• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI DAN TELAAH LITERATUR

2.1. Landasan Teori

2.1.3. Bird in the Hand Theory

pemegang saham dengan manajer, karena hal tersebut akan mengakibatkan keuntungan yang diterima menurun, akibatnya terdapat masalah-masalah keagenan (Agency Problem)(Enny, 2012). Masalah keagenan (Agency Problem) ada dua bentuk, yaitu prinsipal atau pemilik perusahaan dengan agen atau pihak manajemen dan, antara pemegang saham dengan pemegang obligasi(Suad dan Husnan, 2001). Prinsipal yaitu pemilik atau manajemen puncak sifatnya membawahi agen untuk melaksanakan kinerja yang baik (Arfan, 2014). Agen dan prinsipal diasumsikan mempunyai kepentingan sendiri-sendiri dan kepentingan tersebut seringkali bertolak belakang, hal tersebut akan menimbulkan kesenjangan informasi atau asimetri informasi.

2.1.3 Bird in the Hand Theory

Teori bird in the hand merupakan teori yang dipelopori Lintner tahun 1962 dan Gordon tahun 1963 yang menyatakan bahwa investor lebih mengutamakan dividen tunai dibandingkan prospek pertumbuhan perusahaan dimasa depan. Teori ini menjelaskan bahwa dividen saat ini lebih berharga daripada seribu burung di udara (Capital gain dimasa yang akan datang). Harapan pembayaran dividen saat ini terjadi karena ada anggapan bahwa mendapat dividen saat ini resikonya lebih kecil daripada mendapat capital gain dimasa yang akan datang meskipun capital gain dimasa mendatang dapat memberikan pengembalian yang lebih tinggi daripada dividen saat ini. Selain itu, juga adanya ketidakpastian tentang arus kas perusahaan dimasa depan (Atmaja, 2008) Oleh karena itu, investor akan lebih tertarik untuk memilih perusahaan yang memiliki kebijakan dividen yang baik yang sesuai dengan tujuan investasi mereka. Investor yang menginginkan

memperoleh dividen yang tinggi tentu akan tertarik kepada perusahaan dengan rasio pembayaran yang tinggi. Investor yang lebih memilih untuk menghindari pajak akan lebih tertarik memilih perusahaan dengan Payout Ratio yang rendah karena perusahaan harus menghindari untuk membuat perubahan drastis dalam kebijakan dividen karena akan mempengaruhi keputusan investasi (Lismawati dan Suryanto, 2017).

1.2 Telaah Literatur

Telaah literatur adalah kajian kritis atas pembahasan suatu topik yang sudah ditulis oleh para peneliti atau ilmuwan. Secara umum telaah literatur adalah untuk mendapatkan tuntunan secara teori dan cara-cara mendefinisikan suatu variabel.

2.2.1 Kebijakan Dividen

Kebijakan Dividen berhubungan dengan keputusan untuk membagikan keuntungan atau menahannya (laba ditahan) untuk diinvestasikan kembali di dalam perusahaan (keputusan investasi). Dividen adalah pembagian laba kepada para pemilik saham sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya. Pembagian ini akan mengurangi laba ditahan dan kas yang tersedia bagi perusahaan. Tapi distribusi keuntungan kepada para pemilik memang adalah tujuan utama suatu bisnis. Menurut Arie Afzal (2012) laba bersih perusahaan bisa dibagikan kepada pemilik saham sebagai dividen atau ditahan untuk membiayai investasi perusahaan.Martono dan Harjito (2014) menyatakan kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang sahamsebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Omid (2015) dengan hasil

23

penelitiannya menyatakan bahwa faktor penentu yang paling penting dari kebijakan dividen perusahaan adalahstabilitas arus kas, ketersediaan peluang investasi yang menguntungkan, dan stabilitasprofitabilitas.Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi total sumber dana intern atau intern financing. Sebaliknya jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin besar..

Kebijakan dividen sering dianggap sebagai signal bagi investor dalam menilai baik buruknya perusahaan terhadap harga saham perusahaan, hal ini disebabkan karena kebijakan dividen dapat membawa pengaruh terhadap harga saham perusahaan. Apabila saldo laba didistribusikan kepada pemegang sahammaka, saldo laba akan berkurang sebesar nilai yang di distribusikan tersebut. Hal ini manajemen harus membuat suatu kebijakan dividen yang menyangkut penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham, dengan menentukan besarnya laba yang dibagi sebagai dividen dan besarnya laba yang di tahan. Pada penelitian ini kebijakan dividen diukur dengan Dividend Payout Ratio(DPR).

Kebijakan dividen berhubungan dengan penentuan besarnyaDividend Payout Ratio yaitu, besarnya persentase laba bersih setelah pajak yang dibagikan sebagai dividen kepada para pemegang saham (Sudana, 2011). Rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio) adalah dividen tunai tahunan yang dibagi dengan laba tahunan atau dividen per lembar saham dibagi dengan laba per lembar saham.

Rasio tersebut menunjukkan persentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham secara tunai (Horne dan John, 2005). Kebijakan dividen penting

bagi perusahaan karena dapat meningkatkan nilai perusahaan dan kemakmuran bagi pemegang saham. Alasan mengapa Dividend Payout Ratio dipilih dalam penelitian ini adalah bahwa Dividend Payout Ratio lebih dapat menggambarkan perilaku oportunistik manajerial yaitu dengan melihat berapa besar keuntungan yang dibagikan kepada shareholder sebagai dividen dan berapa yang disimpan di perusahaan. Keputusan pembayaran dividen dilakukan direksi perusahaan setiap tahunnya pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Pengumuman dividen merupakan salah satu informasi yang akan direspon oleh pasar. Perusahaan yang membayar dividen secara stabil dari waktu ke waktu kemungkinan dinilai lebih baik daripada perusahaan yang membayar dividen secara berfluktuatif. Hal ini karena perusahaan yang membayar dividen secara stabil mencerminkan kondisi keuangan perusahaan tersebut juga stabil dan sebaliknya, perusahaan dengan dividen tidak stabil mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang kurang baik (Sudana, 2011).Berikut teori-teori kebijakan dividen antara lain:

1. Teori Dividen Tidak Relevan

Teori ini ditemukan oleh Modigliani dan Miller (1961) yang mengatakan nilai sebuah perusahaan ditentukan oleh laba bersih sebelum pajak. Nilai perusahaan tidak ditentukan oleh persentase laba yang dibagikan kepada pemilik saham dalam bentuk dividen. Nilai perusahaan hanya bisa dipengaruhi oleh bagaimana cara perusahaan dalam mengelola asset yang dimiliki agar menghasilkan laba yang diinginkan dan mengelola resiko-resiko bisnis yang ada.

25

2. Teori Dividen Relevan

Teori dividen yang relevan atau yang lebih dikenal dengan istilah the bird in the hand ditemukan oleh Gordon and Lintner (1963) yang berarti satu burung ditangan lebih berharga daripada seribu burung yang ada di udara. Teori ini menyatakan bahwa dividen lebih memiliki kepastian daripada seribu capital gain di udara karena dividen lebih bisa diprediksi sedangkan, capital gain dinilai cenderung dinilai dari hasil spekulasi harga saham yang tiap saat dapat berubah

3. Teori Perbedaan Pajak

Teori perbedaan pajak ditemukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy (1979).Umumnya, tarif pajak terhadap return investasi yang berupa capital gain atau dividen adalah berbeda.Tarif pajak capital gain biasanya lebih rendah dari tarif pajak dividen.Teori ini menyatakan investor lebih suka menerima capital gain daripada dividen karena capital gain memiliki tarif pajak yang lebih rendah daripada tarif pajak dividen atau kalaupun perusahaan memutuskan untuk membagikan dividen, investor lebih senang dividen yang dibagikan tidak terlalu tinggi.

4. Teori Hipotesis Sinyal Dividen

Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Bhattacharya (1979). Teori ini mengatakan bahwa manajemen seolah ingin menunjukkan bahwa perusahaan bisa menghasilkan laba yang diinginkan karena, manajemen ingin menunjukkan bahwasannya mereka mampu memenuhi pembayaran dividen kepada pemegang saham dan, manajemen seolah memberikan sinyal bahwa kondisi keuangan perusahaan sangat kuat untuk membayarkan dividen. Secara tidak langsung teori

ini menunjukkan bahwa investorlebih menyukai dividen daripada mendapatkan capital gain.

2.2.2 Likuiditas

Menurut Syafrida Hani (2015) Likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi semua kewajiban keuangan yang segera dapat dicairkan atau yang sudah jatuh tempo. Secara spesifik likuiditas mencerminkan ketersedian dana yang dimiliki perusahaan guna memenuhi semua hutang yang akan jatuh tempo.

Berdasarkan pendapat diatas likuiditas adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk melunasi utang-utang yang segera harus dibayar (Current Liabilities) dengan menggunakan harta lancarnya. Pada umumnya, tingkat likuiditas suatu perusahaan ditunjukkan dalam angka-angka tertentu seperti, angka rasio cepat, angka rasio lancar, dan angka rasio kas. Dalam hal ini, semakin tinggi tingkat likuiditas suatu perusahaan maka kinerjanya dianggap semakin baik.

Perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi biasanya memiliki kesempatan lebih baik untuk mendapatkan berbagai dukungan dari banyak pihak misalnya, lembaga keuangan, kreditur, maupun pemasok.

Rasio likuiditas adalah salah satu teknik analisis rasio yang digunakan untuk menganalisa laporan keuangan yang berfungsi untuk membantu mengetahui kemampuan suatu perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aset lancarnya. Rasio ini penting dipakai untuk menganalisis suatu laporan keuangan. Hal tersebut dikarenakan akan sangat berbahaya apabila suatu perusahaan tidak likuid yang bisa menyebabkan kebangkrutan. (Hanafi dan

27

Halim,2016)Rasio likuiditas adalah kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat besarnya aktiva lancar relatif terhadap kewajiban lancarnya.

Kasmir (2016) Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang telah jatuh tempo, baik kewajiban pada pihak luar perusahaan maupun di dalam perusahaan. Rasio likuiditas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Current Ratio(CR). Current Ratio merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang dimiliki perusahaan untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo.

Aktiva lancar (Current Asset) merupakan harta yang dimiliki perusahaan yang dapat dijadikan uang tunai dalam waktu yang singkat (kurang satu tahun).

Komponen aktiva lancar lazimnya terdiri dari kas, kas di bank, surat-surat berharga, piutang, persediaan, biaya dibayar di muka, dan aktiva lancar lainnya.

Munawir (2014) menjelaskan bahwa uang kas atau aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumsi dalam periode berikutnya atau paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan normal. Kewaijaban lancar (Current Liabilities) merupakan kewajiban jangka pendek perusahaan yang harus dilunasi dalam waktu paling lama satu tahun. Komponen kewajiban lancar biasanya terdiri dari utang dagang, utang bank satu tahun, utang wesel, utang gaji, utang pajak, utang

deviden, pendapatan diterima dimuka, utang jangka panjang yang jatuh tempo serta utang jangka pendek lainnya. Arilaha (2009) telah melakukan penelitian pengaruh likuiditas terhadap kebijakan dividen dan mendapatkan hasil bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen namun, berbeda dengan hasil penelitian oleh Masril (2017) yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

2.2.3 Profitabilitas

Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal, di samping hal-hal lainnya.

Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti yang telah di targetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta, meningkatkan produk dan melakukan investasi baru. Oleh karena itu, manajemen perusahaan dalam praktiknya dituntut harus mampu untuk memenuhi target yang telah ditetapkan artinya, besarnya keuntungan haruslah dicapai sesuai dengan yang diharapkan dan bukan berarti asal untung. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas yang dikenal juga dengan nama rasio rentabilitas.

Profitabilitas yaitu perusahaan yang menyangkut efektifitas manajemen dalam menggunakan jumlah aset, seperti yang tercatat dalam neraca. Tingkat efektifitas dapat di nilai dengan menghubungkan laba bersih yang diperoleh perusahaan dengan jumlah aset yang digunakan untuk menghasilkan laba.

Profitabilitas merefleksikan untuk pendanaan investasi untuk memperoleh tingkat profitabilitas, digunakan perhitungan tingkat return rata-rata aset. Profitabilitas

29

adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. (Sartono, 2010) Berdasarkan menurut ahli dan pengertian diatas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui jumlah aktiva dan modal perusahaan.

Menurut Kasmir (2016) Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan.

Tingkat profitabilitas yang konsisten akan menjadi tolak ukur bagaimana perusahaan mampu bertahan dalam bisnisnya dengan memperoleh laba (return) yang memadai apabila dibandingkan dengan resikonya sehingga, semakin tinggi laba yang diperoleh maka kemungkinan perusahaan akan mengalami financial distress semakin kecil. Rasio profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Return on Asset (ROA). Harahap (2011) menjelaskan ROA merupakan rasio yang menggambarkan perputaran aktiva perusahaan yang diukur dari volume perusahaan. ROA menunjukkan efisiensi dan efektivitas penggunaan aset perusahaan karena rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan penggunaan aktiva. Nilai ROA yang tinggi mencerminkan efisiensi pengelolaan aktiva perusahaan, yang artinya perusahaan mampu menggunakan aktivanya untuk menghasilkan laba.

2.2.4 Leverage

Menurut Syamsudin (2013) Leverage merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang atau mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang.Menurut Kasmir (2014) Leverage adalah rasio yang digunakan dalam

mengukur sejauh mana aktifitas perusahaan dibiayai dengan utang.Irham Fahmi (2015) Leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori utang ekstrim yaitu, perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut.Berdasarkan pengertian dari para ahli maka dapat disimpulkan bahwa Leverage adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang dan jangka pendek. Hal ini umumnya sangat penting bagi seorang kreditur karena akan menunjukkan posisi keuangan perusahaan.

Rasio Leverage merupakan ukuran utang terhadap kapitalisasi total suatu perusahaan. Semakin tinggi rasio ini mengindikasikan utang yang berlebihan, yang menandakan kemungkinan suatu perusahaan menjadi tidak mampu menghasilkan pendapatan atau laba yang memadai untuk memenuhi kewajiban utang-utangnya (obligasi). Menurut Van Horne dan Wachowicz (2005) menyebutkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) dapat memberitahu kita bahwa para kreditur memberikan pendanaan untuk setiap jumlah uang yang diberikan oleh pemegang saham. Para kreditur secara umum akan lebih suka jika rasio ini lebih rendah. Semakin rendah rasio ini, semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham dan, semakin besar perlindungan bagi kreditur jika terjadi penyusutan nilai aktiva atau kerugian besar.

Jadi, perusahaan tidak akan mengalami kesulitan dengan para kreditur karena rasio utang yang besar. Gupta (2018) mengungkapkan bahwa utang bepengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi

31

proporsi utang atau semakin meningkatnya utang yang digunakan dalam struktur modal semakin besar pula kewajibannya. Hasil penelitian Kuswanta (2016) yang menunjukkan bahwa leverage memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Susanty dkk. (2017) telah melakukan penelitian pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen sedangkan, Nursandarai (2015) menyatakan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividend dan ukuran perusahaan mampu memoderasi profitabilitas terhadap kebijakan dividen. Ahmad Kautsar (2014) telah melakukan penelitian pengaruh leverage terhadap kebijakan dividen dan mengatakan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Arilaha (2009) dan Kuswanta (2016) menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.

2.2.5 Aktivitas

Menurut Lukman Syamsuddin (2011)Total Asset Turnover adalah tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan didalam menghasilkan volume penjualan tertentu. J.P Sitanggang (2014) Total Asset Turnover yaitu rasio yang mengukur bagaimana seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan dioperasionalkan dalam mendukung penjualan perusahaan. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa Total Asset Turnover (TATO) adalah bagian dari rasio aktivitas yang mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas seluruh aktiva yang digunakan perusahaan dalam meningkatkan penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva dengan membandingkan penjualan dengan total aset.

Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Aktiva yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif. Perputaran aktiva yang tinggi akan mencerminkan kinerja perusahaan secara finansial. Dengan begitu, semakin tinggi perputaran aktiva perusahaan berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam membagikan dividennya, dan juga sebaliknya (Amalia, 2013).

Menurut Nursaada (2012) Rasio aktivitas adalah rasio keuangan yang mengukur bagaimana perusahaan mengelola aktiva-aktivanya. Didalam penelitian ini rasio aktivitas diproksikanmenggunakanTotal Asset TurnOver (TATO).Total Assets Turn Over merupakan ukuran rasio aktivitas yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam menggunakan asetnya. Perputaran aktiva yang tinggi akan mencerminkan kinerja perusahaan secara finansial. Dengan begitu, semakin tinggi perputaran aktiva perusahaan berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam membagikan dividennya, dan juga sebaliknya (Fitria, 2014).Total Asset Turn Over(TATO) digunakan untuk mengukur efektivitas penggunaan aktiva dalam kegiatan usaha yang dijalankan dalam suatu perusahaan. Semakin cepat suatu aktiva berputar maka, akan semakin baik dan efektif penggunaan aktiva yang bersangkutan. Semakin tinggi rasio ini maka, semakin cepat pengembalian piutang dalam bentuk kas. Hasil penelitian

33

Susanty, dkk. (2017) yang menunjukkan bahwa aktivitas yang diproksikan menggunakan TATO memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen hal ini didukung juga oleh penelitian Magdalena, dkk. (2018) yang menyatakan hal yang sama.

2.2.6 Growth

Growth (Pertumbuhan) adalah dampak atas arus dana perusahaan dari perubahan operasional yang disebabkan oleh pertumbuhan atau penurunan volume usaha. Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal ataupun eksternal perusahaan karena pertumbuhan yang baik memberi tanda bagi perkembangan perusahaan. Dari sudut pandang investor pertumbuhan suatu perusahaan merupakan tanda bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek yang menguntungkan dimasa yang akan datang (Permatasari, 2018). Laju pertumbuhan menurut Puspitaningtyas (2015) mencerminkan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan posisi ekonominya. Pertumbuhan perusahaan diharapkan memberikan sinyal positif dari peluang investasi. Investor memandang pertumbuhan sebagai prospek bagi perusahaan yang memiliki potensi pertumbuhan tinggi yang akan memberikan keuntungan dimasa yang akan datang.

Purba, dkk. (2020) meneliti pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan dividen yang menyatakan growth berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen.

2.2.7 Pertumbuhan Penjualan

Pertumbuhan penjualan adalah indikator penting dari penerimaan pasar dari produk danatau jasa perusahaan tersebut, dimana pendapatan yang dihasilkan

dari penjualan akan dapat digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan penjualan (Swastha dan Handoko, 2011).Pertumbuhan penjualan mencerminkan manifestasi keberhasilan investasi periode masa lalu, dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa yang akan datang. Pertumbuhan penjualan juga merupakan indikator permintaan dan daya saing perusahaan dalam suatu industri.

Laju pertumbuhan suatu perusahaan akan mempengaruhi kemampuan mempertahankan keuntungan dalam mendanai kesempatan-kesempatan pada masa yang akan datang (Barton et al, 1989). Pertumbuhan penjualan tinggi maka akan mencerminkan pendapatan meningkat sehingga pembayaran dividen cenderung meningkat. Darmayanti dan Mustanda (2016) meneliti pengaruh sales growth terhadap kebijakan dividen yang mendapatkan hasil bahwa pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebiajakan dividen namun hal ini berbeda dengan hasil penelitian Ahmad Kautsar (2014) yang mengatakan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.

2.2.8 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan dapat digunakan untuk mewakili karakteristik keuangan perusahaan. Perusahaan besar yang sudah well estabilished akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil. Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar. (2013). Ukuran perusahaan merupakan cerminan dari total asset yang dimiliki (Risma dan Regi, 2017).

Putu Ayu dan Gerianta (2018) mengemukakan bahwa ukuran perusahaan merupakan suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar

35

kecilnya perusahaan diukur dengan total aktiva, jumlah penjualan, nilai saham dan sebagainya. Windi Novianty dan Wendy May (2018) menjelaskan bahwa ukuran perusahaan dilihat dari bidang bisnis yang sedang dioperasikan. Ukuran perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total penjualan, total aset, tingkat penjualan rata-rata.

Dalam penelitian ini indikator Ukuran Perusahaan diukur dengan menggunakan Logaritma natural (Ln) dari total aktiva. Logaritma natural (Ln) digunakan untuk mengurangi perbedaan yang signifikan antara ukuran perusahaan yang terlalu besar dengan ukuran perusahaan yang terlalu kecil, maka dari jumlah aktiva dibentuk logaritma natural yang bertujuan untuk membuat data jumlah aktiva terdistribusi secara normal (Mita Tegar Pribadi, 2018). Telah banyak peneliti melakukan penelitian tentang pengaruh ukuran perusahaan salah satunya Darmayanti dan Mustanda (2016) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen namun hal ini tidak sesuai dengan penelitian Mahdzan, dkk. (2016) yang mendapatkan hasil ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian Nur (2018) mengatakan ukuran perusahaan mampu memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen.

H3

Kerangka penelitian merupakan suatu kerangka yang menerangkan hubungan antara suatu teori dengan variabel-varaibel penelitaian yaitu antara variabel bebas dengan variabel terikat (Erlina, 2011:33). Berdasarkan tinjauan penelitian terdahulu dan tinjauan teoritis maka kerangka penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

37

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris dimana merupakan pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya yang merupakan penjelasan sementara tentang prilaku, fenomena atau keadaan tertentu telah terjadi atau akan terjadi (Erlina, 2011).

Berdasarkan rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tinjauan teoritis, tinjauan penelitian terdahulu, dan kerangka konseptual, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen

Likuiditas merupakan hal yang penting dalam perusahaan yang mencerminkan kemampuan suatu perusahaan dalam membiayai aktifitas perusahaan yang mana sangat berpengaruh bagi keputusan investor karena berpengaruh dalam pembayaran dividen (Syafrida Hani, 2015). Likuiditas dapat

Likuiditas merupakan hal yang penting dalam perusahaan yang mencerminkan kemampuan suatu perusahaan dalam membiayai aktifitas perusahaan yang mana sangat berpengaruh bagi keputusan investor karena berpengaruh dalam pembayaran dividen (Syafrida Hani, 2015). Likuiditas dapat

Dokumen terkait