• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prestasi Belajar

Dalam dokumen skripsi pendidikan (Halaman 46-54)

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1.5 Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990:56).

Prestasi Belajar menurut Winkel merupakan taraf hasil belajar yang ditunjukkan seseorang setelah mendapatkan pendidikan atau latihan (Sri Triati, 2003).

2.1.5.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar

Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor. Faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri orang yang belajar maupun dari luar dirinya (M. Dalyono, 1997:55).

Faktor internal (yang berasal dari dalam diri)

1. Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat, sakit kepala, demam pilek, batuk dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar.

2. Inteligensi dan Bakat

Inteligensi adalah kemampuan untuk berfikir secara abstrak dan kesiapan untuk belajar dari pengalaman (Saifuddin Azwar,1996:7).

Inteligensi dan bakat merupakan aspek kejiwaan (psikis) yang besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Seseorang yang mempunyai inteligensi baik umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik dan sebaliknya. Bakat juga mempengaruhi dalam menentukan keberhasilan belajar.

Menurut Thorndike Inteligensi adalah kemampuan melakukan respons-respons yang baik dan diperlihatkan dengan kecakapannya untuk berhubungan secara afektif dengan situasi-situasi yang baru. Dengan adanya beragam-ragam situasi maka terdapat pula keragaman pola-pola inteligensi seperti situasi yang abstrak, situasi mekanisme, dan situasi social (Oemar Hamalik, 2002:89).

Menurut panitia istilah Padagogik yang mengangkat pendapat Stern, yang dimaksud dengan inteligensi adalah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan menggunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya (Bimo Walgito, 2004:192).

Fungsi inteligensi adalah kemampuan-kemampuan untuk belajar didalam situasi-situasi yang beraneka ragam, memahami dan membandingkan fakta-fakta yang luas, halus dan abstrak dengan cepat dan tepat, memusatkan proses-proses mental terhadap masalah-masalah dan menunjukkan fleksibilitas dan kecerdikan dalam upaya mencari cara-cara penyelesaian (Oemar Hamalik, 2002 : 89).

Inteligensi dapat diukur dengan tes inteligensi, yang dapat diselenggarakan secara klasial (kelompok) atau individual. Contoh tes inteligensi individual adalah WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) untuk dewasa, WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) untuk anak disamping Tes Binet Simon (Bimo Walgito, 2004:199). Adapun tes Inteligensi yang dapat diselenggarakan secara klasikal, misalnya tes SPM.

Test inteligensi dapat dilakukan dengan beberapa cara salah satunya dengan Standard Progressive Matrices (SPM) yaitu merupakan tes yang bersifat nonverbal, artinya materi soal-soalnya diberikan tidak dalam bentuk tulisan ataupun bacaan melainkan dalam bentuk gambar-gambar. Penyusunan SPM didasari oleh konsep inteligensi Spearman, yaitu konsepsinya mengenai edukasi hubungan dan edukasi korelasi. Tes SPM terdiri atas 60 buah soal yang berupa gambar-gambar (Saifuddin Azwar,1996:119).

Inteligensi dianggap berhubungan langsung dengan prestasi belajar, karena inteligensi merupakan bekal kemampuan untuk belajar. Salah satu penelitian tentang adanya hubungan antara tingkat Inteligensi dengan Prestasi Belajar yang dilakukan oleh Tri Ratna M (1975).

3. Minat dan motivasi

Minat dan bakat merupakan aspek kejiwaan (psikis). Minat dapat terjadi karena daya tarik dari luar dan juga datang dari

sanubari. Sedangkan motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Kuat lemahnya motivasi belajar seserang turut mempengaruhi keberhasilan belajar.

Motivasi adalah suatu perubahan energi didalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 2002 : 173).

Motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan sehingga fungsi motivasi (Oemar Hamalik, 2002:175) adalah

- Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.

- Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.

- Sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Didalam penelitian ini minat dan motivasi tidak diperhitungkan karena subjek penelitian (siswi) belajar disekolah Umum (SMP), dimana prestasi belajarnya tidak dipengaruhi oleh minat-minat terhadap bidang-bidang tertentu.

4. Cara belajar

Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor

fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan, akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Cara belajar yang baik harus ada istirahat untuk memberikan kesempatan kepada mata, otak serta organ tubuh lainnya untuk memperoleh tenaga kembali.

Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri) 1. Keluarga

Faktor orang tua sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup kurang perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidaknya kedua orang tua, semuanya itu turut mempengaruhi percapaian hasil belajar. Disamping itu, faktor keadaan rumah tangga turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Besar kecilnya rumah tinggal, ada atau tidak peralatan belajar, semuanya itu juga mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang. Dalam penelitian ini pengaruh faktor keluarga atau orang tua dianggap terkendali karena pada umumnya orang tua mereka berpendidikan SMU dan tergolong ekonomi menengah.

2. Sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar, kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per

kelas, pelaksanaan tata tertib, semua itu turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak.

Karena subjek penelitian berada dalam satu sekolah maka faktor ini dianggap terkendali.

3. Masyarakat

Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila disekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya, apabila tinggal di lingkungan banyak anak-anak yang nakal, tidak bersekolah dan pengangguran, hal ini akan mengurangi semangat belajar atau dapat dikatakan tidak menunjang sehingga motivasi belajar berkurang.

Pada umumnya subjek penelitian tinggal disekitar sekolah yang suasana lingkungan sosialnya kurang lebih sama.

4. Lingkungan sekitar

Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat penting dalam mempengaruhi prestasi belajar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim dan sebagainya. Misalnya bila keadaan bangunan rumah penduduk sangat rapat, akan mengganggu belajar. Tempat yang sepi dengan iklim yang sejuk, ini akan menunjang proses belajar.

Pada umumnya subjek penelitian tinggal disekitar sekolah yang suasana lingkungan fisik yang sama.

2.1.5.3 Bentuk-Bentuk Tes Untuk Prestasi Belajar 2.1.5.3.1 Tes Subjektif

Tes subjektif yang pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemampuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2003:162).

Kebaikan-kebaikannya :

1. Mudah disiapkan dan disusun.

2. Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan. 3. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun

dalam bentuk kalimat yang bagus.

4. Memberi kesempatan pada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.

5. Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan. Keburukan-keburukannya :

1. Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.

2. Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja.

4. Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai.

5. Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. 2.1.5.3.2 Tes Objektif

Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai (Suharsimi Arikunto, 2003:164).

Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang disajikan jauh lebih banyak daripada tes esai. Kadang-kadang untuk tes yang berlangsung selama 60 menit dapat diberikan 30 – 40 buah soal.

Kebaikan-kebaikannya :

1. Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, misalnya lebih representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangannya unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun segi guru yang memeriksa. 2. Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci

tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi. 3. Pemeriksaannya dapat diserahkan orang lain.

4. Dalam pemeriksaan, tidak ada unsur objektif yang mempengaruhi.

Kelemahan-kelemahannya :

1. Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada tes esai karena soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain.

2. Soal soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.

3. Banyak kesempatan untuk main untung-untungan.

4. “Kerja sama antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.

Dalam dokumen skripsi pendidikan (Halaman 46-54)

Dokumen terkait