• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara agraris yang dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian dibidang pertanian. Letak Indonesia yang berada di wilayah tropis sangat menguntungkan bagi sektor pertanian, sebab daerah tropis terdapat banyak varietas tanaman pangan maupun tanaman hias.

Komoditas tanaman hortikultura yang mencakup buah-buahan, sayur-sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat memiliki potensi besar buat dikembangkan menjadi usaha agibisnis.

Perkembangan agribisnis tanaman hias yang begitu pesat timbul karena sektor ini sangat mudah digeluti dan mempunyai nilai ekonomi yng relatif tinggi. Berdasarkan pendapat para ahli tanaman, pola daun, rona daun, jenis tanaman, dan keunikan tanaman utamanya merupakan nilai ekonomis dari tanaman hias (Edy, Yoe, 2007). Keunikan tanaman hias tersebut mempengaruhi harga dari tanaman hias tersebut. Seperti tanaman Monstera yang lagi diminati oleh banyak kalangan memiliki jenis dan keunikan yang berbeda-beda. Tanaman Aglonema memiliki warna daun yang beragam yang menyebabkan harganya juga beragam. Sehingga usaha tanaman hias ini mempunyai peluang yang besar untuk dijadikan bisnis yang berkelanjutan.

Tanaman hias merupakan tumbuhan yang fungsi utamanya sebagai penghias. Fungsi penghias diartikan menjadi pemberi estetika dan menarik atau dapat dinikmati secara kasatmata, baik ditanam di luar ruanga maupun di dalam ruangan. Salah satu kegunaan tanaman hias yaitu menjadi penyejuk jiwa & pelestari lingkungan. Tanaman hias yang menghasilkam Oksigen (O2) sangat dibutuhkan oleh manusia untuk bernafas. Tanaman hias juga berfungsi dalam penyerapan karbon dioksida (CO2) yang tidak dibutuhkan lagi oleh makhluk hidup, termasuk manusia. Tanaman hias juga bisa berfungsi sebagai paru-paru lingkungan, yaitu pemberi udara yang higenis dan membersihkan udara yng kotor (Widyastuti, 2018).

Pada awal maret tahun 2020, Indonesia mengumumkan adanya wabah Covid-19 yang terjadi di Indonesia yang menyebabkan aktifitas diluar rumah, perkantoran, sekolah diberhentikan, seiring dengan adanya kebijakan dari pemerintah untuk mengurangi penyebaran virus, sehingga aktifitas banyak dilakukan di dalam rumah. Dengan adanya pandemi ini membuat banyak orang memiliki waktu luang yang banyak, salah satunya berkebun, karantina mandiri selama pandemi menumbuhkan minat sebagian masyarakat terhadap tanaman hias. Perkembangan hobi ini pun diikuti dengan meningkatnya permintaan, sehingga harga beberapa tanaman hias menjadi mahal. Banyaknya peminat tanaman hias yang membeli tanaman hias baik secara online maupun mendatangi toko yang menjual tanaman hias. Tanaman hias mulai dari kaktus, bunga anthurium, lidah mertua, anggrek, ande-ande lumut, calathea, begonia, monstera, aglonema, janda bolong, philondendron, dan lainnya mengalami peningkatan permintaan.

Meningkatnya permintaan akan tanaman hias menyebabkan harga tanaman hias mengalami kenaikan, seperti tanaman hias Aglonema (Sri Rezeki) sebelum pandemi Aglonema bisa didapat dengan harga Rp. 20.000 setelah adanya pandemi naik menjadi Rp. 50.000 – Rp. 1.000.000, Aglonema menjadi tanaman hias yang paling banyak dicari yaitu Aglonema yang memiliki daun didominasi warna merah atau Suksom jaipong dan Red anjamani. Produksi Aglonema di Provinsi Sumatera Utara juga meningkat sejak tahun 2019 yaitu 7.723 pohon dari 1.603 pohon di tahun 2018. Lalu ada tanaman Monstera yang lagi trending karena memiliki daun yang unik, beberapa jenis yang banyak diminati antara lain, Monstera deliciosa dengan daun lebar dan seperti dipotong-potong atau Monstera adansonii yang memiliki daun berlubang atau dikenal dengan “Janda Bolong”. Monstera dulu hanya dihargai ratusan ribu rupiah, kini Monstera dibandrol dengan harga jutaan rupiah. Selain Monstera ada juga tanaman hias Philodendron yang sedang banyak dimintati dan digandrungi karena bentuknya yang indah dan daunnya yang beraneka warna membuat tanaman ini banyak disukai sebagai tanaman penghias ruangan atau taman. Tanaman hias ini harganya dibanderol dari ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah. Bukan hanya itu saja, pandemi membuat satu spesies tanaman jadi ‘naik kasta’

adalah tanaman Keladi (Caladium). Tanaman yang umumnya tumbuh liar di pekarangan yang lembab atau dipinggiran parit kini bersanding dengan tanaman-tanaman hias lainnya. Keladi dijual mulai dari Rp. 20.000 hingga ratusan ribu tergantung jenisnya.

Meningkatnya permintaan akan tanaman hias menyebabkan naiknya pendapatan petani dan pedagang tanaman hias. Pedagang tanaman hias berlomba-lomba menyediakan tanaman hias yang diminati oleh konsumen.

Salah satu faktor yang mengakibatkan tidak stabilnya harga tanaman hias yang terjadi secara cepat adalah perilaku konsumen dalam melakukan pembelian.

Perilaku konsumen merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh perorangan, sekelompok atau organisasi yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan dalam memperoleh, menggunakan barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan (Mangkunegara, 2002).

Ilmu perilaku konsumen merupakan suatu kajian tentang bagaimana seseorang individu mengambil keputusan dalam mendistribusikan sumber daya yang tersedia (waktu, uang, usaha, dan energi). Oleh karena itu perilaku konsumen sangat diperlukan untuk mengetahui alasan konsumen tersebut membeli suatu barang ataupun jasa (Schiffman dan Kanuk, 2008).

Terdapat empat faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalm keputusan pembelian yaitu budaya, sosial, pribadi dan psikologis (Kotler, 2003:202). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam penelitian ini adalah faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi, faktor psikologi, dan pengaruh bauran pemasaran.

Pemasaran adalah acuan bagi setiap perusahaan untuk mengembangkan bisnisnya, perusahaan wajib memiliki strategi khusus dalm memasarkan produknya. Perusahaan wajib mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian

produk. Bauran pemasaran merupakan rangkaian sarana pemasaran strategis terpadu yang dapat dikendalikan (produk, harga, tempat, dan promosi) untuk mengetahui respon pasar sasaran yang diinginkan oleh perusahaan (Machfoedz, 2005).

Provinsi Sumatera Utara adalah salah satu wilayah yang memiliki potensi sumber daya alam yang cukup besar untuk mengembangkan usaha tanaman hias. Perkembangan bisnis tanaman hias di Provinsi Sumatera Utara hampir beredar disemua kabupaten.

Di Provinsi Sumatera Utara minat masyarakat dalam membeli tanaman hias cenderung meningkat, tidak hanya diminati pada saat perayaan hari besar keagamaan atau pergantian tahun, tetapi dalam keadaan biasa sajapun minat masyarakat cukup tinggi dalam membeli tanaman hias. Pada tahun 2020 produksi tanaman hias meningkat didukung dengan banyaknya permintaan akan tanaman hias. Sejak awal pandemi Covid-19 penjual tanaman hias mulai meningkatkan penjualan tanaman hiasnya karena meningkatnya permintaan akan tanaman hias yang awalnya hanya memproduksi bunga mawar, melati, anggrek, dan bunga kertas, sekarang mulai membudidayakan tanaman hias Aglaonema, Caladium, Monstera, Philodendron, dan jenis tanaman lainnya.

Tanjung Morawa merupakan salah satu kecamatan yang berada di Deli Serdang, yang sudah sedari dulu mengembangkan tanaman hias dan menjadi sentra produksi tanaman hias. Perkembangan usahatani tanaman hias di Kecamatan Tanjung Morawa tersebut menyebar luas di berbagai

desa. Data luas panen tanaman hias di Kecamata Tanjung Morawa disajikan dalam tabel 1.1.

Tabel 1.1 Luas Panen Tanaman Hias Di Kecamatan Tanjung Morawa Menurut Jenis Tanaman Tahun 2019 – 2020

No. Jenis Tanaman Hias (Tangkai) Luas Panen (m²)

2019 2020

1 Anggrek/Orchid 2.600 2.600

2 Anthurium Bunga 2.350 2.200

3 Anyelir/Carnation 2.100 1.800

4 Gerbera/Hebras 1.900 1.900

5 Gladiol/Gladiole 1.900 950

6 Heliconia/Pisang-pisangan 1.050 1.150

7 Krisan 2.200 2.200

8 Mawar/Rose 2.000 1.600

11 Melati/Jasmine 3.000 3.500

12 Palem/Palm 2.000 2.000

Sumber: BPS, Kabupaten Deli Serdang Dalam Angka 2021

Tanaman hias jenis Melati memiliki luas panen yang sangat besar dibandingkan dengan tanaman hias jenis lainnya. Luas panen tanaman Melati mencapai 3.500 m² lebih luas dibandingkan dengan tanaman Krisan yang hanya memiliki luas panen 2.200 m² yang sempat banyak diminati.

Diikuti dengan tanaman Anggrek memiliki luas panen 2.600m². Kenaikan luas panen diiringi dari perilaku konsumen akan perminataan tanaman hias tersebut.

Usaha tanaman hias merupakan jenis usahatani yang akhir ini banyak ditemui. Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa merupakan sentra produksi tanaman hias, desa ini dikenal dengan nama Wisata Bunga Madirsan, banyak orang yang datang ke desa ini bukan hanya untuk membeli bunga tetapi juga untuk dijadikan tempat wisata yaitu melihat dan menikmati keindahan bunga. Karena semakin meningkatnya permintaan

tanaman hias banyak pedagang baru yang memulai membuka usahanya di Desa ini. Usahatani ini berupa perdagangan tanaman hias dan pembudidayaan tanaman hias, baik yang diusahakan oleh pengecer maupun pembudidaya tanaman hias (Nursery). Usaha tanaman hias ini terletak di pinggir jalan Desa Bangun Sari, di halaman rumah, dan membangun pusat usaha. Usaha tanaman hias mulai berjualan mulai pukul 08.00 pagi sampai 18.00 sore.

Seperti penelitian yang telah dilakukan sebelumnya (Noviana, 2013) menjelaskan bahwa faktor-faktor dominan yang menentukan keputusan pembelian tanaman hias di Pekalongan Kabupaten Lampung Timur terbentuk berdasarkan tiga komponen utama. Komponen pertama (tren) terdiri dari tren dan gengsi. Komponen ke dua (eksotisme) terdiri dari warna dan keunikan. Komponen ke tiga (kesesuaian harga) terdiri dari variabel harga dan ukuran tanaman hias.

Banyak faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian, adapun faktor-faktor yang menjadi pendorong dalam pembelian yaitu, faktor kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologi. Pelaku usaha tanaman hias harus mempunyai pengetahuan tentang perilaku konsumen dalam membeli tanaman hias untuk dapat bersaing dalam perkembangan bisnis tanaman hias. Produsen dan pemasar harus mengetahui dan menyediakan tanaman hias sesuai dengan keinginan kosnumen karena yang diinginkan konsumen tidak seluruhnya sama seperti yang diproduksi prodsusen. Hal ini dapat mempengaruhi produksi tanaman hias, semakin meningkat keinginan konsumen terhadap jenis tanaman hias tertentu, maka permintaan akan

semakin meningkat dan dapat memicu produsen untuk meningkatkan produksinya. Dengan ini diharapkan produsen tanaman hias di Desa Bangun Sari dapat mengetahui dan memenuhi keinginan konsumen seperti menyediakan berbagai jenis tanaman hias, harga yang sesuai dengan daya beli konsumen, informasi tentang tanaman hias yang akan dijual, kenyamanan konsumen dalam berbelanja, sehingga kepuasan konsumen dapat terpenuhi.