• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel Rasio Keuntungan dan Biaya Tataniaga Beras Desa Kenduren Tahun

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran 8. Tabel Rasio Keuntungan dan Biaya Tataniaga Beras Desa Kenduren Tahun

Lembaga Pemasaran Konsumen Individu Konsumen BULOG Saluran 1 Saluran 2 Saluran 3 Saluran 4 Saluran 1 Saluran 2 Tengkulak Biaya (c) (Rp/Kg) 168,00 185,00 168,00 158,00 160,00 168,00 Keuntungan (π) (Rp/kg) 923,00 906,00 923,00 933,00 931,00 923,00 Rasio π/c 5,49 4,90 5,49 5,90 5,81 5,49 RMU Biaya (c) (Rp/Kg) 330,00 338,00 330,00 330,00 190,00 338,00 Keuntungan (π) (Rp/kg) 443,00 435,00 643,00 643,00 83,00 35,00 Rasio π/c 1,34 1,29 1,95 1,95 0,44 0,10 Grosir Biaya (c) (Rp/Kg) 100,00 100,00 0,00 Keuntungan (π) (Rp/kg) 200,00 200,00 0,00 Rasio π/c 2,00 2,00 0,00 Ritel Biaya (c) (Rp/Kg) 15,00 10,00 Keuntungan (π) (Rp/kg) 185,00 285,00 Rasio π/c 12,33 28,50 Total Biaya (c) (Rp/Kg) 613,00 623,00 508,00 488,00 350,00 506,00 Keuntungan (π) (Rp/kg) 1751,00 1541,00 1851,00 1576,00 1014,00 958,00 Rasio π/c 2,86 2,47 3,64 3,23 2,90 1,89

RINGKASAN

PANDU ADITAMA Analisis Tataniaga Beras di Desa Kenuren, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan SUPREHATIN).

Bidang pertanian merupakan aset besar dan menjadi sektor yang dapat diandalkan dalam pembangunan khususnya untuk menunjang ketahanan pangan. Kebutuhan terhadap pangan merupakan kebutuhan yang mutlak harus dipenuhi karena hal ini berkaitan dengan hajat hidup manusia. Salah satu produk pertanian yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat adalah beras.

Beras masih menjadi bahan pangan utama yang di konsumsi masyarakat Indonesia saat ini. Hal ini dikarenakan beras masih dipandang sebagai produk pangan yang mudah didapat, ketersediaannya melimpah, dan bergizi. Selain pandangan tentang beras tersebut, beberapa lapisan masyarakat menganggap bahwa dengan mengonsumsi beras memiliki value lebih dibandingkan bahan pangan lainnya. Pandangan-pandangan itulah yang menyebabkan masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari ketergantungan terhadap beras, sehingga kebutuhan beras nasional terus mengalami peningkatan.

Kabupaten Demak merupakan salah satu sentra produksi beras di Provinsi Jawa Tengah. Kontribusi Kabupaten Demak dalam menjaga ketahanan pangan nasional terbukti dengan diberikannya beberapa penghargaan oleh Presiden Republik Indonesia dalam kurun waktu dua tahun terakhir yaitu tahun 2009 dan 2010 yaitu Penghargaan Peningkatan Produksi Padi dan Penghargaan Ketahanan Pangan. Namun di tengah prestasi tersebut, masih terdapat permasalahan pada tataniaga beras di kabupaten ini. Salah satu permasalahan yang muncul adalah rendahnya harga GKP (gabah kering panen) pada tingkat petani. Diduga permasalahan ini diakibatkan oleh ketergantungan petani terhadap tengkulak dalam memasarkan hasil panennya pada saat panen raya. Selain itu, adanya gap harga yang tinggi di tingkat petani dan konsumen juga menjadikan suatu masalah pada saluran tataniaga dimana petani dapat dikatakan belum tersejahterakan. Naik turunnya harga beras pada tingkat konsumen tidak banyak mempengaruhi harga di tingkat petani. Petani harus mengikuti mekanisme pasar dimana hal ini lebih banyak merugikan petani. Peran BULOG seharusnya dapat menyelamatkan petani jika BULOG mampu menyerap beras langsung dari petani di saat terjadi panen raya. Namun fakta yang terjadi di lapang adalah BULOG membeli sebagian besar beras yang beredar di pasar dari lembaga grosir dan Rice Milling Unit (RMU)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1) mengidentifikasi saluran, lembaga, fungsi, serta menganalisis struktur dan perilaku pasar tataniaga beras di Kabupaten Demak, Jawa Tengah dan 2) menganalisis efisiensi tataniaga beras pada setiap saluran tataniaga di Desa Kenduren, Kecamatan Wedung, dengan pendekatan marjin tataniaga, farmer’s share, serta rasio keuntungan, dan biaya. Penelitian ini menggunakan motode snowball dimana informasi yang diperoleh tidak terputus dari satu lembaga ke lembaga tataniaga yang lain. Wawancara dilakukan kepada 30 responden petani, 5 responden tengkulak, 3 responden RMU, 2 responden grosir, 5 responden ritel, dan 30 responden konsumen individu. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan tabulasi untuk menjelaskan

karakteristik petani, saluran tataniaga beras, lembaga dan fungsi tataniaga beras, serta struktur dan perilaku pasar beras. Analisis biaya tataniaga, margin tataniaga,

farmer’s share, dan rasio keuntungan dan biaya digunakan untuk melihat efisiensi harga dan operasional tataniaga beras di lokasi penelitian.

Hasil yang didapatkan dari penelitian di lapangan menunjukkan bahwa secara umum, ada enam saluran tataniaga beras di Kabupaten Demak. Lembaga- lembaga yang terlibat dalam alur pemasaran tersebut yaitu petani, tengkulak, RMU, grosir, dan ritel. Tengkulak masih menjadi pihak yang dominan yang menerima penjualan gabah hasil panen petani. Sebagian besar tengkulak membeli hasil panen dengan sistem tebas. Sistem tebas ini banyak dipilih sebagian besar petani karena petani membutuhkan uang cepat dan kemudahan fasilitas untuk panen. Berdasarkan fungsi BULOG sebagai lembaga yang memberikan jaminan harga dan pasar bagi produsen atau petani, BULOG dinilai belum berfungsi. Hal ini ditunjukkan dengan aktivitas BULOG yang hanya menyerap beras dari grosir dan RMU. Seharusnya BULOG mampu menyerap gabah hasil panen petani yang harganya cenderung rendah ketika panen raya.

Berdasarkan pendekatan analisis marjin tataniaga, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya, saluran tataniaga 1B adalah saluran yang lebih efisien dibandingkan saluran yang lain sehingga saluran ini layak untuk dipilih petani dan layak untuk terus dikembangkan. Saluran tersebut memiliki total marjin yang terkecil yaitu sebesar Rp 1.464,00. Berdasarkan analisis farmer’s share, saluran 1B memiliki nilai terbesar yaitu sebesar 71 persen. Sedangkan melalui analisis rasio keuntungan dan biaya, saluran yang paling efisien adalah saluran 3A dengan rata-rata rasio sebesar 3,64. Namun dari keenam saluran tersebut, saluran IB merupakan saluran yang memiliki volume perdagangan terbesar yaitu 2.581,9 ton atau 21,22 persen dari total pangsa pasar perdagangan beras yang berarti paling memberikan prospek kepada petani dan seluruh lembaga untuk memasarkan produknya.

ANALISIS TATANIAGA BERAS DI DESA KENDUREN,

KECAMATAN WEDUNG, KABUPATEN DEMAK

SKRIPSI

PANDU ADITAMA H34070095

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

RINGKASAN

PANDU ADITAMA Analisis Tataniaga Beras di Desa Kenuren, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan SUPREHATIN).

Bidang pertanian merupakan aset besar dan menjadi sektor yang dapat diandalkan dalam pembangunan khususnya untuk menunjang ketahanan pangan. Kebutuhan terhadap pangan merupakan kebutuhan yang mutlak harus dipenuhi karena hal ini berkaitan dengan hajat hidup manusia. Salah satu produk pertanian yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat adalah beras.

Beras masih menjadi bahan pangan utama yang di konsumsi masyarakat Indonesia saat ini. Hal ini dikarenakan beras masih dipandang sebagai produk pangan yang mudah didapat, ketersediaannya melimpah, dan bergizi. Selain pandangan tentang beras tersebut, beberapa lapisan masyarakat menganggap bahwa dengan mengonsumsi beras memiliki value lebih dibandingkan bahan pangan lainnya. Pandangan-pandangan itulah yang menyebabkan masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari ketergantungan terhadap beras, sehingga kebutuhan beras nasional terus mengalami peningkatan.

Kabupaten Demak merupakan salah satu sentra produksi beras di Provinsi Jawa Tengah. Kontribusi Kabupaten Demak dalam menjaga ketahanan pangan nasional terbukti dengan diberikannya beberapa penghargaan oleh Presiden Republik Indonesia dalam kurun waktu dua tahun terakhir yaitu tahun 2009 dan 2010 yaitu Penghargaan Peningkatan Produksi Padi dan Penghargaan Ketahanan Pangan. Namun di tengah prestasi tersebut, masih terdapat permasalahan pada tataniaga beras di kabupaten ini. Salah satu permasalahan yang muncul adalah rendahnya harga GKP (gabah kering panen) pada tingkat petani. Diduga permasalahan ini diakibatkan oleh ketergantungan petani terhadap tengkulak dalam memasarkan hasil panennya pada saat panen raya. Selain itu, adanya gap harga yang tinggi di tingkat petani dan konsumen juga menjadikan suatu masalah pada saluran tataniaga dimana petani dapat dikatakan belum tersejahterakan. Naik turunnya harga beras pada tingkat konsumen tidak banyak mempengaruhi harga di tingkat petani. Petani harus mengikuti mekanisme pasar dimana hal ini lebih banyak merugikan petani. Peran BULOG seharusnya dapat menyelamatkan petani jika BULOG mampu menyerap beras langsung dari petani di saat terjadi panen raya. Namun fakta yang terjadi di lapang adalah BULOG membeli sebagian besar beras yang beredar di pasar dari lembaga grosir dan Rice Milling Unit (RMU)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1) mengidentifikasi saluran, lembaga, fungsi, serta menganalisis struktur dan perilaku pasar tataniaga beras di Kabupaten Demak, Jawa Tengah dan 2) menganalisis efisiensi tataniaga beras pada setiap saluran tataniaga di Desa Kenduren, Kecamatan Wedung, dengan pendekatan marjin tataniaga, farmer’s share, serta rasio keuntungan, dan biaya. Penelitian ini menggunakan motode snowball dimana informasi yang diperoleh tidak terputus dari satu lembaga ke lembaga tataniaga yang lain. Wawancara dilakukan kepada 30 responden petani, 5 responden tengkulak, 3 responden RMU, 2 responden grosir, 5 responden ritel, dan 30 responden konsumen individu. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan tabulasi untuk menjelaskan

karakteristik petani, saluran tataniaga beras, lembaga dan fungsi tataniaga beras, serta struktur dan perilaku pasar beras. Analisis biaya tataniaga, margin tataniaga,

farmer’s share, dan rasio keuntungan dan biaya digunakan untuk melihat efisiensi harga dan operasional tataniaga beras di lokasi penelitian.

Hasil yang didapatkan dari penelitian di lapangan menunjukkan bahwa secara umum, ada enam saluran tataniaga beras di Kabupaten Demak. Lembaga- lembaga yang terlibat dalam alur pemasaran tersebut yaitu petani, tengkulak, RMU, grosir, dan ritel. Tengkulak masih menjadi pihak yang dominan yang menerima penjualan gabah hasil panen petani. Sebagian besar tengkulak membeli hasil panen dengan sistem tebas. Sistem tebas ini banyak dipilih sebagian besar petani karena petani membutuhkan uang cepat dan kemudahan fasilitas untuk panen. Berdasarkan fungsi BULOG sebagai lembaga yang memberikan jaminan harga dan pasar bagi produsen atau petani, BULOG dinilai belum berfungsi. Hal ini ditunjukkan dengan aktivitas BULOG yang hanya menyerap beras dari grosir dan RMU. Seharusnya BULOG mampu menyerap gabah hasil panen petani yang harganya cenderung rendah ketika panen raya.

Berdasarkan pendekatan analisis marjin tataniaga, farmer’s share, dan rasio keuntungan terhadap biaya, saluran tataniaga 1B adalah saluran yang lebih efisien dibandingkan saluran yang lain sehingga saluran ini layak untuk dipilih petani dan layak untuk terus dikembangkan. Saluran tersebut memiliki total marjin yang terkecil yaitu sebesar Rp 1.464,00. Berdasarkan analisis farmer’s share, saluran 1B memiliki nilai terbesar yaitu sebesar 71 persen. Sedangkan melalui analisis rasio keuntungan dan biaya, saluran yang paling efisien adalah saluran 3A dengan rata-rata rasio sebesar 3,64. Namun dari keenam saluran tersebut, saluran IB merupakan saluran yang memiliki volume perdagangan terbesar yaitu 2.581,9 ton atau 21,22 persen dari total pangsa pasar perdagangan beras yang berarti paling memberikan prospek kepada petani dan seluruh lembaga untuk memasarkan produknya.

ANALISIS TATANIAGA BERAS DI DESA KENDUREN,

KECAMATAN WEDUNG, KABUPATEN DEMAK

PANDU ADITAMA H34070095

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

Judul Skripsi : Analisis Tataniaga Beras di Desa Kenduren, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak

Nama : Pandu Aditama

NIM : H34070095 Menyetujui, Pembimbing Suprehatin, SP, MAB NIP. 19800107 200501 1 001 Mengetahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 19580908 198403 1 002

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Tataniaga Beras di Desa Kenduren, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, November 2011

Pandu Aditama H34070095

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Karanganyar pada tanggal 9 Agustus 1988. Penulis adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda (Alm.) Joko Wiyono Priyohatmojo dan Ibunda Endang Ekawatie Harnaningsih. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Bejen 3 pada tahun 2001 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SLTP Negeri 1 Karanganyar. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Negeri 1 Karanganyar diselesaikan pada tahun 2007. Semua lembaga pendidikan tersebut berada di Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan tinggi pada Program Mayor Agribisnis di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2007. Untuk melengkapi pemahaman tentang keilmuan komunikasi, penulis juga mengikuti Program Minor Komunikasi pada Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti pendidikan di IPB, penulis aktif mengikuti beberapa organisasi di dalam kampus, seperti Ketua Lorong Lima Asrama C2 Tingkat Persiapan Bersama tahun 2007-2008, Ketua Organisasi Mahasiswa Daerah Solo dan sekitarnya pada tahun 2009-2010, Ketua Unit Kegiatan Mahasiwa Center of Entrepreneurship Development for Youth (UKM CENTURY) pada tahun 2009- 2010, dan Ketua Departemen Money Hunting Department, Himpunan Mahasiswa Peminat Agribisnis (MHD HIPMA) pada tahun 2010-2011. Selama punyusunan skripsi, penulis juga aktif berkontribusi di Gugus Bisnis dan Kewirausahaan (G- BIKE) FEM IPB sebagai Asisten Peneliti di tahun 2011.

Prestasi yang pernah diraih penulis antara lain Juara 1 Bola Basket dalam Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) tahun 2011, Finalis Lomba Business Plan Wirausaha Muda Mandiri (WMM) tahun 2010 dengan judul “Pengembangan Budidaya Ikan Nila Merah Melalui Sistem Agribisnis”, dan Finalis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Ambassador (FEM Ambassador) tahun 2010. Saat ini penulis juga sedang mengelola sebuah bisnis kuliner dengan nama usaha “Petjel Madioen Mbak Ika” dan berstatus sebagai owner.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Sistem Tataniaga Beras di Desa Kenduren, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak”. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah dan pemimpin terbaik bagi umat manusia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis saluran tataniaga beras yang ada di Desa Kenduren; mengidentifikasi dan menganalisis lembaga-lembaga yang terlibat beserta fungsinya dalam tataniaga beras di Desa Kenduren; mengidentifikasi dan menganalisis struktur dan perilaku pasar beras di Desa Kenduren; dan menganalisis keragaan pasar beras yang ada di wilayah Desa Kenduren dengan pendekatan biaya tataniaga, marjin tataniaga, farmer’s share, serta rasio keuntungan dan biaya. Skripsi ini diharapkan dapat berguna dan memberikan manfaat kepada semua pihak baik mahasiswa, akademisi, pelaku usahatani padi dan lembaga tataniaga beras, dan pemerintah selaku pembuat kebijakan.

Bogor, November 2011

Dokumen terkait