• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Belajar

tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Drs.Slameto, 2010:2). Sedangkan Skinner (dalam Muhibbin Syah, 2008:64) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif. Berdasarkan hasil eksperimennya, B.F. Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforce).

Dalam Muhibbin Syah (2008:65-67) terdapat beberapa definisi menurut para ahli sebagai berikut:

a. Menurut Chaplin (1972) dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Pertama, belajar adalah perolehan perubahan tingkahlaku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Kedua, belajar ialah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.

b. Hintzman (1978) dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Jadi, dalam pandangan Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme.

c. Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of Learning mendefenisikan belajar sebagai perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman

d. Reber (1989) dalam kamusnya, Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Dalam definisi ini terdapat empat macam istilah yang esensial dan perlu disoroti untuk memahami proses belajar, Istilah-istilah tersebut meliputi:

1) Relatifly permanent (yang secara umum menetap) ialah perubahan yang bersifat sementara

2) Response potentiality (kemampuan bereaksi) ialah pengakuan terhadap adanya perbedaan antara belajar dan penampilan atau kinerja hasil-hasil belajar.

3) Reinforced (yang diperkuat) ialah kemajuan yang didapat dari proses belajar mungkin akan musnah atau sangat lemah apabila tidak diberi penguatan.

4) Practice (praktek atau latihan) menunjukkan bahwa proses belajar itu membutuhkan latihan yang berulang-ulang untuk menjamin kelestarian kinerja akademik yang telah dicapai siswa.

e. Biggs (1991) dalam pendahuluan Teaching for Learning:The View from Cognitive Psychology mendefenisikan belajar dalam tiga macam rumusan, yaitu: rumusan kuantitatif (belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipadang dari sudut beberapa banyak materi yang dikuasai siswa), rumusan instusional (belajar dipandang sebagai suatu proses validasi atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari, rumusan kualitatif (proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekililing siswa, belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.

Dari berbagai definisi yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar dapat dipahami sebagai tahapan

perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Belajar sebagai usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu pengetahuan.

2. Tujuan Belajar

Tujuan belajar menurut Sardiman (2012:25-29) adalah sebagai berikut: a. Mendapatkan Pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Seseorang tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa adanya pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan.

b. Penanaman konsep dan keterampilan

Pemahaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan keterampilan. Keterampilan dapat didik, yaitu dengan melatih kemampuan. Interaksi yang mengarah pada pencapaian keterampilan sesuai dengan kaidah-kaidah dan bukan semata-mata hanya menghafal atau meniru.

c. Pembentukan sikap

Dalam interaksi belajar-mengajar guru akan senantiasa dipengamatan, dilihat, didengar, ditiru semua perilakunya oleh para siswanya. Pembentukan sikap mental dan perilaku siswa didik, tidak akan terlepas dari penanaman nilai-nilai. Oleh karena itu,

guru tidak hanya sebagai pengajar namun betul-betul sebagai pendidik yang memindahkan nilai-nilai itu kepada para siswa.

Jadi, tujuan belajar adalah untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental atau nilai-nilai yang menumbuhkan kesadaran dan kemauan untuk mempraktekkan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya.

3. Hasil Belajar

Purwanto (2014:44), hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil”dan “belajar”. Pengertian hasil menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu akivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Sedangkan belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar, selain hasil belajar kognitif yang diperoleh siswa. Pada hakekatnya hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswamelalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perilaku yang relatif menetap. Jadi, hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar (Mulyono, 2003:37-38). Dimyati (2006:3) mengatakan bahwa hasil belajar pada hakekatnya yaitu berubahnya perilaku siswa meliputi kognitif, afektif, serta psikomotoriknya. Sehingga setiap pendidik pastinya akan mengharapkan agar hasil

belajar siswanya itu meningkat setelah melakukan proses pembelajaran. Soedijarto (1997:15) mendefinisikan, tentang hasil belajar adalah sebagai berikut:Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh belajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Menurut Anni (2004:11) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar terbagi menjadi 2 yaitu faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor internal, yang mencakup aspek fisik, misalnya kesehatan organ

tubuh, aspek psikis, misalnya intelektual, emosional, motivasi, dan aspek sosial, misalnya kemampuan bersosialisasidengan lingkungan. b. Faktor eksternal, misalnya variasi dan derajat kesulitan materi yang

dipelajari, tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, budaya belajar masyarakat dan sebagainya.

Hasil belajar yang diharapkan dapat dikuasai siswa dalam penelitian ini adalah aspek kognitif, afektif dan psikomotoris.

1) Kognitif

Menurut Revisi Taksonomi Bloom aspek kognitif yang telah direvisi Anderson dan Krathwohl (2001:66-88) terdiri atas enam tingkatan yaitu: a) Mengingat, b) Memahami, c) Menerapkan, d) Menganalisis, e) Mengevaluasi dan f) Mencipta. Keenam jenis taksonomi tersebut diuraikan satu per satu berikut ini:

a) Mengingat

Mengingat merupakan usaha untuk mendapat kembali pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masalah (problem solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi mengenali (recognition) yaitu yang berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret dan memanggil kembali (recalling) yaitu proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat.

b) Memahami

Memahami berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi. Memahami juga berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan (classification) dan membandingkan (comparing).

c) Menerapkan

Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan permasalahan. Menerapkan meliputi

kegiatan menjalankan prosedur (executing) yaitu proses kognitif siswa dalam menyelesaikan masalah dan melaksanakan percobaan dimana siswa sudah mengetahui informasi tersebut dan mampu menetapkan dengan pasti prosedur apa saja yang harus dilakukan dan mengimplementasikan (implementing) muncul apabila siswa memilih dan menggunakan prosedur untuk hal-hal yang belum diketahui atau masih asing.

d) Menganalisis

Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keeterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. e) Mengevaluasi

Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi (critiquing). Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau produk. Sedangkan mengkritisi mengarah pada penilaian suatu produk atau operasi berdasarkan pada kriteria dan standar eksternal.

f) Mencipta

Mencipta yaitu meletakkan unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. Mencipta disini mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa.

2) Afektif

Ranah afektif mencakup segala sesuatu terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, penghargaan, semangat, minat, motivasi, dan sikap. Lima kategori ranah ini diurutkan mulai dari perilaku yang sederhana hingga yang paling kompleks yang diuraikan satu per satu berikut ini:

a) Penerimaan, kemampuan untuk menunjukkan atensi dan penghargaan terhadap orang lain. Contoh: mendengar pendapat orang lain, mengingat nama seseorang

b) Tanggapan atau responsive, kemampuan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan selalu termotivasi untuk segera bereaksi dan mengambil tindakan atas suatu kejadian. Contoh: berpartisipasi dalam diskusi kelas.

c) Nilai yang dianut (nilai diri), kemampuan menunjukkan nilai yang dianut untuk membedakan mana yang baik dan kurang baik

terhadap suatu kejadian/obyek, dan nilai tersebut diekspresikan dalam perilaku. Contoh: mengusulkan kegiatan sosial yang sesuai dengan nilai yang berlaku dan komitmen perusahaan.

d) Organisasi, kemampuan membentuk sistem nilai dan budaya organisasi dengan mengharmonisasikan perbedaan nilai. Contoh: Menyepakati dan mentaati etika profesi, megakui perlunya keseimbangan antara kebebasan dan tanggungjawab.

e) Karakterisasi, kemampuan mengendalikan perilaku berdasarkan nilai yang dianut dan memperbaiki hubungan intrapersonal, interpersonal dan social. Contoh: Menunjukkan rasa percaya diri ketika bekerja sendiri, kooperatif dalam aktivitas kelompok

3) Psikomotorik

Ranah psikomotorik meliputi gerakan dan koordinasi jamani, keterampilan motorik dan kemampuan fisik. Keterampilan ini dapat diasah jika sering melakukannya. Ada tujuh kategori dalam ranah psikomotorik mulai dari tingkat yang sederhana hingga tingkat yang rumit, yaitu:

a) Persepsi, kemampuan menggunakan saraf sensori dalam menginterpretasikannya dalam memperkirakan sesuatu. Contoh: menurunkan suhu AC saat merasasuhu ruangan panas

b) Kesiapan, kemampuan untuk mempersiapkan diri, baik mental, fisik, dan emosi dalam menghadapi sesuatu. Contoh: melakukan

pekerjaan sesuai urutan, menerima kelebihan dan kekuragan seseorang.

c) Reaksi yang diarahkan, kemampuan untuk memulai keterampilan yang kompleks dengan bantuan atau bimbingan dengan meniru dan uji coba. Contoh: mengikuti arahan dan instruktur.

d) Reaksi natural (mekanisme), kemampuan untuk melakukan kegiatan pada tingkat keterampilan yang lebih sulit. Melalui tahap ini diharapkan siswa akan terbiasa melakukan tugas rutinnya. Contoh: menggunakan komputer

e) Reaksi yang kompleks, kemampuan untuk melakukan kemahiran dalam melakukan sesuatu, dimana hal ini terlihat dari kecepatan, ketepatan, efisiensi dan efektivitasnya. Semua tindakan dilakukan secara spontan, lancar, cepat, tanpa ragu.

f) Adaptasi, kemampuan mengembangkan keahlian, dan memodifikasi pola sesuai dengan yang dibutuhkan. Contoh: melakukan perubahan secara cepat dan tepat terhadap kejadian tak terduga tanpa merusak pola yang ada.

g) Kreativitas, kemampuan untuk menciptakan pola baru yang sesuai dengan kondisi atau situasi tertentu dan juga kemampuan mengatasi masalah dengan mengeksplorasi kreativitas diri. Contoh: membuat formula baru, inovasi, produk baru.

Pembelajaran yang menarik membuat hasil belajar meningkat. Artinya guru diharapkan mampu menyediakan situasi

atau suasana agar pembelajaran berjalan dengan baik. Selain itu guru menyediakan media dan materi yang menarik agar siswa menerimanya dengan maksimal. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar yang pada hakekatnya yaitu berubahnya perilaku siswa meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik.

Dalam penelitian ini penulis mengambil ranah kognitif dan ranah afektif. Ranah kognitif yaitu untuk menilai aspek intelektual seperti pengetahuan dan kemampuan berpikir sedangkan rana afektif untuk menilai perilaku terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, minat, motivasi dan sikap. Penelitian ini tidak menggunakan ranah psikomotorik karena siswa tidak secara langsung mengoperasikan aplikasi instagram didalam kelas (proses pembelajaran).

4. Teori-Teori Belajar

Secara pragmatis, teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atau sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Terdapat beberapa teori belajar yakni:

a) Teori Gestalt

Teori ini dikemukan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman. Mereka mengemukakan bahwa yang penting dalam belajar adalah

memperoleh respon yang tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Belajar yang penting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh wawasan.

b) Teori Belajar Menurut J. Bruner

Belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah. Sekolah dapat menyediakan kesempatan kepada siswa untuk maju dengan cepat sesuai dengan kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu.

c) Teori Belajar dari Piaget

Perkembangan proses belajar pada siswa-siswa adalah siswa mempunyai struktur mental yang berbeda dengan orang dewasa sehingga mereka mempuyai cara yang khas untuk menyatakan kenyataan dan untuk menghayati dunia sekitarnya. d) Teori dari R. Gagne

Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.

e) Purposeful Learning

Purposeful learning adalah belajar yang dilakukan dengan sadar untuk mencapai tujuan yang dilakukan siswa tanpa perintah

atau bimbingan orang lain dan dilakukan siswa dengan bimbingan orang lain di dalam situasi belajar-mengajar di sekolah.

Jadi, dari teori-teori ini dapat disimpulkan bahwa belajar adalah untuk memperoleh respon yang tepat terhadapt hasil belajar. Adanya perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sadar untuk mencapai suatu tujuan.

5. Prinsip-Prinsip Belajar

Prinsip-prinsip belajar adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

2. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan instruksional.

3. Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana siswa dapat mengembangkan kemampuan yang bereksplorasi dan belajar dengan efektif.

4. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya. b. Sesuai hakikat belajar

1. Belajar itu proses kontinu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya

2. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery

3. Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Simulasi yang diberikan menimbulkan response yang diharapkan

c. Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari

1. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya

2. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya d. Syarat keberhasilan belajar

1. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang

2. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern (faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar) dan faktor ekstern (faktor yang ada di luar individu).

a. Faktor-faktor Intern 1) Faktor Jasmaniah

Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. Selain itu, cacat tubuh juga mempengaruhi belajar sehingga dibutuhkan alat bantu agar dapat mengurangi pengaruh kecacatannya itu.

2) Faktor Psikologi

Ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kelelahan.

 Intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

 Perhatian

Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan objek.

 Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang.

 Bakat

Menurut Hilgard, bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah beajar atau berlatih.

 Motif

Di dalam mencapai tujuan kita perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak/pendorongnya. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik. Motif yang kuat sangatlah perlu di dalam belajar, di dalam membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan/ kebiasaan-kebiasaan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat, jadi latihan/kebiasaan itu sangat perlu dalam belajar.

 Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk

melaksanakan kecakapan baru. Belajar akan lebih berhasil jika siswa sudah siap (matang).

 Kesiapan

Kesiapan adalah kesedian untuk memberi response atau bereaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan maka hasil belajarnya akan lebih baik

3) Faktor Kelelahan

Kelelahan pada seseorang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

b. Faktor-faktor ekstern

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

1) Faktor Keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

2) Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

3) Faktor Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat.

Dokumen terkait