• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR DIAGRAM

1.1 Latar Belakang

BAB I

PENDAHULUAN

Bab pendahuluan merupakan pemaparan dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan uraian tentang konteks permasalahan dengan rumusan permasalahan yang akan diteliti. Rumusan masalah memaparkan secara terperinci masalah-masalah penelitian yang akan distudi. Tujuan penelitian mengemukakan tujuan yang ingin dicapai melalui pelaksanaan penelitian ini. Terakhir adalah manfaat penelitian, berisi uraian manfaat penelitian dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan (akademik), dan manfaat bagi pemecahan masalah pada tataran kehidupan di masyarakat (praktis).

1.1Latar Belakang

Ruang terbuka publik secara umum adalah suatu ruang dimana seluruh masyarakat mempunyai akses untuk menggunakannya. Pada dasarnya ruang ini merupakan suatu wadah yang menampung aktivitas/kegiatan tertentu masyarakat, baik secara individu maupun kelompok (Hakim, 1987). Sebagai bagian dari ruang terbuka, kehadiran ruang terbuka publik memiliki peran cukup penting di tengah kehidupan masyarakat. Fungsi utama ruang terbuka publik adalah sebagai tempat interaksi, aktivitas sosial, dan kebutuhan rekreasi. Ketersediaan ruang terbuka publik wajib ada baik pada tingkat kota maupun skala yang lebih kecil seperti kawasan perumahan. Untuk persyaratan luas wilayah, ditentukan bahwa ruang

2   

 

terbuka hijau bagi publik paling sedikit 10% dari seluruh luas wilayah kawasan perumahan (Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat No. 34 tahun 2006).

Ruang terbuka publik (public open space) sebagai sebuah obyek fisik secara sederhana dapat didefinisikan sebagai ruang maupun bentuk yang secara spasial dapat dimanfaatkan untuk mewadahi aktivitas bersama kemasyarakatan atau dapat dimanfaatkan oleh siapapun dan untuk berbagai kegiatan. Ruang terbuka publik dapat direncanakan atau tanpa perencanaan. Ruang terbuka yang direncanakan biasanya jelas peruntukannya, karena sudah direncanakan dengan baik. Ruang terbuka tanpa perencanaan biasanya memanfaatkan sisa lahan yang kosong atau bahkan ruang yang tidak jelas fungsinya (Eddy Darmawan, 2003).

Secara fungsional, ruang terbuka publik direncanakan dan dirancang dengan sengaja untuk memenuhi kepentingan sosial. Di kota, ruang terbuka publik juga dirancang sebagai bagian aspek fisik kota yang memberi orientasi visual dan bahkan identitas, serta mewujudkan keseimbangan solid-void atau ruang positif-ruang negatif dalam perencanaan massa bangunan pada suatu kawasan. Public space menjadi salah satu perwujudan aspek demokrasi suatu tempat (Eddy Darmawan, 2003).

Ruang terbuka publik yang dimaksud dalam tata guna lahan atau pemanfaatan ruang wilayah atau area perkotaan adalah ruang terbuka (open space) yang dapat diakses atau dimanfaatkan oleh warga kota secara cuma-cuma sebagai bentuk pelayanan publik dari pemerintah kota yang bersangkutan demi keberlangsungan beberapa aktivitas sosial (rekreasi, kebersihan, keindahan,

3   

keamanan dan kesehatan) seluruhnya. Wujud dari ruang terbuka adalah berupa lahan tanpa atau dengan sedikit bangunan atau dengan jarak bangunan yang saling berjauhan; ruang terbuka ini dapat berupa pertamanan, tempat olah raga, tempat bermain anak-anak dan lain sebagainya (Departemen Pekerjaan Umum, 1992).

Peran ruang terbuka publik di kota-kota besar sangat penting. Dengan adanya ruang terbuka publik, seluruh lapisan masyarakat dapat memiliki ruang untuk bersantai dan mendapatkan hiburan murah meriah. Dengan demikian, keberadaan ruang terbuka publik sebenarnya dapat menjadi ukuran tingkat stres masyarakat kota besar (Eddy Darmawan, 2003). Sebagai salah satu ruang terbuka publik, kawasan pesisir memiliki berbagai keunikan yang mampu menjadi daya tarik bagi masyarakat. Keindahan pantai dan ombaknya, pasir, kerang, panorama

sunset dan sunrise, yang menakjubkan akan mengundang decak kagum siapapun yang melihatnya. Selain sebagai kawasan perlindungan, sumber daya dan biota di pantai dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat. Bagi masyarakat sekitarnya, pesisir memegang peranan penting dalam kehidupan mereka. Kawasan pesisir juga digunakan sebagai tempat bermukim bagi masyarakat, yang umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan, petani garam dan rumput laut.

Banyak prosesi dan ritual yang dilakukan masyarakat di pantai dengan tujuan menjaga keseimbangan alam. Dalam agama Hindu, dikenal suatu upacara yang dinamakan yadnya yang bertujuan untuk menyucikan diri, sebagai ungkapan rasa terima kasih dan untuk menciptakan kehidupan yang harmonis. Pesisir Seseh merupakan salah satu tujuan masyarakat untuk melakukan kegiatan ritual tersebut.

4   

 

Berbagai ritual/upacara yadnya yang dilakukan di Pesisir Seseh yaitu melukat, nganyut, nyegara-gunung dan melasti lintas desa pekraman di Kabupaten Badung dan Tabanan. Di sekitar Pesisir Seseh terdapat beberapa pura di antaranya Pura Dalem, Pura Yeh Anakan, Pura Luhur Ulun Swi, Pura Luhur Batubolong, Pura Ratu Mas, Pura Prajapati, dan Pura Batununggul. Di sana juga terdapat juga sebuah makam peninggalan Kerajaan Mengwi yang dinamakan Pura Keramat. Tidak hanya masyarakat lokal, tapi juga masyarakat yang berasal dari luar Bali ramai bersembahyang dan berziarah di pura ini.

Pesisir Seseh juga sebagai area pendukung mata pencaharian warga Desa Seseh yang berprofesi sebagai nelayan. Di pinggir pantai masih bisa ditemukan para nelayan menyimpan jukung, serta terdapat beberapa bangunan semi permanen atau gudang yang dimanfaatkan untuk menyimpan peralatan menangkap ikan. Sementara itu, beberapa warga lainnya memanfaatkan lahan pinggir pantai ini untuk menjemur gabah hasil panen.

Sebagai sebuah ruang terbuka publik, seiring waktu, Pesisir Seseh juga menjadi destinasi rekreasi, olahraga dan wisata bagi masyarakat sekitar. Pesisir Seseh ramai dikunjungi masyarakat terutama pada hari Sabtu dan Minggu. Biasanya pengunjung melakukan kegiatan rekreasi dan olahraga, seperti jogging,

berenang, bermain sepak bola, voli, bermain layang-layang serta pertemuan non formal lainnya. Pesisir Seseh saat ini berstatus sebagai Daya Tarik Wisata Kabupaten Badung, yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Kabupaten Badung Tahun 2010. Beberapa bangunan penunjang pariwisata seperti villa dan bungalow mulai berdiri di sekitar kawasan Pesisir Seseh, yang menunjukkan

5   

kawasan ini mulai berkembang menyesuaikan dengan kemajuan pariwisata Bali selatan.

Perkembangan pariwisata di Bali dewasa ini, sejatinya telah melahirkan dualisme dalam masyarakat, khususnya pariwisata di kawasan pesisir. Di satu sisi kawasan pesisir memiliki potensi untuk memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat, di sisi lain kawasan pesisir juga merupakan ruang terbuka publik yang wajib memberikan akses sehingga dapat dinikmati oleh semua orang. Masalah yang timbul saat ini adalah pemanfaatan tak lahan pesisir yang tak terbatas yang dilakukan oleh pemilik modal, sehingga masyarakat umum kehilangan haknya terhadap ruang terbuka publik pesisir ini. Hal seperti ini sering ditemukan di beberapa kawasan pariwisata seperti di Pantai Sanur, Pantai Seminyak, Pantai Kuta, Pantai Canggu dan pantai lainnya.

Keberlangsungan pariwisata akhirnya menimbulkan kekhawatiran akan tergesernya fungsi dan aktivitas masyarakat tradisional yang telah ada sebelumnya di kawasan pesisir. Kegiatan rekreasi serta keberadaan akomodasi pariwisata berpotensi melahirkan konflik kepentingan pemanfaatan lahan antar penggunanya. Begitu pula dengan yang terjadi di Pesisir Seseh, bukan tidak mungkin suatu saat akan terjadi konflik kepentingan pemanfaatan lahan, mengingat banyaknya fungsi yang diwadahi. Kegiatan ritual yang ada di Pesisir Seseh dan telah menjadi tradisi yang berlangsung selama ratusan tahun dikhawatirkan akan kehilangan tempatnya sebagai dampak perkembangan pariwisata Pesisir Seseh. Keberadaan akomodasi wisata di Pesisir Seseh beberapa di antaranya dibangun sangat dekat dengan lokasi Pura Kahyangan Desa. Jelas hal ini telah melanggar batas kesucian pura, namun

6   

 

masyarakat masih mentoleransi keadaan tersebut. Jika hal ini tidak dibatasi, bukan tidak mungkin fenomena tersebut bisa memicu hal serupa terjadi di pura-pura lainnya yang ada di kawasan Pesisir Seseh.

Kegiatan ritual yang telah menjadi tradisi masyarakat Pesisir Seseh layak dilestarikan dan diberi ruang, tanpa harus menutup fungsi Pesisir Seseh sebagai ruang terbuka publik dan destinasi wisata. Begitu pula bagi para masyarakat/pengunjung, Pesisir Seseh juga seharusnya menjadi ruang terbuka publik yang ramah, nyaman dan humanis serta bebas diakses dan dimanfaatkan masyarakat. Pemanfaatan setting di masing-masing spasial kawasan Pesisir Seseh untuk selama ini berjalan cukup baik, namun kadang terjadi permasalahan bila suatu aktivitas mulai mendominasi suatu lahan.

Penelitian ini akan sangat menarik bila ada upaya dan tindak lanjut dalam menyelaraskan lingkungan fisik dengan kebutuhan manusia akan ruang aktivitas, sebagai suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam kawasan ruang terbuka publik pesisir. Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat mengetahui bagaimana setting spasial di Pesisir Seseh dimanfaatkan oleh masyarakat Seseh. Sehingga kegiatan yang bersifat tradisional bisa sejalan dengan rencana Pemerintah Kabupaten Badung, yang menetapkan Pesisir Seseh sebagai daerah tujuan wisata. Simpulan yang didapatkan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Pemerintah Kabupaten Badung dalam pengembangan kawasan Pesisir Seseh ke depannya.

7   

Dokumen terkait