• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, dan MODEL PENELITIAN

E. Ruang Terbuka Publik sebagai Wadah Aktivitas dan Interaksi Sosial

2.3 Landasan Teori

 

 

2.3Landasan Teori

Landasan teori adalah suatu teori-teori yang digunakan sebagai dasar ataupun batasan dalam melakukan suatu penelitian. Teori yang digunakan terkait dengan penelitian yang akan dilakukan. Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah setting, ruang terbuka publik dan dimensi sosial yang terjadi di ruang terbuka publik.

2.3.1 Teori Behaviour Setting

Menurut Setiawan (1995) penggunaan istilah setting dipakai dalam kajian arsitektur lingkungan (fisik) dan perilaku, yang menunjuk pada hubungan integrasi antara ruang (lingkungan fisik secara spasial) dengan segala aktivitas individu/sekelompok individu dalam kurun waktu tertentu.

Menurut Barker (1968) dalam Laurens (2004:131), behaviour setting

disebut juga dengan “tata perilaku” yaitu pola perilaku manusia yang berkaitan dengan tatanan lingkungan fisiknya. Senada dengan Haviland (1967) dalam Laurens (2004:131) bahwa tata perilaku sama dengan “ruang aktivitas” untuk menggambarkan suatu hubungan antara perilaku dan lingkungan bagi perancangan arsitektur.

Behaviour setting dapat diartikan secara sederhana sebagai suatu interaksi antara suatu kegiatan dengan tempat dan waktu yang spesifik. Behaviour setting

mengandung unsur-unsur sekelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan, aktivitas atau perilaku dari sekelompok orang tersebut dan tempat serta waktu dimana kegiatan tersebut dilaksanakan. Manusia dan obyek adalah komponen

31   

 

primer, dan merupakan bagian paling utama bagi behaviour setting, tanpa keberadaan manusia sebagai pengguna, behaviour setting tidak akan terwujud. Meskipun demikian, hubungan antara manusia dan obyek fisik mewujudkan keberadaan behaviour setting. Contoh dari behaviour setting dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari yaitu setting tempat berjualan di pasar malam, atau setting

berjualan pedagang kaki lima di trotoar (Haryadi dan Setiawan, 2010).

Ruang yang menjadi wadah dari aktivitas diupayakan untuk memenuhi kebutuhan manusia, yang artinya menyediakan ruang yang memberikan kepuasan bagi pemakainya. Setting terkait langsung dengan aktivitas manusia sehingga dengan mengidentifikasi sistem aktivitas yang terjadi dalam suatu ruang akan teridentifikasi pula sistem settingnya yang terkait dengan keberadaan elemen dalam ruang (Rapoport, 1991).

2.3.2 Teori Ruang Peristiwa

Ruang terbuka publik dapat dipandang dalam konteks “ruang peristiwa” atau sebuah keterkaitan di antara berbagai aspek yang melahirkan aktivitas di ruang terbuka publik. Pembentuk ruang peristiwa tersebut adalah aktivitas publik berupa partisipasi; sifat ruang; dan waktu.

Aktivitas publik berupa partisipasi, terdapat tiga elemen penting, yaitu (William Hollingsworth, 1980): self-congestion yaitu adanya kecenderungan orang untuk berinteraksi di tempat-tempat ramai; sitting spaces; dan kenyamanan termasuk faktor cahaya, angin, air dan pohon.

32   

 

 

Sifat ruang, dapat direncanakan maupun terbentuk dengan sendirinya, karena sebagai wadah aktivitas, “ruang” memiliki dua konteks (Gans, 1987), yaitu: lingkungan efektif adalah lingkungan fungsional. Lingkungan efektif dirancang khusus, sedangkan lingkungan potensial adalah semua kemungkinan fungsi dan aktivitas yang bisa terbentuk setiap waktu sesuai dengan partisipasi di tengah masyarakat.

Waktu menjadi salah satu variabel terjadinya, atau intensitas peristiwa aktivitas di dalam ruang terbuka. Dalam menganalisa pembentukan space dan

place, elemen waktu juga harus diintegrasikan dalam pemahaman kita. Hal ini menggambarkan konsep dinamis ruang, apa yang diterima hari ini belum tentu sesuai dengan besok (Ali Madanipour, 1996). Ketiga komponen elemen ruang peristiwa aktivitas publik bisa dipahami sebagai elemen pembentuk aktivitas publik dalam sebuah ruang. Perbedaan penekanan pada salah satu komponen teksnya, baik itu ruang, waktu, maupun aktivitas, atau pelaku menghasilkan konteks aktivitas publik di ruang terbuka yang sangat beragam.

   

Diagram 2.2

Komponen pembentuk ruang peristiwa (Sri Rahaju B.U.K dan Nuryanto, 2007)

Perilaku manusia tidak dapat dilepaskan dari keadaan individu tersebut dan lingkungan dimana dia berbeda. Perilaku manusia didorong oleh motivasi

Waktu Ruang

33   

 

tertentu sehingga manusia berperilaku. Dalam mempelajari perilaku manusia, ada prinsip-prinsip dasar perilaku di dalamnya menurut Miftah Toha (2008), yaitu; manusia berbeda perilakunya karena lingkungan sosialnya; manusia berperilaku karena perbedaan kebutuhan; manusia berperilaku karena berpikir tentang masa depannya; manusia berperilaku karena memahami lingkungannya dan berkaitan dengan pengalaman masa lalunya; dan manusia bereaksi senang atau tidak senang terhadap sesuatu yang terjadi.

Tabel 2.3

Terjadinya Ruang Peristiwa Ragam Konteks Peristiwa Ruang

Publik

Bagan Keterkaitan Komponen Peristiwa

Ruang Publik

Aktivitas

Peristiwa di ruang terbuka publik yang direncanakan dan kemudian terselenggara. Penekanan pada pelaku penyelenggara aktivitas sebagai penentu Joging, berenang, surfing, bermain layang-layang, Mebanten

Peristiwa di ruang terbuka publik yang biasa terjadi tanpa

direncanakan. Penekanan pada tempat sebagai penentu terselenggaranya Berfoto, bermain di ombak, membeli makanan dan minuman

Peristiwa di ruang terbuka publik yang terjadi pada waktu-waktu tertentu. Penekanan pada waktu sebagai penentu Kegiatan-kegiatan ritual keagamaan seperti nyegara gunung, dan melasti

Sumber: The Social Life of Small Urban Spaces (Hollingsworth 1980) dan Urban

Villagers (Gans 1987) Waktu Ruang Aktivitas Waktu Ruang Aktivitas Waktu Ruang Aktivitas

34   

 

 

2.3.3 Teori Kualitas Ruang Terbuka Publik

Sauter dan Huettenmoser (2008) menggunakan tiga aspek dalam mengkaji kualitas, fungsi dan pemanfaatan ruang publik, yaitu; aspek struktural, yang berkaitan dengan aksesibilitas dan penggunaan ruang; aspek interaktif, yang terkait dengan hubungan sosial, jenis aktivitas pada ruang publik serta adanya kemungkinan partisipasi pada aktivitas dan pengambilan keputusan di tingkat lokal; dan aspek subjektif yang terkait dengan kepuasan personal terhadap pengelolaan serta keterlibatan warga secara sosial di dalam pemanfaatan ruang publik.

Dalam kaitannya dengan pelaksanaan aktivitas sosial pada ruang publik, Mehta (2007) menggunakan beberapa variabel yang dipergunakan untuk mengukur dan menyusun “Good Public Space Index”, antara lain; intensitas penggunaan, intensitas aktivitas sosial, durasi aktivitas, variasi penggunaan, dan keberagaman penggunaan. Intensitas penggunaan yang diukur dari jumlah orang yang terlibat dalam aktivitas statis dan dinamis pada ruang luar. Intensitas aktivitas sosial diukur berdasarkan jumlah orang dalam setiap kelompok yang terlibat dalam aktivitas statis dan dinamis pada ruang luar. Durasi aktivitas diukur berdasarkan berapa lama waktu yang dipergunakan orang untuk beraktivitas pada ruang luar. Variasi penggunaan diukur berdasarkan keberagaman atau jumlah tipologi aktivitas yang dilaksanakan pada ruang luar. Keberagaman penggunaan diukur berdasarkan variasi pengguna berdasarkan usia, jenis kelamin dan lain sebagainya.

35   

 

Dokumen terkait