• Tidak ada hasil yang ditemukan

Belajar

Dalam dokumen skripsi pendidikan (Halaman 37-46)

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1.4 Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Perubahan ini bersifat relatif konstan dan berbekas (Winkel, 2004:59).

Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya kepada orang lain (Made Pidarta,1997:197).

Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor (Syaiful Bahri Djamarah, 2002:13).

Belajar merupakan suatu proses, yang mengakibatkan adanya perubahan prilaku (change in behavior or performance). Ini berarti sehabis belajar individu mengalami perubahan dalam perilakunya. Perilaku dalam arti yang luas dapat dalam segi kognitif, afektif dan dalam segi psikomotor (Bimo Walgito, 2004:168).

Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang dikemukakan diatas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

2.1.4.2 Prinsip-Prinsip Belajar-Mengajar

Prinsip-Prinsip Belajar-Mengajar (Oemar Hamalik, 2002:54) adalah

a) Belajar senantiasa bertujuan yang berkenaan dengan pengembangan perilaku siswa.

b) Belajar didasarkan atas kebutuhan dan motivasi tertentu.

c) Belajar dilaksanakan dengan latihan daya-daya, membentuk hubungan asosiasi, dan melalui penguatan.

d) Belajar bersifat keseluruhan yang menitikberatkan pemahaman, berpikir kritis, dan reorganisasi pengalaman.

e) Belajar membutuhkan bimbingan, baik secara langsung oleh guru maupun secara tak langsung melalui bantuan pengalaman pengganti.

f) Belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan faktor dari luar diri individu.

g) Belajar sering dihadapkan kepada masalah dan kesulitan yang perlu dipecahkan.

h) Hasil belajar dapat ditransferkan ke dalam situasi lain. 2.1.4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Proses Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar menurut Sarlito Wirawan Sarwono (2000:45) adalah:

1. Waktu istirahat : Khususnya kalau mempelajari sesuatu yang meliputi bahan yang banyak, perlu disediakan waktu-waktu tertentu untuk beristirahat. Dalam waktu istirahat sebaiknya tidak banyak kegiatan yang mengganggu pikiran sehingga bahan yang sudah dipelajari punya cukup kesempatan untuk mengedap dalam ingatan.

2. Pengetahuan tentang materi yang dipelajari secara menyeluruh : Dalam mempelajari sesuatu adalah lebih baik kalau pertama-tama kita pelajari dulu materi atau bahan yang ada secara keseluruhan dan baru setelah itu dipelajari dengan lebih seksama bagian-bagiannya. Tetapi untuk dapat melakukan hal ini, diperlukan taraf kecerdasan yang relatif tinggi. Makin rumit persoalannya, makin sukarlah ditangkap materinya sebagai keseluruhan. Karena itu kalau

memang seseorang kurang mampu, lebih baik ia mempelajari terlebih dahulu detail-detailnya, dan baru kemudian menyatukannya ke dalam suatu keseluruhan.

3. Pengertian terhadap materi yang dipelajari : Kalau kita mempelajari sesuatu, maka kita harus mengerti apa yang kita pelajari itu. Tanpa pengertian, maka usaha belajar kita akan menemui banyak kesulitan. Misalnya, dua orang disuruh menghafalkan sajak bahasa inggris. Orang yang pertama mengerti bahasa inggris, sedangkan orang yang kedua tidak dapat berbahasa inggris maka bahan yang sama akan dihafalkan jauh lebih cepat oleh orang yang pertama.

4. Pengetahuan akan prestasi sendiri : Kalau tiap kali kita dapat mengetahui hasil prestasi kita sendiri, yaitu mengetahui mana perbuatan-perbuatan kita yang salah, maka akan lebih mudah kita memperbaiki kesalahan-kesalahan itu daripada kalau kita harus meraba-raba terus. Dengan demikian pengetahuan akan prestasi sendiri atau umpan balik akan mempercepat kita dalam mempelajari sesuatu.

5. Transfer : Pengetahuan kita mengenai hal-hal yang pernah kita pelajari sebelumnya, kadang-kadang mempengaruhi juga proses belajar yang sedang kita lakukan sekarang. Pengaruh ini disebut transfer. Transfer dapat bersifat positif, yaitu kalau hal yang lalu mempermudah proses belajar yang sekarang, atau dapat juga bersifat negatif, yaitu kalau hal yang lalu justru mempersukar proses belajar yang sekarang.

Menurut Oemar Hamalik (2002:47) kategori belajar adalah :

1. Belajar ketrampilan sensorimotor adalah tindakan-tindakan yang bersifat otomatis sehingga kegiatan-kegiatan lain yang telah dipelajari dapat dilaksanakan secara simultan tanpa saling mengganggu. Contohnya berjalan, mengendarai sepeda, menari.

2. Belajar Asosiasi dimana urutan kata-kata tertentu berhubungan sedemikian rupa terhadap objek-objek, konsep-konsep, atau situasi sehingga bila kita menyebut yang satu cenderung untuk ingat kepada yang lain. Misalnya : ayah berasosiasi dengan ibu, kursi dengan meja.

3. Belajar ketrampilan Pengamatan Motoris yaitu menggabungkan belajar sensorimotor dengan belajar asosiasi. Sebagai contoh ialah mengetik dimana jari yang sama digunakan secara tetap untuk mengetik huruf tertentu, tetapi urutan huruf dan jaraknya bergantung pada apa yang sedang diketik.

4. Belajar Konseptual adalah gambaran mental secara umum dan abstrak tentang situasi-situasi atau kondisi-kondisi. Contoh konsep adalah demokrasi.

5. Belajar tentang cita-cita dan Sikap

Belajar tentang cita-cita dan sikap sedang diteliti dengan penuh perhatian. Suatu masalah dunia yang besar adalah sulitnya orang-orang dari kebudayaan yang berbeda memiliki saling pengertian antara yang satu dengan yang lainnya.

Masalah sikap antara lain berhubungan dengan masalah senang dan tidak senang yang biasanya berhubungan dengan kontak-kontak pertama dengan orang atau objek tertentu dalam situasi yang menyenangkan. Apabila kontak pertama menyenangkan, maka responsnya menyenangi, menerima, dan berusaha untuk

mengadakan kontak lebih lama. Alasan mengapa ada kesenangan atau ketidaksenangan didalam masyarakat ialah setiap masyarakat cenderung untuk menciptakan suasana emosional di sekitar situasi-situasi tertentu.

6. Belajar Memecahkan Masalah

Pemecahan masalah dipandang oleh beberapa ahli sebagai tipe yang tertinggi dari belajar karena respons tidak bergantung pada kemampuan manipulasi ide-ide yang abstrak, menggunakan aspek-aspek dan perubahan-perubahan dari belajar terdahulu, melihat perbedaan-perbedaan yang kecil dan memproyeksikan diri sendiri ke masa yang akan datang. Pemecahan masalah membutuhkan kreasi dan bukan pengulangan, dari respons-respons apabila situasi yang timbul sedemikian kompleknya sehingga inisiatif dan sintesis mental diperlukan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi itu.

2.1.4.5 Aktivitas-Aktivitas Belajar

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002:38) aktivitas-aktivitas dalam belajar adalah:

1) Mendengarkan

Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang yang belajar di sekolah pasti ada aktivitas mendengarkan. Ketika seorang guru menggunakan metode ceramah, maka setiap siswa atau mahasiswa diharuskan mendengarkan apa yang guru (dosen) sampaikan. Menjadi pendengar yang baik dituntut dari mereka. Di sela-sela ceramah itu, ada aktivitas mencatat hal-hal yang dianggap penting.

Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek. Aktivitas memandang berhubungan erat dengan mata. Karena dalam memandang itu matalah yang memegang peranan penting. Tanpa mata tidak mungkin terjadi aktivitas memandang dapat dilakukan. Orang buta pasti tidak dapat melihat. Maka dia tidak bisa memandang sesuatu yang menjadi kebutuhannya.

3) Meraba, Membau, dan Mencicipi atau Mengecap

Aktivitas meraba, membau, dan mengecap adalah indra manusia yang dapat dijadikan sebagai alat untuk kepentingan belajar. Artinya aktivitas meraba, membau, dan mengecap dapat memberikan kesempatan bagi seseorang untuk belajar. Tentu saja aktivitas harus disadari oleh suatu tujuan. Dengan demikian, aktivitas-aktivitas meraba, membau, mengecap dapat dikatakan belajar, apabila semua aktivitas itu didorong oleh kebutuhan, motivasi untuk mencapai tujuan dengan menggunakan situasi tertentu untuk memperoleh perubahan tingkah laku. 4) Menulis atau Mencatat

Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari aktivitas belajar. Dalam pendidikan tradisional kegiatan mencatat merupakan aktivitas yang sering dilakukan. Walaupun pada waktu tertentu seseorang harus mendengarkan isi ceramah, namun dia tidak bisa mengabaikan masalah mencatat hal-hal yang dianggap penting. Setiap orang mempunyai cara tertentu dalam mencatat pelajaran. Demikian juga dalam hal memilih pokok-pokok pikiran yang dianggap penting. Hal ini disebabkan ilmu pengetahuan yang seseorang miliki berbeda-beda, sehingga berbeda pula dalam menilai bahan yang dicatat.

Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi. Membaca di sini tidak mesti menbaca buku belaka, tetapi juga membaca majalah, koran, tabloid, jurnal-jurnal hasil penelitian, catatan hasil belajar atau kuliah, dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan kebutuhan studi.

6) Membuat Ikhtisar atau Ringkasan dan Menggarisbawahi

Banyak orang yang merasa terbantu dalam belajarnya karena menggunakan ikhtisar-ikhtisar materi yang dibuatnya. Ikhtisar atau ringkasan ini memang dapat membantu dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan datang. Untuk keperluan belajar yang intensif, bagaimanapun juga hanya membuat ikhtisar adalah belum cukup. Sementara membaca, pada hal-hal yang penting perlu diberi garis bawah. Hal ini sangat membantu dalam usaha menemukan kembali materi itu dikemudian hari, bila diperlukan.

7) Mengamati Tabel-Tabel, Diagram-Diagram dan Bagan-Bagan

Dalam buku ataupun di lingkungan lain sering dijumpai tabel-tabel, diagram, ataupun bagan-bagan. Materi non verbal semacam ini sangat berguna bagi seseorang dalam mempelajari materi yang relevan. Demikian pula gambar-gambar, peta-peta, dan lain-lain dapat menjadi bahan ilustratif yang membantu pemahaman seseorang tentang sesuatu hal.

8) Menyusun Paper atau Kertas Kerja

Bila pembicaraan ini memasalahkan penyusunan paper, maka hal ini berhubungan erat dengan masalah tulis menulis. Penulisan yang baik sesuai dengan prosedur

ilmiah dituntut dalam penulisan paper ini. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menurut ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) dituntut, sehingga menghasilkan karya tulis yang bermutu tinggi.

9) Mengingat

Mengingat merupakan gejala psikologis. Untuk mengetahui bahwa seseorang sedang mengingat sesuatu, dapat dilihat dari sikap dan perbuatannya. Perbuatan mengingat dilakukan bila seseorang sedang mengingat-ingat kesan yang telah dipunyai.

10) Berpikir

Berpikir adalah termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang memperoleh penemuan baru, setidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antar sesuatu, Berpikir bukanlah sembarangan berpikir, tetapi ada taraf tertentu, dari taraf berpikir yang rendah sampai taraf berpikir yang tinggi.

11) Latihan atau Praktek

Learning by doing adalah konsep belajar yang menghendaki adanya pernyatuan usaha mendapatkan kesan-kesan dengan cara berbuat. Belajar sambil berbuat dalam hal ini termasuk latihan. Latihan termasuk cara yang baik untuk memperkuat ingatan. Misalnya, seseorang yang mempelajari rumus matematika atau rumus Bahasa Inggris. Kemungkinan besar rumus-rumus itu akan mudah terlupakan bila tidak didukung dengan latihan. Disinilah diperlukan latihan sebanyak-banyaknya. Dengan banyak latihan kesan-kesan yang diterima lebih fungsional. Dengan demikian, aktivitas latihan dapat mendukung belajar yang optimal.

2.1.5 Prestasi Belajar

Dalam dokumen skripsi pendidikan (Halaman 37-46)

Dokumen terkait