• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi perkembangan ilmu akuntansi khususnya mengenai pendapatan komprehensif lain suatu perusahaan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi serta bahan masukan bagi penlulisan karya ilmiyah di bidang akuntansi khususnya pada akuntansi keuangan.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan untuk memperoleh pengetahuan mengenai pendapatan komprehensif lain (other comprehensive income) dalam suatu perusahaan.

b. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi perpustakaan, serta dijadikan sebagai alat bahan perbandingan penelitian bagi peneliti yang memiliki objek penelitian yang sama.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan sebagai bahan referensi serta dapat menambah pengetahuan, wawasan dan panduan dalam penelitian – penelitian dimasa yang akan datang.

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori 1. Teori Sinyal

Teori sinyal pertamakali dikemukakan oleh Spence (1973). Teori ini menyatakan bahwa perilaku investor tergambarkan sesuai dengan pemahaman sinyal yang disampaikan oleh pemilik informasi. oleh karena itu informasi yang disampaikan oleh perusahaan harus relevan sebagai pertimbangan untuk investor dalam pengambilan keputusan.

Menurut Brigham dan Houston (2006) teori sinyal merupakan suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk bagi investor mengenai prospek perusahaan. Dengan kata lain, teori sinyal berkaitan dengan asimetri informasi antara manajemen perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi. Oleh karena itu manajemen perlu memberikan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan melalui penerbitan laporan keuangan. Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh menejemen untuk merealisasikan keinginan pemilik.

Teori sinyal merupakan teori yang memberikan penjelasan mengenai pemberian informasi kepada pihak-pihak yang

membutuhkan laporan keuangan tersebut atau digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.

2. Laporan Keuangan a. Definisi

Menurut Herawati, (2019: 17) Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan posisi keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan-catatan dan berbagai integral dari laporan keuangan.

Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi laporan keuangan suatu perusahaan dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut.

Menurut Abdullah, dkk laporan keuangan dapat juga dipergunakan untuk mengetahui kinerja perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan merupakan suatu proses evaluasi prospek ekonomi dan risiko perusahaan. Kondisi kesehatan perusahaan dapat tercermin dari kinerja keuangannya. Hal ini disebabkan karena laporan kinerja keuangan perusahaan berguna sebagai informasi mengenai perencanaan, pendanaan, investasi, dan operasi perusahaan dan dilakukan analisis dengan menggunakan rasio keuangan (Herawati 2019:17)

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan suatu gambaran tentang

kondisi keuangan suatu perusahaan yang didalamnya terdiri dari beberapa laporan diantaranya neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, serta catatan atas laporan keuangan.

b. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Herawati (2019: 18), tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan yaitu:

1) Untuk memberikan suatu informasi perihal jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki oleh perusahaan pada saat ini.

2) Untuk memberikan informasi perihal jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki oleh perusahaan pada saat ini.

3) Untuk memberikan informasi perihal jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu perusahaan.

4) Untuk memberikan informasi perihal jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

5) Untuk memberikan informasi perihal perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.

6) Untuk memberikan informasi perihal kinerja manajemen perusahaan dalam periode akuntansi.

7) Untuk memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.

8) Untuk informasi keuangan lainnya.

c. Bentuk Laporan Keuangan

1) Neraca

2) Laporan Laba Rugi

3) Laporan Perubahan Ekuitas 4) Laporan Arus Kas

5) Catatan Atas Laporan Keuangan

3. Pendapatan Komprehensif (Comprehensive Income)

Pendapatan komprehensif adalah perubahan pada aset bersih entitas selama periode pelaporan yang timbul dari sumber nonpemilik (nonowner). Sebagai catatan setoran modal dari pemilik merupakan sumber dari pemilik.

Terdapat dua alternatif dalam pelaporan comprehensive income, yaitu:

a. Laporan comprehensive income tunggal

b. Laporan comprehensive income terpisah, yang terdiri dari:

1) Laporan Laba Rugi

2) Laporan kedua dengan awal laba bersih ditambah dengan other comprehensive income (OCI)

4. Pendapatan Komprehensif Lain (Other Comprehensive Income) Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), pendapatan komprehensif lain adalah kenaikan kekayaan perusahaan yang dipengaruhi oleh berbagai hal yang tidak ada hubungannya dengan operasi normal perusahaan.

Sedangkan menurut Bahri (2016:141) Pendapatan komprehensif lain adalah perubahan aset atau liabilitas yang tidak mempengaruhi laba pada periode berjalan seperti selisih revaluasi aset tetap, pajak penghasilan terkait dan selisih kurs karena penjabarab laporan keuangan dalam mata uang asing.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendapatan komprehensif lain adalah total penghasilan dikurangi total beban yang tidak terdapat di dalam laporan laba rugi sebagaimana yang disyaratkan dalam standar akuntansi keuangan lainnya.

Menurut Sidantha, dkk (2016 : 61) komponen- komponen dalam laporan pendapatan komprehensif lain (OCI) yang mencakup keuntungan atau kerugian yang belum terealisasi antara lain:

a. Revaluasi Aset Tetap Berwujud dan Aset Tetap Tak Berwujud 1) Aset Tetap Berwujud

International Financial Reporting Standard (IFRS) memberi ruang terhadap pelaporan menggunakan fair value terhhadap pengukuran aset tetap berwujud. Dalam penentuan nilai wajar menggunakan beberapa pendekatan, sebagai contoh dalam nilai wajar pabrik dan peralatannya biasanya menggunakan nilai pasar yang ditentukan oleh penilai, sedangkan untuk nilai wajar tanah dan bangunan juga ditentukan oleh penilai profesional.

2) Aset Tetap Tidak Berwujud

Santoso dkk, (2017: 102) mengatakan bahwa sesuai standar akuntansi terdahulu yang bukan konvergensi IFRS

pengukuran untuk setiap transaksi menggunakan historical cost yaitu merupakan jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan untuk memperoleh aset pada saat perolehan atau konstruksi pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu. Kelemahan dari historical cost yaitu tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya yang memungkinkan manajemen untuk melakukan manajemen laba.

b. Selisih Kurs Mata Uang Asing

Dalam PSAK No.10, selisih kurs merupakan selisih yang dihasilkan dari penjabaran dalam jumlah tertentu di suatu mata uang ke dalam mata uang lain pada kurs yang berbeda.

Berikut hal-hal pokok yang dijabarkan dalam PSAK No. 10 1) Mata uang tersebut digunakan dalam proses menghasilkan

pendapatan sampai diterimanya pembayaran.

2) Mata uang tersebut dimiliki oleh negara yang memiliki pengaruh dalam penentuan harga.

3) Mata uang tersebut berperan dalam proses value chain entitas.

c. Perubahan Investasi dalam Sekuritas yang dikategorikan sebagai Tersedia untuk Dijual.

Menurut Santoso dkk, (2017: 103) Pengukuran terhadap instrument keuangan yang ada dalam perusahaan dapat dicatat pada bagian aset keuangan seperti kas dan setara kas, intrumen ekuitas entitas lain, serta instrument derivative sedangkan dapat juga pada bagian liabilitas keuangan seperti kontrak yang dapat diselesaikan dengan ekuitas yang diterbitkan dari sebuah entitas.

d. Penyesuaian Liabilitas Minimum Pensiun

Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.24 hal 24.1 [4] yang mengatur pencatatannya sebagai standar pencatatan ataupun penyajian dalam laporan keuangan.

Keuntungan ataupun kerugian akan muncul dalam perhitungan program tersebut. Resiko terhadap lebih besarnya imbalan daripada yang diharapkan sangat mungkin terjadi. Besar kecilnya kewajiban yang muncul diukur menggunakan diskonto karena memungkinkan kewajiban yang muncul akibat kelebihan besarnya imbalan tersebut dapat diselesaikan beberapa tahun setelah pekerja memberikan jasanya.

e. Lindung Nilai Arus Kas

Tujuan terhadap lindung nilai adalah untuk memastikan keuntungan dan kerugian atas instrumen lindung nilai dan jenis lindung nilai diakui dalam laporan laba rugi komprehensif periode yang sama. Aset dari perusahaan akan lindung arus kas secara langsung. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa dari nilai aset perusahaan secara keseluruhan akan memiliki presentase aset yang di lindung nilai. Hal tersebut dapat mengidentifikasikan bahwa setiap perusahaan mempunyai resiko yang nantinya akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

f. Bagian dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas dalam OCI.

Jenis entitas atau kerjasama lain dalam metode ekuitas adalah perjanjian bersama seperti ventura bersama.

Masing-masing perusahaan menjalankan aktifitas ekonomi secara bersama namun patuh pada pengendalian bersama. Pada saat aktivitas bersama, pengakuan atas pendapatan komprehensif diakui sebagai pendapatan komprehensif dan kenaikan investasi pada pembukuan investor dan distribusi dari investee mengurangi nilai investasi.

5. Manajemen Laba a. Definisi

Secara umum manajemen laba didefenisikan sebagai upaya manajer perusahaan untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan. Istilah intervensi inilah yang digunakan sebagian pihak menjadikan manajemen laba sebagai kecurangan tetapi pihak yang lainnya menganggap aktivitas rekayasa manajerial itu bukan sebuah kecurangan karena intervensi itu dilakukan manajer perusahaan dalam kerangka standar akuntansi yang mempunyai metode dan prosedur akuntansi yang berlaku umum.

Sejalan dengan berkembangnya penelitian akuntansi keuangan dan keperilakuan saat ini ada beberapa definisi manajemen laba yang berbeda antara satu dengan yang lainnya sesuai dengan pemahaman dan penilaian orang yang mendefinisikan terhadap aktifitas pengelolaan dan pengaturan laba itu. Meskipun terdapat perbedaan secara terminologi dalam mendefenisikan manajemen

laba oleh para ahli, namun secara garis besar mempunyai pengertian yang serupa.

(Fisher dan Rosenzweig : 1998) mengatakan bahwa :

“Manajemen laba adalah tindakan-tindakan manajer untuk menaikkan (menurunkan) laba periode berjalan dari sebuah perusahaan yang dikelolanya tanpa menyebabkan kenaikan (penurunan) keuntungan ekonomi perusahaan jangka panjang.

Sedangkan menurut (Lewitt : 1998) :

“manajemen laba adalah fleksibilitas akuntansi untuk menyetarakan diri dengan inovasi bisnis. Penyalahgunaan laba ketika publik memanfaatkan hasilnya. Penipuan mengaburkan volatilitas keuangan sesungguhnya. Itu semua untuk menutupi konsekuensi dari keputusan-keputusan manajer.”

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ada kesamaan terminologi yang digunakan setiap definisi, yaitu tindakan untuk mengatur laba (Fisher dan Rosenzweig),fleksibilitas mendorong penyalahgunaan laba (Lewitt). Meskipun menggunakan terminology yang berbeda secara konseptual, definisi-definisi itu memiliki penghubung antara satu dengan yang lain yaitu menyepakati bahwa manajemen laba merupakan aktifitas manajerial untuk mempengaruhi dan mengintervensi laporan keuangan.

b. Objek Manajemen Laba 1) Aktiva Lancar

Aktiva lancar merupakan aktiva paling likuid yang dimiliki perusahaan. Secara teoritis suatu aktiva diklasifikasikan sebagai aktiva lancar apabila aktiva lancar apabila aktiva itu berupa kas atau setara kas yang dapat diwujudkan dalam bentuk kas dan siap untuk digunakan kurang dari satu periode akuntansi atau operasi normal perusahaan.

a) Kas dan Setara Kas b) Piutang

c) Persediaan

d) Biaya Dibayar Dimuka 2) Aktiva Tetap

Aktiva tetap merupakan harta perusahaan yang mempunyai wujud fisik, dipakai dalam operasi normal perusahaan, dimiliki perusahaan lebih dari satu periode akuntansi, dan tidak dimaksudkan untuk dijual. Aktiva tetap dapat di klasifikasikan menjadi aktiva tetap yang umurnya terbatas dan aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas. Aktiva tetap yang umurnya terbatas adalah aktiva tetap tidak dapat terus menerus digunakan tetapi suatu saat akan rusak atau using sehingga harus diganti dengan aktiva sejenis misalkan gedung, kendaraan, mesin dan lain-lain.

B. Tinjauan Empiris

Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang berkaitan dengan topik atau variabel yang terdapat dalam penelitian ini. Adapun penelitian terdahulu dapat dilihat pada table dibawah ini :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Metode Hasil

Asosiatif Informasi laba bersih dan total

3. Beti

Kuantitatif Laba bersih berpengaruh positif terkait selisih kurs, imbalan kerja

Perusahaan

Ahmar, JMV

imbalan kerja pada

Kuanitatif  Hasil penelitian menunjukkan

berpengaruh terhdap manajemen laba.

C. Kerangka Konsep

Manajemen laba serta pengungkapan informasi dalam laporan keuangan mempunyai hubungan yang erat dengan asimetri informasi.

Semakin tinggi transparansi informasi akan berpengaruh pada menurunnya kesempatan praktik manajemen laba. Sebaliknya semakin rendah transparansi informasi akan berdampak semakin besar asimetri informasi antara manajemen dan pemangku kepentingan yang berimbas pada semakin besar kesempatan melakukan praktik manajemen laba.

Pengungkapan OCI dalam laporan laba rugi komprehensif akan meningkatkan kualitas laba komprehensif. Laba komprehensif yaitu gabungan dari laba tahunan perusahaan yang ditambah dengan laba atau rugi dari pendapatan komprehensif lainsetelah pajak. Berdasarkan syarat dari PSAK terhadap pengungkapan informasi mengenai pengungkapan pendapatan lain dalam laporan laba rugi komprehensif diharapkan informasi laba yang disajikan dalam laporan keuangan tidak menyesatkan pemangku kepentingan dan dapat membatasi manajer melakukan praktik manajemen laba karena informasi laba komprehensif telah mencakup semua informasi pendapatan dari perusahaan baik yang berasal dari aktivitas operasional perusahaan maupun diluar dari aktivitas operasional perusahaan.

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

D. Hipotesis

Manajemen laba merupakan hal yang sering terjadi atau hal yang sudah biasa dilakukan oleh manajemen perusahaan sebelum di adopsinya IFRS ke dalam PSAK secara utuh. Salah satu hal yang menyebabkan manajemen laba sering terjadi yaitu banyaknya pilihan metode akuntansi yang dapat digunakan oleh manajemen. Oleh karena itu untuk meminimalisir terjadinya praktik manajemen laba, maka IFRS diadopsi secara penuh ke dalam PSAK.

Pengungkapan pendapatan komprehensif lain dalam laporan keuangan telah terbukti menjadi salah satu faktor yang dapat mengurangi praktik manajemen laba dalam perusahaan. Penyajian informasi yang mencakup pendapatan perusahaan baik dari aktifitas operasional maupun pendapatan diluar operasional perusahaan disajikan secara lengkap.

Pengungkapan Pendapatan Komprehensif

Lain (Other Comprehensive Income)

(X)

Manajemen Laba (Y)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Bima & Nur Afri, 2017) menunjukkan bahwa pengungkapan pendapatan komprehensif lain dalam laporan keuangan terbukti mampu mengurangi praktik manajemen laba dalam perusahaan.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh (Basyirun, 2018) pendapatan komprehensif lain berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Dengan kata lain bahwa pengungkapan pendapatan komprehensif lain secara terpisah dalam laporan laba rugi komprehensif dapat mengurangi praktik manajemen laba.

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Pengungkapan pendapatan komprehensif lain berpengaruh terhadap manajemen laba.

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Berdasarkan pengukuran dan analisis data, penelitian ini merupakan penelitian jenis penelitian kuantitatif. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif kuantitatif.

Menurut Sugiyono (2018: 48) metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri) tanpa membuat perbandingan dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel lain.

Deskriptif kuantitatif yaitu berisi gambaran hubungan yang terjadi antara variabel independen dan variabel dependen.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi merupakan tempat objek serta subjek yang akan diteliti.

Berdasarkan judul yang ada pada penelitian ini, maka lokasi penelitian ini penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah perusahaan jasa sektor property real estate dan konstruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2018-2020 yang telah di audit. Data tersebut diperoleh melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu (www.idx.co.id). Waktu pelaksanaan penelitian yaitu selama 2 bulan.

C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran

1. Variabel Independen (Pendapatan Komprehensif Lain)

Menurut Sugiyono (2018 : 39) Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen).

Variabel independen dalam penelitian ini yaitu pengungkapan pendapatan komprehensi lain. Pendapatan komprehensif lain yang berasal dari penjabaran laporan keuangan perubahan kurs mata uang asing ke mata uang pelaporan, hasil revaluasi terhadap aset tetap ke nilai wajarnya, program imbalan pasti yang terkait perubahan asumsi aktuaria, investasi tersedia untuk dijual, dan aktivitas untuk melindungi cash flow. Dalam penelitian ini, nilai Other Comprehensive Income (OCI) terdapat pada laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain setelah laba bersih.

2. Variabel Dependen (Manajemen Laba)

Menurut Sugiyono (2018 : 39) Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu manajemen laba yang diproyeksikan dengan disecretionary accruals. Disecretionary Accrual menggunakan komponen akrual dalam mengatur laba karena komponen akrual tidak memerlukan bukti kas secara fisik sehingga dalam mempermainkan komponen akrual tidak disertai kas yang diterima atau dikeluarkan.

Untuk mendeteksi manajemen laba digunakan “The Modified Jones Model” yaitu metode yang sering digunakan untuk mendeteksi

manajemen laba dalam perusahaan. Modifikasi ini dirancang untuk menghilangkan kemungkinan dugaan Model Jones untuk mengukur akrual diskresioner dengan kesalahan ketika diskresi manajemen dilakukan terhadap pendapatan.

Dalam Suyono (2017: 311) Formula selengkapnya dari Model Jones yang Dimodifikasi adalah sebagai berikut :

a. menghitung total akrual (TAC) yaitu laba bersih tahun t dikurangi arus kas operasi tahun t dengan rumus sebagai berikut:

TAC = NIit – CFOit

b. Selanjutnya, total accrual (TA) diestimasi dengan Ordinary Least Square sebagai berikut:

c. Dengan koefisien regresi seperti pada rumus di atas, maka nondiscretionary accruals (NDA) ditentukan dengan formula sebagai berikut:

d. Terakhir, discretionary accruals (DA) sebagai ukuran manajemen laba ditentukan dengan formula berikut :

Keterangan :

DAit = Discretionary Accruals perusahaan i dalam periode tahun t

NDAit = Nondiscretionary Accruals perusahaan dalam periode tahun t

TAit =Total acrual perusahaan i dalam periode tahun t NIit =Laba bersih perusahaan i dalam periode tahun t CFOit =Arus kas dari aktivitas operasi perusahaan i dalam

periode tahun t

Ait-1 =Total assets perusahaan i dalam periode tahun t-1

∆Revit = Pendapatan perusahaan i pada tahun t dikurangi

dengan pendapatan perusahaan I pada tahun t-1 PPEit = Property, pabrik, dan peralatan perusahaan i

dalam periode tahun t

∆Recit =Piutang usaha perusahaan I pada tahun t dikurangi pendapatan perusahaan I pada tahun t-1.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayan generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sudaryono, 2018: 174). Populasi dalam penelitian ini yaitu perusahaan jasa sektor property, real estate dan konstruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Eek Indonesia (BEI) sebanyak 84 perusahaan.

2. Sampel

Sampel penelitian mencerminkan dan menentukan seberapa jauh sampel tersebut bermanfaat dalam membuat kesimpulan penelitian.

Sampel merupakan suatu bagian dari populasi. Hal ini mencakup sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Dengan demikian, sebagian elemen dari populasi merupakan sampel (Sudaryono, 2018:

175). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian adalah Purposive Sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu :

a. Perusahaan jasa sektor property, real estate dan konstruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2020.

b. Perusahaan jasa sektor property, real estate dan konstruksi bangunan yang dikeluarkan (delisting) di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2020.

c. Perusahaan jasa sektor property, real estate dan konstruksi bangunan yang mengalami kerugian pada periode 2018-2020 d. Perusahaan jasa sektor property, real estate dan konstruksi

bangunan dengan data laporan keuangan tidak lengkap.

e. Perusahaan jasa sektor property, real estate dan konstruksi bangunan yang menggunakan Dollar sebagai mata uang dalam pelaporan keuangan.

Tabel 3.1 Kriteria Pemilihan Sampel

No Kriteria

Tahun 2018-2020 1. Perusahaan jasa sektor property, real estate dan

konstruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2020

84

2. Perusahaan jasa sektor property, real estate dan konstruksi bangunan yang dikeluarkan (delisting) di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2020

(1)

3. Perusahaan jasa sektor property, real estate dan konstruksi bangunan yang mengalami kerugian pada periode 2018-2020

(30)

5 Perusahaan jasa sektor property, real estate dan konstruksi bangunan dengan data laporan keuangan tidak lengkap

(29)

6 Perusahaan jasa sektor property, real estate dan konstruksi bangunan yang menggunakan Dollar sebagai mata uang dalam pelaporan keuangan

(1)

Jumlah Perusahaan Sampel 23

Jumlah Observasi (23x3 tahun) 69

Tabel 3.2 Perusahaan Sampel Penelitian

No Nama Perusahaan Kode

Perusahaan

1. PT Armidian Karyatama Tbk ARMY

2. PT Agung Podomoro Land Tbk APLN

3. PT Bumi Serpong Damai Tbk BSDE

4. PT Natura City Developments Tbk CITY 5. PT Ciputra Developments tbk CTRA 6. PT Intiland Development Tbk DILD

7. PT Duta Pertiwi Tbk DUTI

8. PT Perdana Gapura Prima Tbk GPRA

9. PT Jaya Real Property Tbk JRPT

10. PT Kawasan Industri Jababeka Tbk KIJA 11. PT Metropolitan Ketjana Tbk MKPI

12. PT Metropolitan Land Tbk MTLA

13. PT PP Properti Tbk PPRO

14. PT Pakuwon Jati Tbk PWON

15. PT Roda Vivatex Tbk RDTX

16. PT Suryamas Dutamakmur Tbk SMDM

17. PT Urban Jakarta Propertindo Tbk URBN

18. PT Nusa Raya Cipta Tbk NRCA

19. PT Pelita Samudera Shipping Tbk PBSA 20. PT Superkrane Mitra Utama Tbk SKRN 21. PT Total Bangun Persada Tbk TOTL 22. PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk WEGE

23. PT Wijaya Karya Tbk WIKA

(Sumber: idx.co.id data diolah)

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan melalui dukumentasi. Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dokumen atau laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit yang merupakan data sekunder yang diperoleh melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu (www.idx.co.id). Dalam penelitian ini data yang dimaksud yaitu:

1. Pendapatan Komprehensif Lain 2. Manajemen Laba yang terdiri dari :

a. Laba Bersih b. Arus Kas c. Pendapatan

Dokumen terkait