• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan keuangan adalah salah satu sumber informasi penting yang dapat digunakan oleh pihak-pihak pengguna laporan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga bertujuan untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas. Laporan keuangan akan mencerminkan kinerja dari perusahaan dan nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Dengan demikian, perusahaan akan memberikan laporan tahunan yang dapat memberikan informasi yang relevan tentang kinerja perusahaan yang dapat berdampak terhadap harga saham yang diperdagangkan. Sehingga laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan akan mecerminkan nilai perusahaan dimana para investor akan sangat berkepentingan dengan laporan tersebut, khususnya Neraca dan Laba-Rugi (Saripuddin, 2010). Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada pihak investor dalam mengelola sumber daya perusahaan yang telah dipercayakan kepadanya.

Agar laporan keuangan yang dihadirkan oleh perusahaan bisa digunakan secara cepat dan tepat oleh pamakainya, maka laporan itu harus disusun sesuai dengan standar yang ada, sehingga laporan keuangan akan menunjukkan kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Dengan

demikian, maka investor akan dapat dengan mudah mengambil informasi dari laporan keuangan tersebut.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 Tentang Penyajian Laporan Keuangan, Paragraf ke 7 (Revisi 2009) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, lapaoran keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi asset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, dan arus kas (Nugroho, 2012).

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memberikan kebebasan kepada setiap perusahaan dalam memilih metode akuntansi yang digunakan. Perusahaan memilih metode akuntansi sesuai dengan kondisinya. Untuk mengantisipasi kondisi perekonomian yang tidak stabil maka perusahaan harus berhati-hati dalam menyajikan laporan keuangan. Tindakan kehati- hatian yang dilakukan oleh perusahaan biasanya dilakukan dengan cara mengakui biaya dan rugi lebih cepat, mengakui pendapatan dan untung lebih lambat, menilai aktiva dengan nilai yang terendah, dan kewajiban dengan nilai yang tertinggi. Suwardjono dalam Nugroho (2012) menyatakan bahwa tindakan kehati-hatian tersebut diimplikasikan dengan mengakui biaya atau

rugi yang memungkinkan akan terjadi, tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar.

Perusahaan melaporkan laporan keuangannya dengan menggunakan metode akuntansi yang secara optimistis dapat menarik calon investor baru agar mau menanamkan sahamnya di perusahaan tersebut setelah melihat laporan keuangan yang memiliki laba yang tinggi. Investor menganlisis kinerja perusahaan melalui laporan laba rugi dan neraca untuk menentukan berapa harga penawaran yang pantas untuk nilai saham perusahaan yang bersangkutan. Beaver dan Dukes dalam Steavanny (2005) menyatakan bahwa metode akuntansi yang diterapkan seharusnya merupakan metode yang menghasilkan laba yang mempunyai hubungan paling dekat dengan harga saham perusahaan yang bersangkutan.

Banyak faktor yang menyebabkan perusahaan menggunakan dan memilih metode akuntansi tertentu. Naweru, et al (2011) menggunakan

financial leverage, ukuran perusahaan, intensitas tenaga kerja, kepemilikan campuran, pembiayaan internal, proporsi komisaris independen untuk mengukur tingkat memilih metode akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Tawfik (2006) menggunakan ukuran perusahaan, leverage dan konsentrasi kepemilikan saham untuk mengukur tingkat pemilihan metode akuntansi. Pada penelitian ini akan menggunaka pendekatan penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh Naweru, et al (2011).

Leverage menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini dapat digunakan untuk melihat seberapa besar perusahaan dibiayai oleh pihak luar dibanding dengan kemampuan perusahaan sendiri yang digambarkan dengan modal. Perusahaan yang menggunakan sumber dana dari luar untuk membiayai operasional perusahaan baik yang merupakan sumber pembiayaan jangka pendek maupun jangka panjang merupakan penerapan dari kebijakan leverage.

Manajer perusahaan memiliki insentif untuk melikuidasi aset perusahaan dalam bentuk dividen dan tanpa memperhatikan pinjaman dari kreditur. Namun, pasar pihak kreditur akan berusaha untuk membuat perjanjian utang untuk melindungi diri mereka sendiri. Sebagai contoh, perjanjian utang dapat membatasi pembayaran dividen pada tingkat pendapatan tertentu. Manajer berusaha untuk mengurangi biaya utang dengan cara mengadopsi satu aset metode akuntansi, yang memungkinkan mereka untuk melaporkan laporan keuangan yang menguntungkan dalam hal kredit. Selain itu, manajer dapat mencoba untuk meningkatkan fleksibilitas keuangan perusahaan untuk mencegah mereka dari citra perusahaan yang sedang dalam kesulitan keuangan. Hal ini menjelaskan bahwa Leverage merupakan variabel yang nmempengaruhi manajemen dalam memilih metode akuntansi yang digunakannya.

(Missonier, 2004) menyatakan bahwa visibilitas perusahaan besar, terutama dalam hal kekayaaan yang tersedia, cenderung lebih mudah untuk menarik perhatian banyak pihak, termasuk karyawan, pelanggan, dan pesaing.

Akibatnya, manajer perusahaan besar mungkin cenderung memilih metode akuntansi yang menunda pelaporan pendapatan untuk mengurangi biaya- biaya politik. Penelitian yang dilakukan oleh Tawfik (2006) dan Astami dan Tower (2006) tidak menemukan bukti untuk mendukung bahwa ukuran perusahaan mempengaruhi kenijakan pemilihan metode akuntansi di Arab Saudi dan kawasan Asia-Pasifik.

Karyawan atau serikat kerja dapat mempengaruhi manajer untuk menghindari biaya potensial. Sebagai contoh, pemogokan yang dilakukan oleh karyawan Tanzania Railways Limited (TRL) dan National Microfinance Bank (NMB) pada tahun 2008 atas tuntutan upah dan gaji karyawan lebih tinggi (Naweru, 2011). Tujuan dari memaksimalkan kekayaan karyawan umumnya mengambil bentuk tuntutan upah yang terkait dengan ekonomi perusahaan. Mengingat bahwa ekonomi biasanya berkorelasi dengan keuntungan perusahaan, karyawan cenderung untuk fokus pada laba yang dilaporkan. Upah meningkat dapat menyebabkan kekayaan pemegang saham jadi berkurang. Hal ini menjadikan manajer untuk membatasi intensitas permintaan upah, dengan demikian untuk mengurangi intensitas konflik antara karyawan dengan perusahaan, maka manajer lebih memilih metode akuntansi yang menunda pelaporan pendapatan. Hal ini menjelaskan bahwa pada dasarnya intensitas tenaga kerja berpengaruh terhadap kebijakan manajemen dalam memilih kebijakan metode akuntansi.

Manajer perusahaan dengan kepemilikan saham yang tinggi mungkin mengalami lebih banyak kekuatan kebijksanaan, terutama dalam

mempublikasikan informasi mengenai kinerjanya. Oleh karena itu sangat mungkin bahwa di perusahaan-perusahaan dimana manajer memiliki kepemilikan saham yang tinggi, manajer akan memilih metode akuntansi yang mempercepat pelaporan pendapatan untuk meningkatkan kompensasi mereka sendiri. Dalam melakukannya, mereka dapat meyakinkan pemegang saham bahwa kinerja perusahaan sangat memuaskan. Penelitian Astami dan Tower (2006) menemukan bahwa tingkat kepemilikan saham yang lebih rendah dari konsentrasi kepemilikan secara keseluruhan berpengaruh signifikan terhadap tingkat kebijakan pemilihan metode akuntansi untuk meningkatkan pendapatan yang lebih tinggi.

Perusahaan dapat menggunakan berbagai bentuk pembiayaan untuk membiayai operasi mereka: hutang, saham, atau penggunaaan laba ditahan. Rendahnya laba ditahan akan menjadi indikasi bahwa perusahaan akan mengandalkan pembiayaan eksternal (utang atau ekuitas) dan mendistribusikan sebagian keuntungannya sebagai dividen. Di sisi lain, proporsi laba ditahan yang tinggi, mungkin merupakan indikasi bahwa perusahaan tidak membagikan sebagian pendapatannya kepada para pemegang saham. Kegagalan manajer untuk membayar dividen dapat mengirimkan sinyal informasi yang salah kepada para pemegang saham. Dalam rangka untuk mengurangi biaya informasi asimetris, perusahaan lebih mengandalkan dana internal (laba ditahan) lebih cenderung memilih prosedur akuntansi pendapatan menurun dalam upaya untuk mengurangi jumlah dividen yang memungkinkan mereka untuk menginvestasikan saldo laba pada

proyek-proyek baru. Namun, dengan menggunakan pembiayaan ekternal yang lebih, mereka lebih cenderung untuk menggunakan metode akuntansi pendapatan meningkat untuk sinyal kemampuan mereka untuk membayar bunga utang serta untuk menarik investor baru.

Dewan Komisaris memainkan peran kunci dalam akuntabilitas. Dewan Komisaris memiliki peran paling penting. Peran para komisaris adalah untuk memastikan bahwa para manajer bertanggung jawab kepada pemegang saham dan pemegang saham dilindungi. Penelian Khanchel (2007), berpendapat bahwa proporsi yang lebih tinggi dari komisaris sebagai monitor manajemen. Menurut Saphiro (2006), proporsi yang lebih tinggi dari komisaris independen di dewan komisaris dapat meningkatkan kontrol atas manajer. Mengingat bahwa peran dewan komisaris adalah untuk melindungi kepentingan pemegang saham.

Untuk memberikan pemahaman terhadap permasalahan berdasarkan teori yang telah dijelaskan, dapat dilihat pada tabel berikut data-data penelitian ini:

Tabel 1.1 Data Penelitian

No. Kode Emiten

Leverage Ukuran Perusahaan Intensitas T. Kerja Kepemilikan Saham

Pembiayaan Proporsi Koms. Intrernal Independen 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 1 ADES 1.51 0.86 0.67 12.66 12.87 13.00 0.13 0.19 0.16 98.09 91.94 91.94 0.10 0.07 1.11 0.33 0.33 0.33 2 AMFG 0.25 0.27 0.28 14.81 14.95 15.08 0.03 0.03 0.03 84.67 84.70 84.70 0.02 0.02 0.02 0.33 0.33 0.33 3 APLI 0.55 0.53 0.39 26.54 26.53 26.44 0.04 0.04 0.07 79.99 80.86 83.00 0.10 0.11 0.01 0.33 0.33 0.33 4 ARNA 0.72 0.55 0.48 27.45 27.57 27.76 0.02 0.02 0.02 69.27 64.10 50.46 0.46 0.54 0.59 0.67 0.67 0.67 5 AUTO 0.47 0.62 0.32 15.76 16.00 16.35 0.05 0.05 0.05 95.65 95.65 80.00 0.01 0.01 0.01 0.36 0.40 0.33

6 BRNA 1.53 1.55 2.68 20.28 20.46 20.84 0.04 0.03 0.04 60.73 51.42 51.42 0.01 0.01 0.01 0.50 0.50 0.33 7 CEKA 1.03 1.22 1.02 27.44 27.66 27.70 0.01 0.01 0.01 87.02 87.02 87.02 0.01 0.01 0.01 0.33 0.33 0.25 8 CTBN 0.69 0.88 0.82 19.32 18.78 19.43 0.05 0.06 0.05 80.92 80.92 80.92 0.02 0.05 0.03 0.40 0.40 0.40 9 DPNS 0.31 0.19 0.15 25.87 25.94 26.27 0.11 0.08 0.12 59.81 59.67 66.42 0.02 0.02 0.02 0.33 0.33 0.33 10 IKBI 0.16 0.23 0.30 27.06 18.07 18.19 0.01 24.95 0.01 93.06 93.06 93.06 0.02 0.02 0.02 0.40 0.40 0.40 11 INTP 0.15 0.17 0.16 16.71 16.94 17.10 0.02 0.02 0.02 64.03 64.03 64.03 0.02 0.01 0.01 0.43 0.43 0.43 12 JPFA 1.18 1.30 1.84 15.93 16.21 16.52 0.04 0.04 0.04 58.32 57.51 57.51 0.01 0.01 0.01 0.25 0.33 0.33 13 JPRS 0.30 0.15 0.04 26.81 26.71 26.65 0.01 0.01 0.03 68.42 68.42 68.42 0.60 0.68 0.76 0.50 0.50 0.50 14 KAEF 0.43 0.44 0.52 28.22 28.36 28.54 0.11 0.12 0.12 90.02 90.02 90.02 0.27 0.29 0.32 0.40 0.40 0.40 15 KDSI 1.10 0.81 1.42 27.10 27.07 27.47 0.03 0.04 0.04 49.13 75.68 75.68 0.03 0.04 0.02 0.50 0.50 0.40 16 KLBF 0.27 0.28 0.33 29.74 29.87 30.06 0.09 0.02 0.08 56.63 56.63 56.71 0.01 0.01 0.01 0.33 0.33 0.33 17 KRAS 1.08 1.30 1.26 16.88 14.76 14.68 0.03 0.03 0.03 80.00 80.00 80.00 0.06 0.06 0.06 0.40 0.40 0.40 18 LION 0.21 0.17 0.20 26.63 26.80 26.94 0.13 0.13 0.05 57.70 57.70 57.70 0.02 0.02 0.02 0.33 0.33 0.33 19 MERK 0.18 0.37 0.36 20.19 20.16 20.36 0.14 0.14 0.12 86.65 86.65 86.65 0.01 0.01 0.01 0.33 0.33 0.33 20 NIKL 1.07 1.59 1.90 20.64 11.61 11.73 0.04 0.04 0.03 75.10 80.11 80.11 0.29 0.29 0.26 0.33 0.33 0.33 21 PICO 1.99 1.99 1.89 27.05 27.11 27.16 0.01 0.01 0.01 94.01 94.01 94.10 0.10 0.12 0.14 0.33 0.33 0.50 22 SCCO 1.80 1.27 1.49 28.01 28.03 28.20 0.01 0.01 0.01 67.26 67.26 67.26 0.01 0.01 0.01 0.33 0.33 0.33 23 SIAP 0.59 0.74 3.72 25.82 25.94 26.33 0.04 0.05 0.05 72.83 72.83 72.83 0.06 0.06 0.03 0.33 0.33 0.33 24 SKLT 0.74 0.93 1.16 26.09 26.24 26.43 0.06 0.06 0.06 96.09 96.09 96.09 0.06 0.06 0.05 0.33 0.33 0.33 25 SMGR 0.35 0.46 0.41 23.70 24.00 24.15 0.04 0.04 0.04 51.01 51.01 51.01 0.01 0.01 0.01 0.33 0.50 0.33 26 SMSM 0.70 0.76 0.69 27.76 28.00 28.16 0.04 0.03 3.10 58.13 58.13 58.13 0.03 0.02 0.02 0.33 0.33 0.33 27 TCID 0.11 0.15 0.24 27.75 25.57 28.01 0.07 0.07 0.08 72.15 72.15 72.15 0.02 0.02 0.01 0.40 0.40 0.40 28 TOTO 0.76 0.70 0.69 27.92 28.05 28.19 0.03 0.03 0.04 94.97 96.20 96.20 0.52 0.55 0.56 0.33 0.25 0.25 29 ULTJ 0.55 0.44 0.40 28.41 28.52 28.66 0.04 0.03 0.03 46.62 46.62 46.60 0.01 0.02 0.03 0.33 0.33 0.33 30 UNIC 0.96 0.78 0.85 19.45 19.33 19.41 0.02 0.03 0.03 75.84 76.22 79.01 0.02 0.02 0.02 0.33 0.33 0.17 31 YPAS 0.51 1.12 2.59 26.13 26.58 27.14 0.01 0.01 0.02 89.47 89.47 89.47 0.04 0.03 0.02 0.33 0.33 0.33

Sumber: Data Sekunder Diolah, 2015

Tabel di atas menunjukkan data-data yang dimiliki perusahaan sampel penelitian. Data tersebut menggambarkan kondisi yang berbeda dengan teorinya. Secara teori bahwa leverage berpengaruh positif terhadap manajemen dalam memilih metode akuntansi yang digunakannya. Namun berbeda dengan kenyataan seperti yang ditunjukkan pada emiten BRNA dimana pada tahun 2011 nilai leverage adalah sebesar 1,53, pada tahun 2012 nilai leverage adalah sebesar 1,55, dan pada tahun 2013 nilai leverage adalah sebesar 2,68, terjadi trend peningkatan nilai leverage, namun diketahui bahwa

perusahaan dalam memilih metode akuntansinya tidak melihat metode yang menguntungkan sebelah pihak bagi perusahaan. Demikian juga halnya dengan variabel-variabel lainnya menunjukkan gambaran bahwa terdapat perbedaan antara teori dengan kenyataannya.

Berdasarkan pada penjelasan tersebut, maka penulis sangat tertarik untuk melakukan suatu penelitian dengan judul “Pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan, Intensitas Tenaga Kerja, Kepemilikan Campuran, Pembiayaan Internal, dan Proporsi Komisaris Independen terhadap Pemilihan Metode Akuntansi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

Dokumen terkait