• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Tuberkulosis

2.5.10 Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan baik perorangan maupun kelompok. Tujuan mendeteksi dini seseorang dengan infeksi TB adalah untuk mengidentifikasi siapa saja yang akan memperoleh keuntungan dari terapi pencegahan untuk menghentikan perkembangan TB yang aktif secara klinis.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2011) hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penularannya adalah :

a. Kebersihan ruangan dalam rumah terjaga terutama kamar tidur dan setiap ruangan dalam rumah dilengkapi jendela yang cukup untuk pencahayaan alami dan ventilasi untuk pertukaran udara serta usahakan agar sinar matahari dapat masuk ke setiap ruangan dalam rumah melalui jendela atau genting kaca, karena kuman TBC mati dengan sinar matahari yang mengandung sinar ultraviolet.

b. Menjemur kasur dan bantal secara teratur.

c. Pengidap TBC diminta menutupi hidung dan mulutnya apabila mereka batuk atau bersin.

d. Minum obat secara teratur sampai selesai, gunakan Pengawas Minum Obat (PMO) untuk menjaga keteraturan minum obat.

e. Jangan meludah di sembarang tempat karena ludah yang mengandung mycobacterium tuberculosis akan terbawa udara dan dapat terhirup orang lain.

f. Apabila sedang dalam perjalanan maka penderita dianjurkan memakai penutup mulut atau masker, dan bila akan membuang dahak maka harus closet kemudian disiram atau dipembuangan mengalir.

g. Gunakan tepat penampungan dahak seperti kaleng atau sejenisnya yang ditambahkan air sabun.

h. Cuci dan bersihkan barang-barang yang digunakan oleh penderita. Seperti alat makan dan minum atau perlengkapan tidur.

Naga (2012) berpendapat bahwa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah TBC, yaitu :

a. Bagi penderita, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan menutup mulut saat batuk, dan membuang dahak tidak di sembarang tempat.

b. Bagi masyarakat, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan meningkatkan ketahanan terhadap bayi, yaitu dengan memberikan vaksinasi BCG.

c. Bagi petugas kesehatan, pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit TBC, yang meliputi gejala, bahaya, dan akibat yang ditimbulkannya terhadap kehidupan masyarakat pada umumnya.

d. Petugas kesehatan juga harus segera melakukan pengisolasian dan pemeriksaan terhadap orang-orang yang terinfeksi, atau dengan memberikan pengobatan khusus kepada penderita TBC. Pengobatan dengan cara dirawat di rumah sakit hanya dilakukan bagi penderita dengan

kategori berat dan memerlukan pengembangan program pengobatannya, sehingga tidak dikehendaki pengobatan jalan.

e. Pencegahan penularan juga dapat dicegah dengan melaksanakan desinfeksi, seperti cuci tangan, kebersihan rumah yang ketat, perhatian khusus terhadap muntahan atau ludah anggota keluarga yang terjangkit penyakit TBC (piring, tempat tidur, pakaian) dan menyediakan ventilasi dan sinar matahari yang cukup.

f. Melakukan imunisasi bagi orang-orang yang melakukan kontak langsung dengan penderita, seperti keluarga, perawat, dokter, petugas kesehatan, dan orang lain yang terindikasi, dengan vaksin BCG dan tindak lanjut bagi yang positif tertular.

g. Melakukan pemeriksaan terhadap orang-orang yang kontak dengan penderita TBC. Perlu dilakukan Tes Tuberkulin bagi seluruh anggota keluarga. Apabila cara ini menunjukkan hasil negatif, perlu diulang pemeriksaan tiap bulan selama 3 bulan, dan perlu pemeriksaan intensif.

h. Dilakukan pengobatan khusus. Penderita dengan TBC aktif perlu pengobatan yang tepat, yaitu obat-obat kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter dan diminum dengan tekun dan teratur, selama 6 bulan sampai 12 bulan. Perlu diwaspadai adanya kebal terhadap obat-obat, dengan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter.

Francis (2011) menyatakan pencegahan penyakit tuberkulosis dapat dilakukan dengan penyediaan nutrisi yang baik, sanitasi yang adekuat, perumahan

yang tidak terlalu padat dan udara yang segar merupakan tindakan yang efektif dalam pencegahan TBC.

Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) 2010 menjelaskan tentang pencegahan penularan penyakit TBC, yaitu :

a. Bagi masyarakat

1. Makan makanan yang bergizi seimbang sehingga daya tahan tubuh meningkat untuk membunuh kuman TBC

2. Tidur dan istirahat yang cukup

3. Tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkoba 4. Lingkungan yang bersih baik tempat tinggal dan sekitarnya

5. Membuka jendela agar masuk sinar matahari di semua ruangan rumah karena kuman TBC akan mati bila terkena sinar matahari

6. Imunisasi BCG bagi balita, yang tujuannya untuk mencegah agar kondisi balita tidak lebih parah bila terinfeksi TBC

7. Menyarankan apabila ada yang dicurigai TBC agar segera memeriksa diri dan berobat sesuai aturan sampai sembuh

b. Bagi penderita

1. Tidak meludah di sembarangan tempat 2. Menutup mulut saat batuk atau bersin 3. Berperilaku hidup bersih dan sehat 4. Berobat sesuai atauran sampai sembuh

5. Memeriksa balita yang tinggal serumah agar segera diberikan pengobatan pencegahan

2.6 Landasan Teori

Menurut Green dan Kreuter (1991) pada tahun 1980, merupakan model yang paling cocok diterapkan dalam perencanaan dan evaluasi promosi kesehatan yang dikenal dengan model PRECEDE-PROCEED yang merupakan model partisipasi masyarakat yang berorientasi menciptakan masyarakat yang berhasil mengubah perilaku akibat intervensi promosi kesehatan.PRECEDE (Predispising, Reinforcing and Enabling Causes in Education Diagnosis and Evaluation).

PRECEDE merupakan kerangka untuk membantu perencanaan mengenal masalah, mulai dari kebutuhan pendidikan sampai pengembangan program.

PROCEED merupakan singkatan dari Polyce, Regulatory, and Organizational Contructs in Educational and Environmental Development.

Model PRECEDE-PROCEED terdiri atas sembilan tahap yaitu tahap pertama gabungan beberapa tahap yang kelihatannya sulit tetapi dirangkaian percobaan mendekati kelanjutan tentang langkah-langkah mengungkapkan suatu urutan sangat logis untuk program promosi kesehatan. Dasar dari model ini adalah untuk memulai mendekati dengan mengindentifikasi, menentukan penyebab, dan akhirnya mendesain serta intervensi yang diarahkan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dengan kata lain, PRECEDE-PROCEED dimulai dengan pembatasan-pembatasan yang konsekuensinya dipengaruhi oleh penyebab.

Gambar 2.1 Landasan Teori

2.7 Kerangka Teori

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2012), perilaku dilatar belakangi atau dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu :

1. Faktor-faktor presdisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya dari seseorang.

2. Faktor-faktor pemungkin/pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.

3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas lainnya yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

Bagan teori perilaku Lawrance Green (1980)

Gambar 2.2 Kerangka Teori Green (Notoatmodjo 2012) 1 Faktor Predisposisi

2.8 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian Predisposing Factor

- Jenis kelamin - Umur - Pendidikan - Pekerjaan - Pengetahuan - Sikap

Faktor Pendukung - Ketersediaan Fasilitas

Kesehatan

Faktor Penguat - Peran Petugas

Kesehatan

Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian survey yang bersifat analitik dengan desain cross sectional yaitu untuk mengetahui pengetahuan sikap dan tindakan penderita TB Paru.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Pijorkoling Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan. Alasan memilih Puskesmas Pijorkoling sebagai lokasi penelitian karena puskesmas tersebut memiliki angka kunjungan pasien TB yang berobat lebih banyak yaitu sebanyak 64 orang dan di Puskesmas Labuhan Rasoki yaitu 22 orang.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai selesai.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien penderita TB Paru yang berobat di Puskesmas Pijorkoling pada bulan Februari sampai April 2018 yaitu berjumlah 64 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan subjek penelitian yang berjumlah 64 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden, dengan berpedoman pada kuesioner penelitian yang telah dipersiapkan sebelumnya.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh meliputi data kunjungan pasien TB Paru yang berkunjung ke Puskesmas Pijorkoling dan Profil Dinas kesehatan Kota Padangsidimpuan.

3.5 Defenisi Operasional 3.5.1 Variabel Independen

1. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah jenis kelamin responden yang dikategorikan dua yaitu laki-laki dan perempuan.

2. Umur

Umur adalah lama waktu perjalanan hidup responden yang dihitung sejak responden dilahirkan sampai ulang tahun terakhir yang dinyatakan dalam satuan tahun sesuai dengan pengakuan responden.

3. Pendidikan

Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang diselesaikan sesuai dengan pengakuan responden.

4. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan responden untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk mendapatkan nafkah.

5. Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang pencegahan TB Paru meliputi penyebab TB paru, penularan TB paru, gejala TB paru, pengobatan TB paru ( pemakaian masker dan pembuangan dahak dalam pot khusus ).

6. Sikap

Sikap adalah penilaian responden berdasarkan kemauan atau respon terhadap pencegahan TB Paru meliputi penyebab TB paru, penularan TB paru, gejala TB paru, pengobatan TB paru ( pemakaian masker dan pembuangan dahak dalam pot khusus ).

7. Fasilitas Kesehatan

Fasilitas Kesehatan adalah segala sarana dan prasarana alat atau tempat yang dapat menunjang kesehatan atau yang mampu memberikan layanan TB secara menyeluruh mulai dari mendiagnosis TB, pemeriksaan pemantauan kemajuan pengobatan pada akhir pengobatan intensif, bulan kelima dan akhir pengobatan.

8. Petugas Kesehatan

Petugas Kesehatan adalah orang yang bertugas dari puskesmas untuk memberikan penyuluhan kesehatan tentang pencegahan TB Paru meliputi penyebab TB paru, penularan TB paru, gejala TB paru, pengobatan TB paru ( pemakaian masker dan pembuangan dahak dalam pot khusus ).

3.5.2 Variabel Dependen

Upaya pencegahan Penularan Penyakit TB Paru adalah tindakan yang dilakukan oleh responden yang telah dilakukan dalam pencegahan penularan penyakit TB Paru meliputi penyebab TB paru, penularan TB paru, gejala TB paru, pengobatan TB ( pemakaian masker dan pembuangan dahak dalam pot khusus ).

3.6 Metode Pengukuran 3.6.1 Variabel Independen

1. Pengetahuan Responden

Pengetahuan yaitu segala sesuatu yang diketahui responden tentang TB Paru, yang diukur dengan 15 pertanyaan dari no. 1 sampai 10 dengan skor tertinggi adalah 30.

Untuk pertanyaan no. 1 -15

a. Nilai 2 diberi untuk jawaban yang benar

b. Nilai 1 diberi untuk jawaban yang mendekati benar c. Nilai 0 diberi untuk jawaban yang salah

Menurut Arikunto (2006), adalah nilai yang dikumpulkan kemudian dikategorikan menjadi 3, yaitu:

1. Baik, apabila nilai yang diperoleh ≥75% dari seluruh skor yang Diperoleh.

2. Kurang, apabila nilai yang diperoleh <40% dari seluruh skor yang diperoleh.

2. Sikap Responden

Sikap adalah suatu respon atau tindakan responden tentang bagaimana pencegahan TB Paru, yang diukur dengan 15 pernyataan dari no. 1 sampai 15 dengan skor tertinggi adalah 15 dengan menggunakan skala Guttman yaitu, Setuju dan Tidak Setuju, pernyataan dibagi atas 2 pernyataan positif dan pernyataan negatif.

Untuk pernyataan sikap positif a. Nilai 1 diberi untuk jawaban setuju b. Nilai 0 diberi untuk jawaban tidak setuju

Untuk pernyataan sikap negatif

a. Nilai 1 diberi untuk jawaban tidak setuju b. Nilai 0 diberi untuk jawaban setuju

Menurut Arikunto (2006), adalah nilai yang dikumpulkan kemudian dikategorikan menjadi 3 , yaitu:

1. Sikap Baik, apabila nilai yang diperoleh ≥75% dari seluruh skor yang diperoleh.

2. Sikap Kurang, apabila nilai yang diperoleh <40% dari seluruh skor yang diperoleh.

3. Fasilitas Kesehatan

Fasilitas Kesehatan adalah segala sarana dan prasarana alat atau tempat yang dapat menunjang kesehatan atau yang mampu memberikan layanan TB secara menyeluruh mulai dari mendiagnosis TB, pemeriksaan pemantauan kemajuan pengobatan pada akhir pengobatan intensif, bulan kelima dan akhir pengobatan, diukur menggunakan skala Guttman yaitu, Ya dan Tidak dengan jumlah pertanyaan 4, dengan skor tertinggi 4.

a. Pernyataan dengan jawaban Ya, skornya 1 b. Pernyataan dengan jawaban Tidak, skornya 0

Menurut Arikunto (2006), adalah nilai yang dikumpulkan kemudian dikategorikan menjadi 3 , yaitu:

1. Sikap Baik, apabila nilai yang diperoleh ≥75% dari seluruh skor yang diperoleh.

2. Sikap Kurang, apabila nilai yang diperoleh <40% dari seluruh skor yang diperoleh.

4. Petugas Kesehatan

Petugas Kesehatan adalah orang yang bertugas dari puskesmas untuk memberikan penyuluhan kesehatan tentang pencegahan TB Paru, diukur menggunakan skala Guttman yaitu, Ya dan Tidak dengan jumlah pertanyaan 7, dengan skor tertinggi 7.

a. Pernyataan dengan jawaban Ya, skornya 1 b. Pernyataan dengan jawaban Tidak, skornya 0

Menurut Arikunto (2006), adalah nilai yang dikumpulkan kemudian dikategorikan menjadi 3 , yaitu:

1. Sikap Baik, apabila nilai yang diperoleh ≥75% dari seluruh skor yang diperoleh.

2. Sikap Kurang, apabila nilai yang diperoleh <40% dari seluruh skor yang diperoleh.

3.6.2 Variabel Dependen

a. Tindakan Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru

Upaya pencegahan penularan penyakit Tb Paru adalah tindakan yang dilakukan oleh responden yaitu dengan melakukan pencegahan Tb Paru, diukur menggunakan skala Guttman yaitu, Ya dan Tidak dengan jumlah pernyataan 10, dengan skor tertinggi 10.

a. Pernyataan dengan jawaban Ya, skornya 1 b. Pernyataan dengan jawaban Tidak, skornya 0

Menurut Arikunto (2006), adalah nilai yang dikumpulkan kemudian dikategorikan menjadi 3 , yaitu:

1. Sikap Baik, apabila nilai yang diperoleh ≥75% dari seluruh skor yang diperoleh.

2. Sikap Buruk, apabila nilai yang diperoleh <40% dari seluruh skor yang diperoleh.

3.7 Metode Analisa Data 3.7.1 Analisis Univariat

Untuk menjelaskan variabel independen yaitu pengetahuan dan sikap penderita TB Paru terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru yang dibuat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dideskripsikan.

3.7.2 Analisis Bivariat

Model analisis ini digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan variabel independen dan variabel dependen dalam pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Puskesmas Pijorkoling dengan menggunakan uji Chi Square dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05, dengan kriteria:

1. Hο ditolak jika p< α (0,05) maka terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

2. Hο diterima jika p> α (0,05) maka tidak terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Pijorkoling terletak di wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara. Puskesmas Pijorkoling mempunyai luas bangunan : ± 340 m² dan luas tanah ± 1500 m². Jarak Puskesmas Pijorkoling ke Kota Padangsidimpuan : 7 km.

Letak Puskesmas Pijorkoling berdampingan dengan kantor Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan.

Wilayah Puskesmas Pijorkoling mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara dengan Desa Pudun Jae Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua

2. Sebelah Selatan dengan Desa Huta Tonga Kecamatan Batang Angkola 3. Sebelah Barat dengan Kecamatan Siais

4. Sebelah Timur dengan Desa Manunggang Jae Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara

Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara terdiri dari 18 desa/kelurahan yaitu Goti, Huta Koje Pijorkoling, Huta Limbong, Huta Lombang, Huta Padang, Labuhan Labo, Labuhan Rasoki, Manegen, Manunggang Jae, Manunggang Julu, Palopat Pijorkoling, Perkebunan Pijorkoling, Purbatua Pijorkoling, Salambue, Sigulang, Sihitang, Tarutung baru. Mayoritas penduduk di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara adalah beraga Islam.

4.2 Hasil Univariat

4.2.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden pada penelitian ini mencakup umur, jenis kelamin, Pendidikan dan Pekerjaan.

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Penderita TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

No. Karakteristik Responden Jumlah (f) (%) 1. Jenis Kelamin

1. Rendah (Tidak sekolah,tamat SD, tamat SMP, tamat SMA)

2. Formal (pegawai negeri, pegawai swasta) Paru berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki yaitu 39 orang (60,9%) dan selebihnya perempuan, sebagian besar responden pada kelompok umur terbanyak adalah Muda (16-50 tahun) yaitu 48 orang (75,0%) dan selebihnya berusia tua. Responden sebagian besar berpendidikan rendah yaitu sebanyak 59

Informal yaitu sebanyak 59 orang (92,2%) dan pekerja formal sebanyak 5 orang (7,8%).

4.2.2 Variabel Predisposisi Pada Penderita TB Paru Dalam Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 4.2.2.1 Pengetahuan

Dari hasil penelitian diperoleh distribusi frekuensi uraian jawaban pengetahuan responden penderita TB Paru tentang penyakit TB Paru di Kecamatan padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan tahun 2017 sebagai berikut :

Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan Responden Penderita TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

3. Kuman TB Paru berada pada a.Dahak penderita TB Paru

a. Batuk lebih dari 2 minggu b. Sakit kepala

c. Susah tidur

26

38 40,6

59,4

5. TB Paru dapat menular melalui 6. Pencegahan penularan penyakit TB Paru

a. Memakai masker saat sedang di perjalanan b. Menjauh dari keluarga

c. Alat makan penderita tidak dipisahkan dengan keluarga yang lainnya

25 39

39,1 60,9

7. Penyakit TB Paru dapat menular kepada orang lain karena:

a.Terhirup percikan dahak penderita saat batuk dan bersin b. Berjabat tangan langsung dengan penderita

c. Donor darah

47

17 73,4

26,6 8. Makanan yang baik untuk penderita TB Paru

a. Makanan yang tinggi protein

b. Makanan yang mengandung tinggi kalsium c. Makanan yang mahal

14

50 21,9

78,1 9. Pemeriksaan awal bagi seseorang yang dicurigai menderita

TB Paru 10. Pengobatan TB Paru dibagi menjadi dua tahap

a.Tahap awal dan tahap lanjutan

11. Pengobatan TB Paru yang baik dan benar

a. Meminum obat secara teratur dan berkelanjutan sesuai aturan selama 6-8 bulan

b. Meminum obat selama satu tahun c. Berobat kalau ada waktu

64 100,0

12. Akibat bila pengobatan TB Paru tidak teratur dan tidak disiplin

a. Menambah dan memperparah sesak nafas dan nyeri dada b. Nafsu makan menurun

c. Berat badan menurun

36

28 56,3

43,8 13. Menurut Bapak/Ibu untuk mencegah penularan penyakit TB

Paru pada anak dapat dicegah dengan memberi imunisasi?

a. Dengan imunisasi BCG b. Dengan imunisasi

c. Dengan imunisasi apa saja

34

30 53,1

46,9

14. Salah satu obat TB Paru 15. Efek samping obat anti TB Paru

a. Demam, mual dan sakit perut b. Susah tidur

c. Timbul bintik-bintik merah pada kulit

35 29

54,7 45,3

Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa distribusi frekuensi responden tentang pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 bahwa pengetahuan responden tentang penyebab TB Paru dengan jawaban pengetahuan yang benar yaitu 9 orang (14,1%). Pengetahuan responden tentang TB Paru dapat menular dengan jawaban yang benar yaitu 25 orang (39,1%).

Jawaban Pengetahuan responden yang benar tentang TB Paru dapatmenular kepada orang lain sebanyak 47 orang(73,4%). Pemeriksaan awal bagi seseorang yang dicurigai menderita TB Paru dengan jawaban yang benar sebanyak 62 orang (96,9%). Responden yang mengetahui tentang pengobatan TB Paru yang baik dan benar yaitu 64 orang (100,0%).

Tabel 4.3. Distribusi Kategori Pengetahuan Penderita TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padagsidimpuan Tahun 2017

Pengetahuan Jumlah (f) Persen (%)

Baik 19 29,7

Kurang 45 70,3

Total 64 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 Distribusi kategori pengetahuan penderita TB Paru terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 bahwa responden

yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik yaitu sebanyak 19 orang (29,7%) dan pengetahuan dengan kategori kurang yaitu sebanyak 45 orang (70,3%).

4.2.2.2 Sikap

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Uraian Jawaban Sikap Responden Penderita TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

Uraian jawaban sikap dengan

pernyataan positif Setuju Tidak Setuju

n % n %

1. Penyakit TBCmerupakan penyakit

yang sangat menular 45 70,3 19 29,7

2. Setiap orang batuk terus menerus lebih dari 2 minggu sebaiknya melakukan pemeriksaan dahak

4. TB Paru dapat disembuhkan dengan

minum OAT teratur 40 62,5 24 37,5

5. Pembuangan dahak sebaiknya dalam

pot khusus dan diberi cairan sabun 33 51,6 31 48,4 6. Kebersihan lingkungan sangat perlu

diperhatikan 38 59,4 26 40,6

7. TB Paru dapat sembuh sendiri tanpa

pengobatan 31 48,4 33 51,6

8. Penderita TB Paru sebaiknya

berbicara tidak terlalu dekat 28 43,8 36 56,3 9. Penderita TB Paru positif tidak

menularkan penyakit TB Paru kepada orang lain

29 45,3 35 54,7

10. Penderita TB Paru sebaiknya dijauhkan/dikucilkan dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannya

38 59,4 26 40,6

11. Penderita TB Paru tidak perlu

mempunyai alat makan sendiri 27 42,2 37 57,8

12. Penyakit TB Paru penyakit yang

memalukan 31 48,4 33 51,6

13. Penderita TB Paru dapat

disembuhkan dengan jamu 36 56,3 28 43,8

14. Kebersihan lingkungan tempat

tinggal tidak perlu diperhatikan 31 48,4 33 51,6 15. Membuang dahak sembarangan

adalah hal yang wajar dilakukan

setiap orang 22 34,4 42 65,6

Berdasarkan tabel 4.4 di atas diketahui sikap penderita TB Paru di kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan tahun 2017 bahwa sikap responden diidentifikasi dengan sikap responden yang setuju penyakit TBC merupakan penyakit yang sangat menular sebanyak 45 orang (70,3%). Sikap responden yang setuju dengan setiap orang batuk terus menerus lebih dari 2 minggu sebaiknya melakukan pemeriksaan dahak sebanyak 44 orang (68,8%).

Sikap responden yang setuju bahwa dukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam pengobatan TB Paru yaitu sebanyak 29 orang (45,3%). Sikap responden yang setuju bahwa pembuangan dahak sebaiknya dalam pot khusus dan diberi cairan sabun yaitu 33 orang (51,6%). Sikap responden yang tidak setuju bahwa kebersihan lingkungan tempat tinggal tidak perlu diperhatikan yaitu 31 orang (48,4%).

Tabel 4.5. Distribusi Kategori Sikap Responden Penderita TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

Sikap Jumlah (f) Persen (%)

Baik 8 12,5

Kurang 56 87,5

Total 64 100,0

Berdasarkan tabel 4.5 distribusi kategori sikap dari 64 orang responden diperoleh sikap responden yang dikategorikan baik yaitu sebanyak 8 orang (12,5%) dan sikap responden yang dikategorikan kurang yaitu sebanyak 56 orang

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Ketersediaan Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

No. Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Ya Tidak Total

n % n % n %

1. lokasi Puskesmas mudah dijangkau

dari rumah Bapak/Ibu 64 100,0 0 ,0 64 100,0

2. Ada sarana transportasi yang dapat

Bapak/Ibu gunakan menuju Puskesmas 64 100,0 0 ,0 64 100,0 3. Terdapat ruangan khusus untuk

pengobatan TB Paru di Puskesmas 1 1,6 63 98,4 64 100,0 4. Tersedia laboratorium untuk

pemeriksaan dahak penderita TB Paru di Puskesmas

3 4,7 61 95,3 64 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 di atas diketahui ketersediaan fasilitas kesehatan di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017.

Akses ke layanan mudah dijangkau ke rumah sebanyak 64 orang (100,0%). Ada sarana transportasi yang dapat digunakan menuju Puskesmas sebanyak 64 orang (100,0%). Tidak terdapat ruangan khusus untuk pengobatan TB Paru di Puskesmas yaitu sebanyak 63 orang (98,4%). Tidak tersedia laboratorium untuk pemeriksaan dahak penderita TB Paru di Puskesmas sebanyak 61 orang (95,3%).

Tabel 4.7 Distribusi Kategori Ketersediaan Fasilitas Kesehatan di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

Ketersediaan Fasilitas kesehatan Jumlah (f) Persen (%)

Baik 4 6,3

Kurang 60 93,8

Total 64 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 distribusi kategori ketersediaan fasilitas kesehatan

Berdasarkan tabel 4.7 distribusi kategori ketersediaan fasilitas kesehatan

Dokumen terkait