• Tidak ada hasil yang ditemukan

Benda Pada Umumnya dan Hak-Hak Kebendaan

PENGERTIAN UMUM TENTANG HUKUM BENDA, HAK MILIK BENDA DAN WANPRESTASI TERHADAP PERJANJIAN

A. Benda Pada Umumnya dan Hak-Hak Kebendaan

Hukum adalah rangkaian peraturan-peraturan mengenai tingkah laku orang-orang sebagai anggota suatu masyarakat. Salah satu tujuan Hukum, ialah mengadakan tata tertib dalam pergaulan hidup para anggota masyarakat. Sudah semestinya mereka masing-masing dalam hidupnya sehari-hari mengejar suatu kenikmatan, yang sesuai dengan segenap keinginan mereka. Keinginan ini tentunya sangat bermacam-macam. Wujud, corak dan sifatnya.

Dalam usaha untuk memenuhi berbagai keinginan ini, para anggota masyarakat adakalanya sering berjumpa. Kalau dalam perjumpaan ini, mereka dapat saling menghindari satu sama lain secara berjalan bersimpang siur belaka, maka mereka masing-masing dapat berjalan terus, dengan tidak perlu menghiraukan salah tingkah tetangganya.

Tetapi, seluas bagaimanapun dunia ini, adalah merupakan kejadian sehari-hari, bahwa dalam pergaulan hidup manusia sebagai sesama mahluk, terjadi pergesekan antara berbagai kepentingan mereka. Syukur, apabila pergesekan ini, jika dinsyafi tepat pada waktunya, masih dapat dihentikan secara sukarela oleh kedua belah pihak. Kalau penghentian pergesekan ini tidak dapat tercapai, maka soalnya akan meningkat keatas pada suatu bentrokan kepentingan, yang hanya dapat diselesaikan dengan memaksa salah satu pihak untuk mengalah dan mempersilahkan pihak lain memenuhi kepentingannya sepenuhnya atau sebagian.

44

Untuk dapat mengadakan suatu paksaan ini, perlu ada peraturan tata tertib, yang mengatur berbagai hubungan antara kedua belah pihak dan harus ditaati oleh segenap anggota masyarakat. Sistem pengaturan benda merupakan sistem tertutup artinya orang tidak dapat mengadakan hak-hak kebendaan baru selain yang sudah diterapkan undang-undang. Hal ini berlawanan dengan sistem perutangan karena perutangan merupakan sistem yang terbuka artinya orang dapat mengadakan perjanjian apapun juga (verbintennis) baik yang sudah ada pengaturannya maupun yang belum ada pengaturannya menganut asas kebebasan berkontrak.

Adapun pengertian benda dalam arti sempit adalah barang berwujud yang dapat dianggap oleh panca indera yang dalam pengertian luas termasuk barang yang tidak berwujud. Jadi pengertian benda secara yuridis ialah segala sesuatu yang menjadi objek eigendom (hak milik), pasal 499 KUH Perdata.22 Menurut R.

Wirjono Prodjodikoro menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan benda (zaak) segala sesuatu yang dapat dihaki oleh orang.23

Menurut hukum perdata barat bagaimana yang diatur dalam KUH Perdata, benda dapat dibedakan atas :

1. Benda berwujud (he ha welijk) dan benda yang tidak berwujud (on he he welijk).

2. Benda yang bergerak dan benda yang tidak bergerak.

3. Benda yang dapat dipakai habis (verbruik baar) dan benda yang tidak dipakai habis (on verbruik baar).

4. Benda yang sudah ada (togenwooedige zaaken) dan benda yang masih akan ada (teonhomstige zaaken). Benda-benda yang akan ada dibedakan antara yang absolut dan relatif. Benda yang absolut yaitu benda yang pada suatu saat sama sekali belum ada misalnya panen

22 R. Wirjono Prodjodikoro.,Hukum Perdata Tentang Hak Atas Benda, PT. Intermasa, Jakarta, 2004, hal.2.

23 Ibid., hal.3.

45

yang akan datang. Benda yang relatif yaitu benda yang pada suatu saat sudah ada tetapi bagi orang-orang tertentu belum ada.

5. Benda yang dalam perdagangan (zaaken in handel) dan benda yang diluar perdagangan (zaaken buiten de handel).

6. Benda yang dapat dibagi dan benda yang tidak dapat dibagi.24

Dari pembagian di atas yang paling penting adalah pembagian benda bergerak dan benda tidak bergerak sebab pembagian ini mempunyai akibat yang sangat penting dalam hukum. Suatu benda dapat tergolong dalam benda yang tidak bergerak (onroerend) karena sifatnya, tujuan pemakaian, memang demikian ditentukan undang-undang. Adapun benda yang tidak bergerak karena sifatnya adalah tanah, termasuk segala sesuatu yang secara langsung atau tidak langsung karena bencana alam atau perbuatan manusia yang hubungannya erat menjadi satu dengan tanah.

Benda yang tidak bergerak tujuan pemakaiannya adalah segala apa meskipun tidak sungguh digabungkan dengan tanah atau bangunan untuk mengikuti tanah untuk waktu yang agak lama. Selanjutnya benda yang tidak bergerak karena memang ditentukan oleh undang-undang adalah segala hak penagihan mengenai suatu benda yang tak bergerak, misalnya hak opstal, hak erfacht dan hak pengalihan untuk pengembangan atau penyerahan benda yang tidak bergerak.

Benda dapat tergolong benda bergerak karena sifatnya, ditentukan oleh undang-undang. Benda bergerak karena sifatnya adalah benda yang tidak bergabung dengan tanah, misalnya perabot rumah. Benda bergerak karena

24Ibid., hal.5

46

ditetapkan undang-undang adalah penagihan mengenai sejumlah uang dari benda yang bergerak, misalnya surat sero perdagangan, surat obligasi negara.

“Selanjutnya dalam auteuswet da octrooiwet ditetapkan bahwa hak atas suatu karangan tulisan (aureurechto) dan hak suatu pendapatan suatu ilmu pengetahuan (octrooiretcht) adalah benda yang bergerak”.

Dalam memperoleh hak kebendaan ada beberapa carta yaitu : 1. Dengan pengakuan

Benda yang tidak ada pemiliknya (res nullius) kemudian didapat dan diakui oleh orang yang mendapatkannya ini sebagai pemiliknya, misalnya menangkap ikan di sungai, laut dan berburu di hutan bebas.

2. Dengan penemuan

Benda milik orang lain yang lepas dari penguasaannya, misalnya karena jatuh di jalan, karena bencana alam, kemudian ditemukan seseorang sedangkan dia tidak tau siapa pemiliknya. Penemu benda tersebut dianggap sebagai pemilik karena menguasai benda itu (Pasal 1977 ayat 1 KUH Perdata). Dia mempunyai bezit atas benda itu, bezit sama dengan eigendom.

3. Dengan penyerahan

Hak kebendaan diperoleh dengan cara penyerahan berdasarkan alas hak (rechtstitel) tertentu, misalnya jual beli, sewa menyewa, hibah, warisan.

Dengan penyerahan hak kebendaan atas benda berpindah kepada yang memperoleh hak.

47

4. Dengan daluarsa

Hak kebendaan diperoleh dengan cara daluarsa (lampau waktu). Daluarsa benda bergerak dan tidak bergerak tidak sama. Bagi siapa yang menguasai benda bergerak misalnya dengan cara menemukan di jalan, hak milik diperoleh setelah lampau waktu tiga tahun sejak ia menguasai benda bergerak itu (Pasal 1977 ayat 2 KUH Perdata). Untuk benda tidak bergerak daluarsanya adalah dalam hal alas hak 20 tahun dan dalam hal tidak ada alas hak 30 tahun (Pasal 1967 KUH Perdata).

5. Dengan pewarisan

Hak kebendaan diperoleh berdasarkan pewarisan menurut hukum waris yang berlaku

6. Dengan penciptaan

Orang yang menciptakan benda baru memperoleh hak milik atas benda ciptaannya itu.

7. Dengan ikutan (turunan)

Orang yang membeli seekor sapi bunting kemudian sapi itu melahirkan anak maka secara otomatis pemilik sapi tersebut mempunyai hak milik atas anak sapi yang baru lahir.

Dari beberapa cara memperoleh hak kebendaan seperti yang diuraikan di atas, penulis hanya memfokuskan pembahasan kepada “memperoleh hak kebendaan dengan penyerahan” berdasarkan suatu peristiwa perdata yaitu perjanjian beli sewa. Beli sewa tidak lain adalah persesuaian kehendak antara penjual dan pembeli mengenai barang dan harga. Barang dan hargalah yang

48

menjadi esensial perjanjian beli sewa, tanpa ada barang yang hendak dijual sewa mungkin terjadi beli sewa, sebaliknya bila barang objek beli sewa tidak dibayar dengan suatu harga, beli sewa dianggap tidak ada. Bahwa apa yang harus diserahkan dalam perjanjian beli sewa adalah suatu yang berwujud benda atau barang (zaak).

Bertitik tolak dari pengertian benda dan barang adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan objek “harta benda” atau harta kekayaan. Jadi yang dapat dijadikan objek jual beli adalah segala sesuatu yang dapat bernilai harta kekayaan (vermogen). Termasuk didalamnya perusahaan dagang, porsi warisan dan

sebagainya. Bukan hanya benda yang dapat dilihat wujudnya tapi semua benda yang dapat menilai harta kekayaan baik nyata maupun tidak berwujud. Hal ini sesuai dengan Pasal 1332 KUH Perdata yaitu hanya barang-barang bisa diperniagakan saja yang boleh dijadikan objek persetujuan.