IMPLEMENTASI KOMUNIKASI INTERNAL PERUSAHAAN DALAM MENJALANKAN FLEXIBLE WORKING
ARRANGEMENTS (FWA)
Studi Kasus Strategi Komunikasi Internal Pada PT Telkom Indonesia Tbk
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Program Studi Digital Public Relations
PROGRAM STUDI DIGITAL PUBLIC RELATIONS FAKULTAS KOMUNIKASI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TELKOM BANDUNG
2022
i
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... v
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Fokus Penelitian (batasan masalah) ... 5
1.3. Identifikasi Masalah (rumusan masalah) ... 5
1.5. Kegunaan Penelitian ... 6
1.6. Waktu dan Periode Penelitian ... 6
BAB II ... 8
TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Rangkuman Teori ... 8
2.1.1. Komunikasi Organisasi ... 8
2.1.6. Model Flexible Working Arrangements ... 15
2.2. Penelitian Terdahulu ... 19
2.3. Kerangka Pemikiran ... 40
BAB III ... 42
METODE PENELITIAN ... 42
3.1. Paradigma penelitian ... 42
3.2.1. Subjek Penelitian ... 43
3.2.2. Objek Penelitian ... 43
3.4. Unit Analisis Penelitian ... 44
3.5. Informasi Penelitian ... 45
ii
3.6. Pengumpulan Data Penelitian ... 46
3.7. Teknik Analisis Data ... 47
3.8. Teknik Keabsahan Data ... 47
DAFTAR PUSTAKA ... 49
LAMPIRAN ... 1
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Waktu dan Periode Penelitian... 7 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 21 Tabel 3.1. Unit Analisis ... 44
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Sistem Komunikasi Organisasi (Pace dan Faules, 2010) ... 9 Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran ... 41
v
DAFTAR LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kemunculan wabah virus COVID-19 yang menyebar ke seluruh dunia termasuk Negara Indonesia dalam waktu yang singkat merubah seluruh aktivitas sehari-hari. Sejumlah kebijakan dikeluarkan Pemerintah Indonesia untuk menekan lonjakan kasus COVID-19, yaitu salah satunya dengan mengubah sistem kerja perusahaan dari offline menjadi online atau disebut sebagai work from home (WFH). Seiring berjalannya waktu, pemerintah mengeluarkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat mulai dari tanggal 03 sampai 20 Juli 2021 dikarenakan lonjakan kasus Covid-19. Hal ini, mengakibatkan aturan WFO dan WFH selama PPKM Darurat bagi para karyawan juga dirilis. Sejak saat itulah, perusahaan mulai menerapkan model hybrid working, yaitu perpaduan sistem kerja offline dan online. Dalam jurnal yang berjudul “On- Site and Hybrid Workplace Culture of Positivity and Effectiveness: Case Study from Austria” oleh Michal Beno (2021) menjelaskan bahwa, model hybrid work berkontribusi pada kepositifan, efisiensi, dan variasi kerja untuk mempertahankan semangat kerja diantara perubahan suasana kantor. Istilah hybrid working dan flexible working arrangemet merupakan istilah yang memiliki arti kurang lebih sama, yaitu penerapan sistem kerja yang memadukan sistem kerja offline dan online didasarkan pada keinginan para pegawai. Pegawai memiliki kebebasan dalam menentukan kapan mereka akan bekerja di kantor dan kapan mereka akan bekerja di rumah. Tidak ada batas minimal dari penerapan sistem kerja ini.
Di Indonesia sendiri, sistem sejenis mulai diterapkan untuk menghadapi kenormalan baru (new normal) yang diberi nama Flexible Working Space. Menurut Direktur Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bagian Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika (Aptika) pada laman aptika.kominfo.go.id, Samuel Abrijani Pangerapan dalam rapat Pembahasan Panduan Flexible Working, menjelaskan bahwa program tersebut menjadi proses bisnis baru dalam lingkungan kerja untuk menghadapi new normal. Secara umum,
2 Flexible Working Arrangement (FWA) merupakan konsep yang mengatur kerja karyawan secara fleksibel dengan mengubah pola bekerja, memberikan kebebasan bagi karyawan dalam memilih waktu bekerja. Pengaturan tersebut meliputi, fleksibilitas penjadwalan jam kerja (flexy time), fleksibilitas jumlah jam kerja (shifting and job sharing), dan fleksibilitas tempat kerja (Georgetown University Law Center, 2006).
Sistem FWA juga diterapkan oleh PT Telkom Indonesia Tbk setelah adanya pandemi Covid-19 dalam menjalankan sistem kerja secara WFO dan WFH. PT Telkom Indonesia Tbk merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa layanan teknologi dan komunikasi dan jaringan telekomunikasi di Indonesia yang didirikan pada tanggal 06 Juli 1965, pemisahan dari PN Pos dan Telekomunikasi. PT Telkom Indonesia adalah perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia dengan jumlah pelanggan mencapai 169.2 juta orang per semester I tahun 2021. Memiliki lebih dari 28.000 menara telekomunikasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Tidak hanya itu, Telkom juga melakukan pembangunan data center, baik dari peningkatan solusi layanan komputasi awan, big data, IoT, cyber security, dan produk transaksi keuangan (payment). Pada kasus Telkom Indonesia, karyawan diberikan wewenang untuk memilih kapan mereka akan bekerja secara WFO di suatu aplikasi khusus karyawan Telkom Indonesia.
Setiap akhir minggu, tepatnya di hari Jumat, para karyawan dapat melakukan update di aplikasi yang bernama “Diarium” untuk mengisi berapa kali mereka akan melaksanakan WFO di minggu berikutnya. Menurut Mega Aulia Silviadara selaku staf dari Human Capital Management unit Learning, Flexible Working Arrangement (FWA) mulai dicanangkan di Telkom Indonesia sejak 2018, yang disimulasikan di beberapa kota. Dari simulasi yang dilakukan terlihat dari produktivitas karyawan meningkat dan dana yang dikeluarkan juga lebih minimal.
Program tersebut sempat ditunda, namun sejak pandemi program tersebut kembali diterapkan di seluruh lingkungan Telkom.
Pemanfaatan teknologi komunikasi menjadi sarana komunikasi yang digunakan oleh karyawan untuk mempermudah proses komunikasi antara atasan dengan karyawan, sesama karyawan, maupun karyawan dengan atasan di suatu
3 perusahaan yang menerapkan sistem kerja FWA. Hal ini dapat menjadi sebuah keuntungan dan juga kerugian, diperlukan perusahaan yang kompeten dalam mengelola teknologi komunikasi untuk diterapkan pada karyawannya. Jika perusahaan tidak kompeten maka pemanfaatan teknologi komunikasi ini tidak akan maksimal, sehingga timbul masalah – masalah yang mungkin terjadi pada sesama karyawan, karyawan dengan manajemen, maupun sebaliknya. Tak dapat dipungkiri bahwa banyak perusahaan yang gulung tikar semenjak adanya Covid-19 di awal tahun 2020, dikarenakan kondisi ekonomi yang melonjak turun sehingga menyebabkan kerugian jika perusahaan tidak dapat bertindak cepat menangani krisis tersebut. Dikutip dari CNN Indonesia, setidaknya ada enam ritel yang gulung tikar akibat pandemi, yaitu Giant, Golden Truly, Centro, Matahari, dan Gramedia.
Berbeda halnya dengan PT Telkom Indonesia, meski tengah masa pandemi Covid- 19, PT Telkom mencatat kinerja baik dengan pertumbuhan yang positif sepanjang tahun 2020. Kinerja tersebut antara lain, Telkom berhasil membukukan pendapatan konsolidasi yang lebih besar 0,7% dibandingkan dengan tahun 2019 dan berhasil mencatatkan laba bersih sebesar 20,80 triliun yang naik 11.5%. Selain itu, pada 18 lOktober l2021, Telkoml Indonesia masukl ke ldalam jajaranl Forbes 2021l
“World’s lBest lEmployer” sebagai lsatu-satunyal perusahaanl ldari lIndonesia.
Telkoml juga meraihl penghargaan bergengsil “Thel Best lCompany tol Work Forl in lAsia l2021” daril HR lAward, setelahl sebelumnya lmendapatkan penghargaanl yang samal pada tahunl 2017, 2018, danl 2019.
Pencapaian - pencapaian tersebutl tentu tidak lepas dari para karyawan yang menjadi tombak utama suatu perusahaan. Terciptanya kerja sama danl komunikasil yangl baik antaral manajemen denganl karyawan akanl memberikanl hasil yang maksimal pada perusahaan, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Perubahan sistem kerja akibat dari pandemi Covid-19 tidak menyurutkan semangat karyawan Telkom untuk terus memberikan yang terbaik bagi perusahaannya. Perasaaan saling menghormati dan menghargai yang terjalin antar karyawan maupun manajemen memberikan rasa aman dan nyaman. Selain itu, fasilitas yang diberikan perusahaan agar dapat menunjang kinerja dari para karyawannya menjadi hal penting untuk meningkatkan semangat bagi karyawannya. Telkom Indonesia memberikan media teknologi untuk mendukung komunikasi internal di perusahaan tersebut yang
4 sangat membantu karyawannya untuk bekerja, seperti aplikasi U Meet Me (aplikasi buatan PT Telkom dalam video conference), layanan shared service yang hanya bisa diakses oleh karyawan internal Telkom, dan masih banyak lagi. Pemberian fasilitas media komunikasi internal ini memudahkan pekerjaan juga dapat memelihara kerahasiaan data yang ada di dalam perusahaan. Pemberian intruksi dan informasi secara daring maupun tatap muka diperlukan untuk memaksimalkan kejelasan dalam proses kerja. Dengan adanyal pemanfaatanl teknologil dalaml proses komunikasil ini memberikanl kemudahan bagil lperusahaan untuk memantau karyawannya dan bagi karyawan pun merasa dimudahkan di era new normal itu sendiri.
Menurut Mega selaku staf di Human Capital Management, bahwa penggunaan tools yang diberikan perusahaan itu sangat membantu komunikasi internal bagi karyawannya, adanya ketentuan perusahaan sangat jelas, meskipun online selalu bisa dilakukan cek posisi, ada dirumah atau tidak, sehingga terjalin trust dari atasan ke bawahan. Kemudian juga dapat melihat aktivitas masing-masing, baik karyawan maupun atasan. Salah satu tools nya bernama Diarium, aplikasi untuk absen, lapor posisi, tulis keseharian, kesehatan karyawan, mengatur jadwal FWA, masuk nota dinas, dan lain-lainnya. Komunikasi internal yang terjadi di PT Telkom Indonesia Tbk sendiri, selain dibantu dengan penggunaan tools dalam proses komunikasi yang terjadi di internal, perusahaan juga sangat memperhatikan kondisi psikologis dari karyawannya.
“Perusahaan sangat concern dengan kesehatan mental karyawannya sampai dibuatkan satu platform yang bisa digunakan saat kita mendapat terlalu banyak tekanan dari atasan, terlalu banyak kerjaan, dan kita sampai overwhelmed, mereka sudah sediakan platform untuk discuss dengan psikolog Telkomnya langsung. Kalau misal ada miscomm nih dari tugas gitu, atasannya secara ramah akan menjelaskan lebih lanjut dan tidak sulit untuk misalnya kita discuss mengenai tugas yang diberikan.” (Wawancara dengan Mega Aulia Silviadara, staf Human Capital Management)
Perusahaan yang memberikan fasilitas yang baik untuk menunjang kebutuhan fisik dan mentalnya akan memberikan rasa nyaman dan kepuasan dari para
5 karyawannya. Mereka akan merasa bahwa perusahaan tidak hanya ingin karyawan bekerja secara maksimal tanpa adanya perhatian khusus yang diberikan perusahaan sebagai penunjang dalam pekerjaan yang dijalani. Tekanan yang terjadi saat bekerja dapat memberikan pengaruh bagi kinerja karyawan dalam bekerja. Bagaimana perusahaan dapat menangani hal tersebut dan sukses melaksanakannya akan menimbulkan rasa memiliki bagi karyawannya, sehingga mereka akan merasa bertanggung jawab juga memberikan yang terbaik bagi perusahaan. Hal seperti ini, tentu akan memberikan keuntungan bagi perusahaan tersebut. Dari penjelasan diatas serta pencapaian - pencapain yang telah diterima oleh PT Telkom Indonesia yang dapat mengatasi krisis akibat pandemi menjadi keuntungan bagi perusahaan, tidak lepas dari kontribusi dan partisipasi para karyawannya. Fenomenal ini membuatl peneliti tertarikl untuk lmelakukan penelitianl mengenail komunikasi internal seperti apa yang diterapkan PT Telkom Indonesia Tbk dalam menjalankan Flexible Working Arrangement. Penelitian ini berjudul “Implementasi Komunikasi Internal Perusahaan Dalam Menjalankan Flexible Working Arrangements (FWA) - Studi Kasus Strategi Komunikasi Internal Pada PT Telkom Indonesia”
1.2.Fokus Penelitian (batasan masalah)
Peneliti membatasi penelitian ini pada implementasi komunikasi internal dalam menjalankan Flexible Working Arrangement di PT Telkom Indonesia Tbk.
1.3. Identifikasi Masalah (rumusan masalah)
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang diangkat peneliti dalam penelitian ini adalah,
1. Bagaimana komunikasi internal yang terjadi di PT Telkom Indonesia Tbk?
2. Bagaimana komunikasi internal yang terjalin di PT Telkom Indonesia Tbk mendukung Flexible Working Arrangement?
3. Bagaimana penerapan Flexible Working Arrangement serta kelebihan dan kekurangannya pada karyawan di PT Telkom Indonesia Tbk?
6 1.4.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komunikasi internal yang terjadi di PT Telkom Indonesia Tbk, megetahui faktor penyebab dari manajemen perusahaan yang membuat karyawan tetap produktif saat FWA, dan yang terakhir untuk mengetahui implementasi komunikasi internal yang digunakan PT Telkom Indonesia dalam menjalankan Flexible Working Arrangement.
1.5. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoretis (akademis)
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dan pengembangan pengetahuan mengenai komunikasi internal, serta mampu menjadi referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
b. Kegunaan Praktis (guna laksana)
Untuk menjadi sumbangan pemikiran yang diharapkan dapat berguna dalam mencapai tujuan organisasi dan menjadi bahan pertimbangan mengenai pentingnya strategi komunikasi internal dalam mencapai tujuan organisasi.
1.6. Waktu dan Periode Penelitian
Aktivitas 2021 2022
September- Oktober
11 November Desember Januari Februari
Mencari Topik Penelitian dan Fenomena Wawancara Pra- Riset (Zoom)
7 Penyusunan Desk
Evaluation (DE)
Daftar DE
Pengambilan Data
Tabel 1.1 Waktu dan Periode Penelitian
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rangkuman Teori
2.1.1. Komunikasi Organisasi
Komunikasil dalam beroganisasi membantu kelancaran untuk mencapai tujuan perusahaan. Komunikasi yang efektif menjadi hal yang penting bagi sebuah perusahaan. Dil antara kedual belah lpihak, yaitu karyawan danl pimpinan harusl adal
ltwo-way-communication ataul komunikasil dua larah, adanyal kerja samal yang diharapkanl untukl mencapai ltujuan, baikl lpribadi, maupunl lkelompok, dalam mencapail tujuanl organisasi. Menurutl lJ.R. Schermerhore dalaml Tikal (2008), organisasil adalahl sekumpulan orangl yang bekerjal sama untukl mencapai ltujuan
lbersama. Menurutl Redding dan Sanborn (2009), komunikasil organisasi ladalah mengiriml dan menerimal informasi dalaml suatu organisasil yang lkompleks.
Mencakupl komunikasi linternal, hubunganllmanusia, hubunganl serikat lmanajemen, komunikasil downward ataul komunikasi atasanl kepada lbawahan, komunikasil upward ataul komunikasi bawahanl ke latasan, komunikasil horizontall ataul level yangl sama dalaml suatu organisasil dalaml suatu lorganisasi, danl evaluasi lprogram, yangl mencakup keterampilanl komunikasil dan lberbicara, lmendengarkan, lmenulis, danl komunikasil antara lorang-orang.
Menurutl R. Wayne Pace (1998), komunikasil organisasi ladalah implementasi danl interpretasi pesanl antar unitl komunikasi yangl merupakan bagianl dari suatul perusahaan. Sebuah organisasil terdiri daril beberapa lunit komunikasil
9 yang secara hierarkisl terkait satul sama lain dan berfungsi dalam satu lingkungan.
Gambar 1.1. Sistem Komunikasi Organisasi (Pace dan Faules, 2010)
Pada gambarl diatasl melukiskan konsepl suatu sisteml komunikasi
lorganisasi. garisl putus-putusll yang menghubungkan tiap unit bagian melukiskan gagasanl bahwa hubunganl terjalinl secara lalami, hubunganl itu jugal menunjukkan bahwal struktur suatul organisasi bersifatl luwes danl dapat berubahl sebagai lrespons terhadapl kekuatan-kekuatanl lingkungan internall dan leksternal. lStruktur organisasil lingkungan linternal, sepertil komunikasi lvertikal, komunikasil lhorizontal, danl komunikasi ldiagonal.
Ada dua dimensi dalam komunikasi organisasi, yaitu komunikasi eksternal dan internal. Pada penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan pada lkomunikasi internall yangl terjalin dalaml suatu lorganisasi.
2.1.2. Komunikasi Internal
Komunikasil linternal, Brennanl dalam Supraptol (l2011) adalahl pertukaran idel antara manajerl dan karyawanl dari sebuahl perusahaanl atau linstansi, membawal realisasi perusahaanl atau jasal dengan strukturnyal yang lkhas (organisasil), danl pertukaran gagasanl secara horizontall dan lvertikal. Komunikasil internall selalu membutuhkanl informasi berdasarkanl kebutuhanl (tidakl terlalu lbanyak) danl integritas informasil yang dibutuhkanl pegawail tentang ltugasnya. Olehl karena litu, komunikasil timbal balikl antara atasanl dan karyawanl menjadi pentingl (Putranto
10 2012). Andjanil dan Priantil (2010) melihatl komunikasi internall sebagail solusi daril permasalahanl internal lperusahaan, dimanal lkomunikasi internall dimulai denganl meningkatkan hubunganl karyawan denganl atasan ldan lsebaliknya, danl hubungan denganl rekan kerjal dikatakanl akan lmeningkat. Argentil (2013l) menyatakanl bahwa suatul organisasi membutuhkanl komunikasi internall antaral atasan danl bawahannya untukl menjaga hubunganl terbuka satul sama llain mengenail pekerjaan lmereka. Daril
lsini, kital dapat menyimpulkanl bahwa komunikasil internal sangatl penting untuk kelangsungan hidup perusahaan di masa depan. Komunikasi internal tidak hanya menjadi solusi untuk bertukar informasi tentang bisnis, tetapi juga untuk memecahkanl masalahl yangl terjadi dillperusahaan.
2.1.3. Saluran Komunikasi dalam Organisasi
Saluranl komunikasil memegang peranan pentingl dalaml menghasilkan komunikasil yang lbaik. Denganl mengetahui danl mempelajari arahl gerak ldasar yangl terjadi dalaml pembentukanl saluran lkomunikasi, kital dapat lmemperoleh pemahamanl yang llebih baikl mengenail komunikasi lorganisasi. Adal dua lsaluran komunikasil dalam lorganisasi, yaitul komunikasi formall danl komunikasi linformal.
2.1.3.1. Komunikasi Formal
Komunikasil yang terjadil pada tingkat yangl berbeda antaral satu lkaryawan denganl karyawan llainnya menurut strukturl organisasi yangl disetujui oleh manajemenl senior disebutl komunikasi lformal. Strukturl organisasi inil adalah sisteml yang menyimpanl maknal atau maksudl dari bagaimanal umpan balik mengenai alur kerja, instruksi, dan pelaksanaan kerja dikomunikasikan dari manajer organisasi tingkat yang lebih tinggi kepada karyawannya. Komunikasi formal memiliki tiga tipe dasar saluran lkomunikasi, yaitul komunikasi lvertikal, horizontal, ataul horizontall dan ldiagonal.
a. Komunikasi Vertikal
Komunikasil vertikall dapat berupa komunikasil yangl terjadi dari pimpinan ke bawahan, maupun dari bawahanl kel pimpinan. Komunikasil inil berjalan ldari
11 hierarkil otoritas yang lebih rendahl ke hierarkil atas. Bentukl komunikasil ke lbawah yangl paling umuml adalah metodel verball (lrapat, ldiskusi, lseminar, lkonferensi,
lwawancara, lteleponl, interkom, lkontak lpribadi, ldan ceramahl), metodel ltertulis (surat, lcatatan, ltelegram, lmajalah, suratl lkabar, deskripsil lpekerjaan, llaporan
ltertulis, danl pedoman lkebijaksanaan), danl terakhir formatl gambarl (lgrafik, lposter,
lpeta, lfilm, slidelldisplay,danl fotol).
b. Komunikasi Horizontal
Komunikasil horizontall dilakukanl antara sesamal karyawan danl staf llainnya yang padal umumnya bersifatl pemberian informasil yang berhubunganl dengan pelaksanaanl kebijakan pimpinanl sehingga tidakl mengandungl unsur lperintah.
c. Komunikasi Diagonal
Komunikasil diagonal menurutl Effendyl (l2001), disebutl dengan komunikasil silang (lcross communicationl) merupakan komunikasil yang terjadi lantara lpimpinan departemen denganl karyawanl departemen l lain. Komunikasil ini berlangsungl pada karyawan padal tingkat kedudukanl yang berbedal pada tugasl dan fungsinya, tidakl mempunyail wewenang llangsung terhadap lpihak llain.
2.1.3.2. Komunikasi Informal
Komunikasil informal adalahl komunikasil antar pegawai suatul organisasil yang tidakl direncanakan danl ditetapkan dalaml struktur lorganisasi. Intensitas dari komunikasil informall ini rutin danl kontinyu, artinya komunikasil yang lterjadi dalaml suatu lorganisasi secara tidakl sengaja danl dilakukan secara berkelanjutan tanpa memandang hierarkis akan membentuk sebuah kelompok informal. Menurut Masmuh (2013), komunikasil informal terjadil pada karyawanl secara bebasl dan tidakl terkekang denganl statusl jabatan lmereka. Komunikasi yang berlangsung mengikuti pola struktur organisasi yang independen, tetapi saluranl komunikasi lini pentingl karena menyebarl ke seluruhl bagian lorganisasi, terlepasl dari lstruktur komunikasil lformal. Fungsil dari komunikasil informal adalahl untuk lmemelihara hubunganl sosial danl penyebaran informasil yangl bersifat lpribadi, lrumor, dan lgosip.
Model komunikasi informal disebut “grapevine” yang merupakan penerimaan
12 pesan yang bukan dari sumber aslinya dan hanya berupa rumor, kata orang, dan kabar burung. Ini dianggap berbahaya bagi organisasi karena menyampaikan informasi yang tidak sesuai dan tidak sepenuhnya terdistorsi. Namun, hal ini mampu memenuhi kebutuhan komunikasi dari para karyawan suatu perusahaan.
Model ini juga dianggapl lebih lcepat, llebih lakurat, danl lebih efektifl dalaml mengkomunikasikan linformasi. Ada cara untuk mengendalikan grapevine ini dalam mengurangi jumlah rumor yangl berpindah daril satu orangl ke lorang llain, yaitu menurut Hershey:
“Buatlah informasil tetap lterbuka, memberikan faktal positif danl kredibel mengenai masalah yang muncul, membangung kepercayaan terhadapl kredibilitas lsumber lmanajemen. Prosesl komunikasil tidak lsempurna, sehingga manajer perusahaan perlu menganalisis rumor, memahami, dan mengambill langkah lpositif untukl mencegah lterjadinya.”
Komunikasils internal yang baik mengharuskan bawahan bekerja dengan atasannya untuk berbagi ide, masalah, dan pendapat. Selain mengenai pekerjaan, komunikasi internal juga diperlukan untuk menjalin hubungan sosial diantara karyawannya. Akibatnya, sebagianl besar karyawanl saat inil perlu lberpartisipasi dalaml dialog tempatl kerja yangl mendorong perubahanl baik dil lingkungan lkerja
lmaupun lorganisasi. Engagementl dianggap pentingl untuk menjagal keterlibatan karyawanl di semual level organisasil tanpa lmemprioritaskan ltugas. Selainl itu, partisipasil dapat mempereratl kohesi antaral karyawan denganl atasannya.
Mengingatl perkembangan lini, komunikasil harus menjadil proses dual arah lyang menghasilkanl umpan balikl sehingga manajerl dapat mendengarkanl dan lbertindak berdasarkanl pendapat lkaryawan.
13 2.1.4. Media Komunikasi Organisasi
Medial komunikasil khususnya dalaml organisasil sangat penting peranannya dalam membentuk komunikasi yang baik. Medial komunikasil adalah alatl yang digunakanl oleh komunikatorl untuk menyebarkanl dan lmenyampaikan pesanl dengan tujuanl untuk mencapail respon timball balik ataul hubungan timball balikl (komunikasil dua larah). Ada dua medial komunikasi yang ada, antara lain:
a. Media Komunikasi Tertulis
Medial tertulis digunakanl oleh atasan untuk berkomunikasil secara lresmi denganl bawahannya. Medial tertulisl dapat berupa llaporan, lmemo, papanl
lpengumuman, majalah perusahaan, dan lainnya. Saat ini, perkembangan teknologi membuat versi yang lebih mudah untuk diakses dan digunakan, seperti email, memo dalam smartphone, majalah elektronik, laporan elektronik, dan lainnya.
Keuntunganl daril media ltertulis, yaitu:
1. Pesanl tertulis memudahkanl karyawan luntuk lmengingat.
2. Pesanl yang diterimal dapat diserapl dan dipelajaril lebih llama dibandingkanl denganl media llisan yangl bersifat spontanl dan mudahl hilangl atau lupa.
3. Pesan tertulis dapat menjadi bukti dokumentasi yang dapat digunakan, menjadi referensi, dan dapat bermanfaat dikemudian hari.
4. Pesan dapat diakses kapanpun dan dimanapun.
5. Pesan elektronik lebih mudah untuk diarsipkan dan mudah untuk ditemukan.
b. Media Komunikasi Lisan
Media lisan dapat dilakukan dengan menyampaikan pesan secara langsung dari individu atau dalam hubungan interpersonal. Teknologi media komunikasi yang semakin canggih, seperti media komunikasi terkini seperti telepon, smartphone, komputer dan laptop, semakin memudahkan dalam berkirim pesan
14 secara lisan. Penggunaan teknologi media komunikasi saat ini membuat seluruh masyarakat dan pekerja dapat menyampaikan pesan mengenai pekerjaan dengan pemanfaatan aplikasi-aplikasi yang diberikan perusahaan ataupun digunakan secara individu, seperti Zoom Meeting atau yang sejenis (video conference). Line, WhatsApp, Telegram ataupun yang sejenis (chatting dan instant messaging). Juga aplikasi yang dimiliki suatu perusahaan yang diberikan khusus kepada karyawannya untuk mempermudah komunikasi yang terjalin. Keuntungan dari media lisan, yaitu:
1. Pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikator dalam nada, intonasi dan warna suara dapat diperjelas. Ini termasuk gerak tubuh dan ekspresi wajah yang ditampilkan.
2. Pesanl ditanggapi secaral langsungl berupa lpertanyaan, jawaban, ldan penjelasan sehingga meminimalisir kesalahpahaman.
3. Pesan diterima dan dapat direspon dengan cepat dan jelas.
4. Pesan yang disampaikan dalam suatu rapat online dapat menjangkau lebih banyak audiens dan dapat menangkap informasi yang sama pada waktu yang bersamaan.
5. Jangkauan pesan tersampaikan lebih luas, kapanpun, dan dimanapun selagi individu tersebut terhubung dengan internet ataupun smartphone ada didekatnya.
2.1.5. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Menurut Sendjaja (1994), fungsi komunikasi dalam suatu organisasi adalah:
a. Fungsil lInformatif, organisasil dipandang sebagail sistem lpemrosesan
linformasi. Semual anggota organisasil untuk mendapatkanl informasi lyang
llebih lbanyak, llebih lbaik, danl lebih lmutakhir. Informasil ini memungkinkanl semua anggotal organisasi untukl bekerja ldengan laman. Dalaml tatanan
lmanajemen, merekal memerlukan informasil untuk membuatl kebijakan perusahaanl guna menyelesaikanl konflik yangl terjadi ldalam lorganisasi.
lKaryawan, dil sisi llain, membutuhkanl informasi luntuk lmenyelesaikan
15
lpekerjaan. Selainllitu, informasil seperti lkeamanan, asuransillsosial, asuransil
lkesehatan, danl izin lliburan pentingl bagi lkaryawan.
b. Fungsil lRegulatif, berkaitanl denganl peraturan-peraturanl yang lberlaku dalaml suatu lorganisasi. Ada dual hal yangl mempengaruhi lfungsi lregulatif, yaitul berkaitan denganl orang-orangl yang beradal dalaml tatanan manajemenl dan berkaitanl dengan lpesan. Untuk pengaturan administratif, seseorang yang berwenang untuk mengontrol semua informasi yang dikirim, seperti perintah dan instruksi untuk menjalankan perintah. Dalam hal berita, berita peraturan berorientasi pada pekerjaan. Namun, bawahanl membutuhkanl kepastian peraturanl tentang apal yang bisal dan tidakl bisal mereka llakukan c. Fungsil lPersuasif, dalaml mengatur lorganisasi, lkekuasaan, ataul otoritas
tidakl selalu memberikanl hasill yang ldiharapkan. Oleh karena itu, banyakl eksekutif lebihl memilih untukl membujuk seorang karyawan atau bawahannya daripada mengeluarkan perintah. Pekerjaanl yang ldilakukan karyawanl secara sukarelal dianggap menjadi perhatianl yang llebih lbesar daripadal manajer, yangl seringl menggunakan kekuatan mereka.
d. Fungsil lIntegratif, setiapl organisasi berusahal untuk selalul menyediakan saluranl yang memungkinkanl karyawan dapatl melaksanakan tugasnyal dan pekerjaannyal dengan lbaik. Adal dua jenisl saluran komunikasil yang memungkinkanl hal lini: a) Saluranl komunikasi formall seperti lpublikasi khususl (papanl lbuletin, lbuletin) dalaml organisasi danl laporan lkemajuan
lorganisasi. b) Saluranl komunikasi linformal, sepertil percakapan antarpribadil yang disponsoril perusahaanl selama listirahat, kompetisil
lolahraga, ataul kegiatan lrekreasi. Pelaksanaanl kegiatan inil mendorong keinginan lebih banyak karyawan untuk berpartisipasi dalam organisasi.
2.1.6. Model Flexible Working Arrangements
Flexible Working Arrangement (FWA) adalah model kerja yang memberikan jam kerja fleksibel. Karyawan perusahaan yang menerapkan FWA dapat mengatur jam kerja dari awal sampai akhir sefleksibel mungkin untuk
16 memenuhi jam kerja yang tetap. Kondisi lingkungan di tempat kerja berperan penting dalam lkenyamanan, lketenangan, danl keamananl tempat lkerja.
Menciptakan lingkungan kerjal yang nyamanl memungkinkan karyawanl terbebas dari kemungkinan hambatan, seperti kebisingan, kurangnya penerangan, polusi, dan penyakit mental, seperti privasi karyawan (Hook dan Higgs, 2000).
Konsep dari FWA sendiri muncul pada tahun 1960-an yang menarik perhatian warga Jerman. Pertama kali dicetuskan oleh Christel Kraemerer seorang ekonom dari Jerman, yang menggunakan konsep waktu kerja yang fleksibel untuk mempekerjakan ibu rumah tangga dalam mengantisipasi kekurangan tenaga kerja di Jerman. Tidak perlu pengaturan yang ketat mengenai jumlah situasi kerja, kapan pekerjaan dimulai dan berakhir, dan diasumsikan sesuai dengan sistem kerja yang fleksibel. Konsep ini kemudian dimodifikasi dan dikembangkan oleh negara-negara di Eropa, lalu di uji coba di wilayah Amerika Serikat pada tahun 1972. Kini, konsep FWA terus berkembang dan menjalar ke seluruh sektor (Rubin, 1979).
Konsep ini memungkinkan karyawan untuk mengatur jam kerja yang fleksibel denganl tanggungl jawab lpribadi. Berapal llama, kapan danl dimana karyawan lbekerja. Konsepl fleksibilitas memilikil artil yang berbedal dari lmasing- masingl perusahaanl dan lkaryawan. Menurut Wright dan Nishii (2007) penerapan jam kerja fleksibel mampu memberikan alokasi yang lebih luas bagi kebutuhan personal kerja. Manfaat yang didapatkan dalam menerapkan flexible working arrangement, yaitu meningkatkan kepuasan dan motivasi karyawan, meningkatan tingkat retensi dan manfaat rekrutmen, meningkatan produktivitas karyawan, mengurangi turnover tenaga kerja, meningkatan reputasi, dan mengurangi absensi karyawan (Williams, 2005).
2.1.6.1. Definisi Flexible Working Arrangements (FWA)
Dalam Handbook yang berjudul Flexible Working Handbook Version 1.0 mendefinisikan bahwa, FWA merupakan modifikasi suatu sistem kerja, hasil dari perkembangan teknologi khususnya di bidang komunikasi yang memungkinkan karyawan dapat bebas bekerja pada waktu, durasi, dan lokasi bekerja secara fleksibel. Menurut Gordon (2015), FWA didefinisikan sebagai memberikan
17 karyawan pilihan mengenai waktu, durasi, dan lokasi melakukan aktivitas. FWA merupakan suatu sistem yang menawarkan kebebasan pada karyawan dalam pemilihan waktu dan tempat bekerja untuk meningkatkan kualitas kerja karyawan (Kelliher dan Anderson, 2008). Kemudian, Richard S. Rubin (1979), berpendapat bahwa FWA merupakan peraturan jam kerja yang memungkinkanl pekerja luntuk memilihl kapan harus memulail danl mengakhiri jam sibuk loleh lperusahaan.
Berdasarkanl pengertian dil atas dapatl disimpulkan bahwal FWA memberikanl lebih banyakl kebebasan kepadal karyawan dalaml mengatur jaml kerjal yang merekal inginkanl diluar waktu yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Bekerja dalam konsep FWA memungkinkan individu untuk mengaturl kehidupanl lsehari- haril denganl lebih baikl dan mengurangil konflikl yang mungkin terjadi.
2.1.6.2. Aspek-Aspek Flexible Working Arrangement
Berikut aspek-aspek fleksibilitas yang dikemukakan oleh Selby dan Wilson (2001) yang ditinjau dari berbagai macam setting, yaitu:
a. Tempat kerja (flexible location/teleworking), perusahaan memberikan kebebasan pada karyawan dalam memilih lokasi kerja, baik itu di dalam kantor maupun luar kantor. Karyawan yang bekerja dari rumah, sedang dalam perjalanan, dll tetap dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan perusahaan yang mendukung hal tersebut. Dengan cara menggunakan telekomunikasi khusus baik itu berkolaborasi dengan perusahaan atau klien dalam membuat sistem internal maupun perusahaan yang membuat jaringan tersendiri berikut dengan sistem yang dibuat khusus dan hanya dapat diakses oleh karyawan perusahaan tersebut.
b. Waktu (flexible time), perusahaan memberikan kebebasan kepada karyawan untuk memilih waktu yang efektif dalam melakukan pekerjaannya diluar jam kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan dengan persetujuan perusahaan.
18 2.1.6.3. Jenis-Jenis Flexible Working Arrangement
Jenis FWA dibagi menjadi dua macam menurut Kelliher dan Anderson (2008), yaitu:
a. Formal Flexible Working, merujuk pada aturan tertulis yang telah dibuat oleh suatu perusahaan dalam mengeluarkan peraturan sistem kerja fleksibel secara resmi.
b. Informal Flexible Working, merujuk pada pengadaan sistem kerja fleksibel melalui proses yang tidak resmi, seperti diskusi ataupun negosiasi antara karyawan dan manajer.
2.1.6.4. Manfaat Flexible Working Arrangement
Menurut Selby dan Wilson (2001), manfaat yang dapat dicapai melalu jam kerja fleksibel adalah:
a. Keuntungan pertama bagi karyawan adalah dapat meningkatkan produktivitas, kepuasan kerja, mengurangi kecurangan karyawan, dan moral. Kedua, dapat menghindari hilangnya waktu-waktu sibuk, seperti stress akibat kemacetan lalu lintas, meningkatkan motivasi kerja dalam suasana yang nyaman, dan berpengaruh terhadap peningkatan kesehatan karyawan. Ketiga, dapat berdampak positif pada lingkungan kerja, mengurangil rasa persainganl antar karyawanl dan menghindaril konflikl di
lkantor.
b. Bagi perusahaan, yang pertama menghemat biaya tenaga kerja perusahaan dan penggunaan ruang dan bangunan. Kedua, manajer tidak hanya bisa memantau keberadaan karyawan di kantor, tetapi juga lebih fokus pada hasil dan kualitas pekerjaannya. Ketiga, karyawan dapat lebih fokus pada pekerjaannya, meningkatkan kualitas karyawan dan meningkatkan produktivitas karyawan. Dan keempat, meningkatkan motivasi karena dengan bebas memutuskan cara bekerja yang sesuai kepribadian karyawan.
19 2.1.6.5. Kekurangan Pengaturan Flexible Working Arrangement
Kekurangan dari FWA oleh Selby dan Wilson (2001), yakni:
a. Di sisi karyawan, pertama, sulitnya koordinasi antara rekan kerja dan manajer (kurangnya koordinasi saat menetapkan target waktu untuk bekerja dengan manajer). Kedua, FWA ditujukan untuk orang-orang yang disiplin, fokus pada hasil, memiliki keterampilan manajemen waktu yang baik, dan menyukai tantangan pekerjaan untuk mendapatkan kepercayaan dari manajemen. Dan ketiga, batasan pengembangan karir.
b. Dari sisi tempat kerja, FWA yang diberlakukan membutuhkan fasilitas pendukung tertentu, seperti komunikasi yang baik antara kantor pusat dan lingkungan kerja. Selain itu, perlu untuk mengamankan llingkungan lkerja yangl nyaman lbagi lkaryawan, seperti tempatl kerja yangl tenang.
c. Dari sisi perusahaan, perusahaan kehilangan kepercayaan pimpinan dalam kemajuan karyawan dalam menerapkan FWA dan membutuhkan eksekutif yang dapat mengawasi pekerjaan jarak jauh, terutama dalam sistem telework.
d. Daril sisi tugasl atau lpekerjaan, tidakl semual tugas atau pekerjaanl berlaku untuk FWA. Misalnya, pekerjaan jarak jauh tidak berlaku untuk semua pekerjaan yang melibatkan pemantauan manajer dan karyawan.
2.2.Penelitian Terdahulu
Penelitianl terdahulu merupakanl salah satul referensi yangl digunakan lpeneliti dalaml penelitianl ini. Hal ini diperlukan agar penelitian yang dikerjakan mendapat kebaruan yang pada dasarnya komunikasi merupakan suatu fenomena yang terus mengalami perubahan. Penelitian terdahulu sebagai salah satu pendukung dari penelitian ini dimana memiliki pembahasan serta tinjauan yang kurang lebih hampir sama. Selain itu juga, penelitian terdahulu akan membantu memberikan gambaran awal yang membahas isu-isu dalam penelitian ini. Setelah meninjau
20 literature dan meninjau studi sebelumnya, beberapa studi tentang komunikasi internal dan pengaturan kerja fleksibel (FWA) ditemukan, antara lain:
1. Skripsi berjudul “Strategill Komunikasi Dalaml Menginternalisasi lNilai Budayal 3ES PTl Telkom Witell Yogyal Kepada lKaryawan,” ditelitil oleh Felicial Yural Maharani lRiyanti, tahun 2020.
2. Tesis berjudul “Flexible Working Arrangement dan Pengaruhnya terhadap Work-Life Balance Pada Driver Layanan Jasa Transportasi Online di Kota Yogyakarta,” diteliti oleh Hendrik Pandiangan, tahun 2018.
3.
Jurnal berjudul “Strategil Komunikasi Internall Karyawan lPerusahaan dalaml Menjaga Hubunganl antar Generasil Tual dan Mudal (Studil Deskriptifl Strategi Komunikasil Internal Karyawanl PT Petrokimial Gresik dalaml Menjaga Hubunganl Antar Generasil Tua danl Muda yangl Memiliki lGap),”diteliti olehl Yasminl Ambar lPratiwi, tahun 2018.
4. Jurnal berjudul “Implementasil Komunikasi Internall Untuk lMembangun Budayal Organisasil (Studil Kasus padal Perusahaan Propertil Sinar Mas Land),” diteliti oleh Joshua Bastiano, tahun 2016.
5. Jurnal berjudul “Planning Internal Communication Profile for Organizational Effectiveness,” diteliti oleh Apoorva Bharadwaj, tahun 2014.
6. Jurnal berjudul “On-sitel and Hybridl Workplace Culturel of Positivityl and
lEffectiveness: Casel Studyl from lAustria,” diteliti oleh MichalllBeno, tahun 2021
7. Jurnal berjudul “Thel Impact ofl Flexible Workingl Arrangements onllWork- lifel Conflict andl Work Pressurel in lIreland,” diteliti oleh Helenl lRussell,
lPhilip lJ. lO’Connell, dan FrancesllMcGinnity, tahun 2009.
8. Jurnal berjudul “Employeel satisfaction andl use ofl flexible lworking
larrangements,” diteliti oleh Daniel Wheatley, tahun 2016.
9. Jurnal berjudul “Managing flexible work arrangements: Teleworking and output controls,” diteliti oleh Bianca A.C. Groen, Sander P. van Triest, Michael Coers, dan Neeke Wtenweerde. Tahun 2018.
21 10. Jurnal berjudul “Flexible Working, Individual Performance, and Employee Attitudes: Comparing Formal and Informal Arrangements,” diteliti oleh Lilian M. De Menezes dan Clare Kelliher, tahun 2016.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama
Peneliti
Judul Penelitian Metodologi penelitian
Hasil Penelitian Perbedaan dan Persamaan
1.
Felicia Yura Maharani Riyanti, tahun 2020
Strategil Komunikasi dalaml
menginternalisasi nilail budaya l3ES dil PT lTelkom Witell Yogya
lkepada lkaryawan
Metode deskriptifl kualitatifl yang
lmengutamakan pengamatanl dan lkeadaan alamil pada
lsubjek
lpenelitian
Hasil dari penelitian tersebut adalah adanyal tahapan- tahapanl dalam penyusunanl strategi komunikasil di lWitel Yogyal yang ltidak dilakukanl secara
lutuh. Padal penelitianl tersebut ditemukanl bahwa Witell Yogya
ltidak melakukanl riset audiensl sebeluml menetapkanl target lsasaran.
lAkibatnya,
berpengaruhl pada pesanl yangl disampaikan lmenjadi kurang ltepat lsasaran.
Perbedaan dengan penelitian
sebelumnya adalah fokus penelitian sebelumnya terletak
pada proses
komunikasi nilai budaya 3ES di Witel Yogya, sedangkan penelitian sekarang berfokus pada budaya flexible working
arrangement yang sudah diterapkan PT Telkom Indonesia Tbk sejak terjadinya pandemi Covid-19.
Selain dari fokus pembahasan,
perbedaan terletakl padal subjek
lpenelitian, dimanal
22 penelitianl sebelumnyal
dilakukan di Witel Yogya sedangkan penelitian sekarang dilakukan di PT Telkom Indonesia Tbk (kantor pusat).
Adapun lpersamaan penelitianl sekarang denganl sebelumnyal adalah lsama-samal menelitil komunikasi organisasi danl menggunakan
metode studi kasus deskriptif.
2.
Hendrik Pandiangan, tahun 2018
Flexiblel Working
lArrangement ldan Pengaruhnyal terhadapl lWork- Lifel Balance lPada
lDriver Layananl Jasa lTransportasi Onlinel di lKota
lYogyakarta
Metode penelitian kombinasi dengan model sequential exploratory (secara
kualitatif dan kuantitatif).
Hasil dari penelitian tersebut adalah penerapanl jam lkerja yang fleksibell sangatl efektifl pengemudi dan mereka llebih produktifl danl lebih termotivasil dalam bekerjal karena mereka menikmati pekerjaannya dengan lebih nyaman.
Kerugiannya adalah jam kerja yang
Perbedaan dari penelitian
sebelumnya dengan sekarang adalah terletak dari metode penelitian yang dipakai, jika penelitian
sebelumnya menggunakan
metode penelitian kombinasi, penelitian sekarang
menggunakan
23 fleksibel cocok untuk
orang yang ldisiplin, berorientasil pada
lhasil, dan peluang untukl
pengembanganl profesional lsangat
lterbatas.
metode penelitian studi kasus sehingga pembahasannya lebih komprehensif dan terfokus.
Kemudian, perbedaan
berikutnya terletak
pada fokus
penelitian. Penelitian terdahulu fokus pada penerapan flexible working
arrangement dengan work-life balance, penelitian sekarang memiliki fokus di komunikasi internal dengan budaya flexible working arrangement.
Perbedaan
berikutnya, terletak
pada subjek
penelitian. Penelitian terdahulu
menggunakan subjek driver transportasi
online di
Yogyakarta,
sedangkan penelitian sekarang
24
menggunakan subjek karyawan di PT Telkom Indonesia Tbk. Persamaannya adalah sama-sama membahas flexible working
arrangement.
3.
Yasmin Ambar Pratiwi, tahun 2018
Strategi Komunikasi Internal Karyawan
Perusahaan dalam Menjaga
Hubungan antar Generasi Tua dan Muda (Studi Deskriptif Strategi Komunikasi Internal
Karyawan PT Petrokimia Gresik dalam Menjaga Hubungan Antar Generasi Tua dan
Muda yang
Memiliki Gap)
Metode studi kasus melalui wawancara mendalam, Focus Group Discussion (FGD), dan studi dokumen terkait dengan program terkait dan bentuk komunikasi horizontal secara
interpersonal.
Dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa strategi komunikasi yang dilakukan oleh PT Petrokimia Gresik telah melakukan strategi yang sesuai dengan tahapan yang ada, yaitu perumusan strategi (gap usia dan perubahan fungsi kerja menjadi fokus yang dirumuskan pada program outbound dan rekreasi keluarga).
Kemudian,
implementasi strategi (pelaksanaan
program outbound untuk meningkatkan
Perbedaan dari penelitian
sebelumnya dengan penelitian sekarang adalah penelitian terdahulu
menggunakan
pengambilan data
dengan FGD,
sedangkan penelitian sekarang
menggunakan
pengambilan data dengan informan kunci (key informan).
Perbedaan lainnya, penelitian terdahulu meneliti mengenai komunikasi internal dengan hubungan antar generasi.
Penelitian sekarang berfokus pada
25 soft skill dan rekreasi
keluarga), dan
evaluasi strategi (kedua program tersebut mendapat hasil yang positif).
Oleh karena itu, komunikasi
horizontal yang terjadi antar karyawan X (tua) dan Y (muda) berubah menjadi saling menunjang pekerjaan dan tidak egois.
Komunikasi
horizontal, x lebih menganggap y sebagai rekan kerja yang dipercaya, sedangkan y lebih menganggap x sebagai dukungan
-Adanya hubungan networking dan mentoring karena adanya rewards and
costs (x
membutuhkan
teknologi, y
komunikasi internal dengan flexible working
arrangement. Subjek penelitian sekarang juga berbeda dengan penelitian
sebelumnya.
Persamaannya
adalah sama-sama meneliti mengenai komunikasi internal dan menggunakan metode studi kasus.
26 membutuhkan
pengalaman)
Hambatan yang terjadi dalam komunikasi
horizontal adalah generasi x terhambat saluran media karena teknologi, generasi y terhambat karena dalam pembicaraan generasi x bertele- tele.
4.
Joshua Bastiano, tahun 2016
Implementasi Komunikasi Internal Untuk Membangun Budaya
Organisasi (Studi Kasus pada Perusahaan
Properti Sinar Mas Land)
Paradigma yang digunakan adalah post- positivistik.
Pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus
penelitian deskriptif.
Hasil penelitian tersebut adalah implementasi
komunikasi internal akan membantu terbentuknya budaya organisasi. Pada Sinar Mas Land sendiri, implementasi komunikasi internal telah berjalan dengan maksimal. Budaya yang terbentuk di perusahaan tersebut sudah berupa kekeluargaan dan etos kerja tercermin dari nilai-nilai yang
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah penelitian terdahulu fokus pada komunikasi internal dengan budaya organisasi secara umum, penelitian sekarang fokus pada komunikasi internal dengan perubahan budaya menjadi flexible working arrangement
sehingga lebih spesifik. Penelitian sebelumnya
27 disosialisasikan,
dengan kata lain sudah sesuai dengan tujuan perusahaan, yakni terbentuknya
budaya yang
diharapkan oleh organisasi.
menggunakan Sinar Mas Land sebagai subjek penelitian.
Penelitian sekarang menggunakan PT Telkom Indonesia Tbk sebagai subjek penelitian.
Persamaannya
adalah sama-sama menggunakan
metode studi kasus dan secara umum pembahasan
penelitian
sebelumnya dengan sekarang hampir sama.
5.
Apoorva Bharadwaj, tahun 2014
Planning Internal Communication Profile for Organizational Effectiveness
Metode yang digunakan adalah studi literatur dari studi kasus, penelitian empiris, dan pengamatan yang dilakukan oleh berbagai peneliti
sebelumnya.
Peneliti menjelaskan bahwa pesan internal adalah organ komunikasi yang penting dalam suatu organisasi. Membuat rancangan mengenai komunikasi dapat sangat membantu untuk menjalankan fungsi dari organisasi itu sendiri.
Ditemukan bahwa
Perbedaan penelitian terdahulu dengan yang peneliti lakukan adalah terletak pada metode penelitian yang digunakan.
Penelitian ini menggunakan
metode studi kasus
yang akan
mengobservasi, wawancara, dan dokumentasi secara