• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

1.1. Latar Belakang

Kekayaan sumber daya alam dalam bidang pertanian merupakan keunggulan yang dimiliki Indonesia dan perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan rakyat. Pertanian merupakan aset besar dan menjadi sektor yang dapat diandalkan dalam pembangunan untuk menunjang ketahanan pangan. Kebutuhan terhadap pemenuhan pangan merupakan kebutuhan yang mutlak harus dipenuhi karena hal ini berkaitan dengan hajat hidup manusia. Salah satu produk pertanian yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat adalah beras.

Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

Nutrisi Satuan Beras Gandum Sorgum Jagung

Karbohidrat Gram 78,9 74,1 73,0 72,4 Protein Gram 6,8 11,8 11,0 10,0 Lemak Gram 6,8 1,2 73,0 10,0 Kalori Gram 360,0 - 332,0 361,0 Vitamin B1 Mg - - 0,4 2,3 Serat - - 0,4 - 2,3 Air - - 12 - 13,5

Sumber: Badan Pusat Statistik 2010(a) Keterangan: - tidak terdapat data

Beras masih menjadi bahan pangan utama yang dikonsumsi sebagian besar masyarakat Indonesia hingga saat ini. Hal ini dikarenakan beras dipandang sebagai produk pangan yang mudah didapat, ketersediaannya melimpah, dan bergizi. Beras dikatakan bergizi karena kandungan karbohidrat dalam beras merupakan yang tertinggi di atas bahan pangan lainnya (Tabel 1).

Tabel 2. Data Konsumsi Pangan per Kapita Indonesia Tahun 2010

Komoditas Pangan Konsumsi per Kapita (kg/orang/tahun)

Beras 139

Gandum 17

Jagung 70

Kedelai 40

Sumber: Badan Pusat Statistik 2010(a)

Konsumsi beras di Indonesia berada pada peringkat pertama pada konsumsi komoditas pangan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 dimana konsumsi

beras per kapita Indonesia lebih tinggi dibandingkan bahan pangan lainnya. Hal ini membuktikan betapa pentingnya ketersediaan beras bagi masyarakat.

Jumlah penduduk Indonesia yang semakin meningkat menjadikan ketersediaan beras sebagai suatu hal yang perlu mendapat perhatian khusus. Dalam hal ini, petani lokal masih menjadi tulang punggung dalam penyediaan beras secara nasional. Meskipun demikian, pertumbuhan produksi beras nasional belum mampu memenuhi pertumbuhan konsumsi setiap tahunnya yang cenderung meningkat dan lebih besar dari produksi sehingga pemerintah harus melakukan impor untuk menjaga ketersediaan beras (Tabel 3).

Tabel 3. Jumlah Penduduk, Produksi, Konsumsi, dan Impor Beras Indonesia Tahun 2000-2010

Tahun Jumlah Penduduk

(jiwa) Produksi (juta ton) Konsumsi (juta ton) Impor (juta ton) 2000 206.264.595 32,96 35,88 1,50 2001 - 32,96 36,38 3,50 2002 - 33,41 36,50 2,75 2003 - 35,02 36,00 0,65 2004 - 34,83 35,85 0,50 2005 - 34,96 35,74 0,54 2006 - 35,30 35,90 2,00 2007 - 37,00 36,35 0,35 2008 - 38,31 37,10 0,25 2009 - 36,37 38,00 1,15 2010 237.556.363 38,00 38,55 0,95 Sumber : USDA (2011)1 Keterangan: - tidak terdapat data

Rata-rata dana pengadaan dalam negeri dalam 4 – 5 bulan periode pengadaan mencapai 5 -7 triliun per tahun yang mengalir langsung ke petani pedesaan, dan bahkan selama satu tahun bisa mencapai lebih dari 11 triliun. Dan tersebut semakin meningkat seiring dengan besarnya serapan pengadaan dalam negeri sehingga memberikan multiplier effects yang mendorong pembangunan pedesaan dengan peningkatan pendapatan dan perluasan lapangan kerja.

Tidak semua daerah di Indonesia mampu memenuhi jumlah kebutuhan beras penduduk karena berbagai keterbatasan, terutama aspek kesesuaian iklim dan lahan. Hal ini berimplikasi pada adanya daerah yang mengalami defisit dan

1

ada daerah yang menjadi daerah surplus produksi beras. Daerah yang mengalami defisit tersebut membutuhkan pasokan beras dari daerah dengan surplus beras. Kondisi ini menciptakan kegiatan tataniaga beras dari satu daerah ke daerah lain.

Dalam industri beras di Indonesia, aspek tataniaga memiliki peran yang penting. Beras merupakan komoditi yang dipengaruhi faktor musim dalam penyediaannya. Adanya lag dalam penyediaan beras disebabkan oleh produksi padi yang sangat tergantung pada musim tanam dan hal ini secara tidak langsung telah terpola dengan sendirinya.

Gambar 1. Pola Panen Padi di Indonesia Tahun 2008-2010 Sumber: Data Strategis Indonesia BPS (2010)

Gambar 1 menggambarkan pola musim padi dimana terjadi panen raya pada selang waktu Januari – Mei. Pada selang waktu tersebut terjadi pasokan beras yang melimpah. Sedangkan pada musim paceklik yang terjadi pada selang waktu September-Desember, pasokan beras akan berkurang. Tidak lancarnya aspek tataniaga dapat menghambat pasokan beras ke daerah dengan produksi padi yang defisit. BULOG memiliki peran penting dalam keadaan suatu daerah yang sedang dalam defisit ketersediaan beras. Berdasarkan prinsip ekonomi, kurangnya stok suatu barang pada sebuah pasar sedangkan permintaan tetap atau bertambah maka akan menaikkan harga barang tersebut. Tidak semua kalangan masyarakat mampu membeli beras ketika harga tinggi, sehingga peran BULOG adalah dengan

menyalurkan Raskin (Beras untuk Rumah Tangga Miskin) untuk memperkuat ketahanan pangan rumah tangga terutama rumah tangga miskin2.

Terdapat beberapa wilayah di Indonesia yang menjadi wilayah surplus produksi beras. Provinsi-provinsi sebagai wilayah penghasil beras dengan produksi yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Lampung, Banten, Kalimantan Selatan, dan Nusa Tenggara Barat. Pulau Jawa merupakan wilayah yang memiliki produksi beras tertinggi di Indonesia. Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur adalah tiga provinsi penghasil beras terbesar di Indonesia dengan jumlah berturut-turut 11.322.681 ton, 9.600.415 ton, dan 11.259.085 ton (Badan Pusat Statistik 2010) (Lampiran 1).

Tabel 4. Luas Panen, Produktivitas, Produksi Padi Sawah Kabupaten Demak Tahun 2005-2009

Tahun Total Luas Panen

(Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kw/Ha) 2005 284.390 520.109 58,53 2006 276.230 500.649 60,90 2007 288.934 517.463 56,54 2008 287.481 563.737 54,24 2009 299.614 571.330 55,82

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Demak (2010)(b)

Kabupaten Demak adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki peran penting dalam rangka menjaga ketahanan pangan nasional. Hal ini terbukti dengan diberikannya dua penghargaan nasional oleh Presiden Republik Indonesia yaitu Penghargaan Peningkatan Produksi Padi dan Penghargaan Ketahanan Pangan pada tahun 2010. Untuk penghargaan peningkatan produksi padi, Kabupaten Demak telah memperolehnya dua tahun berturut-turut3. Penghargaan pada tahun 2009 diberikan karena produksi padi Demak tahun 2007 sebesar 517.463 ton, meningkat pada 2008 menjadi 563.737 ton atau naik 5,03 persen. Kemudian penghargaan berikutnya diperoleh karena produksi padi Demak di tahun 2008 sebesar 563.737 ton, meningkat pada tahun 2009 mencapai jumlah 571.330 ton. Prestasi dalam peningkatan produksi padi

2

http://www.bulog.co.id [diakses 22 Desember 2011]

3

yang dicapai Kabupaten Demak tersebut merupakan keberhasilan yang searah dengan gerakan Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) yang diusung pemerintah.

Dokumen terkait