• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENCANA ALAM

Dalam dokumen Buku Laporan SLHD 2015 (BLH Bojonegoro) (Halaman 80-87)

KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

3) NITROGEN DIOKSIDA (NO 2 )

2.7 BENCANA ALAM

Kondisi geomorfologi, struktur geologi diwilayah Kabupaten Bojonegoro berupa hutan negara, pegunungan Kapur Selatan dan Utara serta Bojonegoro bagian tengah yang merupakan daerah aliran Bengawan Solo dan merupakan lahan pertanian yang subur. Kondisi demikian menjadikan Kabupaten Bojonegoro mempunyai beberapa kawasan, yaitu kawasan rawan bencana banjir, rawan kekeringan, rawan tanah longsor, dan rawan bencana angin putting beliung.

Dengan kondisi kerawanan tersebut Pemerintah Kabupaten Bojonegoro melalui Bagian Pengendalian Dampak Lingkungan, pada Tahun 2008 telah memetakan lahan kritis dan rawan bencana yang ada diwilayah Kabupaten

28,0 28,3 28,4 27,9 28,8 28,8 29,3 30,3 30,6 31,2 31,2 30,9 26,0 27,0 28,0 29,0 30,0 31,0 32,0

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

Suhu Udara Rata-rata Bulanan

Buku Laporan | Bab II 69

Bojonegoro. Dan pada Tahun 2014 Pemerintah Kabupaten Bojonegoro telah menetapkan status siaga darurat bencana banjir, tanah longsor dan angin putting beliung melalui Surat Keputusan Bupati Bojonegoro Nomor 188/378/KEP/412.11/2014.

2.7.1 Bencana Banjir, Korban dan Kerugian

Wilayah Kabupaten Bojonegoro yang dilalui aliran sungai bengawan Solo menyebabkan sekitar aliran Bengawan Solo menjadi daerah yang rawan banjir. Daerah rawan banjir di Kabupaten Bojonegoro meliputi 14 Kecamatan yaitu; Kecamatan Margomulyo, Ngraho, Padangan, Kasiman, Malo, Purwosari, Kalitidu, Dander, Bojonegoro, Kapas, Balen, Kanor, Sumberrejo, dan Kecamatan Baureno.

Dengan posisi topografi seperti itu setiap tahun Kabupaten Bojonegoro telah menyiapkan segala bentuk antisipasi terhadap bencana banjir yang akan

terjadi, dengan slogan “MENANGGULANGI BANJIR DENGAN BIJAKSANA”, dan

pada tahun 2010 melalui Perda Nomor 11 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Lain Kabupaten Bojonegoro, yang didalamnya terdapat pembentukan Badan Penannggulangan Bencana Daerah. Dengan adanya lembaga yang khusus menangani bencana, baik bencana alam maupun bencana lingkungan, maka penanganan terhadap bencana banjir lebih intensif dan terencana dengan baik.

Buku Laporan | Bab II 70

Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bojonegoro tahun 2015, total area terendam akibat luapan air sungai bengawan Solo yang terjadi di 7 Kecamatan yang ada diwilayah Kabupaten

Bojonegoro seluas 787 Ha, dengan perkiraan kerugian materi mencapai 2,5 milyar rupiah. Selain banjir akibat luapan sungai bengawan Solo, di

Kabupaten Bojonegoro juga terjadi bencana banjir bandang dengan total area terendam banjir seluas 3.121 Ha dengan perkiraan kerugian materi mencaapai 7,5 milyar rupiah.

Ini berarti bahwa bencana banjir bandang di tahun 2015 lebih parah dibandingkan yang terjadi di tahun 2014, dimana total area yang terendam saat itu hanya 2.531 ha dengan perkiraan kerugian materi sebesar 2,1 milyar rupiah. Tidak ada korban jiwa dalam bencana banjir bengawan Solo maupun bencana banjir bandang baik yang terjadi pada tahun 2014 maupun 2015.

2.7.2 Bencana Kekeringan, Luas dan Kerugian

Bencana kekeringan lahan pertanian yang terjadi diwilayah Kabupaten Bojonegoro tahun 2015 melanda hampir di seluruh wilayah Kabupaten Bojonegoro. Hal ini dimungkinkan karena di tahun 2015 terjadi musim kemarau yang cukup panjang, sehingga dari 28 kecamatan yang ada diwilayah Kabupaten Bojonegoro, ada 25 kecamatan yang mengalami bencana kekeringan dengan total area 14.531 Ha. Kecamatan Kasiman adalah yang paling parah kondisinya dengan total area yang mengalami kekeringan mencapai 3.974 Ha atau hampir 27%, sedangkan yang paling sedikit terdampak kekeringan adalah kecamatan Ngambon dengan total area hanya 37 Ha atau 0,25%.

Selain bencana kekeringan lahan pertanian di Kabupaten Bojonegoro juga terjadi bencana kekeringan akibat kekurangan pasokan air bersih atau belum tercukupinya kebutuhan akan air bersih. Di tahun 2015 ada 16 kecamatan diwilayah Kabupaten Bojonegoro yang kekurangan pasokan air bersih dengan jumlah penduduk mencapai 30.134 KK. Kecamatan kedungadem adalah yang paling terdampak dengan jumlah penduduk yang kekurangan pasokan air bersih mencapai 8.338 KK atau hampir 28%.

Buku Laporan | Bab II 71

Bencana Kekeringan di lahan pertanian

Guna penanggulangan sementara adalah dengan mengirimkan air bersih untuk keperluan hidup sehari-hari kepada masyarakat desa yang mengalami kekeringan. Untuk penanggulangan jangka panjang Pemerintah Kabupaten melalui beberapa SKPD telah memprogramkan pemanfaatan air hujan dengan membuat embung, geomembran, sumur resapan, lubang resapan biopori, serta penanaman pohon pada daerah tangkapan air (Cathment Area) di sumber- sumber mata air, sehingga diharapkan dalam jangka panjang dapat melestarikan sumber-sumber mata air yang ada.

Pengiriman Air Bersih diwilayah Kekeringan

2.7.3 Bencana Kebakaran Hutan/Lahan

Bencana kebakaran hutan seringkali terjadi di musim kemarau. Berdasarkan data dari Perum Perhutani KPH Parengan, KPH Bojonegoro, KPH Padangan, KPH Saradan, KPH Ngawi, KPH Jatirogo dan KPH Cepu, luas

Buku Laporan | Bab II 72

hutan/lahan yang terbakar di tahun 2015 ini mengalami kenaikan dibandingkan kebakaran hutan/lahan yang terjadi di tahun 2014. Kebakaran hutan yang terjadi di tahun 2015 diperkirakan menelan kerugian materi sebesar 723,6 juta rupiah dengan luas hutan/lahan yang terbakar mencapai 292,21 Ha. Sedangkan di tahun 2014 luas hutan/lahan yang terbakar hanya 248,40 Ha dengan perkiraan kerugian materi sebesar ± 691,3 juta rupiah.

Kebakaran hutan yang terjadi tahun ini, berada di 13 wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Boojonegoro, yaitu ; Kecamatan Tambakrejo, Margomulyo, Kedewan, Bubulan, Dander, Gondang, Kedungadem, Ngasem, Sekar, Sugihwaras, Temayang, Malo dan Ngraho.

Bencana Kebakaran Hutan

2.7.4 Bencana Angin Putting Beliung

Kabupaten Bojonegoro merupakan daerah yang berpotensi terjadinya angin putting beliung hal ini disebabkan karena hujan turun tidak merata dan menimbulkan perbedaan suhu udara, awan penyebab hujan muncul di beberapa titik, sehingga hujan turun tidak merata. Kondisi demikian menimbulkan adanya perbedaan suhu, sehingga terjadi aliran udara yang cepat dan pendek yang menimbulkan angin kencang.

Angin Putting beliung lebih banyak terjadi di dataran rendah dan terbuka. Karena itulah langkah antisipasi dan mitigasi paling awal bagi masyarakat adalah perlunya memahami penyebab dan gejala awal putting beliung. Gejala awal

Buku Laporan | Bab II 73

yang biasa muncul sebelum datangnya putting beliung adalah sehari sebelumnya udara di malam hari hingga pagi sangat panas, disusul jam 09.00 sampai dengan 10.00 pagi terlihat pertumbuhan awan cibi yang berlapis-lapis dan menjulang tinggi, serta berwarna hitam pekat.

Bencana Angin Putting Beliung

Di Tahun 2015 bencana angin putting beliung terjadi di 20 kecamatan yang ada diwilayah Kabupaten Bojonegoro diantaranya adalah ; Temayang, Balen, Kapas, Sumberrejo, Dander, Tambakrejo, Ngraho, Sekar, Baureno, Kedungadem, Ngasem, Kepohbaru dan Margomulyo dengan total perkiraan kerugian materi sebesar 2,7 milyar rupiah dan tidak ada korban jiwa dalam bencana alam tersebut.

Buku Laporan | Bab II 74

2.7.5 Bencana Tanah Longsor

Daerah Rawan Bencana Tanah Longsor meliputi Kecamatan Margomulyo, Kecamatan Tambakrejo, Kecamatan Ngambon, Kecamatan Sekar, Kecamatan Gondang, Kecamatan Malo, dan Kecamatan Kedewan. Daerah- daerah tersebut merupakan daerah pegunungan Kapur Selatan dan Pengunungan Kapur Utara, yang merupakan perbukitan Kapur yang ada di Kabupaten Bojonegoro.

Akibat bencana tanah longsor

Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bojonegoro tahun 2015, bencana tanah longsor terjadi di 15 kecamatan yang ada diwilayah Kabupaten Bojonegoro yaitu Kecamatan Temayang, Sekar, Gondang, Kalitidu, Malo, Balen, Purwosari, Kasiman, Kepohbaru, Dander, Ngasem, Padangan, Sumberrejo, Trucuk dan Bubulan tidak menelan korban jiwa, akan tetapi menimbulkan kerugian materi yang cukup besar yaitu diperkirakan 285 juta rupiah.

BAB III

TEKANAN TERHADAP

Dalam dokumen Buku Laporan SLHD 2015 (BLH Bojonegoro) (Halaman 80-87)

Dokumen terkait