• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.3 Hasil Uji Bivariat

Hasil uji bivariat responden pada penelitian ini mencakup pengaruh jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, ketersediaan fasilitas kesehatan, peran petugas kesehatan terhadap upaya pencegahan penularan penyakit TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan tahun 2017.

4.3.1 Hubungan Karakteristik Individu Penderita TB Paru Terhadap Upaya Pencegahan Penularan Penyakit TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan

Distribusi hubungan karakteristik individu penderita TB Paru terhadap upaya pencegahan penularan penyakit TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada tabel berikut :

1. Jenis Kelamin

Distribusi hubungan jenis kelamin dengan tindakan penderita TB Paru

Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.12 Hubungan Jenis Kelamin Dengan Tindakan Penderita TB Paru Terhadap Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

Laki-laki 6 15,4 33 84,6 39 100,0

Perempuan 12 48,0 13 52,0 25 100,0

Berdasarkan tabel 4.12 diatas diketahui dari 39 orang responden berjenis kelamin laki-laki, sebanyak 6 orang yang memiliki tindakan pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru yang baik dan 33 orang memiliki tindakan yang buruk, sedangkan dari 25 orang responden perempuan yang memiliki tindakan pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru yang baik sebanyak 12 orang.

Berdasarkan uji statistik Chi-square didapatkan nilai p = 0,005 hal ini berarti p< 0,05 keputusan uji Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin penderita TB Paru terhadap upaya pencegahan penularan penyakit TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017.

2. Umur

Distribusi hubungan umur dengan tindakan penderita TB Paru terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan

padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.13 Hubungan Umur Dengan Tindakan Penderita TB Paru Terhadap Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

>50 tahun 2 12,5 14 87,5 16 100,0

0,075

16-50 tahun 16 33,3 32 66,7 48 100,0

Berdasarkan tabel 4.13 diatas diketahui dari 16 orang responden berusia Tua, hanya 2 orang yang memiliki tindakan pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru yang baik dan 14 orang memiliki tindakan buruk. Responden yang berusia Muda sebanyak 48 orang terdapat 16 orang yang memiliki tindakan baik dan 32 orang memiliki tindakan buruk terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru.

Berdasarkan uji statistik Chi-square didapatkan nilai p = 0,075 hal ini berarti p> 0,05 keputusan uji Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur penderita TB Paru terhadap pencegahan penularan penyakit TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017.

3. Pendidikan

Distribusi hubungan pendidikan dengan tindakan penderita TB Paru terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan

padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.14Hubungan Pendidikan Dengan Tindakan Penderita TB Paru Terhadap Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

Tamat SMA) 16 27,1 43 72,9 59 100,0

0,305

Tinggi (D3, Sarjana) 2 40,0 3 60,0 5 100,0

Berdasarkan tabel 4.14 diatas diketahui 59 orang responden yang berpendidikan rendah hanya 16 orang yang memiliki tindakan pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru yang baik, sedangkan dari 5 responden yang berpendidikan tinggi yaitu 2 orang memiliki tindakan baik dan 3 orang memiliki tindakan buruk terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru.

Berdasarkan uji statistik Chi-square didapatkan nilai p = 0,305 hal ini berarti p> 0,05 keputusan uji Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan penderita TB Paru terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017.

4. Pekerjaan

Distribusi hubungan pekerjaan dengan tindakan penderita TB Paru terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.15 Hubungan Pekerjaan Dengan Tindakan Penderita TB Paru Terhadap Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

negeri, pegawai swasta) 2 40,0 3 60,0 5 100,0

Berdasarkan tabel 4.15 diatas diketahui dari 59 orang responden pekerja informal terdapat 16 orang yang memiliki tindakan baik dan 43 orang memiliki tindakan buruk terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru, sedangkan dari 5 orang pekerja formal 2 orang memiliki tindakan baik dan 3 orang memiliki tindakan buruk terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru.

Berdasarkan uji statistik Chi-square didapatkan nilai p = 0,305 hal ini berarti p > 0,05 keputusan uji Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan penderita TB Paru terhadap

pencegahan penularan penyakit TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017.

4.3.2 Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan Penderita TB Paru Terhadap Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan

Distribusi hubungan pengetahuan dengan tindakan penderita TB Paru terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.16 Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan Penderita TB Paru Terhadap Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

Kurang 9 20,0 36 80,0 45 100,0

Berdasarkan tabel 4.16 diatas diketahui dari 19 orang responden dengan pengetahuan baik hanya 9 orang memiliki tindakan pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru yang baik, sedangkan dari 45 orang responden dengan pengetahuan kurang terdapat 9 orang yang memiliki tindakan baik terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru.

Berdasarkan uji statistik Chi-square didapatkan nilai p = 0,023 hal ini berarti p< 0,05 keputusan uji Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan penderita TB Paru terhadap upaya

pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017.

4.3.3 Hubungan Sikap Dengan Tindakan Penderita TB Paru Terhadap Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Distribusi hubungan sikap dengan tindakan penderita TB Paru terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan dapat di lihat pada tabel berikut :

Tabel 4.17 Hubungan Sikap Dengan Tindakan Penderita TB Paru Terhadap Upaya Pencegahan Penularan Penyakit TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

Sikap

Kurang 13 23,2 43 76,8 56 100,0

Berdasarkan tabel 4.17 diatas diketahui dari 8 orang responden dengan sikap baik terdapat 5 orang memiliki tindakan pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru yang baik. Sedangkan dari 56 orang responden dengan sikap kurang hanya 13 orang yang memiliki tindakan baik terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru.

Berdasarkan uji statistik Chi-square didapatkan nilai p = 0,029 hal ini berarti p< 0,05 keputusan uji Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap penderita TB Paru terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017.

4.3.4 Hubungan Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Dengan Tindakan Penderita TB Paru Terhadap Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan

Distribusi hubungan ketersediaan fasilitas kesehatan dengan tindakan penderita TB Paru terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.18 Hubungan Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Dengan Tindakan Penderita TB Paru Terhadap Upaya Pencegahan Penularan Penyakit TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

Berdasarkan tabel 4.18 diatas diketahui dari 4 orang responden dengan ketersediaan fasilitas kesehatan baik terdapat 3 orang yang memiliki tindakan baik terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru. Sedangkan dari 60 orang responden dengan ketersediaan fasilitas kesehatan kurang hanya 15 orang yang memiliki tindakan pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru yang baik.

Berdasarkan uji statistik Chi-square didapatkan nilai p = 0,059 hal ini berarti p > 0,05 keputusan uji Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara ketersediaan fasilitas kesehatan

terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017.

4.3.5 Hubungan Peran Petugas Kesehatan Dengan Tindakan Penderita TB Paru Terhadap Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan

Distribusi hubungan peran petugas kesehatan dengan tindakan penderita TB Paru terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.19 Hubungan Peran Petugas Kesehatan Dengan Tindakan Penderita TB Paru Terhadap Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

Berdasarkan tabel 4.19 diatas diketahui dari 57 orang responden dengan peran petugas kesehatan baik terdapat 14 orang yang memiliki tindakan pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru yang baik dan 42 orang yang memiliki tindakan buruk. Sedangkan dari 7 orang responden dengan peran petugas kesehatan kurang terdapat 3 orang yang memiliki tindakan baik dan 4 orang yang memiliki tindakan buruk terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru.

Berdasarkan uji statistik Chi-square didapatkan nilai p = 0,201 hal ini berarti p > 0,05 keputusan uji Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara peran petugas kesehatan terhadap upaya pencegahan penularan penyakit TB Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017.

5.1 Distribusi Univariat

5.1.1 Karakteristik Penderita TB Paru Dalam Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru

a. Jenis Kelamin

Hasil uji statistik distribusi frekuensi diketahui bahwa dari 39 orang (60,9%) responden dengan jenis kelamin laki-laki terdapat 6 orang (15,4%) yang memiliki tindakan yang baik dan 33 orang (84,6%) memiliki tindakan yang buruk terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru, sedangkan dari 25 orang (39,1%) responden dengan jenis kelamin perempuan yang memiliki tindakan baik sebanyak 12 orang (48,0%) dan 13 orang (52,0%) memiliki tindakan yang buruk terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru.

Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan proses pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti nilai-nilai sosial budaya, pengetahuan dan kesadaran akan kesehatan, dan kemampuan untuk membayar sehingga pengambilan keputusan untuk mencari pelayanan kesehatan merupakan hasil jaringan interaksi yang kompleks, keputusan tersebut dapat dibuat oleh wanita itu sendiri, atau oleh suaminya, anggota keluarga, tokoh masyarakat dan lainnya (Andersen, 1998).

b. Umur

Hasil uji statistik distribusi frekuensi diketahui bahwa dari 48 orang (75,0%) responden dengan umur 16-50 tahun sebanyak 16 orang (33,3%) yang memiliki tindakan baik dan 32 orang (66,7%) yang memiliki tindakan buruk terhadap

pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis. Sedangkan dari 16 orang (25,0%) responden dengan umur > 50 tahun terdapat 2 orang (12,5%) yang memiliki tindakan baik dan 14 orang (87,5%) yang memiliki tindakan buruk terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan. Jika dilihat dari batasan umur responden yang paling muda adalah 16 tahun sedangkan yang paling tua adalah 79 tahun.

Umur merupakan faktor demografi yang tidak berpengaruh secara langsung terhadap perilaku. Akan tetapi faktor yang mempengaruhi secara langsung terhadap perilaku yaitu faktor predisposing yang meliputi pengetahuan, keyakinan, nilai, sikap dan kepercayaan. Faktor enabling yang meliputi ketersediaan sarana kesehatan, hukum pemerintah atau masyarakat, dan lain-lain.

Faktor reinforcing yang meliputi dukungan keluarga, tokoh agama, dan lain-lain (Green,2002).

c. Pendidikan

Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin tinggi juga tingkat pengetahuannya (Notoatmodjo, 2007). Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi akan dapat menerima informasi dan memahami dengan baik dibandingkan seseorang yang pendidikannya lebih rendah. Diketahui dari 59 orang (92,2%) responden yang berpendidikan rendah (Tidak sekolah, Tamat SD, Tamat SMP, Tamat SMA) terdapat 16 orang (27,1%) yang memiliki tindakan baik dan 43 orang (72,9%) yang memiliki tindakan buruk terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara

Kota Padangsidimpuan, sedangkan dari 5 orang (7,8%) responden yang berpendidikan tinggi (D3, Sarjana) 2 orang memiliki tindakan baik dan 3 orang memiliki tindakan buruk terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan.

Menurut Santosa (2009) faktor pendidikan merupakan unsur yang sangat penting karena dengan pendidikan seseorang dapat menerima lebih banyak informasi terutama dalam menjaga kesehatan diri dan keluarga dan memperluas cakrawala berpikir sehingga lebih mudah mengembangkan diri dalam mencegah terjangkitnya suatu penyakit dan memperoleh perawatan medis yang kompeten.

d. Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan responden adalah nonformal (Pedagang, Petani, Tidak bekerja, IRT). Diketahui dari 59 orang (92,2%) responden pekerjaan nonformal (Pedagang, Petani, Tidak bekerja, IRT) terdapat 16 orang (27,1%) yang memiliki tindakan baik dan 43 orang (72,9%) yang memiliki tindakan buruk terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan, sedangkan 5 orang (7,8%) responden dengan pekerjaan formal (Pegawai Negeri, Pegawai Swasta) 2 orang memiliki tindakan baik dan 3 orang memiliki tindakan buruk terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan.

5.1.2 Pengetahuan Penderita TB Paru Dalam Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru

Berdasarkan hasil uji statistik distribusi frekuensi penderita TB Paru tentang Tuberkulosis Paru pengetahuan responden diidentifikasi dengan 15 pertanyaan

tentang TB Paru terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 bahwa pengetahuan responden tentang penyebab TB Paru adalah responden dengan pengetahuan baik yaitu sebanyak 9 orang (47,4%) dan pengetahuan kurang sebanyak 55 orang (85,9%). Pengetahuan responden tentang TB Paru dapat menular yaitu sebanyak 25 orang (39,1%) pengetahuan baik dan 39 orang (60,9%) pengetahuan kurang. Pengetahuan responden yang baik tentang TB Paru dapat menular kepada orang lain sebanyak 47 orang (73,4%) dan pengetahuan responden yang kurang sebanyak 17 orang (26,6%). Pengetahuan responden tentang Pemeriksaan awal bagi seseorang yang dicurigai menderita TB Paru yaitu 62 orang (96,9%) dengan pengetahuan baik dan 2 orang (3,1%) dengan pengetahuan kurang. Pengetahuan responden tentang pengobatan TB Paru yang baik dan benar yaitu 64 orang (100,0%) dengan pengetahuan baik.

Distribusi kategori pengetahuan penderita TB Paru tentang Tuberkulosis Paru terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 bahwa responden yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik yaitu sebanyak 19 orang (29,7%) dan pengetahuan dengan kategori kurang yaitu sebanyak 45 orang (70,3%).

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2007). Proses yang didasari oleh pengetahuan kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersikap langgeng. Sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan observasi di lapangan pengetahuan yang kurang akan menghambat penderita untuk melakukan pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan karena penderita kurang memahami tentang penyakit Tuberkulosis Paru.

5.1.3 Sikap Penderita TB Paru Dalam Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru

Berdasarkan uji statistik diketahui sikap penderita terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 bahwa sikap responden diidentifikasi dengan 15 pernyataan dengan sikap responden yang baik adalah penyakit TBC merupakan penyakit yang sangat menular yaitu sebanyak 45 orang (70,3%) dan sikap responden yang kurang sebanyak 19 orang (29,7%).

Sikap responden yang baik tentang setiap orang batuk terus menerus lebih dari 2 minggu sebaiknya melakukan pemeriksaan dahak sebanyak 44 orang (68,8%) sedangkan sikap responden yang kurang yaitu 20 orang (31,3%). Sikap responden terhadap dukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam pengobatan TB Paru yaitu baik sebanyak 29 orang (45,3%) dan sikap responden yang kurang sebanyak 35 orang (54,7%). Sikap responden yang baik tentang penyakit TB Paru dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan yaitu 31 orang (48,4%) sedangkan sikap responden yang kurang sebanyak 33 orang (51,6%). Sikap responden tentang

membuang dahak sembarangan adalah hal yang wajar dilakukan setiap orang yaitu baik sebanyak 22 orang (34,4%) dan sikap responden yang kurang sebanyak 42 orang (65,6%).

Distribusi kategori sikap responden yaitu dari 64 orang responden diperoleh sikap responden yang dikategorikan baik yaitu sebanyak 8 orang (12,5%) dan sikap responden yang dikategorikan kurang yaitu sebanyak 56 orang (87,5%).

Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus/objek, manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat menafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007). Sikap merupakan evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isu (Pretty, 1986 dalam Azwar, 2005).

5.1.4 Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Dalam Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru

Berdasarkan uji statistik diketahui ketersediaan fasilitas kesehatan terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 bahwa ketersediaan fasilitas kesehatan diidentifikasi dengan 4 pertanyaan dengan ketersediaan fasilitas kesehatan yang baik adalah lokasi Puskesmas mudah dijangkau dari rumah yaitu sebanyak 64 orang (100,0%). Ketersediaan fasilitas kesehatan yang baik adalah terdapat ruangan khusus untuk pengobatan TB Paru di Puskesmas sebanyak 1 orang (1,6%). Ketersediaan fasilitas kesehatan yang baik

adalah tersedia laboratorium untuk pemeriksaan dahak penderita TB Paru di Puskesmas sebanyak 3 orang (4,7%).

Distribusi kategori ketersediaan fasilitas kesehatan terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 bahwa responden dengan ketersediaan fasilitas kesehatan dengan kategori baik yaitu sebanyak 4 orang (6,3%) dan kategori kurang yaitu sebanyak 60 orang (93,8%).

Ketersediaan fasilitas kesehatan di puskesmas tidak lengkap, tidak adanya laboratorium untuk pemeriksaan dahak dan rontgen untuk mengetahui seseorang sedang menderita TB Paru, sehingga merumitkan penderita TB Paru untuk mencari pelayanan yang menyediakan laboratorium untuk pemeriksaan dahak.

Puskesmas juga tidak menyediakan media promosi kesehatan seperti leaflet atau foster yang bisa menambah pengetahuan responden untuk pencegahan penularan TB Paru.

5.1.5 Peran Petugas Kesehatan Dalam Upaya PencegahanPenularan Penyakit Tuberkulosis Paru

Berdasarkan uji statistik diketahui peran petugas kesehatan terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 bahwa peran petugas kesehatan diidentifikasi dengan 7 pertanyaan dengan peran petugas kesehatan yang baik adalah Petugas kesehatan pernah menjelaskan tentang berapa lama pengobatan TB Paru yaitu sebanyak 63 orang (98,4%). Peran petugas kesehatan yang baik adalah Petugas kesehatan pernah memberikan informasi tentang pentingnya pencegahan penularan TB Paru terhadap orang lain sebanyak

63 orang (98,4%). Peran petugas kesehatan yang baik adalah Petugas kesehatan memberikan informasi tentang cara melakukan pencegahan penularan TB Paru terhadap orang lain sebanyak 63 orang (98,4%). Peran petugas kesehatan yang baik adalah Petugas kesehatan pernah memberikan anjuran kepada Bapak/Ibu untuk melakukan pencegahan penularan TB Paru (pemakaian masker dan pembuangan dahak dalam pot khusus) sebanyak 62 orang (96,9%) dan peran petugas kesehatan yang kurang yaitu 2 orang (3,1).

Distribusi kategori peran petugas kesehatan terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017 bahwa responden dengan peran petugas kesehatan dengan kategori baik yaitu sebanyak 57 orang (89,1%) dan kategori kurang yaitu sebanyak 7 orang (10,9%).

5.2 Distribusi Bivariat

5.2.1 Hubungan Karakteristik Penderita TB Paru Terhadap Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru

a. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 39 orang responden dengan jenis kelamin laki-laki terdapat 6 orang (15,4%) yang memiliki tindakan yang baik dan 33 orang (84,6%) memiliki tindakan yang buruk terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru, sedangkan dari 25 orang (39,1%) responden dengan jenis kelamin perempuan yang memiliki tindakan baik sebanyak 12 orang (48,0%) dan 13 orang (52,0%) memiliki tindakan yang buruk terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan. Pada hasil analisis statistik

dengan uji Chi-square menunjukkan p = 0,005 hal ini berarti p< 0,05 keputusan uji Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin penderita TB Paru terhadap upaya pencegahan penularanpenyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin terhadap upaya pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan Tahun 2017. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Versitaria dan Kusnoputranto (2011) variabel jenis kelamin memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian TB Paru (p=0,036), penelitian Nurhana dkk (2007) juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian TB Paru dan juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Indah (2014) dan Ogboi S.J, dkk (2010) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian TB Paru.

Penelitian ini menunjukkan bahwa laki-laki lebih berpeluang menderita TB Paru dibandingkan perempuan. Penyakit TB Paru lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan karena kebiasaan laki-laki yang sering merokok dan mengkonsumsi minuman beralkohol yang dapat menurunkan system pertahanan tubuh. Hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa penderita TB Paru mempunyai kebiasaan sering tidak menutup mulut pada saat batuk, yang dapat membuat penularan TB Paru pada orang-orang yang sehat serta peningkatan kasus TB Paru dipengaruhi oleh daya tahan tubuh, status gizi dan kebersihan diri individu.

b. Umur

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 48 orang responden dengan umur 16-50 tahun sebanyak 16 orang (33,3%) yang memiliki tindakan baik dan 32 orang (66,7%) yang memiliki tindakan buruk terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis. Sedangkan dari 16 orang responden dengan umur > 50 tahun terdapat 2 orang (12,5%) yang memiliki tindakan baik dan 14 orang (87,5%) yang memiliki tindakan buruk terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan. Pada hasil analisis statistik dengan uji Chi-square menunjukkan p = 0,075 hal ini berarti p> 0,05 keputusan uji Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 48 orang responden dengan umur 16-50 tahun sebanyak 16 orang (33,3%) yang memiliki tindakan baik dan 32 orang (66,7%) yang memiliki tindakan buruk terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis. Sedangkan dari 16 orang responden dengan umur > 50 tahun terdapat 2 orang (12,5%) yang memiliki tindakan baik dan 14 orang (87,5%) yang memiliki tindakan buruk terhadap pencegahan penularan penyakit Tuberkulosis Paru di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Kota Padangsidimpuan. Pada hasil analisis statistik dengan uji Chi-square menunjukkan p = 0,075 hal ini berarti p> 0,05 keputusan uji Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur

Dokumen terkait