• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemunculan wabah virus COVID-19 yang menyebar ke seluruh dunia termasuk Negara Indonesia dalam waktu yang singkat merubah seluruh aktivitas sehari-hari. Sejumlah kebijakan dikeluarkan Pemerintah Indonesia untuk menekan lonjakan kasus COVID-19, yaitu salah satunya dengan mengubah sistem kerja perusahaan dari offline menjadi online atau disebut sebagai work from home (WFH). Seiring berjalannya waktu, pemerintah mengeluarkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat mulai dari tanggal 03 sampai 20 Juli 2021 dikarenakan lonjakan kasus Covid-19. Hal ini, mengakibatkan aturan WFO dan WFH selama PPKM Darurat bagi para karyawan juga dirilis. Sejak saat itulah, perusahaan mulai menerapkan model hybrid working, yaitu perpaduan sistem kerja offline dan online. Dalam jurnal yang berjudul “On-Site and Hybrid Workplace Culture of Positivity and Effectiveness: Case Study from Austria” oleh Michal Beno (2021) menjelaskan bahwa, model hybrid work berkontribusi pada kepositifan, efisiensi, dan variasi kerja untuk mempertahankan semangat kerja diantara perubahan suasana kantor. Istilah hybrid working dan flexible working arrangemet merupakan istilah yang memiliki arti kurang lebih sama, yaitu penerapan sistem kerja yang memadukan sistem kerja offline dan online didasarkan pada keinginan para pegawai. Pegawai memiliki kebebasan dalam menentukan kapan mereka akan bekerja di kantor dan kapan mereka akan bekerja di rumah. Tidak ada batas minimal dari penerapan sistem kerja ini.

Di Indonesia sendiri, sistem sejenis mulai diterapkan untuk menghadapi kenormalan baru (new normal) yang diberi nama Flexible Working Space. Menurut Direktur Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bagian Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika (Aptika) pada laman aptika.kominfo.go.id, Samuel Abrijani Pangerapan dalam rapat Pembahasan Panduan Flexible Working, menjelaskan bahwa program tersebut menjadi proses bisnis baru dalam lingkungan kerja untuk menghadapi new normal. Secara umum,

2 Flexible Working Arrangement (FWA) merupakan konsep yang mengatur kerja karyawan secara fleksibel dengan mengubah pola bekerja, memberikan kebebasan bagi karyawan dalam memilih waktu bekerja. Pengaturan tersebut meliputi, fleksibilitas penjadwalan jam kerja (flexy time), fleksibilitas jumlah jam kerja (shifting and job sharing), dan fleksibilitas tempat kerja (Georgetown University Law Center, 2006).

Sistem FWA juga diterapkan oleh PT Telkom Indonesia Tbk setelah adanya pandemi Covid-19 dalam menjalankan sistem kerja secara WFO dan WFH. PT Telkom Indonesia Tbk merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa layanan teknologi dan komunikasi dan jaringan telekomunikasi di Indonesia yang didirikan pada tanggal 06 Juli 1965, pemisahan dari PN Pos dan Telekomunikasi. PT Telkom Indonesia adalah perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia dengan jumlah pelanggan mencapai 169.2 juta orang per semester I tahun 2021. Memiliki lebih dari 28.000 menara telekomunikasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Tidak hanya itu, Telkom juga melakukan pembangunan data center, baik dari peningkatan solusi layanan komputasi awan, big data, IoT, cyber security, dan produk transaksi keuangan (payment). Pada kasus Telkom Indonesia, karyawan diberikan wewenang untuk memilih kapan mereka akan bekerja secara WFO di suatu aplikasi khusus karyawan Telkom Indonesia.

Setiap akhir minggu, tepatnya di hari Jumat, para karyawan dapat melakukan update di aplikasi yang bernama “Diarium” untuk mengisi berapa kali mereka akan melaksanakan WFO di minggu berikutnya. Menurut Mega Aulia Silviadara selaku staf dari Human Capital Management unit Learning, Flexible Working Arrangement (FWA) mulai dicanangkan di Telkom Indonesia sejak 2018, yang disimulasikan di beberapa kota. Dari simulasi yang dilakukan terlihat dari produktivitas karyawan meningkat dan dana yang dikeluarkan juga lebih minimal.

Program tersebut sempat ditunda, namun sejak pandemi program tersebut kembali diterapkan di seluruh lingkungan Telkom.

Pemanfaatan teknologi komunikasi menjadi sarana komunikasi yang digunakan oleh karyawan untuk mempermudah proses komunikasi antara atasan dengan karyawan, sesama karyawan, maupun karyawan dengan atasan di suatu

3 perusahaan yang menerapkan sistem kerja FWA. Hal ini dapat menjadi sebuah keuntungan dan juga kerugian, diperlukan perusahaan yang kompeten dalam mengelola teknologi komunikasi untuk diterapkan pada karyawannya. Jika perusahaan tidak kompeten maka pemanfaatan teknologi komunikasi ini tidak akan maksimal, sehingga timbul masalah – masalah yang mungkin terjadi pada sesama karyawan, karyawan dengan manajemen, maupun sebaliknya. Tak dapat dipungkiri bahwa banyak perusahaan yang gulung tikar semenjak adanya Covid-19 di awal tahun 2020, dikarenakan kondisi ekonomi yang melonjak turun sehingga menyebabkan kerugian jika perusahaan tidak dapat bertindak cepat menangani krisis tersebut. Dikutip dari CNN Indonesia, setidaknya ada enam ritel yang gulung tikar akibat pandemi, yaitu Giant, Golden Truly, Centro, Matahari, dan Gramedia.

Berbeda halnya dengan PT Telkom Indonesia, meski tengah masa pandemi Covid-19, PT Telkom mencatat kinerja baik dengan pertumbuhan yang positif sepanjang tahun 2020. Kinerja tersebut antara lain, Telkom berhasil membukukan pendapatan konsolidasi yang lebih besar 0,7% dibandingkan dengan tahun 2019 dan berhasil mencatatkan laba bersih sebesar 20,80 triliun yang naik 11.5%. Selain itu, pada 18 lOktober l2021, Telkoml Indonesia masukl ke ldalam jajaranl Forbes 2021l

“World’s lBest lEmployer” sebagai lsatu-satunyal perusahaanl ldari lIndonesia.

Telkoml juga meraihl penghargaan bergengsil “Thel Best lCompany tol Work Forl in lAsia l2021” daril HR lAward, setelahl sebelumnya lmendapatkan penghargaanl yang samal pada tahunl 2017, 2018, danl 2019.

Pencapaian - pencapaian tersebutl tentu tidak lepas dari para karyawan yang menjadi tombak utama suatu perusahaan. Terciptanya kerja sama danl komunikasil yangl baik antaral manajemen denganl karyawan akanl memberikanl hasil yang maksimal pada perusahaan, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Perubahan sistem kerja akibat dari pandemi Covid-19 tidak menyurutkan semangat karyawan Telkom untuk terus memberikan yang terbaik bagi perusahaannya. Perasaaan saling menghormati dan menghargai yang terjalin antar karyawan maupun manajemen memberikan rasa aman dan nyaman. Selain itu, fasilitas yang diberikan perusahaan agar dapat menunjang kinerja dari para karyawannya menjadi hal penting untuk meningkatkan semangat bagi karyawannya. Telkom Indonesia memberikan media teknologi untuk mendukung komunikasi internal di perusahaan tersebut yang

4 sangat membantu karyawannya untuk bekerja, seperti aplikasi U Meet Me (aplikasi buatan PT Telkom dalam video conference), layanan shared service yang hanya bisa diakses oleh karyawan internal Telkom, dan masih banyak lagi. Pemberian fasilitas media komunikasi internal ini memudahkan pekerjaan juga dapat memelihara kerahasiaan data yang ada di dalam perusahaan. Pemberian intruksi dan informasi secara daring maupun tatap muka diperlukan untuk memaksimalkan kejelasan dalam proses kerja. Dengan adanyal pemanfaatanl teknologil dalaml proses komunikasil ini memberikanl kemudahan bagil lperusahaan untuk memantau karyawannya dan bagi karyawan pun merasa dimudahkan di era new normal itu sendiri.

Menurut Mega selaku staf di Human Capital Management, bahwa penggunaan tools yang diberikan perusahaan itu sangat membantu komunikasi internal bagi karyawannya, adanya ketentuan perusahaan sangat jelas, meskipun online selalu bisa dilakukan cek posisi, ada dirumah atau tidak, sehingga terjalin trust dari atasan ke bawahan. Kemudian juga dapat melihat aktivitas masing-masing, baik karyawan maupun atasan. Salah satu tools nya bernama Diarium, aplikasi untuk absen, lapor posisi, tulis keseharian, kesehatan karyawan, mengatur jadwal FWA, masuk nota dinas, dan lain-lainnya. Komunikasi internal yang terjadi di PT Telkom Indonesia Tbk sendiri, selain dibantu dengan penggunaan tools dalam proses komunikasi yang terjadi di internal, perusahaan juga sangat memperhatikan kondisi psikologis dari karyawannya.

“Perusahaan sangat concern dengan kesehatan mental karyawannya sampai dibuatkan satu platform yang bisa digunakan saat kita mendapat terlalu banyak tekanan dari atasan, terlalu banyak kerjaan, dan kita sampai overwhelmed, mereka sudah sediakan platform untuk discuss dengan psikolog Telkomnya langsung. Kalau misal ada miscomm nih dari tugas gitu, atasannya secara ramah akan menjelaskan lebih lanjut dan tidak sulit untuk misalnya kita discuss mengenai tugas yang diberikan.” (Wawancara dengan Mega Aulia Silviadara, staf Human Capital Management)

Perusahaan yang memberikan fasilitas yang baik untuk menunjang kebutuhan fisik dan mentalnya akan memberikan rasa nyaman dan kepuasan dari para

5 karyawannya. Mereka akan merasa bahwa perusahaan tidak hanya ingin karyawan bekerja secara maksimal tanpa adanya perhatian khusus yang diberikan perusahaan sebagai penunjang dalam pekerjaan yang dijalani. Tekanan yang terjadi saat bekerja dapat memberikan pengaruh bagi kinerja karyawan dalam bekerja. Bagaimana perusahaan dapat menangani hal tersebut dan sukses melaksanakannya akan menimbulkan rasa memiliki bagi karyawannya, sehingga mereka akan merasa bertanggung jawab juga memberikan yang terbaik bagi perusahaan. Hal seperti ini, tentu akan memberikan keuntungan bagi perusahaan tersebut. Dari penjelasan diatas serta pencapaian - pencapain yang telah diterima oleh PT Telkom Indonesia yang dapat mengatasi krisis akibat pandemi menjadi keuntungan bagi perusahaan, tidak lepas dari kontribusi dan partisipasi para karyawannya. Fenomenal ini membuatl peneliti tertarikl untuk lmelakukan penelitianl mengenail komunikasi internal seperti apa yang diterapkan PT Telkom Indonesia Tbk dalam menjalankan Flexible Working Arrangement. Penelitian ini berjudul “Implementasi Komunikasi Internal Perusahaan Dalam Menjalankan Flexible Working Arrangements (FWA) - Studi Kasus Strategi Komunikasi Internal Pada PT Telkom Indonesia”

Dokumen terkait