• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

4. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan

Analisis perbandingan laporan keuangan dapat dilakukan dengan dua modal, yaitu: pertama, analisis horisontal atau analisis dinamis dan kedua, analisis vertikal atau analisis statis. Dalam analisis horizontal yang dibandingkan adalah laporan keuangan untuk beberapa periode, sedangkang analisis vertikal adalah jika kita hanya membandingkan satu pos dengan pos yang lain dalam satu laporan keuangan dan hanya meliputi satu periode laporan keuangan.

Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari analisis horizontal jika dibandingkan dengan analisis vertikal. Dalam analisis horizontal, kita akan tahu terjadinya perubahan- perubahan terhadap komponen laporan keuangan dari periode ke periode lain. Seperti misalnya kenaikan atau penurunan komponen-komponen yang ada di laporan keuangan.

Sementara itu, dalam analisis statis hal tersebut tidak terlihat.

Kemudian, laporan analisis horizontal akan mempermudah kita untuk mengambil keputusan hal-hal apa saja yang perlu dilakukan, sehubungan dengan perubahan yang terjadi.

Perubahan-perubahan terjadi perlu diketahui untuk melihat perkembangan keadaan keuangan suatu perusahaan.setelah perubahan ini diketahui, apakah terjadi kenaikan atau penurunan atau tetap, dapat pula diketahui sebab-sebab terjadi perubahan tersebut.

Perubahan dalam laporan keuangan neraca untuk suatu periode dapat disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya:

1. Adanya perolehan aktiva baru.

2. Adanya pengurangan aktiva seperti pelunasan utang piutang.

3. Berubahannya bentuk aktiva dari tetap ke lancar.

4. Adanya perubahan yang diakibatkan oleh laba rugi perusahaan yang tergambar dari penghasilan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan.

5. Adanya penambahan atau pengurangan modal (saham).

5. Pengertian Rasio Keauangan

Kasmir (2011: 104) mengatakan bahwa rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya.Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antarkomponen yang ada di antara laporan keuangan.Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode.

Menurut Harahap (2013: 297) rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Misalnya antara utang dan modal, antara kas dan total aset, antara harga pokok produksi dengan total penjualan, dan sebagainya.

Teknik ini sangat lazim digunakan para analisis laporan keuangan. Rasio

keuangan sangat penting dalam melakukan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan.

a. Analisis rasio keuangan

Analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan menbagi satu angka dengan angka lainnya” (Van Horne, 2005; 202). Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi dan kinerja perusahaan.dari rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan.

b. Bentuk-bentuk rasio keuangan

Menurut Kasman (2011: 128) menyatakan bahwa rasio keuangan yang sering digunakan sebagai berikut:

1. Rasio likuiditas (Liquidity Ratio)

Rasio likuiditas (liquidiry ratio) merupakan “rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek” (Van Horne. 2005; 205). Artinya apabila perusahaan ditagih oleh kreditur maka perusahaan akan mampu memenuhi utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo.

Beberapa rasio likuiditas ini adalah sebagai berikut:

a) Rasio lancar (current ratio)

Rasio lancar atau current ratio merupakan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang

segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Menurut Kasmin (2011; 136) rata-rata industri current ratio adalah 2 kali.

Rasio lancar atau current ratio merupakan rasio untuk mengukur rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membanyar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Penghitungan rasio lancar dilakukan dengan membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar.

Rasio lancar =

x 100%

b) Rasio sangat lancar (Quick ratio)

Rasio cepat (quick ratio) atau rasio sangat lancar atau acid test ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory).

Artinya nilai sedia kita abaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Rata-rata industri untuk quick ratio adalah 1,5 kali.

Quick ratio =

x 100%

c) Rasio Kas (Cach Rasio)

Rasio kas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersedian uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank. Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan

kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membanyar utang -utang jangka pendeknya.

2. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya, tinggat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan.

Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Secara umum, rasio aktivitas yang ada digunakan, akan mampu memperlihatkan efektivitas perusahaan secara maksimal.adapun jenis -jenis rasio aktivitas (Van Horne 2005; 211) yaitu:

a. Perputaran sediaan

Perputaran sediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanam dalam sediaan (inventory) ini berputar dalam satu periode.Rasio ini dikenal dengan nama rasio perputaran sediaan (inventory turn over).

Dapat diartikan pula bahwa perputaran sediaan merupakan rasio yang menunjukkan berapa kali jumlah barang sediaan diganti dalam satu tahun. Semakin kecil rasio ini, semakin jelek demikian pula sebaliknya.

Rasio Perputaran sediaan = b. Total Assets Turn Over

Total Assets Turn Over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki

perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang di peroleh dari tiap rupiah aktiva.

Rasio total assets turn over diperoleh dengan cara membandingkan penjualan dengan total aktiva. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Total Assets Turn Over =

3. Rasio Profitabilitas

Tujuan utama dari perusahaan adalah laba. Perusahaan selalu berusaha meningkatkan laba dari waktu ke waktu. Perusahaan telah menetapkan standar laba yang ditargetkan untuk satu periode. Standar laba atau tingkat keuntungan tersebut dapat dinyatakan dalam rasio, yang dikenal sebagai rasio keuntungan atau rasio profitabilitas, disebut juga dengan rasio rentabilitas.

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan.hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investor.

Jenis-jenis rasio profitabilitas (Van Horne, 2005; 222) a. Profit Margin on Sales

Profit Margin on Sales atau Profit Margin Ratio atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Cara pengukuran rasio ini adalah dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Margin Laba Bersih =

x 100%

b. Hasil Pengambilan Investasi (Return on Investmenr/ROI)

Hasil pengambalian investasi atau lebih dikenal dengan nama Return on Investment (ROI) atau retun on total assets merupakan rasio yang menumjukkan hasil (Return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. ROI menunjukkan profitabilitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

ROI =

x 100%

c. Hasil Pengembalian Ekuitas (Retur on Equity/ROE)

Hasil pengembalian ekuitas atau Retur on Equity atau rentabilitas modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Untuk memperoleh rasio REO kita membandingkan pendapat perusahaan setelah pajak dengan total ekuitasnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

ROE =

x 100%

d. Laba Per Lembar Saham Biasa (Earning per Share of Common Stock)

Rasio laba per lembar saham merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi para pemegang saham.keuntungan bagi pemegang saham adalah jumlah keuntungan setelah dipotong pajak. Keuntungan yang tersedia bagi

pemegang saham biasa adalah jumlah keuntungan dikurangi pajak, dan dikurangi hak - hak pemegang saham prioritas.

Rasio ini diperoleh dengan membandingkan laba saham biasa dengan jumlah saham biasa yang beredar. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

EPS =

4. Rasio pasar

a. Earning Per Share (EPS)

Earning per share (EPS) biasanya menjadi perhatian pemegang saham pada umumnya atau calom pemegang saham dan manajemen, EPS menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan (return) dari segi lembar saham, semakin besar nilai EPS semakin besar keuntungan yang diterima pemegang saham.

Seorang investor membeli dan mempertahankan saham suatu perusahaan dengan harapan akan memperoleh deviden atau capital gain. Laba biasanya menjadi dasar penentuan pembayaran deviden dan kenaikan harga saham di masa mendatang. Oleh karena itu, para pemegang saham biasanya tertarik dengan angka EPS yang dilaporkan perusahaan. EPS hanya dihitung untuk saham biasa.

EPS =

1. Faktor-faktor yang menyebabkan kenaikan EPS:

a) Laba bersih meningkat, jumlah saham beredar tetap.

b) Laba bersih meningkat, jumlah saham beredar turun/berkurang.

c) Laba bersih meningkat, tetapi perusahaan tetap mampu mencetak kenaikan laba bersih yang naik secara signifikan.

2. Fakror-faktor yang menyebabkan penurunan EPS:

a) Laba bersih turun, jumlah saham beredar tetap.

b) Laba bersih turun, jumlah saham beredar naik / bertambah.

c) Laba bersih meningkat,jumlah saham beredar meningkat signifikan, sehingga membuat nilai rasio EPS turun.

b. Price Earning Ratio (PER)

Price Earning Ratio (PER) adalah rasio yang selalu menjadi patokan investor untuk menentukan harga wajar saham perusahaan. PER menunjukkan berapa banyak investor bersedia membayar untuk tiap rupiah dari laba yang di laporkan, oleh para investor rasio ini digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa yang akan datang.

Kesedian para investor untuk menerima kenaikan PER sangat bergantung pada prospek perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi, biasanya memiliki PER yang tinggi. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah cenderung memiliki PER yang renda pula.

PER =

5. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). Rasio solvabilitas antara lain:

a. Rasio Utang (Debt Ratio)

Debt Ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva.Rata - rata industri untuk debt ratio adalah 35%.

b. Total Hutang Terhadap Modal (Rotal Debt to Equity Ratio)

Rotal Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas.Dan standar industri untuk rasio ini adalah 80%.

(Kasmir. 2011: 159)

3. Metode Analisis Rasio Keuangan

Ada tiga jenis analisis rasio keuangan (Sjahrial, 2007; 37) a. Cross Sectional Analysis

adalah metode analisis rasio keuangan dengan cara menbandingkan rasio keuangan dua atau lebih perusahaan sejenis pada waktu yang sama.

b. Time Series Analysis

Adalah metode analisis rasio keuangan satu perusahaan dengan cara deret berkala, atau membandingkan rasio keuangan perusahaan dari waktu ke waktu selama tahun penelitian yang sudah ditetapkan.

c. Combined Analysis

Adalah metode analisis rasio keuangan gabungan, yakni dengan melakukan metode (Cross sectional analysis dan Time series analysis). Dalam hal ini, dianalisis dua atau lebih perusahaan sejenis, dalam waktu ke waktu, sesuai dengan jumlah tahun yang telah ditentukan.

B. Tinjauan Empiris

Miftakhul Jannah (2011) melakukan penelitian dengan judul

„„Eksplorasi Kinerja Keuangan Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BIE)” Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan Food and Beverage melalui penggunaan analisa laporan keuangan menggunakan rasio aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio pasar. Teknik yang digunakan untuk menentukan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode sensus yaitu penelitian dapat meneliti seluruh elemen populasi dengan mengambil seluruh sampel perusahaan Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2000-2009.

Siboro (2017), Analisis Kinerja Keuangan pada perusahaan konstruksi yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2011 - 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan konstruksi secara keseluruhan masih belum maksimal. Hal tersebut terlihat pada rasio profitabilitasnya khususnya pada rasio GPM, NPM,

ROA,dan ROEnya. Serta pada rasio likuiditasnya terutama pada rasio lancarnya yang masih dibawah standart aman, artinya perusahaan belum dapat maksimal untuk mengelola aktivanya sehingga berakibat pada masih kurangnya laba yang dihasilkan. Ditinjau dari rasio likuiditas, profitabilitas, aktivitas dan solvabilitasnya, kinerja keuangan rata - rata pada perusahaan konstruksi mengalami berfluktuasi.

Rahmah dan Komariah (2016), Analisis Laporan Keuangan dalam menilai kinerja keuangan industri semen yang terdapat di BEI (Studi Kasus PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk). Hasil penelitian rasio-rasio secara keseluruhan, keadaan perusahaan sudah baik dalam menghasilkan laba maupun dalam pelunasan hutang-hutangnya, tetapi dalam mengelola modal dan asetnya,perusahaan belum secara efisien.

Muhammad Zaki (2017), Pengaruh Profitablitas, Leverage Keuangan dan Ukuran Perusahaan terhadap Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2014), jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan yang dilaporkan secara tertulis oleh masing-masing perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia. Semua data dalam penelitian ini diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory 2015.

Mujariyah (2016), Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan (Study pada Bank Milik Bumn Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2014. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh struktur modal DER terhadap ROA hanya sebesar 1,4 % dan 98,6%

sisanya dipengaruhi oleh faktor lain, pengaruh struktur modal DER terhadap ROE sebesar 5,3% dan 94,7% sisanya dipengaruhi faktor lain, dan pengaruh struktur modal DER terhadap LDR sebesar 39,3%

dan 60,7% sisanya dipengaruhi faktor lain. Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi.

Romadhoni dan Sunarya (2017), Judul penelitian adalah Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Sektor Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian variabel Debt Equity Ratio, Debt to Asset Ratio dan Equity to Asset Ratio secara simultan berpengaruh posituf dan signifikan terhadap return on equity pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2017. Penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif.

C. Kerangka Konsep

GAMBAR 2.1

Perusahaan Industri Sektor Makanan Dan Minuman

Analisis Kinerja Keuangan

Rasio Keauangan

Rasio Likuiditas

-CR -QR

Rasio Aktivitas:

-FAFO -TATO

Rasio Profitabilitas:

-MLB -ROA -ROE

Rasio Solvabilitas:

-DAR -DER

Kinerja Keuangan Perusahaan

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

sesuai dengan judul penelitian ini yaitu „„Analisis komparansi kinerja keuangan dan operasi usaha pada PT. Mayora”. Penelitian ini termasuk kedalam jenis dan pendekatan penelitian Eksplanatori kuantitatif. Dimana menurut Sugiyono (2012:21) penelitian Eksplanatori merupakan penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel - variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan yang lain. Sedangkan karakteristik penelitian ini bersifat replikasi, sehingga hasil uji hipotesis harus didukung oleh penelitian - penelitian sebelumnya,yang diulang dengan kondisi lain yang kurang lebih sama.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian

Penelitian ini merupakan tempat diperolahnya data-data yang diperoleh. Untuk lokasi pengembilan data adalah Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia (BEI) Unismuh Makassar Jalan Sultan Alauddin No. 259, Gunung Sari, Rappocini Makassar. Sedangkan objek penelitian adalah perusahaan industri sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. (BEI).

2. Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan selama dua bulan dari bulan Desember 2019 – januari 2020

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2015: 117) menyatakan bahwa populasi adalah wilaya generalisasi yang terdiri atas: obyek / subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya.

Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan industri sektor makanan dan minuman yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Sampel

Sedangkan sampel menurut Sugiyono (2015: 118) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Sampel dalam penelitian ini adalah PT. Mayora Indah Tbk dan PT. Ultrajaya Milk Industry tahun 2015 – 2018.

Teknik penentuan sampel ini adalah Purposive Sampling yaitu:

pengambilan data disesuaikan dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan.

Kriteria yang dimaksud antara lain:

a. Perusahaan industri sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

b. Memiliki ketersedian laporan keuangan pada tahun 2015-2018 c. Memiliki kelengkapan informasi yang dibutuhkan dalam

keperluan penelitian.

D. Metode pengumpulan data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Penelitian adalah suatu kegiatan pengumpulan, pengelolaan dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan efektif untuk memperoleh data informasi sebagai bahan analisis dalam penyusunan proposal ini.

Menurut Ridwan (2010:51) penelitian dari teknik pengumpulan data adalah metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.

Sedangkan menurut Djaman Satori dan Aan Komaria (2011:103) pengertian teknik pengumpulan data adalah pengumpulan data dalam penelitian ilmiah adalah prosedur sistematis untuk memperoleh data yang diperlukan.

Pengertian yang telah dipaparkan sebelumnya dapat diketahui bahwa metode pengumpulan data sangat erat hubungannya dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Masalah memberi arah dan pengaruh penentuan metode pengumpulan data. Proses pengumpulan data menggunakan beberapa teknik sebagai berikut:

1. Teknik kepustakaan (library research), yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan membaca berbagai buku literatur yang berhubungan dengan pembahasan proposal.

2. Teknik lapangan (fieldresearch), yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan ini dilakukan dengan berbagai teknik, diantaranya:

a. Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung ke objek penelitian yaitu perusahaan industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil pengamatan dilakukan pencatatan secara sistematis sesuai dengan data yang diperlukan.

b. Teknik dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data yang dengan cara membuka dokumen-dokumen catatan-catatan yang dianggab perlu. Data dokumen yang di maksud bukanlah data dokumen kerahasian perusahaan.

Metode pengumpulan data yang dugunakan dalam penelitian ini adalah motode studi dokumen. Pengumpulan data dilakukan dengan melihay data sekuder yang telah tersedia berupa laporan keuangan perusahaan publik yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonedia (BEI). Data sekunder umumnya berasal dari bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumentasi) baik yang dupublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan.

E. Metode Analisis Data

Menurut Bogdan Sugiyono (2013: 244). Metode Analisis Data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan - bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan di temuanya dapat diinformasikan kepada orang lain. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode rasio keuangan.

AABSA...

..BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Jakarta pertama kali dibuka pada tanggal 14 Desember 1912, dengan bantuan pemerintah kolonial Belanda, didirikan di Betavia, pusat pemerintahan kolonial Belanda yang kita kenal sekarang dengan Jakarta. Bursa Efek Jakarta dulu disebut Call-Efek. Sistem perdagangannya seperti lelang, dimana tiap efek berturut-turut diserukan pemimpin “Call”, kemudian para pialang masing-masing mengajukan permintaan beli atau penawaran jual sampai ditemukan kecocokan harga, maka transaksi terjadi. Pada saat itu terdiri dari 13 pedagang efek (makelar).

Bursa saat ini bersifat demand-following, karena pada investor dan para perantara pedagang efek merasakan keperluan akan adanya suatu bursa efek di Jakarta. Bursa lahir karena permintaan akan jasanya yang sudah mendesak. Orang-orang Belanda yang bekerja di Indonesia saat itu sudah lebih dari tiga ratus tahun mengenal akan investor dalam efek, dan penghasilan serta hubungan mereka memungkinkan mereka menanamkan uangnya dalam aneka rupa efek. Baik efek dari perusahaan yang ada di Indonesia maupun efek dari luar negeri. Sekitar 30 sertifikat (sekarang disebut depositiry receipt) perusahaan Amerika,

perusahaan Kanada, perusahaan Belanda, perusahaan Prancis dan perusahaan Belgia.

Bursa Efek Jakarta sempat tutup selama periode perang dunia pertama, kemudian di buka lagi pada tahun 1925. Selain Bursa Efek Jakarta, pemerintah kolonial juga mengoperasikan bursa paraller di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan bursa ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan tentara Jepang di Batavia.

Aktivitas di bursa ini di hentikan dari tahun 1940 sampai 1940 di sebabkan perang dunia II yang kemudian disusul dengan perang kemerdekaan. Baru pada tahun 1952 di buka kembali, dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda di nasionalisasikan pada tahun 1958. Meskipun pasar yang terdahulu belum mati karena sampai tahun 1975 masih ditemukan kurs resmi bursa efek yang dikelola Bank Indonesia.

Bursa Efek Jakarta kembali dibuka pada tanggal 10 Agustus 1977 dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru di bawah Departemen Keuangan.Kegiata perdagangan dan kapitalisasi pasar saham pun mulai meningkat seiring dengan perkembangan pasar finansial dan sektor swasta yang puncak perkembangan pada tahun 1990.

Bursa Efek Jakarta kembali dibuka pada tanggal 10 Agustus 1977 dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru di bawah Departemen Keuangan.Kegiata perdagangan dan kapitalisasi pasar saham pun mulai meningkat seiring dengan perkembangan pasar finansial dan sektor swasta yang puncak perkembangan pada tahun 1990.

Dokumen terkait