• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak asasi manusia pada dasarnya mengatur hubungan antara individu-individu dengan negara. Hak asasi manusia telah disepakati sebagai hukum internasional yang dapat menjadi standar yang kuat bagaimana negara harus

memperlakukan individu-individu di dalam wilayah yurisdiksinya. Dengan kata lain hak asasi manusia memberikan jaminan moral dan hukum kepada individu-individu untuk melakukan kontrol dan mendorong aturan dalam praktik-praktik kekuasaan negara terhadap individu-individu, memastikan adanya kebebasan individu dalam kebutuhan-kebutuhan dasar individu-individu yang berada di dalam wilayah yurisdiksinya. Disinilah negara menjadi pihak yang memiliki tugas dan kewajiban (duty-bearer) untuk menghormati (to respect) dan memenuhi (to fulfil) hak asasi manusia dan individu-individu yang berdiam di wilayah yurisdiksinya sebagai

pemegang hak (right holder).1

Rumah merupakan hak setiap warga negara, hal ini tercermin dalam sila kelima pancasila yaitu keadilan sosial dan dalam Undang-Undang Dasar 1945 tercermin dalam alinea ke empat pembukaan yang menyebutkan : “... memajukan

1

Supriyanto, Dkk, Potret Pemenuhan Hak Atas Pendidikan Dan Perumahan Di Era Otonomi Daerah : Analisis Di Tiga Daerah, PUSHAM UII, Yogyakarta, 2009, halaman 12.

kesejahteraan umum....” serta Pasal 28 ayat (1) menyebutkan : “tiap-tiap warga negara berhak ... penghidupan yang layak”.

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia, mengamanatkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan

mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh

pelayanan kesehatan.2 Tempat tinggal mempunyai peran yang sangat strategis dalam

pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif sehingga

terpenuhinya kebutuhan tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia, yang akan terus ada dan berkembang sesuai dengan tahapan atau siklus

kehidupan manusia.3

Kebutuhan akan perumahan yang dapat dipergunakan untuk berteduh bagi manusia merupakan suatu kebutuhan yang primer disamping kebutuhan sandang dan

pangan.4 Sesuai dengan pendapat Maslow menyebutkan bahwa sesudah manusia

terpenuhi kebutuhan jasmaninya, yaitu sandang, pangan, dan kesehatan, kebutuhan akan rumah atau tempat tinggal merupakan salah satu motivasi untuk pengembangan

kehidupan yang lebih tinggi lagi.5

2

Lihat Pasal 28 H ayat (1), UUD RI Tahun 1945 amandemen ke 4. 3

Lihat Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan Perukiman Bagian I Umum.

4

Al Rashid Harun, Upaya Penelesaian Sengketa Sewa Menyewa Perumahan Menurut Ketentuan Perundang-Undangan, Ghalia Indonesia, Jakarta 1985, halaman 9.

5

Sastra Suparno, Dkk, Perencanaan Dan Pengembangan Perumahan, CV. Andi Offset, Yogyakarta, 2006, halaman 2.

salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan faktor penting dalam peningkatan harkat dan martabat manusia, maka perlu diciptakan kondisi yang dapat mendorong pembangunan perumahan untuk menjaga kelangsungan penyediaan perumahan dan

permukiman.6 Hak atas perumahan dalam disiplin hak asasi manusia sering kali

disamakan dengan hak rakyat atas tempat untuk hidup.7

Perumahan, Rumah, rumah susun dan perukiman merupakan kebutuhan dasar manusia yang struktural sifatnya dan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembetukan watak serta kepribadian bangsa, dan perlu dibina serta

dikembangkan demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan dan penghidupan

masyarakat.8 Perumahan, rumah, rumah susun, dan perukiman juga tidak dapat

dilihat sebagai sarana kebutuhan kehidupan semata-mata, tetapi lebih dari itu merupakan proses bermukim manusia dalam menciptakan ruang kehidupan untuk

memasyarakatkan diri dan menampakkan jati dirinya.9 Selain sebagai salah satu

kebutuhan dasar, rumah dan kelengkapannya merupakan faktor penentu indikator kesejahteraan rakyat dan menjadi komitmen global sebagaimana dituangkan dalam

Agenda Habitat dan Millenium Development Goals (MDGs).10

6

Lihat Konsideran Dalam Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Peumahan dan Kawasan Permukiman.

7

Supriyanto Dkk, Op Cit, halaman 61. 8

Moh. Hasan Wargakusumah, Analisis Dan Evaluasi Hukum Undang-Undang No 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan Dan Perukiman, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman Dan Ham RI Tahun 2003, halaman 1.

9Ibid, halaman 2 10

Pidato Menteri Negara Perumahan Rakyat Republik Indonesia Pada Upacara Peringatan Hari Perumahan Nasional Tanggal 25 agustus 2012.

Indonesia sebagai masyarakat internasional yang turut menandatangani

Deklarasi Rio de Janeiro selalu aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diprakarsai oleh

United Nations Centre for HumanSettlements. Jiwa dan semangat yang tertuang dalam Agenda 21 dan Deklarasi Habitat II adalah bahwa rumah merupakan

kebutuhan dasar manusia dan menjadi hak bagi semua orang untuk menempati hunian

yang layak dan terjangkau (adequate and affordable shelter for all). Dalam Agenda

21 ditekankan pentingnya rumah sebagai hak asasi manusia. Hal itu telah sesuai pula

dengan semangat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.11

Negara juga bertanggung jawab dalam menyediakan dan memberikan kemudahan perolehan rumah bagi masyarakat melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan perukiman serta keswadayaan masyarakat. Penyediaan dan kemudahan

Negara bertanggungjawab melindungi segenap bangsa Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan perukiman agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau di dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia. Sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, idealnya rumah harus dimiliki oleh setiap keluarga, terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah (selanjutnya disebut dengan MBR) dan bagi masyarakat yang tinggal di daerah padat penduduk di perkotaan.

j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CC4QFjAB&url=http%3A%2F%2Fpemb iayaan.kemenpera.go.id) di akses pada tanggal 24 maret 2014 pukul 11.30 WIB.

11

Lihat Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan Perukiman Bagian I Umum.

perolehan rumah tersebut merupakan satu kesatuan fungsional dalam wujud tata ruang, kehidupan ekonomi, dan sosial budaya yang mampu menjamin kelestarian lingkungan hidup, sejalan dengan semangat demokrasi, otonomi daerah, dan

keterbukaan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.12

Penyelenggaraan kawasan perukiman dilakukan untuk mewujudkan wilayah yang berfungsi sebagai lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan yang terencana, menyeluruh, terpadu, dan

berkelanjutan sesuai dengan rencana tata ruang. Penyelenggaraan kawasan perukiman tersebut bertujuan untuk memenuhi hak warga negara atas tempat tinggal yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur serta menjamin kepastian bermukim, yang wajib dilaksanakan sesuai dengan arahan pengembangan kawasan

perukiman yang terpadu dan berkelanjutan.13

Upaya pemenuhan kebutuhan rumah bagi masyarakat adalah pengembangan dan pembangunan perumahan dan kawasan perukiman. Yang pada prinsipnya pembangunan tersebut bertujuan untuk menyiapkan lokasi bagi pembangunan perumahan sejahtera yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan utilitas umum (selanjutnya disebut dengan PSU) yang memadai dan terjangkau.

14 12Ibid 13Ibid 14

Buku Panduan Bantuan PSU Perumahan Dan Kawasan Perukiman Tahun 2013 Di Keluarkan Oleh Kementrian Perumahan Rakyat Republik Indonesia, Halaman 1.

Rumah dalam

pengertian ini mencakup makna perumahan yang memadai (Adequate housing). Kata

menjadi tidak sekedar sebentuk bangunan persegi empat yang mempunyai atap. Dari standart internasional hak asasi manusia, kita dapat meminjam makna rumah yang memadai, yakni ketersediaan pelayanan, material, fasilitas, dan infrastruktur.

Memadai juga mengandung makna pemenuhan prinsip-prinsip seperti keterjangkauan

biaya (offordability). Selanjutnya memadai juga mempertimbangkan faktor-faktor

lokasi (location) dan layak secara budaya (cultural adequate).15

Membangun perumahan tidak dapat hanya dilihat dari sisi membangun rumahnya saja, akan tetapi juga membangun satuan perukiman. Membangun satuan perukiman tidak hanya membangun rumah-rumah dan sarana serta prasarananya saja, akan tetapi juga membangun komunitasnya. Membangun komunitas berarti

memberdayakan untuk mandiri dan meningkatkan kepercayaan dirinya. Dengan kepercayaan diri maka meningkat pula kemampuan untuk menanggapi masalah yang

dihadapinya.16

Rumah dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Perukiman (selanjutnya disebut dengan Undang-undang Perumahan dan Kawasan Permukiman) diklasifikasikan berdasarkan jenisnya menjadi 5 (lima) yaitu rumah komersial, rumah umum, rumah swadaya, rumah khusus dan rumah negara. Rumah umum dan rumah swadaya dalam pembangunannya mendapatkan kemudahan dan/atau bantuan dari pemerintah dan/atau pemerintah daerah, rumah khusus dan

15

Supriyanto Dkk, Op Cit, halaman 61. 16

Kata sambutan Prof. Dr. Sardjono Jatiman, S.H. dalam Buku pengadaan perumahan kota dengan peran serta masyarakat berpenghasilan rendah, dr. Ir. Bambang panudju, M.Phil. PT Alumni, Bandung, halaman V.

rumah negara disediakan oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah sedangkan rumah komersial diselenggarakan untuk mendapatkan keuntungan sesuai dengan

kebutuhan masyarakat.17

Komponen penting dari pembangunan perumahan dan kawasan perukiman adalah penyediaan Prasarana,Sarana, dan Utilitas umum (Selanjutnya disebut dengan PSU). PSU perumahan dan kawasan perukiman merupakan kelengkapan fisik untuk mendukung terwujudnya perumahan yang sehat, aman dan terjangkau. Dengan demikian, ketersediaan PSU merupakan kelengkapan dan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pengembangan perumahan dan kawasan perukiman. Dukungan PSU yang memadai diharapkan dapat menciptakan dan meningkatkan

kualitas lingkungan perumahan.18 Hal ini sejalan dengan Salah satu misi Kementrian

Perumahan Rakyat (Kemenpera) dalam usaha untuk merealisasikan "setiap keluarga

Indonesia menempatirumah yang layak huni" sebagai visi Kementrian adalah

meningkatkan ketersediaan rumah layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang

sehat dan aman serta didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang memadai.19

Semua jenis rumah di atas dalam pelaksanaan pembangunannya haruslah memenuhi PSU. Pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah bertanggungjawab dalam pembangunan rumah umum, rumah khusus, dan rumah Negara dengan

17

Pasal 21 Undang-undang Perumahan dan Kawasan Permukiman 18

Buku Panduan Bantuan PSU Perumahan Dan Kawasan Perukiman Tahun 2013,Op Cit, halaman 2.

19

Lihat Visi dan Misi Kementrian Perumahan Rakyat Republik Indonesia tahun 2010-2014. pkl 10.30 WIB)

demikian juga bertanggungjawab mengadakan PSU rumah-rumah tersebut, sementara khusus untuk rumah komersil badan hukum yang melaksanakannyalah yang

mempunyai kewajiban mengadakan PSU rumah komersil sedangkan rumah swadaya karena inisiatifnya berasal dari masyarakat maka yang bertanggungjawab untuk mengadakan PSU adalah masyarakat dan akan diberi kemudahan dan/atau bantuan oleh pemerintah pusat/daerah. Selain Pemerintah pusat dan/atau daerah

bertangungjawab untuk jenis rumah umum, badan hukum juga dapat melaksanakan pembangunan perumahan untuk MBR dan dalam pengajuan rencana tersebut Pemerintah Daerah wajib memberikan kemudahan perizinan bagi badan hukum itu.

Penelitian ini hanya akan membahas 2 (dua) jenis rumah yaitu rumah

komersil dan rumah umum20

Badan hukum atau Pengembang perumahan berkewajiban disamping membangun perumahan juga berkewajiban menyediakan PSU perumahan tersebut. PSU harus memenuhi persyaratan yaitu kesesuaian antara kapasitas pelayanan dan jumlah rumah, keterpaduan antara PSU dan lingkungan hunian, dan ketentuan teknis pembangunan PSU.

saja. Pembangunan tersebut dalam pelaksanaanya ada kaitanya dengan tanggungjawab badan hukum (pengembang perumahan) dalam penyediaan PSU untuk kedua jenis rumah tersebut.

21

20

Rumah umum khusus yang dibangun oleh pengembang perumahan bukan pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah.

21

Lihat pasal 47 ayat (3) Undang-undang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Khusus untuk pengembang perumahan dalam membangun

perumahan untuk MBR mendapatkan bantuan dalam menyediakan PSU dari Pemerintah.

Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang perubahan kedua atas peraturan presiden Nomor 54 Tahun 2012 tentang Penyediaan Barang/Jasa

Pemerintah, pada Pasal 38 ayat (5) huruf h menyatakan bahwa: “Pekerjaan pengadaan prasarana, sarana, dan utilitas umum di lingkungan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang dilaksanakan oleh pengembang/developer yang

bersangkutan”, maka untuk pelaksanaan pembangunan fisik bantuan dimungkinkan

untuk dilaksanakan dengan penunjukan langsung kepada pengembang/developer

yang bersangkutan.22

Kebijakan umum pembangunan perumahan diarahkan untuk:

Hal ini berarti pengembang perumahan yang akan membangun jenis rumah umum dapat ditunjuk langsung untuk mengadakan PSU rumah yang dibangunnya oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.

23

1. Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau dalam lingkungan

yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana, dan utilitas umum secara berkelanjutan serta yang mampu mencerminkan kehidupan masyarakat yang berkepribadian Indonesia;

2. Ketersediaan dana murah jangka panjang yang berkelanjutan untuk pemenuhan

kebutuhan rumah, perumahan, perukiman, serta lingkungan hunian perkotaan dan perdesaan;

3. Mewujudkan perumahan yang serasi dan seimbang sesuai dengan tata ruang

serta tata guna tanah yang berdaya guna dan berhasil guna;

4. Memberikan hak pakai dengan tidak mengorbankan kedaulatan negara; dan

22

Buku Panduan Bantuan PSU Perumahan Dan Kawasan Perukiman Tahun 2013, Op Cit, halaman 3.

23

Lihat Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan Perukiman, Bagian I Umum.

5. Mendorong iklim investasi asing.

Pertumbuhan pembangunan pada sektor perumahan dan kawasan perukiman di tanah air terbilang sangat pesat. Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya permintaan masyarakat akan perumahan dan kawasan perukiman yang sesuai dengan tingkat kebutuhanya. Hal ini merupakan isu permasalahan strategis yang dihadapi pengembangan perumahan dan kawasan perukiman saat ini adalah masih tingginya

angka backlog24atau akumulasi kebutuhan rumah pertahunnya, yang merupakan

isyarat bahwa upaya-upaya penyiapan kawasan perumahan dan perukiman sangat

mendesak untuk dilakukan.25

Pemerintah dalam mewujudkan rumah murah bagi MBR masih menghadapi sejumlah masalah internal dan eksternal di era otonomi daerah saat ini. Secara internal, daerah menghadapi kendala dalam hal pembiayaan, kelembagaan, bahkan keterbatasan sumber daya manusia, sedangkan di sisi lain, daya beli masyarakat masih rendah. Namun demikian, pemerintah daerah mempunyai kekuatan dalam penyediaan lahan dan kewenangan dalam hal perijinan. Pemerintah Pusat mempunyai kekuatan pada sisi regulasi, termasuk regulasi terhadap sumber-sumber pembiayaan

Serta keterbatasan tanah untuk kebutuhan perumahan merupakan kendala yang sering dihadapi terutama di kota-kota besar, sehingga upaya untuk memenuhi kebutuhan perumahan merupakan kebutuhan yang cukup mendasar.

24

Dalam bisinis Backlog adalah pesanan untuk barang ata Pesanan untuk barang atau jasa yang perusahaan belum sampaikan atau berikan kepada pelanggannya.

Jika dalam perumahan berarti kebutuhan perumahan untuk masyarakat. (http://kamusbisnis. com/arti/backlog/) di akses pada tanggal 24 Maret 2014 pukul 11.30 WIB.

25

Buku Panduan Bantuan PSU Perumahan Dan Kawasan Perukiman Tahun 2013, Op Cit, halaman 1.

maupun pendanaan yang dibutuhkan. Sementara itu mitra yang merupakan pelaku, pemerhati, akademisi, dan pihak swasta lainnya diharapkan mempunyai komitmen yang kuat untuk mendukung dan menggerakkan program pembangunan rumah murah

tersebut.26 Hal ini sejalan dengan pendapat Kemenpera yang menyadari bahwa

pembangunan perumahan bagi masyarakat tidak dapat dipenuhi seluruhnya oleh pemerintah pusat dan daerah saja tetapi juga dibutuhkan peran sektor swasta seperti

para pengembang perumahan serta masyarakat itu sendiri.27

Pembangunan perumahan dan kawasan perukiman dalam rangka menjamin menjamin hak setiap warga negara untuk menempati, menikmati, dan/atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur

dilaksanakan oleh Pemerintah pusat, pemerintah daerah dan/atau setiap orang atau orang perseorangan atau badan hukum baik berupa koperasi, yayasan, lembaga sewadaya masyarakat, maupun badan swasta baik pengembang/developer, mediator

Penyelenggaraan perumahan dan kawasan perukiman harus memerhatikan berbagai aspek yang diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan Perukiman yang di undangkan pada tanggal 12 Januari 2011 secara menyeluruh dan terpadu terkhusus untuk kewajiban penyediaan PSU untuk jenis rumah umum dan komersil.

26

Pidato Menteri negara perumahan rakyat Republik indonesia Pada upacara Peringatan hari perumahan nasional Tanggal 25 agustus 2011.

27

Humas Kemenpera, di akses pada tanggal 30 Juni pukul 15.00 WIB.

maupun motivator pembangunan. Keikutsertaan orang perorangan dan/atau badan hukum dalam melaksanakan pembangunan perumahan dan kawasan perukiman dibarengi dengan kawajiban yang harus dipenuhi dan ditaati serta dilaksanakan dengan baik berdasarkan Undang-undang Perumahan dan kawasan permukiman yang tertuang di dalam pasal-pasalnya.

Pelaksanaan Pembangunan perumahan dan kawasan perukiman oleh orang perseorangan atau badan hukum pada prakteknya berpeluang tidak menjalankan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi malah justru mengabaikan bahkan menyalahgunakannya sehingga berdampak kepada kepentingan masyarakat yang sifatnya cenderung merugikan. Apalagi masyarakat belum sepenuhnya mengenal secara utuh masalah-masalah dibidang perumahan dan perukiman, sehingga dirasa perlu adanya aturan yang mengatur dalam pelaksanaanya dibidang perumahan dan kawasan perukiman, berikut sanksi yang dikenakan atas pelanggaran yang terjadi berdasarkan ketentuan undang-undang. Bantuan dana untuk PSU yang dikucurkan oleh Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) bagi pengembang perumahan MBRpun rentan terhadap penyelewengan dan tidak sesuai dengan tujuannya. Dana bantuan tersebut seharusnya dapat dijadikan stimulus bagi pengembang MBR untuk

mau membangun rumah MBR sekaligus menekan harga rumah yang ada.28

28

Latief,Senin,30September,2013,15:57WIB,http://properti.kompas.com/read/2013/09/30/15 57292/Awas.Bantuan.Dana.Prasarana.Sarana.dan.Utilitas.Rawan.Penyelewengan.(di akses tanggal 27 feb 2014. Pukul 14.30 WIB)

Para pelaku pembangunan perumahan dan kawasan perukiman baik

perumnas, koperasi, badan swasta, seperti pengusaha realestate dalam menjalankan

usahanya kerap mendapat kritik dari yang bersumber dari pelaksanan yang keliru mengenai usaha pembangunan yang dijalankan dibidang perumahan dan kawasan permukiman. Hal ini menunjukkan ada peluang terjadi pelanggaran atas kewajiban sebagaimana yang diatur dalam undang-undang. Undang-undang Perumahan dan kawasan permukiman telah mengatur sanksi yang akan diancamkan kepada pelaku usaha yang tidak menjalankan kewajiban-kewajiban yang diharuskan.

Pelaksanaan pembangunan perumahan dan kawasan perukiman pada perakteknya banyak mengalami masalah, mulai dari wanprestasi pihak pengembang perumahan sampai ke penipuan pembeli perumahan. Hal ini sudah pasti bermuara pada kerugian yang diderita masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari berbagai berita dari berbagai media informasi, 130 kepala keluarga (KK) di Perumahan Bumi Nagara Lestari (BNL) Desa Nagara, Kabupaten Serang, Banten, mengancam memboikot pembayaran kredit rumah Bulan Februari. Penyebabnya warga kesal karena keseringan banjir. Sementara pihak pengembang tidak terlihat berinisiatif

menyelesaikan masalah tersebut.29

29

Ramadhian Fadhillah,Minggu ,2 Februari 2014 04:30http://www.merdeka.com/peristiwa/ kesal-terus-kebanjiran-warga-tolak-bayar- kredit-rumah.html di akses pada tanggal 7 Februari 2014

Medan (Sumatera Utara) malah berbeda,

masyarakat disekitar lokasi Perumahan dan Kawasan Perukiman terkena imbas akibat pelaksanaan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman. Akibat

lokasi kawasan perumahan yang biasanya tidak terkena banjir setelah adanya pembangunan oleh pihak pengembang menjadi banjir, sehingga berujung

pemboikotan oleh masrakat terhadap pembangunan.30 Masyarakat sekitar komplek

Citra Land Bagdya City melaporkan pengembang perumahan ke Bupati Deli Serdang

diwakili oleh kuasa hukumnya Tim Advokasi Penyelaat Aset Sumatera Utara.31

Pengembang perumahan sebagai yang bertanggungjawab dalam

melaksanakan pembangunan PSU tidak lepas dari tanggungjawab pidana jika lalai atau sengaja tidak menjalankan kewajibannya. Pengembang perumahan sebagai subjek hukum pidana dapat dimaknai sebagai korporasi dalam arti sempit yaitu suatu perusahaan berbadan hukum, sebab hanya perusahaan berbadan hukumlah yang dapat melaksanakan pembangunan perumahan dan kawasan perukiman. Dilatar belakangi permasalahan penyediaan PSU oleh pengembang perumahan di atas maka sudah seyogianyalah masalah ini diangkat sebagai suatu karya ilmiah.

Pelaku pembangunan perumahan dan kawasan perukiman baik perumnas,

koperasi, badan swasta, seperti pengusaha realestate (selanjutnya disebut dengan

pengembang perumahan) sebenarnya telah diancam dengan sanksi dalam rumusan pasal-pasal Undang-undang Perumahan dan Kawasan Permukiman, bahkan bukan hanya orang-perorangan selaku pengurus tetapi juga pengembang perumahan yang dapat kita sebut sebagai korporasi.

30 Harian Analisa, “Minim resapan Air” Sabtu 21 Desember 2013, halaman 6. 31

Somasi Tim Advokasi Penyelamat Aset Sumatera Utara kepada Bupati Deli Serdang tertanggal 13 November 2013.

Dokumen terkait