BAB II TINJAUAN PUSTAKA
D. Hipotesis
Manajemen laba merupakan hal yang sering terjadi atau hal yang sudah biasa dilakukan oleh manajemen perusahaan sebelum di adopsinya IFRS ke dalam PSAK secara utuh. Salah satu hal yang menyebabkan manajemen laba sering terjadi yaitu banyaknya pilihan metode akuntansi yang dapat digunakan oleh manajemen. Oleh karena itu untuk meminimalisir terjadinya praktik manajemen laba, maka IFRS diadopsi secara penuh ke dalam PSAK.
Pengungkapan pendapatan komprehensif lain dalam laporan keuangan telah terbukti menjadi salah satu faktor yang dapat mengurangi praktik manajemen laba dalam perusahaan. Penyajian informasi yang mencakup pendapatan perusahaan baik dari aktifitas operasional maupun pendapatan diluar operasional perusahaan disajikan secara lengkap.
Pengungkapan Pendapatan Komprehensif
Lain (Other Comprehensive Income)
(X)
Manajemen Laba (Y)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Bima & Nur Afri, 2017) menunjukkan bahwa pengungkapan pendapatan komprehensif lain dalam laporan keuangan terbukti mampu mengurangi praktik manajemen laba dalam perusahaan.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh (Basyirun, 2018) pendapatan komprehensif lain berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Dengan kata lain bahwa pengungkapan pendapatan komprehensif lain secara terpisah dalam laporan laba rugi komprehensif dapat mengurangi praktik manajemen laba.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Pengungkapan pendapatan komprehensif lain berpengaruh terhadap manajemen laba.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan pengukuran dan analisis data, penelitian ini merupakan penelitian jenis penelitian kuantitatif. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kuantitatif.
Menurut Sugiyono (2018: 48) metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri) tanpa membuat perbandingan dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel lain.
Deskriptif kuantitatif yaitu berisi gambaran hubungan yang terjadi antara variabel independen dan variabel dependen.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi merupakan tempat objek serta subjek yang akan diteliti.
Berdasarkan judul yang ada pada penelitian ini, maka lokasi penelitian ini penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah perusahaan jasa sektor property real estate dan konstruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2018-2020 yang telah di audit. Data tersebut diperoleh melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu (www.idx.co.id). Waktu pelaksanaan penelitian yaitu selama 2 bulan.
C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran
1. Variabel Independen (Pendapatan Komprehensif Lain)
Menurut Sugiyono (2018 : 39) Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen).
Variabel independen dalam penelitian ini yaitu pengungkapan pendapatan komprehensi lain. Pendapatan komprehensif lain yang berasal dari penjabaran laporan keuangan perubahan kurs mata uang asing ke mata uang pelaporan, hasil revaluasi terhadap aset tetap ke nilai wajarnya, program imbalan pasti yang terkait perubahan asumsi aktuaria, investasi tersedia untuk dijual, dan aktivitas untuk melindungi cash flow. Dalam penelitian ini, nilai Other Comprehensive Income (OCI) terdapat pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain setelah laba bersih.
2. Variabel Dependen (Manajemen Laba)
Menurut Sugiyono (2018 : 39) Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu manajemen laba yang diproyeksikan dengan disecretionary accruals. Disecretionary Accrual menggunakan komponen akrual dalam mengatur laba karena komponen akrual tidak memerlukan bukti kas secara fisik sehingga dalam mempermainkan komponen akrual tidak disertai kas yang diterima atau dikeluarkan.
Untuk mendeteksi manajemen laba digunakan “The Modified Jones Model” yaitu metode yang sering digunakan untuk mendeteksi
manajemen laba dalam perusahaan. Modifikasi ini dirancang untuk menghilangkan kemungkinan dugaan Model Jones untuk mengukur akrual diskresioner dengan kesalahan ketika diskresi manajemen dilakukan terhadap pendapatan.
Dalam Suyono (2017: 311) Formula selengkapnya dari Model Jones yang Dimodifikasi adalah sebagai berikut :
a. menghitung total akrual (TAC) yaitu laba bersih tahun t dikurangi arus kas operasi tahun t dengan rumus sebagai berikut:
TAC = NIit – CFOit
b. Selanjutnya, total accrual (TA) diestimasi dengan Ordinary Least Square sebagai berikut:
c. Dengan koefisien regresi seperti pada rumus di atas, maka nondiscretionary accruals (NDA) ditentukan dengan formula sebagai berikut:
d. Terakhir, discretionary accruals (DA) sebagai ukuran manajemen laba ditentukan dengan formula berikut :
Keterangan :
DAit = Discretionary Accruals perusahaan i dalam periode tahun t
NDAit = Nondiscretionary Accruals perusahaan dalam periode tahun t
TAit =Total acrual perusahaan i dalam periode tahun t NIit =Laba bersih perusahaan i dalam periode tahun t CFOit =Arus kas dari aktivitas operasi perusahaan i dalam
periode tahun t
Ait-1 =Total assets perusahaan i dalam periode tahun t-1
∆Revit = Pendapatan perusahaan i pada tahun t dikurangi
dengan pendapatan perusahaan I pada tahun t-1 PPEit = Property, pabrik, dan peralatan perusahaan i
dalam periode tahun t
∆Recit =Piutang usaha perusahaan I pada tahun t dikurangi pendapatan perusahaan I pada tahun t-1.
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah wilayan generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sudaryono, 2018: 174). Populasi dalam penelitian ini yaitu perusahaan jasa sektor property, real estate dan konstruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Eek Indonesia (BEI) sebanyak 84 perusahaan.
2. Sampel
Sampel penelitian mencerminkan dan menentukan seberapa jauh sampel tersebut bermanfaat dalam membuat kesimpulan penelitian.
Sampel merupakan suatu bagian dari populasi. Hal ini mencakup sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Dengan demikian, sebagian elemen dari populasi merupakan sampel (Sudaryono, 2018:
175). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian adalah Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu :
a. Perusahaan jasa sektor property, real estate dan konstruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2020.
b. Perusahaan jasa sektor property, real estate dan konstruksi bangunan yang dikeluarkan (delisting) di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2020.
c. Perusahaan jasa sektor property, real estate dan konstruksi bangunan yang mengalami kerugian pada periode 2018-2020 d. Perusahaan jasa sektor property, real estate dan konstruksi
bangunan dengan data laporan keuangan tidak lengkap.
e. Perusahaan jasa sektor property, real estate dan konstruksi bangunan yang menggunakan Dollar sebagai mata uang dalam pelaporan keuangan.
Tabel 3.1 Kriteria Pemilihan Sampel
No Kriteria
Tahun 2018-2020 1. Perusahaan jasa sektor property, real estate dan
konstruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2020
84
2. Perusahaan jasa sektor property, real estate dan konstruksi bangunan yang dikeluarkan (delisting) di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2020
(1)
3. Perusahaan jasa sektor property, real estate dan konstruksi bangunan yang mengalami kerugian pada periode 2018-2020
(30)
5 Perusahaan jasa sektor property, real estate dan konstruksi bangunan dengan data laporan keuangan tidak lengkap
(29)
6 Perusahaan jasa sektor property, real estate dan konstruksi bangunan yang menggunakan Dollar sebagai mata uang dalam pelaporan keuangan
(1)
Jumlah Perusahaan Sampel 23
Jumlah Observasi (23x3 tahun) 69
Tabel 3.2 Perusahaan Sampel Penelitian
No Nama Perusahaan Kode
Perusahaan
1. PT Armidian Karyatama Tbk ARMY
2. PT Agung Podomoro Land Tbk APLN
3. PT Bumi Serpong Damai Tbk BSDE
4. PT Natura City Developments Tbk CITY 5. PT Ciputra Developments tbk CTRA 6. PT Intiland Development Tbk DILD
7. PT Duta Pertiwi Tbk DUTI
8. PT Perdana Gapura Prima Tbk GPRA
9. PT Jaya Real Property Tbk JRPT
10. PT Kawasan Industri Jababeka Tbk KIJA 11. PT Metropolitan Ketjana Tbk MKPI
12. PT Metropolitan Land Tbk MTLA
13. PT PP Properti Tbk PPRO
14. PT Pakuwon Jati Tbk PWON
15. PT Roda Vivatex Tbk RDTX
16. PT Suryamas Dutamakmur Tbk SMDM
17. PT Urban Jakarta Propertindo Tbk URBN
18. PT Nusa Raya Cipta Tbk NRCA
19. PT Pelita Samudera Shipping Tbk PBSA 20. PT Superkrane Mitra Utama Tbk SKRN 21. PT Total Bangun Persada Tbk TOTL 22. PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk WEGE
23. PT Wijaya Karya Tbk WIKA
(Sumber: idx.co.id data diolah)
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan melalui dukumentasi. Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dokumen atau laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit yang merupakan data sekunder yang diperoleh melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu (www.idx.co.id). Dalam penelitian ini data yang dimaksud yaitu:
1. Pendapatan Komprehensif Lain 2. Manajemen Laba yang terdiri dari :
a. Laba Bersih b. Arus Kas c. Pendapatan
d. Total Aset e. Total Akrual
F. Teknik Analisis
1. Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi (Sudaryono, 2018: 362).
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan salah satu bagian dari iji persyaratan analisis data. Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas data dilakukan sebelum data diolah berdasarkan uji hipotesis atau model-model penelitian lainnya (Siti Nurhasanah, 2017: 40).
Uji normalitas yang dipakai dalam penelitian ini yaitu uji normalitas Kormogolov-Smirnov untuk menentukan data berdistribusi normal atau tidak.
Perumusan hipotesis untuk uji normalitas yaitu : a) Ho = Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
b) H1 = Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.
Untuk pengujian sigfifikansi adalah sebagai berikut :
a) Jika Sig > α, maka data berdistribusi normal.
b) Jika Sig < α, maka data berdistribusi tidak normal.
Dimana α = 5% atau 0,05 b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas yaitu uji yang menilai apakah ada ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi linear. Uji ini merupakan salah satu dari uji asumsi klasik yang harus dilakukan pada regresi linear. Apabila asumsi heteroskedastisitas tidak terpenuhi, maka model regresi dinyatakan tidak valid. Heteroskedastisitas merupakan keadaan dimana terjadinya ketidaksamaan varian dari error untuk semua pengamatan setiap variabel bebas pada model regresi.
a) Ho = Tidak ada heteroskedastisitas b) Ha = Ada heteroskedastisitas c. Uji Multikolinearitas
Multikolineritas yaitu sebuah situasi yang menunjukkan adanya korelasi atau hubungan kuat antara variabel independen dengan variabel dependen.
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai Tolerance yaitu : a) Jika nilai tolerance lebih besar dari 0,10 maka artinya tidak
terjadi multikolineritas dalam model regresi.
b) Jika nilai tolerance lebih kecil dari 0,10 maka artinya terjadi multikolineritas dalam model regresi.
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai VIF yaitu :
a) Jika nilai VIF < 10,00 artinya tidak terjadi multikolineritas dalam model regresi.
b) Jika nilai VIF > 10,00 artinya terjadi multikolineritas dalam model regresi.
3. Uji Hipotesis
a. Analisis Regresi Linier Sederhana
Menurut Sugiyono (2018: 148), analisis regresi linear sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen
Adapun rumus yang dipakai dalam regresi linear sederhana yaitu:
Keterangan :
Y = Variabel Terikat (Manajemen Laba) a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
X = Variabel Bebas (Pendapatan Komprehensif Lain) Y = α + bX
b. Uji Parsial (Uji T)
Uji T digunakan untuk mengetahui tingkat koefisien regresi.
Jika suatu koefisien regresi signifikan menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Dengan kata lain uji T digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Adapun pengambilan keputusan dalam Uji T yaitu :
a) Jika nilai signifikan < 0,05 atau t hitung > t table maka terdapat pengaruh variabel X terhadap variabel Y.
b) Jika nilai signifikan > 0,05 atau t hitung < t table maka tidak terdapat pengaruh variabel X terhadap variabel Y.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi digunakan untuk melihat pengaruh yang diberikan variabel bebas atau variabel independen terhadap variabel terikat atau dependen atau dengan kata lain, nilai koefisien determinasi R Square digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh yang diberikan variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen.
37
BAB 4HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI)
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia.
Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintahan kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah colonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
2. Visi,Misi, dan Core Values a. Visi
Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia.
b. Misi
Menciptakan infrastruktur pasar keuangan yang terpercaya dan kredibel untuk mewujudkan pasar yang teratur, wajar, dan efisien, serta dapat diakses oleh semua pemangku kepentingan melalui produk dan layanan yang inovatif.
c. Core Values
1) Teamwork, senantiasa bekerja sama secara sinergis untuk mencapai tujuan bersama.
2) Integrity, konsistensi antara pikiran, ucapan, dan tindakan dengan selalu menjunjung tinggi kejujuran, transparansi dan independensi sesuai dengan nilai-nilai perusahaan dan norma yang berlaku.
3) Professionalism, menunjukkan sikap appearance dan kompetensi dengan penuh tanggung jawab untuk memberikan hasil terbaik.
4) Service Excellence, senantiasa memberikan layanan terbaik bagi stakeholders.
3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah suatu sistem yang digunakan untuk mendefinisikan suatu hirarki dalam suatu organisasi. Struktur ini mengidentifikasikan setiap pekerjaan beserta fungsinya dan kemana tujuan pelaporan ke dalam organisasi.
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia
Sumber : www.idx.co.id
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Statistik Deskriptif
Uji statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai variabel-variabel yang di uji yaitu pendapatan komprehensif lain dan
manajemen laba. Hasil pengujian dapat dilihat melalui tabel dibawah ini.
Tabel 4.1 Uji Statistik Deskriptif
Sumber : Output IBM SPSS Statistic 22 yang diolah (2021)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation PENDAPATAN
KOMPREHENSIF LAIN 69 -.81 17.60 .2916 2.12409
MANAJEMEN LABA 69 -.24 .52 -.0154 .08816
Valid N (listwise) 69
Pada tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa variabel pendapatan komprehensif lain memiliki nilai terendah sebesar -0.81 sedangkan nilai tertinggi yaitu 17.60 dengan nilai rata-rata sebesar 0.2916 dan standar deviasi (tingkat sebaran datanya) sebesar 2.12409 Sedangkan variabel manajemen laba memiliki nilai terendah sebesar -0.24 sedangkan nilai maksimumnya sebesar 0.52 dengan nilai rata-rata sebesar -0.0154 dan standar deviasinya sebesar 0.08816.
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi data berdistribusi normal atau tidak. Adapun pengujian normalitas menggunakan program IBM SPSS Statistics 22. Hasil pengujian dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 4.2 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 69
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std.
Test Statistic .196
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber : Output IBM SPSS Statistic 22 yang diolah (2021)
Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov diatas menunjukkan bahwa nilai signifikan atau probabilitas sebesar 0.000. Hasil ini membuktikan bahwa probabilitas atau signifikan lebih kecil dari level signifikan yaitu (alfa=5%) atau 0.05 yang berarti dapat disimpulkan bahwa pengujian normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa variabel penelitian dinyatakan tidak berdistribusi normal.
Selain itu, uji normalitas juga dapat dilihat melalui pola grafik P-P Plot yang terdapat pada gambar dibawah ini :
Gambar 4.2 Uji Normalitas P-P Plot
Sumber : Output IBM SPSS Statistic 22 yang diolah (2021)
Berdasarkan gambar 4.2 diatas menunjukkan bahwa pola pada pangujian P-P Plot menyebar dan mengikuti garis lurus yang berarti dapat disimpulkan bahwa data variabel berdistribusi
normal.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah terdapat ketidaksamaan varians dan residual pengamatan satu ke pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi heteroskedastisitas dapat dilihat melalui metode Scatterplot dengan memplotkan nilai ZPRED dengan SRESID. Apabila tidak terdapat pola tertentu dalam pengujian maka model pengujian dapat dikatakan baik. Hasil grafik pengujian heteroskedastisitas menggunakan metode Scatterplot dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas Scatterplot
Sumber : Output IBM SPSS Statistic 22 yang diolah (2021)
Sumber : Output IBM SPSS Statistic 22 yang diolah (2021)
Berdasarkan uji heteroskedastisitas menggunakan scatterplot gambar 4.3 diatas terlihat bahwa titik-titik membentuk pola tertentu atau tidak menyebar secara acak baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi gejala heteroskedastisitas pada model regresi.
Selain itu pengujian heteroskedastisitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan metode uji Gletser yaitu dengan meregresikan nilai absolute residual (ABRESID/Abs_ress) terhadap variabel independen. Apabila nilai signifikan hitung lebih besar dari alpha = 5% atau 0.05, maka tidak ada masalah heteroskedastisitas. Sebaliknya jika nilai signifikan hitung lebih kecil (kurang) dari alpha = 5% atau 0.05 dapat disimpulkan bahwa terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat dalam tabel 4.3 dibawah ini :
Tabel 4.3 Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa
a. Dependent Variable: MANAJEMEN LABA
Sumber : Output IBM SPSS Statistic 22 yang diolah (2021)
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas pada tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa nilai signifikan hitung untuk pendapatan
komrehensif lain sebesar 0.917 atau lebih besar dari nilai alpha yaitu 5% atau 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas pada model regresi.
c. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah terdapat korelasi atau hubungan secara linier dengan variabel independen dalam model regresi. Untuk mengetahui ada atau tidak multikolinearitas yaitu dengan nilai tolerance > 0.10 dan nilai variance inflation factor (VIF) < 10. Pengujian multikolinearitas dapat di lihat melalui tabel di bawah ini :
Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)
PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN 1.000 1.000 Dependent Variable: MANAJEMEN LABA
Sumber : Output IBM SPSS Statistic 22 yang diolah (2021)
Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa hasil pengujian multikolinearitas diketahui bahwa untuk variabel pendapatan komprehensif lain memiliki nilai tolerance sebesar 1.000 atau lebih besar dari 0.10 sedangkan nilai variance inflation factor (VIF) sebesar 1.000 atau lebih kecil dari 10. Berdasarkan
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas terhadap variabel pendapatan komprehensif lain.
3. Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi linear sederhana merupakan hubungan secara linear antara variabel independen dengan variabel independen.
Analisis ini digunakan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan dan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dan variaben dependen.
Tabel 4.5 Analisis Regresi Linear Sederhana Coefficientsa
Berdasarkan tabel 4.5 hasil analisis regresi linear sederhana, maka persamaan regresinya yaitu :
Y = a + bX
Y = -0.015 + 0.001OCI
Berdasarkan persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai koefisien regresi variabel pendapatan komprehensif lain (X) sebesar 0.001. Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel pendapatan komprehensif lain tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dalam model regresi.
4. Uji Hipotesis
a. Uji Parameter Individual (Uji T)
Uji parameter individual atau yang biasa dikenal dengan uji t digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Uji ini dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel atau dengan melihat kolom signifikansi pada masing-masing t hitung.
Tabel 4.6 Uji Parameter Individual (UjiT T) Coefficientsa
Model t Sig.
1 (Constant) -1.410 .163
PENDAPATAN
KOMPREHENSIF LAIN -.105 .917
a. Dependent Variable: MANAJEMEN LABA
Sumber : Output IBM SPSS Statistic 22 yang diolah (2021)
1) Hasil uji t pengaruh Pendapatan Komprehensif lain (OCI) terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil uji t pada tabel 4.6 diatas diketahui nilai signifikan (sig) variabel pendapatan komprehensif lain sebesar 0.917 atau lebih besar dari 0.05, sedangkan nilai t hitung -0.105 lebih kecil dari t tabel yaitu 1.99601. Hal ini membuktikan bahwa pendapatan komprehensif lain tidak berpengaruh terhadap manajemen laba atau hipotesis ditolak.
b. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel independen. Adapun nilai koefisien determinasi yaitu antara 0 dan 1. Jika nilai mendekati 1 artinya variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Namun jika nilai R2 semakin kecil artinya kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen cukup terbatas.
Tabel 4.7 Uji Koefisien Dererminasi Model Summary
Model R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .013a .000 -.015 .08881
a. Predictors: (Constant), PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN
b. Dependent Variable: MANAJEMEN LABA
Sumber : Output IBM SPSS Statistic 22 yang diolah (2021)
Berdasarkan tabel 4.7 untuk pengujian koefisien determinasi (R Square) variabel bebas yang terlihat dalam model summary di dapatkan nilai sebesar 0.000. Hal ini membuktikan bahwa variabel independen atau pendapatan komprehensif lain tidak mampu menjelaskan varians dari variabel dependen atau manjemen laba.
C. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dampak pendapatan komprehensif lain (OCI) sebagai variabel X terhadap manajemen laba pada perusahaan sektor property real estate dan konstruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2018-2020.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka pembahasan mengenai hasil penelitian adalah sebagai berikut :
Dampak pendapatan komprehensif lain terhadap manajemen laba pada perusahaan jasa sektor property real estate dan konstruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2020
Berdasarkan hasil perhitungan pada program SPSS pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.000 hal ini menunjukkan bahwa pendapatan komprehensif lain tidak memiliki pengaruh terhadap manajemen laba. Apabila dilihat dari nilai t hitung < t
tabel atau -0.105 < 1.99601 sedangkan nilai signifikan lebih besar dari
probability atau 0.917 > 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh pendapatan komprehensif lain terhadap manajemen laba
probability atau 0.917 > 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh pendapatan komprehensif lain terhadap manajemen laba