswa dalam memahami materi pelajaran yang disajikan.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis perlu untuk menerapkan model pembelajaran snowball throwing pada materi sistem hormon manusia. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan motivasi dan penguasaan konsep terhadap materi yang telah ada sebagai pengetahuan dasar mereka. Dengan demikian, permasalahan ini diangkat dengan judul “

(29)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta pada materi sistem hormon manusia”?

C. Batasan Masalah

Batasan Masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah : 1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah hasil belajar dari segi kognitif dan motivasi. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif yang dapat dilihat dari hasil test. Sedangkan motivasi adalah melihat dorongan dari dalam diri siswa untuk berusaha menguasai materi dan keseriusan dalam pembelajaran serta dalam mengikuti permainan ditunjukan dengan hasil observasi dan angket.

2. Materi Pokok

Materi pokok yang akan dikenai tindakan adalah Sistem Hormon pada : a. Standar Kompetensi (SK)

(30)

b. Kompetensi Dasar (KD)

3.6. Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, proses serta kelainan/ penyakit yang dapat terjadi pada sistem regulasi manusia (saraf, endokrin dan penginderaan).

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta pada materi Sistem Hormon Manusia dengan penerapan model pembelajaran Tipe Snowball throwing.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa

Agar dapat meningkatkan hasil belajar dan mengembangkan aspek motivasi dalam kegiatan belajar mengajar dan membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi Biologi pada umumnya, khususnya materi Sistem Hormon.

2. Bagi guru

(31)

dan penguasaan konsep dengan model pembelajaran tipe snowball throwing.

3. Bagi Sekolah

Referensi bagi sekolah untuk menentukan kebijakan dalam penerapan model pembelajaran dan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan sekolah.

4. Bagi Peneliti

(32)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian (Rosyada, 2004). Sukmadinata (2004) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru dan berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan kecakapan.

Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir (Slavin, 2012).

(33)

terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri (Slavin, 2012).

Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dari makna ini terlihat jelas bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya (Subiyanto, 1998).

B. Prinsip-prinsip Belajar

Belajar bukanlah sekadar mengumpulkan pengetahuan. Belajar merupakan proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktifitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari (Sanjaya, 2006). Situasi dan kondisi dari lingkungan yang berbeda dan berkolaborasi dengan siswa secara individual, mengharuskan guru untuk menyusun prinsip-prinsip belajar.

Menurut Slameto (2006), terdapat 4 prinsip belajar yaitu :

(34)

aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional (2) belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional (3) belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif (4) belajar perlu interaksi siswa dengan lingkungannya.

2. Sesuai hakikat belajar. Prinsipnya bahwa (1) belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannnya (2) belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery (3) belajar adalah proses kontinyuitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan respons yang diharapkan.

3. Sesuai materi atau bahan yang harus dipelajari mengandung pengertian bahwa : (1) belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya (2) belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.

(35)

C. Prinsip-prinsip Mengajar

Mengajar bukan tugas yang ringan bagi seorang guru. Guru harus berhadapan dengan siswa yang memerlukan bimbingan, dan pembinaan untuk menuju kedewasaan, dan diharapkan kelak menjadi manusia dewasa yang sadar tanggung jawab terhadap diri sendiri, berpribadi, dan bermoral.

Ada dua pendapat tentang prinsip-prinsip mengajar yang dikemukakan disini (Slameto, 2006). Pendapat yang pertama, menyimpulkan sepuluh prinsip seperti berikut; (1) perhatian, (2) aktivitas, (3) apersepsi, (4) peragaan, (5) repetisi, (6) korelasi, (7) konsentrasi, (8) sosialisasi, (9) individualisasi, dan (10) evaluasi. Pendapat yang kedua oleh Mursel dalam Slameto (2006), disimpulkan enam prinsip, yaitu (1) konteks, (2) fokus, (3) sosilisasi, (4) individulisasi, (5) sekuense dan (6) evaluasi.

Prinsip-prinsip mengajar tersebut di atas kemudian dirumuskan secara umum, yang harus dijadikan pegangan guru untuk melaksanakan proses belajar mengajar menurut Uno (2006) adalah sebagai berikut:

1. Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa. Apa yang telah dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari bahan yang akan diajarkan. Tingkat kemampuan siswa sebelum proses belajar mengajar berlangsung harus diketahui guru. Tingkat kemampuan semacam ini disebut entry behavior, yang dapat diketahui diantaranya dengan melakukan pre-test.

(36)

kehidupan. Hal ini dapat menarik minat, sekaligus dapat memotivasi belajar.

3. Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa. Setiap individu mempunyai kemampuan potensial seperti bakat dan intelegensi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

4. Kesiapan (readiness) dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam mengajar. Kesiapan adalah kapasitas (kemampuan potensial) baik bersifat fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu. Apabila siswa siap untuk melakukan proses belajar, hasil belajar dapat diperoleh dengan baik. Sebaliknya, jika tidak siap, tidak akan diperoleh hasil yang baik. Oleh karena itu, pengajaran dilaksanakan kalau individu mempunyai kesiapan.

5. Tujuan pengajaran harus diketahui siswa. Tujuan pengajaran merupakan rumusan tentang perubahan perilaku apa yang diperoleh setelah proses belajar mengajar. Dengan mengetahui tujuan pengajaran, siswa termotivasi untuk belajar, dan agar mudah diketahui maka harus dirumuskan secara khusus.

(37)

yang bersifat abstrak), (e) dengan menggunakan prinsip induksi kepada deduksi atau sebaliknya, (f) sering menggunakan reinforcement

(penguatan).

D. Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata Inggris motivation yang berarti dorongan, pengalasan, dan motivasi. Motive sendiri berarti alasan, sebab, dan daya penggerak (Echols, dkk, 2005). Motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan (Suryobroto, 2005). Secara serupa Winkel (2008) mengemukakan bahwa motif adalah adanya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu pula.

Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya motivasi belajar, yaitu motivasi yang diterapkan dalam kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin keberlangsungan belajar itu demi mencapai satu tujuan (Winkel, 2008).

(38)

tertinggal belajarnya dan sangat sedikit pula kesalahan dalam belajarnya (Palardy, 1975).

Secara garis besar, motiasi dapat dibedakan menjadi dua (2) yaitu motivasi intrinsik dan motivassi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam individu tanpa ada ransangan dari luar, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar individu.

Motivasi belajar secara intrinsik memandang bahwa segala tindakan manusia termasuk belajar karena terdapat tanggungjawab internal pada diri manusia itu. Manusia termasuk makhluk yang baik : tinggi tanggungjawabnya, suka bekerja termasuk belajar, selalu ingin berprestasi. Berarti dalam diri manusia sebenarnya terdapat dorongan-dorongan yang kuat untuk belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik perlu diberikan tak lain karena seorang senantiasa berada dalam keadaan menetap. Bisa terjadi, seorang yang mempunyai motivasi belajar intrinsik yang demikian tinggi tiba-tiba melemah. Supaya melemahnya motivasi intrinsik ini tidak sampai berada pada tingkatan yang sangat rendah, perlu dikontrol dengan menggunakan motivasi ekstrinsik (Surya, 2008).

Secara konseptual, motivasi berkaitan erat dengan prestasi atau hasil belajar. Pembelajar yang tinggi motivasi, umumnya baik dalam perolehan hasi belajar. Sebaliknya, Pembelajar yang rendah motivasinya rendah pula perolehan hasil belajarnya (Sudirman, 2011).

(39)

Motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama (Suprijono, 2009) .

Indikator motivasi belajar menurut Uno (2007) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4. Adanya penghargaan dalam belajar 5. Adanya kegiatan menarik dalam belajar

6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan baik.

Suprijono (2009) mengungkapkan motivasi berhubungan erat dengan tujuan belajar. Terkait dengan hal tersebut motivasi mempunyai fungsi:

1. Mendorong peserta didik untuk berbuat. Motivasi sebagai pendorong atau motor dari setiap kegiatan belajar.

2. Menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni ke arah tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Motivasi belajar memberikan arah dan kegiatan harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran.

(40)

pembelajaran dengan menyeleksi kegiatan-kegiatan yang tidak menunjang bagi pencapaian tujuan belajar tersebut.

Pada hakikatnya motivasi belajar adalah dorongan yang muncul dari dalam diri siswa maupun dari orang lain yang bisa membuat siswa untuk berusaha mendapat pencapaian yang lebih dari sebelumnya, perubahan itu tercermin dari perubahan tingkah laku siswa. Dengan memberikan dorongan kepada siswa maka akan menumbuhkan kepercayaan diri, semangat, dan bisa membuat siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan baik dan terkontrol. Motivasi merupakan hal penting dalam memelihara dan mengembangkan sumber daya manusia melalui pendidikan (Surya, 2004).

E. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil belajar siswa yang diperoleh setelah belajar. Menurut Mudjiono dan Dimyati (2009) proses kognitif menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil belajar tersebut terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap dan strategi kognitif. Selanjutnya menurut Sudjana (2009), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengalami pengalaman belajarnya. Pada dasarnya hasil belajar adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar menyangkut bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.

(41)

pelajaran yang diperoleh dari skor test materi pelajaran. Untuk mengukur tingkat kemampuan siswa dapat digunakan aspek kognitif menurut Taksonomi Bloom yang telah direvisi Anderson dan Krathwohl (2001) yakni: mengingat (remember), memahami/mengerti (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan (create).

1. Mengingat (Remember)

Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masalah (problem solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi mengenali (recognition) dan memanggil kembali (recalling). Mengenali berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret, misalnya tanggal lahir, alamat rumah, dan usia, sedangkan memanggil kembali (recalling) adalah proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat.

2. Memahami/mengerti (Understand)

(42)

(classification) dan membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan akan muncul ketika seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertentu.

Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau informasi yang spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya. Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua atau lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi. Membandingkan berkaitan dengan proses kognitif menemukan satu persatu ciri-ciri dari obyek yang diperbandingkan.

3. Menerapkan (Apply)

Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi pengetahuan prosedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan (implementing).

4. Menganalisis (Analyze)

(43)

menuntut siswa memiliki kemampuan menganalisis dengan baik. Tuntutan terhadap siswa untuk memiliki kemampuan menganalisis sering kali cenderung lebih penting daripada dimensi proses kognitif yang lain seperti mengevaluasi dan menciptakan. Kegiatan pembelajaran sebagian besar mengarahkan siswa untuk mampu membedakan fakta dan pendapat, menghasilkan kesimpulan dari suatu informasi pendukung.

Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut (attributeing) dan mengorganisasikan (organizing). Memberi atribut akan muncul apabila siswa menemukan permasalahan dan kemudian memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang menjadi permasalahan. Kegiatan mengarahkan siswa pada informasi-informasi asal mula dan alasan suatu hal ditemukan dan diciptakan. Mengorganisasikan menunjukkan identifikasi unsur-unsur hasil komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali bagaimana unsur-unsur ini dapat menghasilkan hubungan yang baik. Mengorganisasikan memungkinkan siswa membangun hubungan yang sistematis dan koheren dari potongan-potongan informasi yang diberikan. Hal pertama yang harus dilakukan oleh siswa adalah mengidentifikasi unsur yang paling penting dan relevan dengan permasalahan, kemudian melanjutkan dengan membangun hubungan yang sesuai dari informasi yang telah diberikan. 5. Mengevaluasi (Evaluate)

(44)

digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa. Standar ini dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri oleh siswa.

6. Menciptakan (Create)

(45)

Untuk dapat menentukan tercapainya tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian atau evaluasi. Penilaian atau evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga serta nilai berdasarkan kriteria tertentu.

Adapun kegunaan hasil belajar bukan saja untuk mengetahui sejauhmana kemajuan siswa dalam menyelesaikan suatu aktivitas, tetapi lebih penting lagi adalah sebagai alat untuk memotivasi setiap siswa untuk lebih giat belajar baik secara individu maupun kelompok.

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Tiga (3) hasil belajar yaitu:

1. Keterampilan dan kebiasaan 2. Pengetahuan dan pengertian

3. Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2009).

Gagne mengemukakan lima macam hasil belajar, tiga di antaranya bersifat kognitif, satu bersifat afektif dan satu lagi bersifat psikomotorik (Dahar, 2011). Sejalan dengan pendapat Gagne dengan Benjamin S. Blomm berpendapat bahwa pengelompokan tujuan pendidikan harus mengacu pada tiga hal ; 1) ranah proses berfikir (cognitive), 2) ranah nilai atau sikap

(46)

Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing ranah tersebut : 1. Ranah kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu 1) pengetahuan atau ingatan (knowledge), 2) pemahaman (comphrehension) 3) aplikasi atau penerapan (application) 4) analisis (analysis) 5) sintesis (synthesis) 6) evaluasi atau penilaian

(evaluation) (Sudjana, 2009). 2. Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap atau perilaku, ciri-ciri dari hasil belajar afektif akan tampak dalam perilaku peserta didik. Ranah afektif oleh Krathwohl dalam Sudijono (2011) dibagi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu : 1) penerimaan 2) jawaban atau reaksi 3) penilaian 4) organisasi dan 5) internalisasi.

3. Ranah Psikomotorik

(47)

Ketiga ranah tersebut menjadi objek hasil belajar. Dalam tujuan pembelajaran ketiga ranah tersebut harus ada dalam rancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Ranah kognitif yang biasanya menjadi konsentrasi utama karena berkaitan dengan kemampuan siswa, namun kemampuan

softskill lain yang selalu diupayakan perkembangannya adalah kemampuan afektif. Hasil belajar psikomotorik merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif, jika siswa sudah memahami materi yang diajarkan yang kemudian tampak dalam kecenderungan berperilaku sesuai dengan ranah kognitif dan afektif maka akan muncul kemampuan motoriknya.

Penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil belajar disebut kemampuan (Gagne, 1988). Menurut Gagne, ada lima (5) kategori hasil belajar yaitu:

1. Keterampilan intelektual, dalam tipe ini termasuk belajar diskriminasi, belajar konsep dan belajar kaidah. Belajar diskriminasi yaitu kesanggupan membedakan beberapa obyek berdasarkan ciri-ciri tertentu, sedangkan belajar konsep yaitu kesanggupan menerangkan obyek yang sama menjadi satu kelompok tertentu.

2. Informasi verbal, pada umumnya berlangsung melalui informasi yang diinginkan seperti membaca, mengarang dan lain-lain.

3. Strategi kognitif, tipe belajar ini menekankan pada aplikasi kognitif dalam memecahkan masalah.

(48)

5. Keterampilan motorik, banyak berhubungan dengan kesanggupan menggerakkan anggota badan, seperti memiliki rangkaian urutan gerakan yang teratur, luwes, tepat, cepat dan lancar. Hasil belajar setiap siswa dapat diukur melalui penelitian oleh gurunya, yaitu melalui penilaian proses ataupun penilaian akhir (test).

Menurut Ratumanan (2006) test adalah suatu alat prosedur yang sistematis dan obyektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan tepat.

Selain itu juga test hasil belajar merupakan sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan utnuk mengukur kemajuan belajar.

(49)

F. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok–kelompok kecil (biasanya dua

hingga lima orang) yang bisa diikuti semua orang didalam tugas yang jelas (Slavin, 2005).

Slavin (2008) mengemukakan , “In cooperative learning methods, student work together in four member team to master material initially

presented by the teacher.” Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana dalam sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.

Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur (Sugandi, 2004).

Pada dasarnya pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

(50)

Menurut Slavin (2008) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerja sama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: 1) untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif, 2) kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, 3) jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan 4) penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.

G. Model Pembelajaran Snowball Throwing

Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing

(51)

melempar bola salju. Dalam pembelajaran snowball throwing, bola salju merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian dilempar kepada temannya sendiri untuk dijawab. Menurut Mohib (2010),

snowball throwing merupakan salah satu model pembelajaran aktif (active learning) yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan siswa. Peran guru di sini hanya sebagai pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya penertiban terhadap jalannya pembelajaran.

Menurut Widodo (2009) “Model Pembelajaran snowball throwing

disebut juga model pembelajaran gelundungan bola salju”. Model pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok.

Pembelajaran dengan model snowball throwing, menggunakan tiga penerapan pembelajaran antara lain: (1) pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas melalui pengalaman nyata (constructivism), (2) pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri (inquiry), (3) pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari “bertanya” (questioning). Dari bertanya siswa

(52)

pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan tersebut.

Model pembelajaran snowball throwing merupakan pengembangan dari model pembelajaran diskusi dan merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif. Hanya saja, pada model ini kegiatan belajar diatur sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan lebih menyenangkan. Dengan penerapan metode ini, diskusi kelompok dan interaksi antar siswa dari kelompok yang berbeda memungkinkan terjadinya saling sharing pengetahuan dan pengalaman dalam upaya menyelesaikan permasalahan yang mungkin timbul dalam diskusi yang berlangsung secara lebih interaktif dan menyenangkan.

(53)

1. Langkah – Langkah pembelajaran menggunakan Snowball Thowing

Langkah-langkah model Snowball Throwing menurut Suprijono (2009)

Adalah:

a. Penyampaian materi oleh guru.

b. Pembentukan kelompok, pemanggilan ketua kelompok untuk memberikan penjelasan materi.

c. Penjelasan materi dari ketua kelompok kepada anggota kelompok. d. Pemberian lembar kertas kerja kepada siswa untuk menuliskan

pertanyaan mengenai materi.

e. Pembuatan kertas berisi pertanyaan menjadi bola dan pelemparan bola kertas dari satu siswa ke siswa lain.

f. Siswa mendapat bola kertas, menjawab pertanyaan dalam kertas secara bergantian.

g. Evaluasi. h. Penutup.

2. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Snowball Throwing

Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran snowball throwing dalam Safitri (2011) sebagai berikut :

a. Kelebihan Model Pembelajaran Snowball Throwing

(54)

2) Siswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi pelajaran yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena siswa mendapat penjelasan dari teman sebaya yang secara khusus disiapkan oleh guru serta mengerahkan penglihatan, pendengaran, menulis dan berbicara mengenai materi yang didiskusikan dalam kelompok.

3) Dapat membangkitkan keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan kepada teman lain maupun guru.

4) Melatih siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik.

5) Merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut.

6) Dapat mengurangi rasa takut siswa dalam bertanya kepada teman maupun guru.

7) Siswa akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan pemecahan suatu masalah.

8) Siswa akan memahami makna tanggung jawab.

9) Siswa akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya.

b. Kekurangan Model Pembelajaran Snowball Throwing

(55)

H. Analisis Hubungan Karakteristik Materi Sistem Hormon Pada Manusia dengan Snowball throwing

Materi sistem hormon merupakan salah satu materi yang diajarkan di bangku SMA kelas XI. Materi sistem hormon manusia bertujuan agar siswa mampu menjelaskan tentang pengertian, struktur, fungsi, sistem kerja, macam-macam kelenjar endokrin, keterkaitan sistem hormon dan saraf serta kelainan dan/ penyakit pada sistem hormon. Adanya tujuan tersebut menunjukkan karakteristik materi sistem hormon manusia yang terdiri dari konsep-konsep abstrak dengan adanya keterkaitan struktur dan fungsi. Konsep-konsep ini dikatakan abstrak karena tidak dapat dilihat atau diamati secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Konsep abstrak antara lain mekanisme kerja hormon dan keterkaitan antara sistem hormon dan saraf.

(56)

keberhasilan timnya dalam menjawab pertanyaan pada saat bermain snowball throwing.

I. Hasil Penelitian yang relevan

1. Endarwati (2011) dalam penelitiannya dengan judul “upaya peningkatan motivasi dan keaktifan berkomunikasi siswa dengan strategi snowball throwing pada pembelajaran Biologi di Kelas X3 SMAN 1 Sukoharjo” menemukan bahwa ada peningkatan motivasi siswa dengan menggunakan model pembelajaran snowball throwing pada pembelajaran Biologi Kelas X3 SMAN 1 Sukoharjo.

2. Sukantari (2014) dalam penelitiannya dengan judul “penerapan model pembelajaran jigsaw disertai snowball throwing untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar kimia siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 4 Surakarta pada materi termokimia” menemukan bahwa ada peningkatan

(57)

3. Rusman (2012) dalam penelitiannya dengan judul “pemanfaatan model

snowball throwing untuk meningkatkan keaktifan belajar ipa pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 22 Purworejo” menemukan bahwa ada

pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar IPA dengan mengunakan model pembelajaran snowball throwing. Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus I diperoleh hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata 65,31 dan ketuntasan hasil belajar sebesar 50,00% sedangkan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 70,93 dan ketuntasan hasil belajar sebesar 71,86%. Hasil dari penelitian ini disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Snowball throwing hasil belajar IPA silkus II lebih besar dari siklus I.

(58)

J. Kerangka Berpikir Penelitian

Pokok pikiran yang mendasari penelitian ini dalam pembelajaran materi sistem hormon adalah : (1) bagaimana cara terbaik yang ditempuh agar kompetensi materi sistem hormon dapat dicapai (2) bagaimana cara tepat untuk mengetahui bahwa kompetensi materi sistem hormon telah berhasil? Untuk meraih apa yang diinginkan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) harus memiliki kesiapan perencanaan dalam KBM. Sehingga kondisi pendidikan sekarang sangatlah berkembang dengan adanya berbagai cara atau metode yang diterapkan untuk meraih kualitas akhir serta tipe penilaian yang baik dalam KBM.

Salah satu model yang baik digunakan untuk keberhasilan kegiatan belajar, tentunya dengan materi yang sesuai adalah model pembelajaran

(59)

Bagan 2.1. Alur Pikir Penelitian Hasil Belajar dan Motivasi

Siswa Rendah

Model Pembelajaran kurang bervariasi

Sarana media pembelajaran kurang memadai

Dibutuhkan Model Pembelajaran yang Tepat

Tipe Pembelajaran

Metode

Proses

Menyenangkan Tidak Menyenangkan

Snowball Throwing

Kerjasama, Percaya Diri, Persaingan Sehat

(60)

K. Hipotesis Penelitian

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing

(61)

39 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode kooperatif tipe

snowball throwing.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Model Kemmis Dan Mc Taggart ini merupakan pengembangan dari Kurt Lewin yang menjadi dasar bagi penelitian tindakan dalam bentuk lain. Model Kurt Lewin hampir sama dengan model Kemmis dan Mc. Taggart karena sama-sama dalam satu siklus yang terdiri dari empat komponen yang meliputi perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).

B. Setting Penelitian 1. Lokasi Penelitian

(62)

2. Subyek Penelitian

Subjek dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah Kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 34 siswa.

3. Obyek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa berupa nilai kognitif dan motivasi siswa terkait dengan permasalahan yang ditemukan.

4. Waktu Penelitian

Waktu untuk penelitian tindakan kelas ini dimulai pada awal bulan Maret – awal bulan April 2015, yang meliputi observasi, perencanaan, tindakan

hingga refleksi.

C. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas : Model pembelajaran snowball throwing 2. Variabel Terikat : Motivasi dan hasil belajar siswa pada

materi Sistem Hormon.

D. Rancangan Penelitian

(63)

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, mengingat keterbatasan waktu dalam pelaksanaan penelitian ini. Siklus I dilakukan dalam 3 kali pertemuan sedangkan siklus II dilakukan juga dalam 3 kali pertemuan. Maka berikut ini merupakan tahapan masing-masing siklusnya :

1. Rancangan Penelitian Siklus 1 a. Perencanaan (Planning)

1) Peneliti mengidentifikasi masalah dalam pembelajaran biologi di sekolah dan menetapkan menggunakan metode snowball throwing.

2) Peneliti menentukan materi pokok pada kompetensi dasar yang bermasalah.

3) Membuat Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau skenario pembelajaran dengan metode snowball throwing

4) Peneliti menentukan tujuan pembelajaran dan indikator ketercapaian berdasarkan observasi yang dilakukan pada awal penelitian.

(64)

pada siklus I dan II. Sedangkan angket atau kuisioner diberikan pada akhir siklus I dan II.

6) Mempersiapkan LKS dan media pembelajaran yaitu powerpoint

yang akan digunakan dalam membantu penyampaian materi pembelajaran

7) Menyampaikan media dan instrumen yang digunakan kepada guru bidang studi biologi.

b. Tindakan (Acting)

Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1) Menyiapkan perangkat pembelajaran yang digunakan.

2) Skenario pelaksanaan penerapan snowball throwing adalah sebagai berikut:

a) Guru membuka proses belajar mengajar. b) Mengecek kesiapan siswa mengikuti pelajaran

c) Menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif untuk membangkitkan motivasi siswa dengan memberikan apersepsi pada siswa.

d) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang dicapai. e) Guru memberikan pre-test kepada siswa.

(65)

g) Guru menyampaikan bahwa metode pembelajaran yang digunakan pada materi hormon ini adalah model pembelajaran

snowball throwing.

h) Guru Membagi siswa ke dalam 8 tim yang masing-masing beranggotakan 4-5 siswa.

i) Di dalam kelompok siswa mengerjakan LKS, berdiskusi, mencari dan menggali informasi materi sistem hormon yang berkaitan dengan sistem koordnasi serta saling membantu satu dengan yang lainnya dalam memahami materi.

j) Siswa mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

k) Presentasi kelas berupa diskusi kelas oleh guru dengan materi difokuskan pada penerapan snowball throwing, siswa dihimbau untuk serius dan fokus memperhatikan pelajaran sehingga saat mengerjakan LKS bisa menjawab dengan benar dan berdiskusi dengan lancar.

l) Memulai tahap-tahap metode snowball throwing:

 Siswa dibagi dalam kelompok

 Guru memanggil masing-masing ketua kelompok dan

menyampaikan materi/ topik pembelajaran.

 Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya,

(66)

 Kemudian masing-masing siswa diberi satu lembar kerja,

untuk menuliskan pertanyaan apa saja yang menyangkut topik materi yang sudah diberitahu oleh ketua kelompok dan membuat kunci jawabnya.

 Kemudian diberi tanda pemain yang satu dipasang di dada ketua kelompok, sedang yang satu dimasukkan dalam “

bola”.

 Kelompok yang bertanda sama berdampingan (Misalnya :

Kelompok Kuning) dan kelompok yang yang bertanda beda (Misalnya : Kelompok Pink) menempatkan diri dihadapannya.

 Permainan dimulai dengan guru melempar “bola” pada

salah satu kelompok.

 Kelompok yang mendapat lemparan menjawab pertanyaan

 Bila jawabannya benar maka:

- Tanda dari guru disematkan di dada siswa

- Kelompok memilih salah satu soal yang dibuat untuk dimasukkan dalam ”bola”, dan dilemparkan pada

kelompok yang bertanda berbeda

 Bila kelompok belum bisa menjawab/ belum sempurna, maka “bola” beserta isi yang diterima dilemparkan pada

(67)

 Selanjutnya secara bergantian ketua kelompok melemparkan “bola” pada salah satu wakil kelompok yang

bertanda berbeda yang tandanya masih 1 macam.

 Soal yang dilempar harus berbeda satu sama lain, sehingga

setiap kelompok perlu merumuskan beberapa soal.

 Penilaian dilakukan dengan cara kelompok mana yang

sudah memiliki 2 tanda yang berbeda warnanya. m) Guru memberikan kesimpulan

n) Evaluasi pembelajaran dengan test tertulis, test tertulis dilakukan dalam bentuk soal plihan ganda dan soal uraian singkat. Test tertulis berfungsi untuk mengukur kemampuan hasil belajar kognitif siswa. Pelaksanaan post-test dilaksanakan pada pertemuan ke II akhir dari siklus I.

o) Guru mengajak siswa untuk merefleksikan hasil belajarnya. p) Guru menutup kegiatan proses belajar mengajar.

c. Observasi (Observing)

(68)

penerapan model pembelajaran kooperatif snowball throwing. Hal-hal yang diobservasi meliputi :

1) Kondisi atau suasana belajar pada saat proses belajar mengajar. 2) Keaktifan siswa saat proses belajar mengajar.

3) Ketertarikan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar

Dalam tindakan ini peneliti berperan sebagai partisipan aktif. Peneliti berperan secara aktif dalam proses pembelajaran sebagai observer, peneliti mencatat kondisi proses pembelajaran, hambatan dan/ atau masalah yang muncul. Observasi tidak hanya dilakukan oleh peneliti saja namun juga dibantu oleh observer sejawat lainnya. Penelitian menggunakan observasi terstruktur yaitu melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat dan catatan lapangan untuk memperoleh data secara obyektif, yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas siswa selama penelitian tindakan berlangsung, reaksi dan petunjuk-petunjuk lain yang dapat digunakan sebagai bahan menganalisis dan refleksi.

d. Refleksi (Reflecting)

(69)

dilakukan oleh peneliti bekerjasama dengan guru sebagai kolaborator. Guru sebagai pelaku tindakan dapat memberikan saran dan masukkan dalam penerapan metode dan pelaksanaan proses pembelajaran, sedangkan peneliti bisa menyimpulkan dari hasil analisis observasi.

2. Rancangan Penelitian Siklus 2 a. Perencanaan (Planning)

1) RPP dan Silabus yang sudah dibuat diperbaiki berdasarkan dari refleksi siklus I

2) Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa dan soal-soal test.

3) Mempersiapkan media pembelajaran presentasi powerpoint yang akan digunakan dalam membantu penyampaian materi pembelajaran. 4) Memberikan media pembelajaran dan LKS kepada guru pelaksanaan

tindakan.

b. Tindakan (Acting)

(70)

saling memberi motivasi. Pemilihan kelompok pada siklus II berdasarkan hasil post-test pada siklus I.

c. Observasi (Observing)

Kegiatan observasi yang dilakukan pada siklus II sama dengan yang dilakukan pada siklus I. Observer melakukan pengamatan proses pembelajaran dan kegiatan diskusi, memberikan penilaian berdasarkan pada lembar observasi. Pada observasi siklus II observer juga mengamati tentang kondisi atau suasana belajar pada proses pembelajaran, keaktifan siswa saat proses belajar mengajar, ketertarikan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dan motivasi belajar siswa pada saat proses belajar mengajar.

d. Refleksi (Reflecting)

(71)

serta kelemahannya. Guru sebagai pelaku tindakan dapat memberikan saran dan masukkan dalam penerapan metode dan pelaksanaan proses pembelajaran, sedangkan peneliti bisa menyimpulkan dari hasil analisis observasi. Diharapkan pada siklus II ini, target capaian yang ditetapkan dalam indikator penelitian sudah tercapai.

3. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses penilaian yang dilakukan pada seluruh siklus guna melihat keberhasilan penerapan metode dan proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mengukur peningkatan motivasi siswa menggunakan angket/ kuisioner respon siswa, penilaian dari lembar observasi dan untuk mengukur hasil belajar kognitif menggunakan post-test. Selain itu dilakukan wawancara agar memperoleh informasi secara langsung kepada siswa terkait proses pembelajaran.

E. Instrumen Penelitian

(72)

1. Instrumen Pembelajaran

a. Silabus kelas XI pada K.D 3.6. (Lampiran 1)

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I dan siklus II. (Lampiran 2 dan 3)

c. Lembar Kerja Siswa (LKS). (Lampiran 5)

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen test yang berupa test kemampuan kompetensi siswa, dan instrumen non test yang berupa lembar observasi, angket/kuisioner yang digunakan untuk mengetahui motivasi belajar siswa terhadap materi sistem hormon.

a. Instrumen Test

Instrumen test digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa (kognitif). Instrumen test berupa test tertulis dengan model soal pilihan ganda (PG) dengan jumlah soal 15 butir dan uraian dengan jumlah soal 5 butir. Test diberikan pada pertemuan pertama sebagai pre-test dan pada akhir pertemuan setiap siklus sebagai post-test.

Gambar

Tabel 3.1. : Kisi-kisi Penskoran Kuisioner ....................................................................
Grafik 4.1.  .........................................................................................................
Gambar 4.2. : Siswa Mengerjakan Post-test ...................................................
Tabel 3.1. Kisi-kisi Penskoran kuisioner
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mengacu pada pengertian tersebut, produsen susu sapi yang dalam hal ini adalah peternak sapi perah ingin memposisikan produknya dalam jumlah, harga dan mutu produk pada

(Earbrle) dibddinsbn denean nihi wajar ktr€na didaen oleh tEnsaksi yan8 dapal dip.dya (buka lEnsaksi y.ns seolah-ol,n teiadi)... Penyusun standd Gepenit FASS dan

Langkah yang cukup bijak adalah dengan mencari dan selalu mencari kesetimbangan di lokasi mana desain arsitektur menumpu di atas tanah, satu ruang dapat memiliki ketinggian yang

Ranai, 09 November 2017 Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.. HOKLI SIMAMORA Tahun

Beritahukan kepadaku tentang Islam.” menjawab, ”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya

besarnya koefisien determinasi berganda sebesar 0,976, nilai ini menunjukkan bahwa variabel harga ekspor, nilai tukar dan investasi perikanan (PMA dan PMDN) mampu

[r]

Dari perencanaan kegiatan yang telah dilakukan oleh masyarakat untuk memperoleh sebuah perubahan, maka didapatkan tujuan yang ingin dicapai oleh masyarakat Dusun