• Tidak ada hasil yang ditemukan

skripsi pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "skripsi pendidikan"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWI

SMP NEGERI 25 SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 Untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

Nama : Annisa Shinta Wijayanti NIM : 6450401011

Jurusan : Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas : Ilmu Keolahragaan

(2)

S A R I

Annisa Shinta Wijayanti, 2005, “Hubungan antara Kadar Hemoglobin dengan Prestasi Belajar Siswi SMP Negeri 25 Semarang”. Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Salah satu fungsi dari kadar hemoglobin dalam darah adalah menjaga kondisi kesehatan. Kadar hemoglobin yang cenderung normal akan memungkinkan seseorang mempunyai ketahanan dalam berkonsentrasi pada sesuatu hal, termasuk berkonsentrasi dalam belajar. Dengan demikian, kadar hemoglobin dalam darah mempunyai peran terhadap keberhasilan seseorang dalam belajar, yang tercermin dari prestasi belajarnya. Ada beberapa siswi yang mempunyai prestasi belajar rendah dan ada pula yang mempunyai prestasi belajar tinggi. Masalahnya adalah apakah ada hubungan antara kadar hemoglobin dengan prestasi belajar siswi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin dengan prestasi belajar siswi SMP Negeri 25 Semarang tahun pelajaran 2004/2005.

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 25 Semarang, dengan populasi penelitian seluruh siswi sekolah. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik

sampling purposive, yang menghasilkan jumlah sampel sebanyak 48 siswi. Variabel bebas (X) penelitian adalah kadar hemoglobin darah, variabel terikat (Y) penelitian adalah prestasi belajar dan variabel penganggu dalam penelitian ini adalah bakat, minat dan motivasi, cara belajar, kesehatan, inteligensi, menstruasi, penyakit kronik, perdarahan kronis, keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Teknik pengambilan data dilakukan dengan pemeriksaan kadar hemoglobin dengan cara cyanmethemoglobin dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Spearman Rank.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kadar hemoglobin darah siswi adalah 12,27 gram %. Sebanyak 73% siswi mempunyai kadar hemoglobin darah yang normal, sedangkan 27% mengindikasikan anemia. Hasil analisis data dengan teknik Spearman Rank memperoleh koefisiensi korelasi sebesar +0,329. Pada taraf signifikansi 0,05 korelasi variabel kadar hemoglobin dengan prestasi belajar di dapat angka probabilitas 0,023. Oleh karena angka tersebut di bawah 0,05, maka Ho di tolak dan Ha di terima, artinya ada hubungan antara kadar hemoglobin dengan prestasi belajar siswi SMP Negeri 25 Semarang. Tanda ‘+’ menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar hemoglobin(dalam batas normal) maka semakin tinggi prestasi belajar. Koefisien korelasi +0,329 menunjukkan kurang kuatnya korelasi antara kadar hemoglobin dengan prestasi belajar (di bawah 0,5).

Disarankan kepada sekolah hendaknya melakukan sosialisasi pentingnya kesehatan terutama menjaga agar kadar hemoglobin tetap tinggi melalui program-program UKS dan PMR di sekolah. Siswi hendaknya menjaga kondisi kesehatannya dengan jalan mengkonsumsi makanan sehat bergizi dan mengandung zat besi untuk menghindari anemia. Juga kepada orang tua siswi hendaknya berusaha selalu menghidangkan makanan sehat bergizi kepada putri-putrinya, terutama makanan yang mengandung zat besi.

(3)

PERSETUJUAN

Telah disetujui oleh Pembimbing I dan Pembimbing II untuk diajukan mengikuti ujian Skripsi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Pada hari : Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Dra.E.R Rustiana,MSi dr. Yuni Wijayanti NIP. 131472346 NIP. 132296578

Mengetahui

Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

(4)

PENGESAHAN

Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang

Pada hari : Tanggal :

Panitia Ujian

Ketua Panitia, Sekretaris,

Drs. Sutardji, MS Drs. Herry Koesyanto, MS

NIP. 130523506 NIP. 131571549

Dewan Penguji,

1. dr.Oktia Woro Kasmini H., Mkes. (Ketua) NIP. 131695159

2. Dra. ER Rustiana, MSi (Anggota) NIP. 131472346

(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

Allah akan meninggikan orang yang beriman dan

orang-orang yang berilmu pengetahuan dengan beberapa derajat

(Al Mujahadah : 11)

Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu

maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga

(HR. Muslim)

PERSEMBAHAN:

Karya ini kupersembahkan kepada :

• Ayah dan Ibuku tercinta atas segala

dukungan dan doanya

• Saudara-saudaraku, yang selalu

berbagi kasih mengiringi langkahku

• Rekan IKM ‘ 01, terima kasih atas

(6)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis dan berkat bimbingan ibu dosen, penulis dapat menyusun skripsi dengan judul “Hubungan antara Kadar Hemoglobin dengan Prestasi Belajar Siswi SMP Negeri 25 Semarang”

Skripsi ini disusun untuk melengkapi persyaratan kelulusan Program Studi S1 Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Perlu disadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati disampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Bapak Drs. Sutardji, MS yang telah memberikan izin penelitian dalam penyusunan skripsi ini.

2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Ibu dr. Oktia Woro K.H, Mkes yang telah membantu dan memberikan surat pengantar untuk mengadakan penelitian.

3. Pembimbing I, Ibu Dra. ER.Rustiana, MSi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Pembimbing II, Ibu dr. Yuni Wijayanti yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

(7)

6. Bapak dan Ibu guru SMP Negeri 25 Semarang yang telah membantu pelaksanaan penelitian.

7. Siswi SMP Negeri 25 Semarang yang telah bersedia menjadi subjek penelitian.

8. Tenaga medis dari Laboratorium Prima yang telah membantu pengambilan darah dan pemeriksaan kadar hemoglobin siswi.

9. Ayah, Ibu, Adik Dewi, Adik Fajar dan Semua Keluarga tercinta atas segala doa dan pengorbanannya.

10. Sahabatku Tika, Naning, Cholidah, Ita, Dewi yang telah membantu proses penyusunan skripsi, memberikan do’a, nasehat, waktu diskusi, pikiran dan semangat yang diberikan kepada penulis.

11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu kelancaran penelitian dan penyusunan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik selalu penulis harapkan demi sempurnanya skripsi ini. Semoga amal baik dari semua pihak mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL………..………...i

SARI……….……….. ii

PENGESAHAN.………iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN………...iv

KATA PENGANTAR………v

DAFTAR ISI……….vii

DAFTAR TABEL ………ix

DAFTAR GAMBAR………...x

DAFTAR LAMPIRAN………....xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul..………1

1.2 Permasalahan..………4

1.3 Tujuan Penelitian…….………. 4

1.4 Penegasan Istilah.……….. 4

1.5 Manfaat Penelitian.………5

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori.………..6

2.1.1Hemoglobin.……….6

2.1.2Anemia.………..………13

2.1.3Anemia Defisiensi Besi.……….15

2.1.4Belajar………23

(9)

2.2 Kerangka Berfikir……….40

2.3 Hipotesis………...40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi Penelitian………...41

3.2 Sampel Penelitian……….41

3.3 Variabel Penelitian………...42

3.4 Rancangan Penelitian………...43

3.5 Instumen Penelitian ……….43

3.6 Teknik Pengambilan Data...……….43

3.7 Prosedur Penelitian………..43

3.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi…...………..44

3.9 Analisis Data………44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Diskripsi Data..……….46

4.2 Penyajian Data Hasil Penelitian………...47

4.3 Analisis Pengujian Hipotesis………50

4.4 Pembahasan………..52

4.5 Keterbatasan Penelitian.………...54

BAB V Simpulan dan Saran 5.1 Simpulan……….55

5.2 Saran.………...55

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

1.Nilai ambang batas penentuan status anemia 13

2.Batasan Anemia 14

3.Kebutuhan zat besi dari 97,5% individu berdasarkan zat besi yang diterapkan, menurut usia dan jenis 18

4.Tabulasi Kadar Hemoglobin Responden 47

5.Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar 49

6.Koefisiensi Korelasi Spearman Rank 51

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Pembentukan Hemoglobin 8

2. Proses metabolisme zat besi dalam tubuh 19

3. Kerangka Berfikir 40

4. Kerangka Konsep 42

5. Kadar Hemoglobin Responden 48

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Hasil Test Inteligensi Siswi SMP Negeri 25 Semarang

2. Daftar Hasil Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Siswi SMP Negeri 25 Semarang

3. Daftar Nilai Mata Pelajaran Siswi SMP Negeri 25 Semarang 4. Daftar Nama Responden

5. Frequencies 6. Frequency Table 7. Histogram

8. Nonparametric Correlation

9. Surat Keputusan Dekan Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Tentang Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi Semester Genap

10.Surat Ijin Penelitian dari Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang untuk Kepala Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang

11.Surat Ijin Penelitian dari Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang untuk Kepala

Laboratorium Prima

12.Surat Ijin Penelitian dari Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kota Semarang

13.Surat Ijin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Semarang

14.Bukti Pembayaran Pemeriksaan Kadar Hemoglobin dari Laboratorium Prima

(13)

16.Surat Keputusan Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Tentang Penunjukan/ Pengangkatan Penguji Skripsi Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1    Alasan Pemilihan Judul 

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 574/Menkes /SK/IV/2000 ditetapkan Visi dan Misi serta strategi baru Pembangunan Kesehatan. Visi baru yaitu Indonesia Sehat 2010, akan dicapai melalui berbagai program pembangunan kesehatan yang telah tercantum dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas).

Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu menuntut jajaran kesehatan mengkonkritkan kerjasama lintas sektor dengan sektor-sektor terkait. Misi barunya adalah menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan; mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat; memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau; serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat termasuk lingkungannya. (Departemen Kesehatan RI,2003)

(15)

nasional, mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mewujudkan keadaan tersebut diperlukan tingkat kesehatan dan gizi yang optimal.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, yaitu peningkatan status gizi masyarakat. Suatu status gizi yang baik akan mempengaruhi status kesehatan dan prestasi belajar seseorang. Masalah gizi perlu perhatian yang lebih khusus untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Masalah gizi di Indonesia ada empat yaitu Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat Yodium (GAKY), dan Kurang Vitamin A (KVA) ( I Dewa Nyoman, 2001 : 1).

Menurut Penelitian Indah Indriati (2001:1) Anemia merupakan salah satu masalah di Indonesia yang harus ditanggulangi secara serius, terutama anemia gizi besi. Penyebab anemia gizi besi adalah karena jumlah zat besi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Selain itu berbagai faktor juga dapat mempengaruhi terjadinya anemia gizi besi, antara lain kebiasaan makan, pola haid, pengetahuan tentang anemia status gizi. Akibat anemia gizi besi adalah produktivitas rendah, perkembangan mental dan kecerdasan terhambat, menurunnya kekebalan terhadap infeksi, morbiditas dan lain-lain. Prevalensi anemia pada usia sekolah menurut hasil SKRT tahun 1995 yaitu 57,1 %

(16)

bahwa pada kondisi anemia daya konsentrasi dalam belajar tampak menurun (Achmad Djaeni, 2004:70).

Remaja berisiko tinggi menderita anemia, khususnya kurang zat besi, pada saat mengalami pertumbuhan yang sangat cepat yaitu masa puber (Thompson, J.L, 1993:39). Dalam pertumbuhan tubuh membutuhkan nutrisi dalam jumlah banyak dari zat besi. Bila zat besi yang dipakai untuk pertumbuhan kurang dari yang diproduksi tubuh, maka terjadilah anemia. Remaja putri berisiko lebih tinggi daripada remaja putra (Indah I, 2001).

Penelitian Indah Indriati pada siswi SMUN 1 Cibinong Kabupaten Bogor dengan jumlah sampel 83 siswi menunjukkan bahwa kejadian anemia gizi remaja putri sebesar 42,2%.

Dari wawancara guru SMP Negeri 25 Semarang yang bertugas pada kegiatan UKS, didapat tiga informasi yaitu pada tahun 2004 dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan oleh guru pada kegiatan UKS,

hasil pengukuran tersebut terdapat 38,33 % siswi dalam kategori gizi kurang; pemeriksaan tensi darah yang dilakukan oleh dokter Puskesmas Bulu Lor bahwa murid sekolah tersebut hampir 40 % dari 7 kelas yang di periksa, mempunyai tekanan darah yang rendah; dan sekolah tersebut juga

pernah mendapatkan makanan tambahan berupa biskuit bagi murid yang menderita gizi kurang dari dokter Puskesmas Bulu Lor.

(17)

Dengan memperhatikan alasan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut dan mengambil judul “ Hubungan antara kadar hemoglobin dengan prestasi belajar siswi SMP Negeri 25 Semarang “

1.2    Permasalahan  

Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah Apakah Ada Hubungan antara Kadar Hemoglobin dengan Prestasi Belajar Siswi SMP Negeri 25 Semarang ?

1.3  Tujuan Penelitian 

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar hemoglobin dengan prestasi belajar siswi SMP Negeri 25 Semarang.

1.4 Penegasan Istilah

Untuk membatasi masalah, menghindari kemungkinan salah tafsir, maka perlu ditegaskan istilah-istilah dalam skripsi ini. Beberapa istilah perlu ditegaskan untuk mendapat penjelasan yaitu:

1.4.1 Kadar hemoglobin

Kadar hemoglobin adalah banyaknya hemoglobin dalam 100 ml darah

(Guyton, 1995:45). Kadar Hemoglobin ditentukan dengan cara

Cyanmethemoglobin yaitu hasil yang didapat paling mendekati kebenaran dan menggunakan spektrofotometer (Oktia Woro K.H, 1999:39). Kadar hemoglobin normal bagi usia anak sekolah adalah 12 gram/100ml (I Dewa Nyoman, 2001:145).

(18)

Prestasi Belajar atau keberhasilan belajar dapat dioperasikan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai rapot (Saifuddin Azwar, 1996: 164). Pada penelitian ini prestasi belajar tidak diambil dari nilai rapot keseluruhan, tapi jumlah nilai dari 4 mata pelajaran (Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris) pada rapot semester 1 karena nilai-nilai ini dianggap lebih objektif dan dapat diukur.

1.4.3 Siswi

Pelajar wanita atau putri pada sekolah SMP Negeri 25 Semarang.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1. Untuk Peneliti

Memberikan pengalaman di lapangan bagi penulis yang merupakan penerapan dari teori-teori yang diperoleh selama mengikuti kuliah di Ilmu Kesehatan Masyarakat UNNES, serta sebagai salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kemampuan dan ketrampilan peneliti untuk melakukan penelitian dan penulisan ilmiah.

1.5.2 Untuk Fakultas.

Menambah bahan untuk kepustakaan dan menambah informasi mengenai kejadian kadar hemoglobin.

1.5.3 Untuk Para Guru dan Siswi SMP

(19)

1.5.4 Untuk Mahasiswa

Menambah pengetahuan dan informasi mengenai kadar hemoglobin pada anak sekolah.

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hemoglobin

2.1.1.1 Pengertian Hemoglobin.

Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk bulat yang terdiri dari 4 subunit. Setiap subunit mengandung satu bagian heme yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida. Heme adalah suatu derivat porfirin yang mengandung besi. Polipeptida itu secara kolektif disebut sebagai bagian globin dari molekul hemoglobin. Ada dua pasang polipeptida didalam setiap molekul hemoglobin (Ganong, William. F, 2003:513).

Komponen utama sel darah merah adalah protein hemoglobin yang mengangkut O2 dan CO2 dan mempertahankan PH normal melalui serangkaian dapar intraselular. Molekul-molekul hemoglobin terdiri dari 2 pasang rantai polipeptida dan 4 gugus hem, masing-masing mengandung sebuah atom besi. Konfigurasi ini memungkinkan pertukaran gas yang sangat sempurna (Price, Sylvia.A dan Wilson, Lorraine.M, 1995:231).

(20)

digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Kandungan hemoglobin yang rendah dengan demikian mengindikasikan anemia (I Dewa Nyoman, 2001:145).

Pengertian lain hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Hemoglobin mempunyai afinitas terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Pearce, Evelyn C, 1999:134).

Sel-sel darah merah mampu mengkonsentrasikan hemoglobin dalam cairan sel sampai sekitar 34 gm/dl sel. Konsentrasi ini tidak pernah meningkat lebih dari nilai tersebut, karena ini merupakan batas metabolic dari mekanisme pembentukan hemoglobin sel. Selanjutnya pada orang normal, persentase hemoglobin hampir selalu mendekati maksimum dalam setiap sel. Namun bila pembentukan hemoglobin dalam sumsum tulang berkurang, maka persentase hemoglobin dalam darah merah juga menurun karena hemoglobin untuk mengisi sel kurang.

Bila hematokrit (persentase sel dalam darah normalnya 40 sampai 45 persen) dan jumlah hemoglobin dalam masing-masing sel nilainya normal, maka seluruh darah seorang pria rata-rata mengandung 16 gram/dl hemoglobin, dan pada wanita rata-rata 14 gram/dl (Guyton dan Hall, 1997:530).

(21)

berbagai enzim yang sebelumnya terdapat dalam sel darah merah dan protein membran sel (Slamet Suyono, dkk, 2001:496).

Pembentukan hemoglobin dimulai dalam proeritroblas dan kemudian dilanjutkan sedikit dalam stadium retikulosit, karena ketika retikulosit meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke dalam aliran darah, maka retikulosit tetap membentuk sedikit hemoglobin selama beberapa hari berikutnya (Guyton dan Hall, 1997:534).

A P

C C

2 sulsinil-KoA + 2 gilsin HC CH

4 pirol protoporfirin IX N protoporfirin IX + Fe heme H heme + polipeptida rantai hemoglobin (α atau β) (pirol) 2 rantai α + 2 rantai β hemoglobin A

Sumber : Guyton dan Hall (1997:535)

Gambar 1

Pembentukan Hemoglobin

Kadar hemoglobin adalah salah satu pengukuran tertua dalam laboratorium kedokteran dan tes darah yang paling sering dilakukan (Isbister, James P dan Pittiglio, D.Harmening, 1999:5).

Interprestasi gejala dalam hubungannya dengan kadar hemoglobin yaitu :

• Hb >10 gram % : Gejala terjadi jika system transpor oksigen mengalami stres

(22)

berkurangnya oksigenasi darah (misalnya : gangguan paru-paru, tempat tinggi, merokok, pajanan terhadap karbon monoksida).

• Hb 8 – 10 gram % : Gejala meningkatnya curah jantung pada saat istirahat

dapat diperhatikan (misalnya : berdebar-debar) terutama dalam pasien tua, tetapi sebagai aturan umum gejala tidak berat.

• Hb < 8 gram % : Meningkatnya gejala-gejala pada saat istirahat, tergantung

pada cadangan kardiorespiratorius (Isbister, James P dan Pittiglio, D.Harmening, 1999:39).

2.1.1.2 Penetapan Kadar Hemoglobin.

Kadar hemoglobin darah ditentukan dengan bermacam-macam cara antara lain: cyanmethemoglobin, sahli, talquist.

2.1.1.2.1 Cara Fotoelektrik: Cyanmethemogobin.

Hemoglobin darah diubah menjadi sianmethemoglobin (hemoglobinsianida) dalam larutan yang berisi kaliumsianida. Absorbansi larutan diukur pada gelombang 540 nm atau filter hijau. Larutan Drabkin yang dipakai pada cara ini mengubah hemoglobin, oksihemoglobin, methemoglobin dan karboksihemoglobin menjadi sianmethemoglobin. Sulfhemoglobin tidak berubah dan karena itu tidak ikut diukur (R. Gandasoebrata, 2001:11).

Cara

1. Ke dalam tabung kolorimeter dimasukkan 5,0 ml larutan Drabkin.

(23)

3. Campurlah isi tabung dengan membalikkannya beberapa kali. Tindakan ini juga akan menyelenggarakan perubahan hemoglobin menjadi sianmethemoglobin.

4. Bacalah dalam spektrofotometer pada gelombang 540 nm; sebagai blanko digunakan larutan Drabkin.

5. Kadar hemoglobin ditentukan dari perbandingan absorbasinya dengan absorbansi standard sianmethemoglobin atau dibaca dari kurve tera.

Catatan

Cara ini sangat bagus untuk laboratorium rutin dan sangat dianjurkan untuk penerapan kadar hemoglobin dengan teliti karena standard cyanmethemoglobin

yang ditanggung kadarnya bersifat stabil dan dapat dibeli. Kesalahan cara ini dapat mencapai ± 2 %.

Larutan Drabkin: natriumbikarbonat 1 g; kaliumsianida 50 mg; kaliumferrisianida 200 mg; aqua dest ad 1000 ml. Adakalanya ditambahkan sedikit detergent kepada larutan Drabkin ini supaya perubahan menjadi sianmethemoglobin berlangsung lebih sempurna dalam waktu singkat. Simpan reagens ini dalam botol coklat dan perbaruilah tiap bulan. Meskipun larutan Drabkin berisi sianida, tetapi ia tidak dianggap racun dalam pengertian sehari-hari karena jumlah sianida itu sangat kecil.

(24)

tinggi dari sebenarnya. Kekeruhan semacam ini dapat disebabkan antara lain oleh leukositosis, lipemia dan adanya globulin abnormal seperti pada macroglobulinemia.

Laporan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin dengan memakai cara

cyanmethemoglobin dan spektrofotometer hanya boleh menyebut satu angka (digit) di belakang tanda desimal; melaporkan dua digit sesudah angka desimal melampaui ketelitian dan ketepatan yang dapat dicapai dengan metode ini. Variasi-variasi fisiologis juga menyebabkan digit kedua di belakang tanda desimal menjadi tanpa makna.

2.1.1.2.2 Cara Sahli

Pada cara ini hemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standard dalam alat itu (R. Gandasoebrata, 2001:13).

Cara

1. Masukkan kira-kira 5 tetes HCl 0,1 n ke dalam tabung pengencer hemometer. 2. Isaplah darah (kapiler, EDTA, atau oxalat) dengan pipet hemoglobin sampai

garis tanda 20 μl.

3. Hapuslah darah yang melekat pada sebelah luar ujung pipet.

(25)

5. Angkatlah pipet itu sedikit, lalu isap asam HCl yang jernih itu ke dalam pipet 2 atau 3 kali untuk membersihkan darah yang masih tinggal dalam pipet.

6. Campurkan isi tabung itu supaya darah dan asam bersenyawa; warna campuran menjadi coklat tua.

7. Tambahkan air setetes demi setetes, tiap kali diaduk dengan batang pengaduk yang tersedia. Persamaan warna campuran dan batang standard harus dicapai dalam waktu 3-5 menit setelah saat darah dan HCl dicampur. Pada usaha mempersamakan warna hendaknya tabung diputar demikian sehingga garis bagi tidak terlihat.

8. Bacalah kadar hemoglobin dengan gram/100 ml darah.

Catatan

Cara Sahli ini bukanlah cara teliti. Kelemahan metodik berdasarkan kenyataan bahwa kolorimetri visual tidak teliti, bahwa hematin asam itu bukan merupakan larutan sejati dan bahwa alat itu tidak dapat distandardkan. Cara ini juga kurang baik karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam, umpamanya karboxyhemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin.

(26)

desimal seperti 8,8; 14; 15,5 g/dl ketelitian dan ketepatan cara sahli yang kurang memadai tidak membolehkan laporan seperti itu.

Hemoglobinometer yang berdasarkan penetapan hematin asam menurut Sahli dibuat oleh banyak pabrik. Perhatikanlah bahwa bagian-bagian alat yang berasal dari pabrik yang berlainan biasanya tidak dapat saling dipertukarkan: tabung pengencer berlainan diameter; warna standard berlainan intensitasnya; dll.

Selain cara sahli ada pula cara-cara lain yang berdasarkan kolorimetri dengan hematin asam; di Indonesia cara sahli masih banyak digunakan di laboratorium-laboratorium kecil yang tidak mempunyai fotokolorimeter. Yang banyak dipakai di laboratorium klinik ialah cara-cara fotoelektrik dan kolorimetrik visual (R. Gandasoebrata, 2001:11).

2.1.1.2.3 Cara Talquist (Oktia Woro K.H, 1999:38)

a. Mempunyai kesalahan yang paling besar dibandingkan cara pemeriksaan yang lain.

b. Paling mudah dilakukan c. Cara pemeriksaan:

-Ambil darah dari ujung jari -Teteskan pada kertas talquist

-Cocokan dan baca pada standard yang ada 2.1.2 Anemia

(27)

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin kurang dari harga normal, yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. Gejala yaitu lemah, lesu, letih, mudah mengantuk, nafas pendek, nafsu makan berkurang, bibir tampak pucat, susah buang air besar, denyut jantung meningkat, kadang-kadang pusing (I Dewa Nyoman , 2001:169).

Pengertian lain anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas hemoglobin dan volume sel pada sel darah merah (hematokrit) per 100 ml darah (Price, Sylvia.A dan Wilson, Lorraine.M, 1995:232).

Tabel 1

Nilai ambang batas penentuan status Anemia menurut WHO adalah

Kelompok Batas Normal

Hemoglobin Sumber : I Dewa Nyoman (2001:169)

Tabel 2

Batasan Anemia ( menurut Departemen Kesehatan ) Kelompok Batas Normal Hemoglobin Sumber : I Dewa Nyoman (2001:169)

(28)

di antara 7 dan 10 gram %, dan anemia berat kalau kadar hemoglobin dibawah 7 gram % (DeMaeyer, E.M, 1995:27).

2.1.2.2 Macam-Macam Anemia (Slamet Suyono, dkk, 2001:497). 1. Anemia Defisiensi Besi

Anemia terjadi bila jumlah yang diserap untuk memenuhi kebutuhan tubuh terlalu sedikit.

2. Anemia Megaloblastik

Sekelompok anemia yang ditandai oleh adanya eritroblas yang besar yang terjadi akibat gangguan maturasi inti sel tersebut. Sel tersebut dinamakan megaloblas.

3. Anemia Aplastik

4. Anemia pada Gagal Ginjal

Anemia yang terjadi apabila kreatinin serum lebih dari 3,5mg/dl atau GFR menurun sampai 30% normal.

5. Anemia pada Penyakit Kronik

2.1.2.3 Penyebab Anemia

Penyebab anemia dapat dipilah menjadi 4 kelompok (Mohammad Sadikin, 2002:27):

(29)

2) Anemia dapat disebabkan oleh faktor defisiensi atau kekurangan bahan-bahan yang berasal dari luar, yaitu makanan, yang diperlukan untuk sintesis komponen SDM.

3) Anemia dapat disebabkan oleh kehilangan SDM yang baik dan sehat, yang sudah dibuat dalam jumlah yang cukup.

4) Adanya reaksi imunitas (otoimun) dari sistem imun seseorang terhadap sel darah merahnya sendiri, sedangkan SDM tersebut mungkin sehat-sehat saja.

2.1.3 Anemia Defisiensi Besi

2.1.3.1 Pengertian Anemia Defisiensi Besi

Zat besi merupakan micro elemen yang esensial bagi tubuh, yang sangat diperlukan dalam pembentukan darah, yakni dalam hemoglobin (Hb). Zat besi juga diperlukan enzim sebagai penggiat. Zat besi lebih mudah diserap oleh usus halus dalam bentuk ferro. Penyerapan ini mempunyai mekanisme autoregulasi yang diatur oleh kadar Ferritin yang terdapat dalam sel-sel mukosa usus. Ekskresi zat besi dilakukan melalui kulit, di dalam bagian-bagian tubuh yang aus dan dilepaskan oleh permukaan tubuh yang jumlahnya sangat kecil sekali. Sedang pada wanita ekskresi zat besi lebih banyak melalui menstruasi (Soekidjo Notoatmodjo, 1997: 200).

(30)

Anemia defisiensi besi terjadi bila jumlah yang diserap untuk memenuhi kebutuhan tubuh terlalu sedikit. Ketidakcukupan ini diakibatkan oleh kurangnya pemasukan zat besi, berkurangnya sediaan zat dalam makanan, meningkatnya kebutuhan akan zat besi atau kehilangan darah yang kronis (DeMaeyer, E.M, 1995:1).

2.1.3.2 Penyebab Anemia Defisiensi Besi. 2.1.3.2.1 Kehilangan darah secara kronis

Pada wanita terjadi kehilangan darah secara alamiah setiap bulan. Jika darah yang keluar selama menstruasi sangat banyak akan terjadi anemia defisiensi zat besi.

Kehilangan zat besi dapat pula diakibatkan oleh infestasi parasit seperti cacing tambang, Schistosoma dan mungkin pula Trichuris trichiura.

2.1.3.2.2 Asupan dan serapan tidak adekuat

Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah bahan makanan yang berasal dari daging hewan. Kebiasaan mengonsumsi makanan yang dapat menganggu penyerapan zat besi secara bersamaan pada waktu makan menyebabkan serapan zat besi semakin rendah.

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam penyerapan zat besi Faktor makanan

1. Faktor yang memacu penyerapan zat besi bukan heme; - Vitamin C

(31)

2. Faktor yang menghambat penyerapan zat besi bukan heme; - Fitat ( 500 mg/hari )

- Polifenol

Faktor Penjamu ( host ) 1. Status zat besi

2. Status kesehatan ( infeksi, malabsorpsi ) (Arisman,MB, 2004:149)

2.1.3.2.3 Peningkatan kebutuhan

Meningkatnya kebutuhan karena kehamilan dan perdarahan (Arisman,MB, 2004:145).

2.1.3.3 Gejala Anemia Defisiensi Besi

Anak akan tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, iritabel. Mereka tidak tampak sakit karena perjalanan penyakitnya bersifat menahun. Tampak pucat terutama pada mukosa bibir dan faring, telapak tangan dan dasar kuku, konjungtiva okular berwarna kebiruan atau putih mutiara. Jantung agak membesar dan terdengar murmur sistolik yang fungsional (Rusepno Hassan dan Husein Alatas, 2002:435).

2.1.3.4 Kebutuhan Zat Besi

Masukan zat besi setiap hari diperlukan untuk mengganti zat besi yang hilang melalui tinja, air kencing dan kulit. Kehilangan basal ini kira-kira 14 μg per kilogram berat badan per hari, atau hampir sama dengan 0,9 mg zat besi pada laki-laki dewasa dan 0,8 mg bagi wanita dewasa ( DeMaeyer, E.M, 1995:8).

(32)

Kebutuhan zat besi dari 97,5 % individu berdasarkan zat besi yang diterapkan, menurut usia dan jenis.

Usia/jenis kelamin μg/kg/hari mg/hari

4 – 12 bulan

Sumber DeMaeyer, E.M (1995:7) 2.1.3.5 Metabolisme Zat Besi

Metabolisme dalam tubuh terdiri dari proses penyerapan, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan, dan pengeluaran. Zat besi dari makanan diserap ke usus halus, kemudian masuk ke dalam plasma darah. Selain itu, ada sejumlah zat besi yang keluar dari tubuh bersama tinja. Didalam plasma berlangsung proses

(33)

Zat besi dari plasma sebagian harus dikirim ke sumsum tulang untuk pembentukan hemoglobin dan sebagian lagi diedarkan ke seluruh jaringan. Cadangan besi disimpan dalam bentuk ferritin dan hemosiderin didalam hati atau limpa.

Pengeluaran besi dari jaringan melalui kulit, saluran pencernaan, atau urine, berjumlah 1 mg setiap harinya. Zat besi yang keluar melalui cara ini disebut kehilangan besi basal (iron basal losses). Sedangkan pengeluaran besi melalui hilangnya hemoglobin yang disebabkan menstruasi sebanyak 28 mg/periode (Emma, 1999:13).

28 mg/periode Dikeluarkan lewat kulit,

saluran pencernaan, urine 1mg Sumber :Emma (1999:13)

Gambar 2

(34)

Defisiensi Fe terutama berpengaruh pada kondisi gangguan fungsi hemoglobin yang merupakan alat transport O2 yang diperlukan pada banyak reaksi metabolic tubuh. Pada anak-anak sekolah telah ditunjukan adanya korelasi antara kadar hemoglobin dan kesanggupan anak untuk belajar. Dikatakan bahwa pada kondisi anemia daya konsentrasi dalam belajar tampak menurun (Achmad Djaeni , 2004:70).

2.1.3.7 Akibat defisiensi zat besi (DeMaeyer, E.M, 1995:5) adalah 2.1.3.7.1 Anak - anak :

- Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar,

- Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan otak, - Meningkatkan risiko menderita infeksi karena daya tahan tubuh menurun. 2.1.3.7.2 Wanita :

- Anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit, - Menurunkan produktivitas kerja,

- Menurunkan kebugaran. 2.1.3.7.3 Remaja putri :

- Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar,

- Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal, - Menurunkan kemampuan fisik olahragawati,

- Mengakibatkan muka pucat. 2.1.3.7.4 Ibu hamil :

- Menimbulkan perdarahan sebelum atau saat persalinan,

(35)

- Pada anemia berat, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan atau bayinya.

2.1.3.8 Pengobatan Anemia Defisiensi Besi

Makanan yang adekuat. Sulfas ferosus 3x10 mg/kgbb/hari. Obat ini murah tapi kadang-kadang dapat menyebabkan enteritis. Hasil pengobatan dapat terlihat dari kenaikan hitung retikulosit dan kenaikan kadar hemoglobin 1-2 gram %/minggu. Disamping itu dapat pula diberikan preparat besi parental. Obat ini lebih mahal harganya dan penyuntikannya harus intramuskular dalam atau ada pula yang dapat diberikan secara intravena. Preparat besi parenteral hanya diberikan bila pemberian peroral tidak berhasil.

Tranfusi darah diberikan bila kadar hemoglobin kurang dari 7 gram % dan disertai dengan keadaan umum yang tidak baik, misalnya gagal jantung, bronkopneumonia.

Antelmintik diberikan bila ditemukan cacing penyebab defisiensi besi, (umur) dalam tiap kapsul, diberikan 3 kapsul dengan selang waktu 1 jam, semalam sebelumnya anak dipuasakan dan diberikan laksan setelah 1 jam kapsul ketiga dimakan. Pirantel pamoate 10 mg/kgbb (dosis tunggal)). Antibiotika diberikan bila terdapat infeksi (Rusepno Hassan dan Husein Alatas, 2002:436). 2.1.3.9 Pencegahan Anemia Defisiensi Besi

2.1.3.9.1 Pemberian tablet atau suntikan zat besi

(36)

tablet yang dimakan selama paruh kedua kehamilan karena pada saat tersebut kebutuhan akan zat besi sangat tinggi.

2.1.3.9.2 Pendidikan

Pemberian tablet zat besi ini dapat menimbulkan efek samping yang menganggu sehingga orang cenderung menolak tablet yang diberikan. Penolakan tersebut sebenarnya berpangkal dari ketidaktahuan mereka selama kehamilan mereka memerlukan tambahan zat besi. Agar mengerti, para wanita hamil harus diberi pendidikan yang tepat misalnya tentang bahaya yang mungkin terjadi akibat anemia, dan harus pula diyakinkan bahwa salah satu penyebab anemia adalah defisiensi zat besi.

Sebagai catatan, subjek penelitian adalah remaja putri, jadi tidak memerlukan perlakuan pemberian tablet atau suntikan zat besi seperti pada wanita hamil, namun tetap memerlukan pendidikan tentang bahaya anemia bagi dirinya, juga tentang penyebab anemia yaitu defisiensi besi.

2.1.3.9.3 Modifikasi makanan

Asupan zat besi dari makanan dapat ditingkatkan melalui dua cara :

1. Pemastian konsumsi makanan yang cukup mengandung kalori sebesar yang semestinya dikonsumsi.

(37)

2.1.3.9.4 Fortifikasi makanan

Fortifikasi makanan yang banyak dikonsumsi dan yang diproses secara terpusat merupakan inti pengawasan anemia diberbagai negara. Fortifikasi makanan merupakan salah satu cara terampuh dalam pencegahan defisiensi zat besi.

Fortifikasi makanan dengan zat besi secara teknis lebih sulit jika dibandingkan dengan fortifikasi dengan zat lain, karena zat besi yang tersedia secara kimia, sangat reaktif dan berkecenderungan mengubah warna makanan. Contohnya, garam ferrous yang dapat larut, ternyata sering mengubah warna akibat persenyawaannya dengan campuran sulfur, tannin, polifenol, serta substansi lain.

Di negara industri, produk makanan fortifikasi yang lazim adalah tepung gandum serta roti makanan yang terbuat dari jagung dan bubur jagung, dan produk susu seperti susu formula bayi dan makanan sapihan (Arisman, M.B, 2004:151).

2.1.4 Belajar 2.1.4.1. Pengertian

(38)

Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya kepada orang lain (Made Pidarta,1997:197).

Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor (Syaiful Bahri Djamarah, 2002:13).

Belajar merupakan suatu proses, yang mengakibatkan adanya perubahan prilaku (change in behavior or performance). Ini berarti sehabis belajar individu mengalami perubahan dalam perilakunya. Perilaku dalam arti yang luas dapat dalam segi kognitif, afektif dan dalam segi psikomotor (Bimo Walgito, 2004:168).

Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar yang dikemukakan diatas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

2.1.4.2 Prinsip-Prinsip Belajar-Mengajar

Prinsip-Prinsip Belajar-Mengajar (Oemar Hamalik, 2002:54) adalah

a) Belajar senantiasa bertujuan yang berkenaan dengan pengembangan perilaku siswa.

b) Belajar didasarkan atas kebutuhan dan motivasi tertentu.

(39)

d) Belajar bersifat keseluruhan yang menitikberatkan pemahaman, berpikir kritis, dan reorganisasi pengalaman.

e) Belajar membutuhkan bimbingan, baik secara langsung oleh guru maupun secara tak langsung melalui bantuan pengalaman pengganti.

f) Belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan faktor dari luar diri individu.

g) Belajar sering dihadapkan kepada masalah dan kesulitan yang perlu dipecahkan.

h) Hasil belajar dapat ditransferkan ke dalam situasi lain. 2.1.4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Proses Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar menurut Sarlito Wirawan Sarwono (2000:45) adalah:

1. Waktu istirahat : Khususnya kalau mempelajari sesuatu yang meliputi bahan yang banyak, perlu disediakan waktu-waktu tertentu untuk beristirahat. Dalam waktu istirahat sebaiknya tidak banyak kegiatan yang mengganggu pikiran sehingga bahan yang sudah dipelajari punya cukup kesempatan untuk mengedap dalam ingatan.

(40)

memang seseorang kurang mampu, lebih baik ia mempelajari terlebih dahulu detail-detailnya, dan baru kemudian menyatukannya ke dalam suatu keseluruhan.

3. Pengertian terhadap materi yang dipelajari : Kalau kita mempelajari sesuatu, maka kita harus mengerti apa yang kita pelajari itu. Tanpa pengertian, maka usaha belajar kita akan menemui banyak kesulitan. Misalnya, dua orang disuruh menghafalkan sajak bahasa inggris. Orang yang pertama mengerti bahasa inggris, sedangkan orang yang kedua tidak dapat berbahasa inggris maka bahan yang sama akan dihafalkan jauh lebih cepat oleh orang yang pertama.

4. Pengetahuan akan prestasi sendiri : Kalau tiap kali kita dapat mengetahui hasil prestasi kita sendiri, yaitu mengetahui mana perbuatan-perbuatan kita yang salah, maka akan lebih mudah kita memperbaiki kesalahan-kesalahan itu daripada kalau kita harus meraba-raba terus. Dengan demikian pengetahuan akan prestasi sendiri atau umpan balik akan mempercepat kita dalam mempelajari sesuatu.

5. Transfer : Pengetahuan kita mengenai hal-hal yang pernah kita pelajari sebelumnya, kadang-kadang mempengaruhi juga proses belajar yang sedang kita lakukan sekarang. Pengaruh ini disebut transfer. Transfer dapat bersifat positif, yaitu kalau hal yang lalu mempermudah proses belajar yang sekarang, atau dapat juga bersifat negatif, yaitu kalau hal yang lalu justru mempersukar proses belajar yang sekarang.

(41)

Menurut Oemar Hamalik (2002:47) kategori belajar adalah :

1. Belajar ketrampilan sensorimotor adalah tindakan-tindakan yang bersifat otomatis sehingga kegiatan-kegiatan lain yang telah dipelajari dapat dilaksanakan secara simultan tanpa saling mengganggu. Contohnya berjalan, mengendarai sepeda, menari.

2. Belajar Asosiasi dimana urutan kata-kata tertentu berhubungan sedemikian rupa terhadap objek-objek, konsep-konsep, atau situasi sehingga bila kita menyebut yang satu cenderung untuk ingat kepada yang lain. Misalnya : ayah berasosiasi dengan ibu, kursi dengan meja.

3. Belajar ketrampilan Pengamatan Motoris yaitu menggabungkan belajar sensorimotor dengan belajar asosiasi. Sebagai contoh ialah mengetik dimana jari yang sama digunakan secara tetap untuk mengetik huruf tertentu, tetapi urutan huruf dan jaraknya bergantung pada apa yang sedang diketik.

4. Belajar Konseptual adalah gambaran mental secara umum dan abstrak tentang situasi-situasi atau kondisi-kondisi. Contoh konsep adalah demokrasi.

5. Belajar tentang cita-cita dan Sikap

Belajar tentang cita-cita dan sikap sedang diteliti dengan penuh perhatian. Suatu masalah dunia yang besar adalah sulitnya orang-orang dari kebudayaan yang berbeda memiliki saling pengertian antara yang satu dengan yang lainnya.

(42)

mengadakan kontak lebih lama. Alasan mengapa ada kesenangan atau ketidaksenangan didalam masyarakat ialah setiap masyarakat cenderung untuk menciptakan suasana emosional di sekitar situasi-situasi tertentu.

6. Belajar Memecahkan Masalah

Pemecahan masalah dipandang oleh beberapa ahli sebagai tipe yang tertinggi dari belajar karena respons tidak bergantung pada kemampuan manipulasi ide-ide yang abstrak, menggunakan aspek-aspek dan perubahan-perubahan dari belajar terdahulu, melihat perbedaan-perbedaan yang kecil dan memproyeksikan diri sendiri ke masa yang akan datang. Pemecahan masalah membutuhkan kreasi dan bukan pengulangan, dari respons-respons apabila situasi yang timbul sedemikian kompleknya sehingga inisiatif dan sintesis mental diperlukan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi itu.

2.1.4.5 Aktivitas-Aktivitas Belajar

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002:38) aktivitas-aktivitas dalam belajar adalah:

1) Mendengarkan

Mendengarkan adalah salah satu aktivitas belajar. Setiap orang yang belajar di sekolah pasti ada aktivitas mendengarkan. Ketika seorang guru menggunakan metode ceramah, maka setiap siswa atau mahasiswa diharuskan mendengarkan apa yang guru (dosen) sampaikan. Menjadi pendengar yang baik dituntut dari mereka. Di sela-sela ceramah itu, ada aktivitas mencatat hal-hal yang dianggap penting.

(43)

Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek. Aktivitas memandang berhubungan erat dengan mata. Karena dalam memandang itu matalah yang memegang peranan penting. Tanpa mata tidak mungkin terjadi aktivitas memandang dapat dilakukan. Orang buta pasti tidak dapat melihat. Maka dia tidak bisa memandang sesuatu yang menjadi kebutuhannya.

3) Meraba, Membau, dan Mencicipi atau Mengecap

Aktivitas meraba, membau, dan mengecap adalah indra manusia yang dapat dijadikan sebagai alat untuk kepentingan belajar. Artinya aktivitas meraba, membau, dan mengecap dapat memberikan kesempatan bagi seseorang untuk belajar. Tentu saja aktivitas harus disadari oleh suatu tujuan. Dengan demikian, aktivitas-aktivitas meraba, membau, mengecap dapat dikatakan belajar, apabila semua aktivitas itu didorong oleh kebutuhan, motivasi untuk mencapai tujuan dengan menggunakan situasi tertentu untuk memperoleh perubahan tingkah laku. 4) Menulis atau Mencatat

Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari aktivitas belajar. Dalam pendidikan tradisional kegiatan mencatat merupakan aktivitas yang sering dilakukan. Walaupun pada waktu tertentu seseorang harus mendengarkan isi ceramah, namun dia tidak bisa mengabaikan masalah mencatat hal-hal yang dianggap penting. Setiap orang mempunyai cara tertentu dalam mencatat pelajaran. Demikian juga dalam hal memilih pokok-pokok pikiran yang dianggap penting. Hal ini disebabkan ilmu pengetahuan yang seseorang miliki berbeda-beda, sehingga berbeda pula dalam menilai bahan yang dicatat.

(44)

Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi. Membaca di sini tidak mesti menbaca buku belaka, tetapi juga membaca majalah, koran, tabloid, jurnal-jurnal hasil penelitian, catatan hasil belajar atau kuliah, dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan kebutuhan studi.

6) Membuat Ikhtisar atau Ringkasan dan Menggarisbawahi

Banyak orang yang merasa terbantu dalam belajarnya karena menggunakan ikhtisar-ikhtisar materi yang dibuatnya. Ikhtisar atau ringkasan ini memang dapat membantu dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk masa-masa yang akan datang. Untuk keperluan belajar yang intensif, bagaimanapun juga hanya membuat ikhtisar adalah belum cukup. Sementara membaca, pada hal-hal yang penting perlu diberi garis bawah. Hal ini sangat membantu dalam usaha menemukan kembali materi itu dikemudian hari, bila diperlukan.

7) Mengamati Tabel-Tabel, Diagram-Diagram dan Bagan-Bagan

Dalam buku ataupun di lingkungan lain sering dijumpai tabel-tabel, diagram, ataupun bagan-bagan. Materi non verbal semacam ini sangat berguna bagi seseorang dalam mempelajari materi yang relevan. Demikian pula gambar-gambar, peta-peta, dan lain-lain dapat menjadi bahan ilustratif yang membantu pemahaman seseorang tentang sesuatu hal.

8) Menyusun Paper atau Kertas Kerja

(45)

ilmiah dituntut dalam penulisan paper ini. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menurut ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) dituntut, sehingga menghasilkan karya tulis yang bermutu tinggi.

9) Mengingat

Mengingat merupakan gejala psikologis. Untuk mengetahui bahwa seseorang sedang mengingat sesuatu, dapat dilihat dari sikap dan perbuatannya. Perbuatan mengingat dilakukan bila seseorang sedang mengingat-ingat kesan yang telah dipunyai.

10) Berpikir

Berpikir adalah termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang memperoleh penemuan baru, setidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antar sesuatu, Berpikir bukanlah sembarangan berpikir, tetapi ada taraf tertentu, dari taraf berpikir yang rendah sampai taraf berpikir yang tinggi.

11) Latihan atau Praktek

(46)

2.1.5 Prestasi Belajar 2.1.5.1 Pengertian

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990:56).

Prestasi Belajar menurut Winkel merupakan taraf hasil belajar yang ditunjukkan seseorang setelah mendapatkan pendidikan atau latihan (Sri Triati, 2003).

2.1.5.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar

Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor. Faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri orang yang belajar maupun dari luar dirinya (M. Dalyono, 1997:55).

Faktor internal (yang berasal dari dalam diri)

1. Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat, sakit kepala, demam pilek, batuk dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar.

2. Inteligensi dan Bakat

(47)

Inteligensi dan bakat merupakan aspek kejiwaan (psikis) yang besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Seseorang yang mempunyai inteligensi baik umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik dan sebaliknya. Bakat juga mempengaruhi dalam menentukan keberhasilan belajar.

Menurut Thorndike Inteligensi adalah kemampuan melakukan respons-respons yang baik dan diperlihatkan dengan kecakapannya untuk berhubungan secara afektif dengan situasi-situasi yang baru. Dengan adanya beragam-ragam situasi maka terdapat pula keragaman pola-pola inteligensi seperti situasi yang abstrak, situasi mekanisme, dan situasi social (Oemar Hamalik, 2002:89).

Menurut panitia istilah Padagogik yang mengangkat pendapat Stern, yang dimaksud dengan inteligensi adalah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan menggunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya (Bimo Walgito, 2004:192).

(48)

Inteligensi dapat diukur dengan tes inteligensi, yang dapat diselenggarakan secara klasial (kelompok) atau individual. Contoh tes inteligensi individual adalah WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) untuk dewasa, WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) untuk anak disamping Tes Binet Simon (Bimo Walgito, 2004:199). Adapun tes Inteligensi yang dapat diselenggarakan secara klasikal, misalnya tes SPM.

Test inteligensi dapat dilakukan dengan beberapa cara salah satunya dengan Standard Progressive Matrices (SPM) yaitu merupakan tes yang bersifat nonverbal, artinya materi soal-soalnya diberikan tidak dalam bentuk tulisan ataupun bacaan melainkan dalam bentuk gambar-gambar. Penyusunan SPM didasari oleh konsep inteligensi Spearman, yaitu konsepsinya mengenai edukasi hubungan dan edukasi korelasi. Tes SPM terdiri atas 60 buah soal yang berupa gambar-gambar (Saifuddin Azwar,1996:119).

Inteligensi dianggap berhubungan langsung dengan prestasi belajar, karena inteligensi merupakan bekal kemampuan untuk belajar. Salah satu penelitian tentang adanya hubungan antara tingkat Inteligensi dengan Prestasi Belajar yang dilakukan oleh Tri Ratna M (1975).

3. Minat dan motivasi

(49)

sanubari. Sedangkan motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Kuat lemahnya motivasi belajar seserang turut mempengaruhi keberhasilan belajar.

Motivasi adalah suatu perubahan energi didalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 2002 : 173).

Motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan sehingga fungsi motivasi (Oemar Hamalik, 2002:175) adalah

- Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.

- Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.

- Sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Didalam penelitian ini minat dan motivasi tidak diperhitungkan karena subjek penelitian (siswi) belajar disekolah Umum (SMP), dimana prestasi belajarnya tidak dipengaruhi oleh minat-minat terhadap bidang-bidang tertentu.

4. Cara belajar

(50)

fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan, akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Cara belajar yang baik harus ada istirahat untuk memberikan kesempatan kepada mata, otak serta organ tubuh lainnya untuk memperoleh tenaga kembali.

Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri) 1. Keluarga

Faktor orang tua sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup kurang perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidaknya kedua orang tua, semuanya itu turut mempengaruhi percapaian hasil belajar. Disamping itu, faktor keadaan rumah tangga turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Besar kecilnya rumah tinggal, ada atau tidak peralatan belajar, semuanya itu juga mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang. Dalam penelitian ini pengaruh faktor keluarga atau orang tua dianggap terkendali karena pada umumnya orang tua mereka berpendidikan SMU dan tergolong ekonomi menengah.

2. Sekolah

(51)

kelas, pelaksanaan tata tertib, semua itu turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak.

Karena subjek penelitian berada dalam satu sekolah maka faktor ini dianggap terkendali.

3. Masyarakat

Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila disekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya, apabila tinggal di lingkungan banyak anak-anak yang nakal, tidak bersekolah dan pengangguran, hal ini akan mengurangi semangat belajar atau dapat dikatakan tidak menunjang sehingga motivasi belajar berkurang.

Pada umumnya subjek penelitian tinggal disekitar sekolah yang suasana lingkungan sosialnya kurang lebih sama.

4. Lingkungan sekitar

(52)

Pada umumnya subjek penelitian tinggal disekitar sekolah yang suasana lingkungan fisik yang sama.

2.1.5.3 Bentuk-Bentuk Tes Untuk Prestasi Belajar 2.1.5.3.1 Tes Subjektif

Tes subjektif yang pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemampuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 2003:162).

Kebaikan-kebaikannya :

1. Mudah disiapkan dan disusun.

2. Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan. 3. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun

dalam bentuk kalimat yang bagus.

4. Memberi kesempatan pada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.

5. Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan. Keburukan-keburukannya :

1. Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.

2. Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja.

(53)

4. Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai.

5. Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. 2.1.5.3.2 Tes Objektif

Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai (Suharsimi Arikunto, 2003:164).

Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang disajikan jauh lebih banyak daripada tes esai. Kadang-kadang untuk tes yang berlangsung selama 60 menit dapat diberikan 30 – 40 buah soal.

Kebaikan-kebaikannya :

1. Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, misalnya lebih representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangannya unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun segi guru yang memeriksa. 2. Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci

tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi. 3. Pemeriksaannya dapat diserahkan orang lain.

4. Dalam pemeriksaan, tidak ada unsur objektif yang mempengaruhi.

Kelemahan-kelemahannya :

(54)

2. Soal soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.

3. Banyak kesempatan untuk main untung-untungan.

4. “Kerja sama antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.

2.2 Kerangka Berfikir

-Penyakit kronik, perdarahan kronis, menstruasi

-Kebutuhan konsumsi zat meningkat -Asupan dan serapan zat besi tidak

(55)

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ada hubungan antara kadar hemoglobin dengan prestasi belajar siswi SMP Negeri 25 Semarang.

BAB III

(56)

3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:79). Populasi pada penelitian ini adalah siswi SMP Negeri 25 Semarang sebanyak 347 orang.

3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:79). Sampel dalam penelitian ini sebanyak 48 orang. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah non random sampling dengan teknik samplingpurposive. Sampling purposive adalah pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Soekidjo Notoatmodjo, 2002:88). Adapun pertimbangan tertentunya adalah : 1. Responden tidak menderita penyakit kronik dan perdarahan kronis, juga tidak

sedang menstruasi.

2. Responden dalam keadaan sehat ( demam, pilek, batuk, sakit kepala).

3. Responden mempunyai tingkat inteligensi atas dasar hasil tes Standard Progressive Matrices (SPM) yang bernilai 5,6,7 (rata-rata normal).

4. Responden berada dalam satu sekolah yaitu SMP Negeri 25 Semarang.

5. Responden tinggal di sekitar sekolah yang suasana lingkungan sosial dan fisik yang kurang lebih sama.

(57)

Variabel merupakan gajala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati (Sugiyono,2002:2). Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat), sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono,2002:3).

Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 4 Kerangka Konsep

Keterangan

--- = dikendalikan = tidak diteliti

Kadar Hemoglobin

Prestasi Belajar

Inteligensi, kesehatan, menstruasi, penyakit kronik, perdarahan kronis, keluarga, sekolah, masyarakat, lingkungan sekitar.

V ariabel Penganggu Bakat, Minat dan

(58)

3.4 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei analitik. Bentuk pelaksanaan penelitian adalah dengan survei menggunakan pendekatan Cross Sectional dimana data yang menyangkut variabel dependen dan independen akan dikumpulkan dalam waktu bersama dan secara langsung (Soekidjo Notoatmodjo, 2002 : 26).

3.5 Instrumen Penelitian

3.5.1 Pengukuran kadar hemoglobin dengan metode Cyanmethemoglobin.

Nilai normal kadar hemoglobin untuk putri yaitu 12 gram %.

3.5.2 Tes Inteligensi dengan Standard Progressive Matrices (SPM) yaitu merupakan tes yang bersifat nonverbal, artinya materi soal-soalnya diberikan tidak dalam bentuk tulisan ataupun bacaan melainkan dalam bentuk gambar-gambar.

3.6 Teknik Pengambilan Data Data Primer

Data yang diperoleh dengan pemeriksaan kadar hemoglobin dengan cara

Cyanmethemoglobin, test inteligensi dengan Standard Progressive Matrices

(SPM) dan observasi. 3.6.2 Data Sekunder

Data yang diperoleh dengan melihat nilai 4 mata pelajaran semester satu pada rapot.

3.7 Prosedur Penelitian 1. Penyusunan Proposal

(59)

3. Pengesahan proposal penelitian dan pemberian surat ijin penelitian dari Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat.

4. Menghubungi Kepala Sekolah SMP Negeri 25 Semarang untuk ijin penelitian 5. Menghubungi Kepala Laboratorium Prima untuk pengambilan darah dan

pemeriksaan kadar hemoglobin siswi.

6. Pengurusan Surat Ijin Penelitian di Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Pemerintah Kota Semarang, Dinas Pendidikan Kota Semarang 7. Memberikan Surat Ijin Penelitian kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 25

Semarang untuk ijin melakukan penelitian 8. Penentuan sampel dengan test inteligensi 9. Penelitian (Mei – Juli 2005)

10. Penyusunan Skripsi dan Pengolahan Data

3.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi Penelitian

Dalam penelitian terdapat faktor-faktor yang berpengaruh. Faktor tersebut yaitu saat diambil darah untuk diperiksa kadar hemoglobinnya siswi sedang menstruasi, sedang sakit dan belum sarapan pagi.

3.9 Analisis Data : 3.9.1 Analisis Univariate

Analisis Univariate yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel (Soekidjo Notoatmodjo, 2002 : 188).

(60)

Analisis Bivariate yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Soekidjo Notoatmodjo, 2002 : 188).

Dalam penelitian ini analisis yang digunakan korelasi Spearman Rank yaitu sumber data untuk kedua variabel yang akan dikonversikan dapat berasal dari sumber yang tidak sama, jenis data yang dikorelasikan adalah ordinal (Sugiyono, 2002:228). Analisis data dilakukan dengan bantuan komputer.

Rumus Korelasi Spearman Rank , yaitu

ρ =

) 1 ( 6 1

2

N N

D

Keterangan :

ρ = koefisien korelasi Spearman Rank

D = beda atau selisih antara jenjang setiap subjek N = jumlah responden (Suharsimi Arikunto, 1998:262)

(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Diskripsi Data

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik dokumentasi untuk memperoleh data rata-rata prestasi belajar dan teknik test kadar hemoglobin dengan cara cyanmethemoglobin untuk memperoleh data kadar hemoglobin darah. Setelah dilakukan pengumpulan data, diperoleh diskripsi data sebagai berikut: 4.1.1 Kadar Hemoglobin

Berdasarkan hasil pengumpulan data pada variabel kadar hemoglobin, diketahui bahwa dari 48 anggota sampel, kadar hemoglobin tertinggi adalah 14,25 gram % dan kadar hemoglobin terendah adalah 9 gram %. Rata-rata kadar

hemoglobin darah responden adalah sekitar 12,2746 gram % dan standar deviasi 0,94122.(Perhitungan dengan bantuan komputer pada lampiran 5).

4.1.2 Prestasi Belajar

Berdasarkan hasil pengumpulan data pada variabel prestasi belajar, diketahui bahwa dari 48 anggota sampel, nilai tertinggi yang diperoleh siswi adalah 30,90 dan nilai terendah adalah 21. Setelah dilakukan perhitungan, diketahui bahwa rata-rata prestasi belajar responden adalah 24,9896 dan standar deviasi 2,20582. (Perhitungan dengan bantuan komputer pada lampiran 5).

(62)

Penyajian data dari hasil penelitian dimaksudkan untuk memperoleh gambaran secara nyata tentang variabel-variabel yang diteliti dari seluruh responden. Dalam penyajian data ini akan diungkap tentang gambaran kadar hemoglobin darah seluruh sampel penelitian, serta tingkat prestasi belajar yang dicapai oleh seluruh anggota sampel. Penyajian data dilakukan dengan menggunakan penentuan nilai tertinggi, nilai terendah, rata-rata (mean), frekuensi serta prosentase dari masing-masing data. Berikut ini adalah uraian penyajian data untuk kedua variabel penelitian, yaitu kadar hemoglobin dan prestasi belajar. 4.2.1 Kadar Hemoglobin

Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 48

responden, dapat diketahui bahwa kadar hemoglobin yang terendah adalah 9,00 gram %, sedangkan kadar hemoglobin tertinggi yang terdata adalah 14,25 gram %. Berdasarkan norma penentuan kadar hemoglobin normal untuk remaja putri sebesar 12 gram %, dapat disusun tabulasi sebagai berikut:

Tabel

4

Tabulasi Kadar Hemoglobin Responden Kriteria Frekuensi Presentase

(dalam %)

(63)

Gambar 5

Kadar Hemoblobin Responden

Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat diketahui bahwa dari seluruh responden (sejumlah 48 siswi), sebanyak 35 orang (73%) mempunyai kadar hemoglobin pada taraf normal, sedangkan 13 orang (27%) lainnya diketahui mempunyai gejala anemia, yang ditunjukkan dari kadar hemoglobin darah mereka yang berada di bawah 12 gram %.

Rata-rata kadar hemoglobin siswi SMP Negeri 25 yang menjadi anggota sampel penelitian adalah 12,27 gram %. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rata-rata kadar hemoglobin siswi SMP Negeri 25 Semarang adalah normal. Kondisi ini merupakan salah satu modal kesehatan yang utama bagi para siswa, dikaitkan dengan kesanggupan belajarnya untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi.

4.2.2 Prestasi Belajar

(64)

matematika, IPA, IPS dan Bahasa Inggris. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, dapat diketahui bahwa nilai prestasi belajar terendah yang dicapai oleh responden adalah 21 dan nilai tertinggi adalah 30,90. Penyajian data untuk variabel prestasi belajar siswi akan diuraikan berikut ini dalam bentuk daftar distribusi frekuensi. Langkah-langkah yang dilakukan adalah :

a. Menentukan skor tertinggi = 30,90 b. Menentukan skor terendah = 21

c. Menentukan rentang skor = skor tertinggi – skor terendah = 30,90 – 21 = 9,90

d. Menentukan jumlah kategori = 3 (Tinggi, Sedang, Rendah) e. Menentukan panjang interval = rentang skor : jumlah kategori

= 9,90 : 3 = 3,3 f. Membuat tabel distribusi frekuensi

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar

Skor Kategori Frekuensi Presentase

(dalam %)

21,0 – 24,2 Rendah 20 41,67 %

24,3 – 27,5 Sedang 24 50 %

27,6 – 30,9 Tinggi 4 8,33 %

Jumlah 48 100%

(65)

Gambar 6

Distribusi Frekuensi Skor Prestasi Belajar

Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat diketahui bahwa dari seluruh responden (sejumlah 48 siswi), sebanyak 4 orang (8,33%) mempunyai nilai prestasi belajar pada kategori tinggi, 24 orang (50%) mempunyai nilai prestasi belajar pada kategori sedang dan 20 orang (41,67%) mempunyai nilai prestasi belajar pada kategori rendah.

Rata-rata nilai prestasi belajar siswi SMP Negeri 25 Semarang yang menjadi anggota sampel penelitian adalah 24,9896. Rata-rata nilai prestasi belajar tersebut dibagi 4 mata pelajaran akan menghasilkan angka 6,25. Apabila menggunakan angka acuan ketuntasan belajar, maka dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata responden masih di bawah target ketuntasan belajar yaitu 6,50.

4.3 Analisis Pengujian Hipotesis

Analisis pada tahap ini dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian yang telah disusun. Teknik yang digunakan adalah dengan menggunakan korelasi

(66)

koefisien korelasi. Nilai tersebut bila di atas 0,5 menunjukkan korelasi yang kuat, sedang di bawah 0,5 menunjukkan korelasi lemah. Tanda korelasi juga berpengaruh pada penafsiran hasil. Tanda – (negatif) pada output menunjukkan adanya arah yang berlawanan dan tanda + (positif) menunjukkan arah yang sama.

Untuk signifikansinya jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima dan jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak (Singgih Santoso, 2004:299). Hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program SPSS 11.0. Hasil tersebut apabila di buat dalam bentuk tabel menunjukkan hasil sebagai berikut:

Tabel 6

Koefisiensi Korelasi Spearman Rank

Variabel Koefisien korelasi Probabilitas Signifikansi Kadar Hemoglobin

Prestasi Belajar

0,329 0,329

0,023 0,023

(67)

korelasi +0,329 menunjukkan kurang kuatnya korelasi antara kadar hemoglobin dengan prestasi belajar (di bawah 0,5).

4.4 Pembahasan

Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara kadar hemoglobin dengan prestasi belajar siswi SMP Negeri 25 Semarang.Adanya hubungan signifikan ini didapatkan dari hasil pemeriksaan kadar hemoglobin dengan menggunakan cara cyanmethemoglobin dan melalui data sekunder berupa dokumentasi.

Melalui hasil pemeriksaan kadar hemoglobin dengan metode cyanmethemoglobin yang dilakukan terhadap 48 siswi SMP Negeri 25 Semarang didapatkan bahwa 73% responden mempunyai kadar hemoglobin yang normal yaitu sekitar 12 gram %. Kondisi ini merupakan kondisi yang cukup menguntungkan bagi proses

pembelajaran yang ada di sekolah. Dengan kadar hemoglobin yang cenderung normal, maka siswi mempunyai modal kesehatan yang cukup baik untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran. Hal ini dapat dipahami karena apabila seseorang mempunyai kadar hemoglobin yang normal, maka dia mempunyai ketahanan atau kemampuan untuk berkonsentrasi dengan lebih baik. Namun demikian, dari hasil penelitian menunjukkan masih ada sekitar 27% responden yang mempunyai kadar hemoglobin yang termasuk dalam kategori anemia. Apabila kondisi seperti ini terus berlangsung, maka mereka akan mengalami hambatan untuk melaksanakan proses belajar dan mengajar yang baik, karena kesehatan mereka akan cenderung mengganggu. Kondisi ini hendaknya

(68)

berusaha untuk menanamkan pengertian dan pengetahuan kepada siswi dan keluarganya, untuk selalu mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan kadar hemoglobin darah.

Melalui data sekunder berupa dokumentasi nilai siswi (48 responden) diperoleh keterangan bahwa rata-rata nilai prestasi belajar siswi (yang diperoleh dari empat mata pelajaran: matematika, IPA, IPS dan Bahasa Inggris)

menunjukkan rata-rata 6,25. Apabila menggunakan acuan ketuntasan belajar, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai responden masih di bawah target ketuntasan belajar sebesar 6,50. Hal ini hendaknya menjadi catatan khusus bagi sekolah dan guru, untuk dapat menyusun program akademik yang lebih baik. Apabila dikaitkan dengan bidang penelitian ini, yaitu berkaitan dengan kadar hemoglobin darah responden, kondisi ini dapat dimaklumi, karena masih cukup banyak responden yang mengalami anemia (sebanyak 27%).

Hasil analisis korelasi dengan menggunakan teknik korelasi Spearman Rank

Gambar

Gambar 1
Tabel 1
Gambar 2
Gambar 3 Kerangka Berfikir
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dengan pengertian bahwa teknologi mencakup bioteknologi, dan bahwa akses dan pengalihan teknologi di antara para Pihak merupakan unsur- unsur penting bagi pencapaian tujuan

D 23 April 2015 14:00 wib Yohanes Widodo - Yohanes Widodo LUKAS Nobertus Ribut Catherine Dianti 080903594 3. PENGARUH TINGKAT KEPERCAYAAN ENDOSER IKLAN TERHADAP MINAT BELI

mengharapkan si A untuk berhati- hati dalam menasehati si C (orang yang dibicarakan oleh A dan B), menasehati dengan perlahan-lahan, dengan bahasa yang baik dan bijak

Simpulan dalam penelitian ini yaitu penerapan model think talk write berbantuan media audio visual dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa,

Pada saat terjadinya deformasi plastis, akan melibatkan pergerakan dislokasi dengan nilai yang besar, sebuah dislokasi sisi bergerak sebagai respons

Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi histologi gigi geligi, morfologi gigi sulung dan permanen, anomali gigi ,menjelaskan radiografi dasar serta menjelaskan material wax kedokteran

dan pengendaliannya lebih mudah sekiranya idea inovasi kreatif telah ditransformasi kepada produk samada dalam bentuk gamifikasi atau permainan lain yang mana ia lebih

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan frekuensi mual dan muntah berlebihan.. Deflsit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan