• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUPERVISI AKADEMIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PENJASORKES) DI KABUPATEN PURWAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SUPERVISI AKADEMIK DAN PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PENJASORKES) DI KABUPATEN PURWAKARTA."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

ix

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

ABSTRAK ... vii

ABSTRACK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1. Tujuan Penelitian ... 7

2. Manfaat Penelitian ... 8

a. Manfaat Teoritis ... 9

b. Manfaat Praktis ... 9

D. Anggapan Dasar ... 10

E. Paradigma Penelitian... 12

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teoretik Supervisi Pendidikan ... 14

(2)

x

a. Supervisi Manajerial ... 19

b. Supervisi Akademik ... 19

c. Prinsip-Prinsip Supervisi Akademik ... 23

d. Dimensi-Dimensi Substasi Supervisi Akademik ... 24

B. Metode dan Teknik Supervisi Akademik ... 27

a. Teknik Supervisi Individual ... 28

b. Teknik Supervisi Kelompok ... 33

c. Langkah-Langkah Pembinaan Kemampuan Guru ... 35

d. Instrumen Pengukuran Kemampuan Guru ... 41

C. Kepemimpinan Pengawas dalam Penyelenggaraan Pendidikan ... 43

D. Kompetensi Pembinaan dan Peningkatan Kemampuan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran ... 52

1. Kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum ... 55

2. Kemampuan guru dalam membuat program/perencanaan pembelajaran ... 58

3. Kemampuan dalam pelaksanaan pembelajaran ... 62

4. Kemampuan guru dalam menggunakan Pendekatan dan metode pembelajaran yang relevan ... 65

5. Kemampuan guru dalam memilih dan menggunakan media Pembelajaran ... 68

6. Kemampuan dalam Melaksanakan Evaluasi Pembelajaran ... 70

(3)

xi

A. Metode Penelitian ... 80

B. Teknik dan Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 82

1. Teknik Pengumpulan Data ... 82

2. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 88

C. Validasi Hasil Penelitian ... 90

1. Kredibilitas ... 90

2. Transferabilitas ... 91

3. Dependabilitas dan Konfirmabilitas ... 92

D. Subjek Penelitian ... 93

E. Instrumen Penelitian ... 94

F. Rancangan Analisis Data ... 95

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 98

B. Field Note ... 103

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 104

1. Kegiatan Supervisi Akademik Pengawas ... 105

2. Pendekatan Supervisi Akademik ... 113

3. Tanggapan Guru Terhadap Kegiatan Supervisi Aakademik Pengawas ... 117

4. Kemampuan Guru dalam Pemgelolaan KBM ... 121

5. Temuan Hasil Penelitian ... 128

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 140

(4)

xii

3. Respon Guru Terhadap Kegiatan Supervisi Akademik

Pengawas ... 151

4. Kemampuan Guru dalam Mengelola KBM ... 154

BAB V. KESIMPULAN, SARAN, DAN REKOMENDASI A.Kesimpulan ... 161

B.Saran ... 163

C.Rekomendasi ... 163

DAFTAR PUSTAKA ... 167

(5)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lembaga pendidikan dapat dikategorikan sebagai organisasi nirlaba yang melayani masyarakat. Meskipun sifatnya nirlaba, namun bukan berarti sekolah tidak dituntut untuk terus meningkatkan mutu proses maupun output

pendidikannya. Sebaliknya, sekolah sangat diharapkan benar-benar memerhatikan mutu, karena tugas suci yang diembannya adalah turut mencerdaskan kehidupan bangsa, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Dalam menjaga mutu proses tersebut, diperlukan adanya quality controll

yang mengawasi jalannya proses dan segala komponen pendukungnya. Meski demikian pengawasan mutu dalam dunia pendidikan tentu berbeda dengan perusahaan yang memproduksi barang/jasa. Sekolah adalah sebuah people

changing institution, yang dalam proses kerjanya selalu berhadapan dengan

uncertainty and interdependence (McPherson, Crowson and Pitner, 1986: 33-40).

Maksudnya mekanisme kerja (produksi) di lembaga pendidikan secara teknologis tidak dapat dipastikan karena kondisi input dan lingkungan yang tidak pernah sama. Selain itu proses pendidikan di sekolah juga tidak terpisahkan dengan lingkungan keluarga maupun pergaulan peserta didik.

(6)

mengkoordinasikan programs, goups, materials, and reports yang berkaitan dengan sekolah dan para guru. Supervisor juga harus mampu berperan sebagai konsultan dalam manajemen sekolah, pengembangan kurikulum, teknologi pembelajaran, dan pengembangan staf. Ia harus melayani kepala sekolah dan guru, baik secara kelompok maupun individual. Ada kalanya supervisor harus berperan sebagai pemimpin kelompok dalam pertemuan-pertemuan yang berkaitan dengan 2 pengembangan kurikulum, pembelajaran atau manajemen sekolah secara umum. Menghadapi tugas tersebut pengawas juga tentu harus menguasai strategi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang up to date. Bila pengetahuan pengawas sudah ketinggalan, apa lagi hanya mengandalkan pengalaman tanpa didukung teori-teori, maka pengawas tidak akan mandapatkan respek dari para guru yang dibinanya. Terakhir, pengawas juga harus melakukan evaluasi terhadap pengelolaan sekolah dan pembelajaran pada sekolah-sekolah yang menjadi lingkup tugasnya.

(7)

sebagai tenaga yang profesional. Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan profesionalisasi tenaga pengawas pendidikan, maka dikeluarkanlah sebuah keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor: 118 tahun 1996 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah. Standar kinerja dalam jabatan fungsional pengawas sekolah diarahkan pada peningkatan kualitas pengawasan pendidikan di sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan.

(8)

sekali datang dari yang disupervisi, (5) sasaran supervisi masih terlalu umum sehingga hasilnya belum operasional, dan (6) supervisi dilakukan tanpa memberikan umpan balik , kalaupun data umpan balik tersebut kurang memadai.

Untuk mengeliminasi penyimpangan-penyimpangan tersebut, dewasa ini dikembangkan supervisi pendidikan yang menitikberatkan perhatian pada analisis proses belajar mengajar yang dikenal dengan supervisi akademik. Namun sampai saat ini belum ada penelitian yang mengkaji lebih jelas tentang pelaksanaan supervisi akademik khusus terhadap guru ataupun mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Maka dari itu tujuan supervisi akademik dalam penelitian ini adalah membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang dicanangkan bagi murid-muridnya (Glickman, 1981). Melalui supervisi akademik diharapkan kualitas akademik yang dilakukan oleh guru semakin meningkat (Neagley, 1980). Pengembangan kemampuan dalam konteks ini janganlah ditafsirkan secara sempit, semata-mata ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan komitmen (commitmen) atau kemauan (willingness) atau motivasi

(motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja

guru, kualitas pembelajaran akan meningkat.

(9)

Pada umumnya masyarakat dalam menyoroti mutu pendidikan selalu dialamatkan kepada satu arah saja yakni guru. Gaffar dalam Supriyadi (1998:15) mengemukakan bahwa “guru memegang peranan strategis dalam membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian. Selanjutnya guru harus mampu mengembangkan keprofesionalannya sebagai problem solver atau pemecah masalah dalam proses pembelajarannya. Berbagai kesulitan yang dirasakan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya disekolah, dengan kehadiran supervisor yang terampil dalam bidang supervisi pendidikan sangat diperlukan. Kehadiran supervisi akademik yang dilakukan pengawas secara intensif dan berkesinambungan memberi peluang untuk meningkatkan kemampuan mengajar guru.

Pendidikan Jasmani, yang dalam kurikulum disebut secara paralel dengan istilah lain menjadi Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, merupakan salah satu mata pelajaran yang disajikan di sekolah, mulai dari SD sampai dengan SMA. Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan (CDC, 2000; Disman, 1990; Pate dan Trost, 1998).

(10)

(Penjasorkes) antara lain adanya dimensi supervisi akademik dari pengawas. Oleh karena itu, dimensi supervisi akademik diduga dapat mempengaruhi kinerja guru tersebut dalam meningkatkan mutu pembelajarannya, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Untuk itu penelitian ini mengangkat judul tentang: “Supervisi Akademik dan Peningkatan Kualitas Pembelajaran Guru Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan (Penjasorkes) Di Kabupaten Purwakarta”.

B. Rumusan Masalah

Pengawas sebagai supervisor pendidikan memiliki kewenangan dalam memberikan bantuan supervisi terhadap personilnya. Supervisi pengajaran akan berproses efektif apabila pengawas memiliki kewibawaan profesionalnya bukan hanya sekedar otoritas karena status dan posisinya. Peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah akan menjadi kenyataan apabila guru-guru memiliki kemampuan profesional yang handal.

Mengacu pada kondisi tersebut, maka fokus utama penelitain ini adalah mempelajari implementasi kinerja yang dilakukan pengawas dalam membina guru melalui supervisi akademik dengan rumusan masalah “apakah implementasi supervisi akademik yang dilakukan pengawas dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran guru?”.

(11)

1. Bagaimana proses pelaksanaan supervisi akademik terhadap guru-guru Penjasorkes pada pendidikan menengah di Kabupaten Purwakarta?

2. Bagaimana pola pendekatan yang diterapkan pengawas dalam melakukan supervisi akademik dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran?

3. Bagimana respon guru terhadap pola pendekatan supervisi akademik yang dilakukan pengawas dalam mensupervisi dirinya?

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola KBM terutama dalam hal: (a) merencanakan program belajar mengajar; (b) kemampuan menguasai materi pelajaran; (c) melaksanakan proses belajar mengajar; dan (d) menilai kemajuan proses belajar mengajar.?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

(12)

suatu pola pendekatan atau sistem pembinaan kemampuan profesional guru terutama dalam proses kegiatan belajar mengajar, sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

Secara lebih rinci penelitian ini ditujukan untuk:

a. Mendapatkan gambaran tentang proses pelaksanaan supervisi akademik pengawas terhadap guru-guru Penjasorkes pada pendidikan menengah di Kabupaten Purwakarta.

b. Mendapatkan gambaran tentang pola pendekatan supervisi akademik yang dilakukan pengawas dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.

c. Mendapatkan gambaran tentang respon guru terhadap pola pendekatan supervisi akademik yang dikembangkan pengawas.

d. Mendapatkan gambaran tentang kemampuan guru dalam mengelola Kegiatan Belajar Mengajar (KBM ) terutama dalam hal: (a) merencanakan program

belajar mengajar; (b) kemampuan menguasai materi pelajaran; (c) melaksanakan proses belajar mengajar; dan (d) menilai kemajuan proses

belajar mengajar.

2. Manfaat Penelitian

(13)

sekolah menengah di Kabupaten Purwakarta. Dengan demikian maka manfaat penelitian ini dapat dilihat dari dua dimensi yakni dari dimensi teoritis dan dimensi praktis.

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menyokong pengembangan teori-teori supervisi, sehingga dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembangan konsep-konsep pembinaan profesional guru.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis temuan hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi para pembuat keputusan, khususnya bagi kepala sub-dinas pendidikan menengah, para pengawas, para kepala sekolah, dan pejabat lainnya yang terkait.

(14)

pelayanan bagi guru, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan pemahaman guru tentang pentingnya pelaksanaan pembinaan yang dilakukan pengawas.

D. Anggapan Dasar

Sebagai titik tolak pemikiran di dalam penelitian diperlukan anggapan dasar. Beberapa anggapan dasar yang sebagai landasan untuk memperkokoh pelaksanaan penelitian ini adalah:

1. Supervisi Akademik adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pengawas dalam membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran (Glickman, 1981; Surya Dharma, 2008).

2. Supervisi akademik harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi akademik bukan tugas bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu jika ada kesempatan. Perlu dipahami bahwa supervisi akademik merupakan salah satu essential function dalam keseluruhan program sekolah (Alfonso dkk., 1981 dan Weingartner, 1973)

3. Pengawas sekolah memiliki peran yang signifikan dan srategis dalam proses dan hasil pendidikan yang bermutu disekolah. Dalam konteks ini peran pengawas sekolah meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut pengawas yang harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan (PP 19 pasal 55, 2005; Sudjana, 2011; Rahmat, 2011). 4. Pengawas mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran adalah pengawas

(15)

penuh dalam melaksanakan tugas pengawasan mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran tertentu pada sejumlah sekolah baik negeri maupun swasta Sudjana, 2011; Rahmat, 2011; Lestari, 2011).

5. Mutu kegiatan belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh kompetensi profesional guru. Pembinaan terhadap penyelenggaraan proses pembelajaran hendaknya mengutamakan peningkatan konpetensi profesional guru (Sergiofani, 1982; Sutisna, 1982; Sanusi, 1982)

6. Proses pembelajaran dan hasil belajar akan berhasil dengan baik jika gurunya memiliki kemampuan yang profesional. Kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan pembelajaran diantaranya: (1) kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum; (2) kemampuan guru dalam membuat program/perencanaan pembelajaran; (3) kemampuan dalam pelaksanaan pembelajaran; dan (4) kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran (Nasution, 1989; Sudjana, 2000; Depdikbud, 1982).

(16)

sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan (CDC, 2000; Disman, 1990; Pate dan Trost, 1998).

E. Paradigma Penelitian

Rumusan permasalahan yang dikemukakan, merupakan fokus penelitian yang diupayakan untuk menemukan solusinya melalui analisis lapangan dan analisis konseptual tentang supervisi akademik serta tugas pengawas sebagai supervisor yang secara struktural dianggap orang yang bmemiliki prinsip dan dapat berpengaruh padakematangan, kemampuan dan keterampilan guru sebagai mitra kerjanya. Alur pemikiran tersebut, digambarkan pada permasalahan– permasalahan faktual yang terjadi di sekolah (tugas pengawas dan tugas-tugas guru) serta konsep-konsep teoritis yang ada dan dikembangkan menjadi satu konsep pelaksanaan supervisi akademik di sekolah.

(17)

supervisi; ketiga, ketepatan dalam menentukan sasaran dan waktu supervisi; dan keempat, ketepatan dalam memilih serta menerapkan pola pendekatan supervisi.

(18)

80

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang proses pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan pengawas dalam rangka meningkatkan kemampuan mengajar guru di jenjang pendidikan sekolah menengah (SMA/SMK), bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan dan pola pendekatan supervisi akademik dalam rangka meningkatkan kemampuan mengajar guru. Untuk membuktikan tujuan penelitian, maka analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini dilakukan melalui pendekatan naturalistik kualitatif serta teknik analisis SWOT, hasil analisis merupakan jabaran hasil penelitian lapangan dan kemudian direkomendasikan untuk pembahasan dan kesimpulan penelitian. Dengan pendekatan tersebut, hasil penelitian diharapkan mampu menyentuh kealamiahan sumber data yang bersifat menyeluruh kaitannya dengan upaya-upaya supervisi akademik yang dilakukan pengawas. Berkenaan dengan hal tersebut, Lexy J. Moleong (2001:9) mengingatkan bahwa, “Penelitian dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu.”

(19)

berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.”

(20)

mengganggu kewajaran situasi, dan (o) mengadakan analisis sejak awal penelitian".

B. Teknik dan Pelaksanaan Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Berkaitan dengan tujuan dan fokus masalah penelitian maka, teknik pengumpulan data yang dilakukan meliputi; observasi, wawancara mendalam

(depth interview), dan studi dokumentasi.

a. Observasi

Teknik pengumpulan data ini, digunakan dengan tujuan untuk memperoleh data secara langsung melalui pengamatan dengan menggunakan berbagai alat. Peneliti secara langsung melakukan pengamatan terhadap subjek penelitian guna memperoleh berbagai informasi yang dibutuhkan sesuai dengan fokus penelitian. Hal ini sebagaimana dikemukakan Satori (1998:153) bahwa observasi dalam penelitian naturalistik memungkinkan peneliti mendapatkan informasi dalam kaitannya dengan konteks (hal-hal yang berkaitan di sekitarnya) sehingga peneliti memperoleh makna dari informasi yang dikumpulkan.

(21)

kurang atau yang tidak diamati orang lain, karena telah dianggap "biasa" dan karena ttu -ftdak akan tenjngkapkan dalam wawancara. Keempat: peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan tenjngkapkan oleh responden karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi. Kelima: peneliti dapat menemukan hal-hal di luar persepsi responden, sehingga gambaran yang didapat lebih komprehensif. Keenam: di lapangan peneliti tidak hanya dapat mengadakan pengamatan akan tetapi juga memperoleh kesan-kesan secara pribadi.

Observasi atau pengamatan dapat diklasifikasikan atas pengamatan melalui cara berperanserta dan yang tidak berperanserta. Pengamat berperanserta melakukan dua peranan sekaligus, yaitu sebagai pengamat dan sekaligus menjadi anggota resmi dari kelompok yang diamatinya (Nasution, 1996:126-127). Lebih lanjut Nasution (1996: 61) menjelaskan "tingkatan partisipasi dalam kegiatan observasi/pengamatan terdiri dari berbagai tingkatan, dari tingkatan rendah sampai tinggi, yakni dari partisipasi nihil, partisipasi pasif, sedang, aktif sampai partisipasi penuh".

(22)

teori yang dirumuskan peneliti sebagai perspektif teoritis yang dijadikan pedoman inquiri terhadap masalah yang diteliti (Satori, 1989:154). Bachtiar (dalam Satori, 1996:154-155) menyatakan bahwa: "bilamana seorang peneliti mengadakan pengamatan tanpa menggunakan kerangka pemikiran yang merupakan teori, maka ia sering tertarik oleh gejala atau peristiwa yang seolah-olah menonjol menuntut perhatian".

b. Wawancara

Wawancara dalam penelitian naturalistik, merupakan teknik pengumpulan data yang paling penting (Satori, 1989:148). Pendapat senada juga disampaikan oleh Nasution (1996:69) bahwa "dalam penelitian naturalistik kita ingin mengetahui bagaimana persepsi responden tentang dunia kenyataan, observasi saja tidak memadai dalam melakukan penelitian. Mengamati kegiatan dan kelakuan orang saja tidak dapat mengungkapkan apa yang diamati atau dirasakan orang lain, itu sebabnya observasi harus dilengkapi oleh wawancara.

(23)

peneliti. Dengan demikian data yang diperoleh/ diinginkan akan beralih dari data

emic kearah etic. Atas dasar pertimbangan tersebut, maka dalam penelitian ini akan digunakan wawancara tak berstruktur dan selanjutnya beralih menjadi lebih berstruktur. Hal ini dilakukan peneliti dengan memperhatikan pendapat Nasution (1996:72) yang menerangkan bahwa:

Pada awal penelitian, peneliti itu sendiri 'tidak tahu apa yang tidak diketahuinya1, karena itu ia tidak dapat menyediakan pertanyaan yang relevan, maka karena itu wawancara itu tak berstruktur artinya responden mendapatkan kebebasan dan kesempatan untuk mengeluarkan buah pikiran, pandangan dan perasaannya tanpa diatur ketat oleh peneliti. Akan tetapi kemudian, setelah peneliti memperoleh sejurrrfah keterangan, ia dapat mengadakan wawancara yang lebih berstruktur yang disusun berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh responden.

(24)

Wawancara dilakukan dengan guru-guru serta pengawas sekolah di lingkungan SMA/SMK Negeri Kabupaten Purwakarta. Materi wawancara meliputi proses pelaksanaan supervisi dan pendekatan supervisi akademik yang dilakukan serta kemampuan mengajar guru.

c. Studi Dokumentasi

Meskipun data dalam penelitian naturalistik kebanyakan diperoleh dari sumber manusia atau human resources melalui observasi dan wawancara, akan tetapi ada pula sumber bukan manusia, non human resources di antaranya, dokumen, foto dan bahan statistik (Nasution, 1996:85). Dokumen dapat berupa tulisan pribadi seperti buku harian, surat-surat, dan dokumen resmi. Sedangkan tulisan itu sendiri banyak ragamnya yang masing-masing dapat memberikan manfaat sesuai dengan jenis dan kepentingannya. Nasution (1996:85) lebih lanjut mengemukakan jenis-jenis tulisan meliputi; "notula rapat, laporan berskala, jadwal pekerjaan, peraturan pemerintah, anggaran dasar, formulir isian, rapor murid, kitab induk, surat-surat resmi, murid atau orang tua, studi kasus, persiapan guru dan sebagainya".

(25)

dapat diterima sebagai kenyataan, dan (3) apakah data itu cocok untuk menambah pengertian tentang gejala yang diteliti.

Memperhatikan penjelasan tentang teknik pengumpulan data di atas, Kartodirjo (dalam Satori, 1989:157) mengemukakan tentang data yang akan dikumpulkan melalui teknik-teknik tersebut, meliputi:

1) Data yang menyangkut pelaksanaan supervisi di SMA/SMK meliputi : a) Materi-materi supervisi

b) Tujuan supervisi c) Sasaran supervisi

d) Pola sapervisi (tahapan kegiatan, waktu, dan evaluasi/penilaian) 2) Data menyangkut pola pendekatan supervisi akademik, melalui:

a) Melalui diskusi kelompok/rapat supervisi b) Melalui pembicaraan individual

c) Melalui kunjungan kelas/lapangan

3) Respon guru-guru terhadap kegiatan supervisi klinis kepala sekolah, dilihat dari:

a) Materi

b) Waktu yang digunakan

c) Teknik/ pendekatan yang dilkakukan

4) Data yang menyangkut kemampuan guru dalam pengelolaan PBM di SMA/SMK, meliputi:

(26)

c) Kemampuan mengelola/melaksanakan Proses Belajar Mengajar c) Kemarnpuan meniiai kemajuan proses belajar mengajar

2. Pelaksanaan Pengumpulan data

Pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tahapan sebagaimana yang diarahkan oleh Nasution (1996:33) yaitu, terdiri dari: tahap orientasi, tahap eksplorasi dan tahap member chek.

a. Tahap Orientasi

Pada tahap ini secara umum peneliti telah memuiki gambaran tentang masalah yang akan diteliti, namun demikian belum nyata benar apa yang akan dipilihnya sebagai fokus penelitian. Untuk itu peneliti pada tahap ini melakukan beberapa kegiatan antara lain; membaca dan mempelajari dokumen-dokumen atau laporan yang berhubungan dengan kegiatan supervisi akademik. Selain membaca dan mempelajari dokumen sebagaimana di atas, peneliti juga secara langsung mengadakan survey ke lokasi penelitian sambil mengadakan wawancara dengan pengawas dan guru, dengan pertanyaan-pertanyaan yang masih bersifat umum dan terbuka. Informasi yang diperoleh, selanjutnya dikaji untuk menemukan hal-hal yang menonjol, menarik, penting dan berguna untuk diteliti, dengan jalan menganalisis dan mendiskusikannya bersama pihak-pihak yang dianggap berkompeten.

(27)

paradigma penelitian yang akan dijadikan pedoman dalam proses inquiri, yaitu eksplorasi fokus penelitian.

b. Tahap Eksplorasi

Pada tahap ini penelitian lebih terfokus dan jelas, sehingga dapat dikumpulkan data yang lebih terarah dan spesifik. Observasi dilakukan pada hal-hal yang ada hubungannya dengan fokus penelitian, sehingga wawancara tidak lagi umum dan terbuka, akan tetapi sudah lebih berstruktur dalam memperoleh informasi yang mendalam mengenai aspek-aspek yang menjadi fokus penelitian.

Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam maka dilakukan diskusi yang lebih mendalam dengan informan yang berkompeten dan memiliki pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan dengan fokus penelitian. Selanjutnya seluruh informasi yang diperoleh dituangkan dalam catatan lapangan (field notes).

c. Tahap Member Chek

Tujuan member chek ialah agar responden mengecek kebenaran laporan, agar hasil penelitian lebih dapat dipercaya (Nasution, 1996:34). Untuk maksud tersebut, pada tahap ini yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

(a) Setiap kali setelah selesai melakukan wawancara, hasil wawancara tersebut dikonfirmasikan kepada responden yang bersangkutan untuk mendapat reaksi kesesuaian atau ketidaksesuaian antara informasi yang diberikan dengan yang di catat oleh peneliti.

(28)

meminta reaksi responden mengenai kesesuaian atau ketidak sesuaian atas informasi yang dikumpulkan peneliti.

C. Validitas Hasil Penelitian

Kriteria yang perlu diperhatikan dalam penelitian naturalistik meliputi; "kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas dan konfirmabilitas" (Nasution, 1996:105).

1. Kredibilitas

Guna memenuhi kriteria kredibilitas, dalam penelitian ini dilakukan langkah- langkah sebagai berikut:

a. Member Check

Adalah kegiatan mengulang pertanyaan diakhir kegiatan wawancara secara garis besar, sehingga informasi yang disampaikan responden dapat diperbaiki jika ada kekeliruan atau menambahkan apa yang masih kurang. Dengan demikian kegiatan ini penting dilakukan dalam penelitian kualitatif.

(29)

b. Triangulasi

Tujuan triangulasi ialah menchek kebenaran data tertentu dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yang berlainan, dan sering menggunakan metode yang berlainan (Nasution, 1996:115). Untuk membuktikan kebenaran informasi yang diperoleh dalam penelitian ini, maka cara yang ditempuh oleh peneliti adalah membandingkan data hasil penelitian dari seorang responden untuk diperiksa lagi kebenarannya oleh responden lain sampai diperoleh informasi yang lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

c. Pengamatan Terus Menerus

Dilakukan dengan maksud agar peneliti dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat, terinci dan mendalam. Selama pengumpulan data/informasi di lapangan, peneliti dapat membedakan hal-hal yang bermakna dan tidak bermakna untuk memahami gejala tertentu. Melalui pengamatan yang kontinue, peneliti dapat memberikan deskripsi yang cermat dan terperinci mengenai segala yang diamati. Dan hasilnya dituangkan dan disusun dalam catatan lapangan.

2. Transferabilitas

(30)

Peneliti sendiri tidak dapat menjamin "validitas eksternal" ini. la hanya melihat transferability sebagai suatu kemungkinan. la telah memberikan deskripsi yang terinci bagaimana ia mencapai hasil penelitiannya itu. Apakah hasil penelitian itu dapat diterapkan, diserahkan kepada para pembaca dan pemakai. Bila pemakai melihat ada dalam penelitian itu yang serasi bagi situasi yang dihadapinya, maka disitu tampak adanya transfer, walaupun dapat diduga bahwa tidak ada dua situasi yang sama sehingga masih perlu penyesuaian menurut keadaan masing-masing.

3. Dependabilitas dan Konfirmabilitas

Dependabilitas dan konfirmabilitas berkaitan dengan masalah kebenaran dalam penelitian naturalistik yang ditunjukan oleh dilakukannya proses "audit

trail". "Trail" artinya jejak yang dapat dilacak atau diikuti; "audit" artinya

pemeriksaan terhadap ketelitian yang dilakukan sehingga timbul keyakinan bahwa apa yang dilaporkan itu demikian adanya (Satori, 1989:165). Dalam penelitian ini proses "audit trail" dilakukan sendiri oleh peneliti (human instrument) sebagai berikut:

a) Menyusun data mentah yang diperoleh dari wawancara dan pengamatan dalam bentuk cacatan lapangan serta menyimpannya dan melakukan penelitian terhadap dokumen.

b) Menyusun unit analisis atau kategorisasi informasi dan mendeskripsikannya sebagai hasil analisis data.

(31)

D. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap Pengawas Akademik rumpun mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) dan Guru-guru Penjasorkes SMA/SMK Negeri di Kabupaten Purwakarta. Peneliti menganggap bahwa guru SMA/SMK adalah kelompok profesi yang perlu ditingkatkan kemampuan dan keterampilannya, mengingat ia memiliki tugas di tingkat pendidikan paling strategis dan menjadi penghubung bagi pendidikan selanjutnya (pendidikan tinggi),

Subjek penelitian dalam studi ini adalah peangawas dan guru Penjasorkes pada SMA/SMK Negeri yang berlokasi di Kabupaten Purwakarta. Dasar pertimbangan yang dijadikan pemilihan lokasi subjek penelitian tersebut adalah hasil evaluasi yang dilakukan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Didikpora) Kabupaten Purwakarta.

(32)

dengan purpose atau tujuan tertentu. Sering responden diminta untuk menunjukan orang lain yang dapat memberikan informasi, dan kemudian responden ini diminta pula menunjuk orang Iain dan seterusnya. Cara ini lazim disebut "snowball

sampling" yang dilakukan secara serial atau berurutan. Untuk memperoleh

informasi tertentu sampling dapat diteruskan sampai dicapai taraf "redundancy", ketuntasan atau kejenuhan, artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti".

Dengan memperhatikan pendapat di atas, meskipun sampel/subjek penelitian jumlahnya tidak ditetapkan, namun peneliti melakukan pengelompokan sampel/subjek penelitian ini, sebagai berikut:

1. Pengawas Akademik rumpun mata pelajaran Penjasorkes dipilih dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Purwakarta.

2. Guru-guru Penjasorkes SMA/SMK Negeri Kabupaten Purwakarta dipilih dari 19 sekolah.

E. Instrumen Penelitian

(33)

dan dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-rubah yang mungkin dihadapi peneliti.

Instrumen penelitian didasarkan atas prinsip human instrument, yaitu penelitilah yang secara fleksibel mengumpulkan data dari berbagai subjek penelitian. Meskipun kemungkinan subjek penelitian menunjukkan kemajemukan dan bervariasi secara personal maupun latar belakang alamiahnya, akan tetapi dengan menggunakan instrumen peneliti akan lebih fungsional dan cermat serta dapat menggali sekaligus menafsirkan data untuk pelacakan berikutnya, sehingga gagasan untuk mengaplikasikan hasil penelitian ini dibangun atas dasar pendapat yang bersifat alami.

F. Rancangan Analisis Data

(34)

membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengikuti prosedur sebagaimana diserahkan oleh Nasution (1996:129), yakni: “(1) Reduksi data, (2) Display data, dan (3) mengambil kesimpulan dan verifikasi”.

Laporan lapangan sebagai bahan mentah terlebih dahulu akan direduksi, yakni dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok untuk difokuskan kepada hal-hal yang lebih penting, disusun oleh sistematis dengan jalan dicari tema atau polanya sehingga lebih mudah dipahami. Kegiatan reduksi data ini dilakukan secara terus menerus sejak data dikumpulkan, dengan demikian kesimpulan yang diambil pada awalnya masih bersifat tentatif dan agak kabur.

Data yang sudah terkumpul, selanjutnya dilakukan kegiatan “display”

data. Display data dilakukan dengan jalan membuat berbagai macam matrik,

grafik, network dan chart, sehingga data yang terkumpul dalam jumlah yang

(35)
(36)

161

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian akhir tesis ini akan diuraikan secara berturut-turut tentang (1) Kesimpulan, (2) Saran, dan (3) Rekomendasi.

A. Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan dan tujuan dari penelitian serta dihubungkan dengan hasil analisis dan pembahasannya, secara garis besar dibuat kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:

1. Kesimpulan umum

(37)

mengajar tersebut. Orientasi pengawas seperti itu harus didasari oleh pemahamannya akan perannya sebagai supervisor di sekolah.

2. Kesimpulan Khusus

Mengacu kepada kesimpulan umum tersebut, maka kesimpulan khusus penelitian ini adalah :

a. Kegiatan supervisi akademik yang dilakukan pengawas berjalan sesuai prinsip-prinsip: penetapan tujuan, penggunaan dan penerapan pola, tahapan kegiatan, penggunaan waktu, kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.

b. Pola supervisi akademik yang dilakukan pengawas yaitu melalui tiga teknik, yakni; (a) teknik diskusi kelompok/rapat supervisi (b) teknik pertemuan individual, dan (c) teknik kunjungan kelas/lapangan.

c. Respon guru terhadap pola pendekatan supervisi akademik yang dilakukan pengawas sangat positif, hal tersebut terungkap melalui tingginya partisipasi dan perhatian guru dalam melaksanakan setiap tugas yang diberikan pengawas terutama untuk lebih inovatif dan trampil dalam menggunakan metode-metode mengajar, serta meningkatkan penguasaan bahan ajar.

d. Supervisi akademik pengawas mampu menumbuhkan kemampuan guru

terutama dalam hal: (a) perencanaan program belajar mengajar; (b) penguasaan materi pelajaran; (c) pelaksanaan proses belajar mengajar; dan

(38)

B. Saran

Sehubungan dengan kesimpulan-kesimpulan tersebut, maka saran-saran yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1) Untuk meningkatkan kemampuan secara profesional berkelanjutan, pengawas hendaknya bergabung dalam organisasi profesi yang disebut Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia (APSI) sebagai organisasi independen yang memiliki struktur organisasi mulai dari kabupaten/kota, provinsi, dan nasional. 2) Untuk dapat melaksanakan tugasnya tersebut pengawas tentu harus lebih benar-benar menguasai berbagai prinsip, metode dan teknik supervisi sehingga ia dapat menentukan strategi, pendekatan atau model supervisi yang cocok untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran. 3) Melalui supervisi akademik diharapkan kualitas akademik yang dilakukan oleh guru bisa lebih semakin meningkat, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas pembelajaran akan meningkat.

C. Rekomendasi

(39)

Dalam konteks tersebut, supervisi akademik pengawas dipandang sebagai bimbingan atau pelayanan profesional guru bagi guru dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Oleh karena itu supervisi akademik pengawas memiliki implikasi yang kental terhadap petumbuhan profesional guru untuk mencapai proses belajar murid yang lebih baik, dan tentunya hanya dapat dicapai melalui cara mengajar yang baik pula.

(40)

dapat menumbuhkan dan mendorong semangat guru untuk meningkatkan kemampuan diri dan kreativitasnya.

Memperhatikan uraian di atas, dengan berdasar pada hasil-hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan penelitian, sebagai bahan masukan bagi peningkatan efektivitas kegiatan supervisi akademik pengawas, selanjutnya dirumuskan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi Pengawas

Untuk meningkatkan efektivitas kegiatan supervisi akademik terhadap kemampuan guru dalam mengajar, maka pengawas perlu:

a. Melakukan kajian terhadap kebutuhan dan permasalahan yang dapat mendukung dan menghambat peningkatan kemampuan guru dalam mengajar. b. Melakukan analisis terhadap materi supervisi dengan jalan melibatkan guru,

untuk mengkaji ketepatan dan kesesuaian materi yang akan diberikan.

c. Menyusun petunjuk teknis kegiatan supervisi akademik, dan mensosialisasikannnya kepada guru.

d. Menggunakan teknik supervisi yang lebih banyak melibatkan dan atau memberikan kepercayaan pada pihak yang disupervisi.

2. Bagi Guru

(41)

3. Bagi Peneliti Lain

(42)

167

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Ahmad, 2006. Profesi Kependidikan (Pengertian, Ruang Lingkup, dan Sejarah

Supervisi Pendidikan). Bandung: SPs UPI Bandung.

Arikunto, 2006. Pengembangan Kapasitas Kepengawasan Pendidikan di Wilayah

Kota Yogyakarta. Yogyakarta: Jurnal Penelitian Bappeda Kota Yogyakarta.

Bogdan, Robert C & Sari Knop Bikleen, (1982). Qualitative Research for

Education; an introduction to theory and method. Boston: Allyn and Bacon

Inc.

Buchari, 2010. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. Dharma, 2008. Metode dan Teknik Supervisi. Jakarta: Ditjen PMPTK. Daryanto, 2005. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Engkoswara, 1987. Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: Proyek Pengembangan LPTK, Ditjen Dikti Depdikbud.

Etzioni, Amitai, 1985. Modern Organization, alih bahasa oleh Suryatin. Jakarta: UI Press.

Fattah, Nanang, 1996. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Gaffar, M. Fakry, 1987. Perencanaan Pendidikan; Teori dan Metodologi. Jakarta: Proyek PengembanganLPTK Ditjen Dikti Depdikbud.

Gibson, Curtis. R. & Robert. L Mc Gough, (1982). Administering and Supervising

Occupational Educational. New York: Englewood Cliiffs, Prentice Hall,

Inc.

Gibson, James. L. Et al, 1987. Organization alih bahasa oleh Djoebarn Wahid. Jakarta: Erlangga.

Globe, Norman M, 1993. The Charging Role of the Teacher (Unesco 1977),

terjemahan Suryatun. Jakarta: PT, Idayu Press.

(43)

Hambali, 2005. Peraturan Bupati Purwakarta Nomor 10 tahun 2005 tentang

Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendidikan. Purwakarta: Kantor

Pemerintah Kabupaten Purwakarta.

Ibrahim, 1988. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Jalal, Fasli dan Supriyadi, Dedi, (2001). Reformasi Pendidikan dalam Konteks

Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa.

Lutan, 2007. Evaluasi Pendidikan Jasmani. Bandung: Modul PKO FPOK UPI Bandung.

Lutan, 2007. Penelitian Pendidikan dalam Pelatihan Olahraga. Bandung: Modul PKO FPOK UPI Bandung.

McMillan, 2010. Research in Education (A Conceptual Introduction). Bandung: SPs UPI Bandung.

Moleong, Lexy, 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyadi, 2008. Peraturan Bupati Purwakarta (Rincian Tugas, Fungsi, dan Tata

Kerja Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga). Purwakarta: Kantor

Disdikpora Kabupaten Purwakarta.

Nasution, 1988. Metode Penelitian Naturtalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Ramlan, 2006. Perencanaan Strategis (Renstra) Dinas Pendidikan.

Purwakarta: Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta.

Rowe, 2010. Strategic Management (A Methodological Approach). Bandung: SPs UPI Bandung.

Rukmana, 2006. Strategic Partnering for Educational Managemen (Model

Manajemen Pendidikan Berbasis Kemitraan). Bandung: Alfabeta.

Sanusi, Ahmad, 1990. Beberapa Dimensi Mutu Pendidikan. Bandung: SPs UPI Bandung.

Satori, Djam’an, 1989. Pengembangan Model Supervisi Sekolah Dasar

(disertasi). Bandung: SPs UPI Bandung.

Sergiovanni, Thoomas J. Et.all, 1980. Educational Governance and

(44)

Sudjana, 2011. Buku Kerja Pengawas Sekolah. Jakarta: PPTK, Kementrian Pendidikan Nasional.

Sudjana, 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Sinar Baru Algensindo.

Suharsimi, 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Suherman, Adang, 2009. Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani (Alternatif Pengembangan dan Implementasi Mode Pembelajaran dalam Pengajaran

Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI Bandung.

Sutisna, Oteng, 1993. Administrasi Pendidikan, Dasar teoretis untuk praktek

Profesional. Bandung: Angkasa.

Syamsudin, Abin, 2000. Analisis Posisi Pengembangan Pendidikan Nasional.

Jakarta: Biro PerencanaanDepdiknas.

Tangyong Af, Wahyudi dan Djam’an Satori, 1989. CBSA, Bagaimana membina

guru secara profesional. Jakarta: Balitbang Dikbud, Pusat Pengembangan

Kurikulum.

Tanjung, Nur, 1995. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (proposal, skripsi,

dan tesis). Medan: Kencana.

Ukas, 2006. Manajemen (Konsep, Prinsip dan Aplikasi). Bandung: Agnini Bandung.

Voltmer, 2010. The Organization and Administration of Physical Education.

Bandung: SPs UPI Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dilakukan studi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi mark up penawaran kontraktor dan analisis biaya penawaran dan biaya pelaksanaan untuk mendapatkan besar ban persentase

Sedamgkan kompetensi guru Biologi yang termasuk dalam katagori tinggi terdiri dari kompetensi: (1) memahami struktur (ter- masuk hubungan fungsional antar konsep)

PENERAPAN MODEL TIME TOKEN UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SD DALAM PEMBELAJARAN IPS.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP MENGGUNAKAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED.

Apabila di kemudian hari terdapat kesalahan dan/atau kelebihan atas pembayaran pengembalian penerimaan PFK tersebut, sebagian atau seluruhnya, kami

Analisis graf hasil representasi dari jaringan listrik yang terpasang di Perumahan Jember Permai dengan menggunakan Algoritma Prim menghasilkan minimal spanning

[r]