• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagian II : ANCAMAN TERORISME

2. Bentuk-bentuk Ancaman Terorisme

Bentuk-bentuk ancaman terorisme dapat diklasifikasikan berdasarkan: wujudnya, jenisnya, tingkatan, dan tipologinya. Berikut ini bentuk-bentuk terorisme:

14

2.1. Bentuk ancamanTerorisme Berdasarkan Wujud

Ancaman Terorisme berdasarkan bentuk wujud terdiri dari ancaman terorisme fisik dan non fisik. Bentuk ancaman terorisme fisik yaitu yang menggunakan model aksi, seperti peledakan atau pemboman, termasuk bom bunuh diri, penculikan, pembajakan, penembakan, dan lain-lain. Sedangkan ancaman terorisme non fisik, dilakukan dengan melancarkan serangan-serangan nonfisik yang dapat mempengaruhi pikiran orang, antara lain terorisme ideologi.

a. Terorisme Fisik, antara lain:32

1) Peledakan bom. Bentuk ini yang populer digunakan, karena peledakan bom ditempat–tempat atau fasilitas umum yang strategis merupakan cara yang efektif untuk menimbulkan ketakutan di kalangan masyarakat. Bahkan aksi-aksi peledakan bom menjadi semakin menakutkan ketika dilakukan dalam bentuk yang dianggap sangat heroik dengan meledakkan diri sendiri dalam aksi yang dikenal sebagai bom bunuh diri. Dalam pemboman ataupun bom bunuh diri, efeknya bukan hanya korban manusia melainkan juga fasilitas-fasilitas yang dianggap strategis. Bahkan ledakan di tempat-tempat terbuka tanpa korban pun efek menakutkan dan keciutan nyali tetap dirasakan.

2) Pembunuhan. Kita membedakan bentuk paling klasik ini sebagai bentuk tersendiri karena pembunuhan hanya dilakukan terhadap orang. Dengan kata lain, korbannya adalah tokoh, atau orang yang dianggap musuh. Pembunuhan dalam konteks teroris biasanya diikuti dengan klaim siapa yang bertanggung jawab atas pembunuhan yang dilakukan.

3) Penghadangan. Penghadangan biasanya dilakukan dengan persiapan yang matang, bahkan dengan latihan-latihan, dan perencanaan medan dan waktu. Cara ini bisa dilakukan untuk menghambat musuhnya berhasil mencapai tujuannya. Tujuan itu bisa berupa tempat-tmpat tertentu atau cita-cita atau keinginan tertentu.

32 Kompasiana com. Bentuk Terorisme, diunduh dari:

15

4) Penculikan. Sering juga diawali dengan penghadangan. Korbannya kemudian diculik dan ditahan di suatu tempat tersembunyi. Sering dimanfaatkan untuk pemenuhan tujuan tertentu, misalnya demi mendapatkan sejumlah uang yang dibutuhkan untuk membiayai kegiatan-kegiatan operasional mereka.

5) Penyanderaan. Berbeda dari penculikan, penyanderaan itu justru memperlihatkan korbannya di tempat umum. Sandera atau para sandera akan dibebaskan kalau tuntutan pihak penyandera dipenuhi. Tuntutannya bisa berupa entah mendapatkan sejumlah uang, atau meminta pembebasan anggota kelompok mereka yang sedang dalam penahanan.

6) Perampokan. Perampokan terutama dilakukan untuk mencari dana. Perampokan bank, perampokan rumah orang kaya, atau pejabat, merupakan contoh-contoh dari metode terorisme ini.

7) Perompakan. Perompakan atau pembajakan kapal laut yang sedang berlayar (bajak laut). Akhir-akhir ini banyak diberitakan mengenai para perompak atau bajak laut Somalia, yang mulai marak sejak terjadi perang saudara di sana sejak tahun 1990. Atau pembajakan kapal Indonesia oleh kelompok Abu Sayyaf di Filipina tahun 2016.

8) Sabotase dan Pembajakan. Model ini sangat populer dilancarkan oleh kelompok teroris selama periode 1960–1970. Contohnya, pembajakan terhadap kendaraan yang membawa bahan makanan sebagai taktik yang digunakan oleh kelompok Tupamaros di Uruguay untuk mendapatkan kesan Robin Hood dan menghancurkan propaganda pemerintah. Kita mengenal cerita tentang Robin Hood yang dianggap pahlawan karena merampok dari orang kaya dan membagi-bagikan hasilnya kepada orang miskin.

9) Ancaman/Intimidasi. Dengan ancaman atau intimidasi, para teroris berusaha melakukan tindakan–tindakan yang bisa menakut–nakuti atau mengancam masyarakat atau korban dengan menggunakan kekerasan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa yang menjadi ciri utama dari terorisme adalah penggunaan kekerasan terhadap target atau korban. Tujuannya adalah untuk menciptakan suatu kesan mendalam yang tidak terlupakan sekaligus menyampaikan tuntutan kepada khalayak yang lebih luas.

16

b. Terorisme non fisik, dilakukan dengan melancarkan serangan-serangan nonfisik seperti terorisme ideologis. Terorisme ideologi menggunakan ideologi sebagai senjata untuk mempengaruhi orang lain. Bentuk yang biasa digunakan adalah indoktrinasi dan cuci otak (brain wash), yang dilakukan melalui antara lain: penyebaran ucapan, sikap atau perilaku, tulisan, atau tampilan dengan tujuan untuk menghasut orang atau kelompok orang untuk melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan. Setelah dicuci otaknya, orang akan mudah diindoktrinasi untuk menyerap konsep-konsep ideologis yang mau ditanamkan ke dalam otak sang calon teroris. Dia pada gilirannya akan menjalankan secara militan, ideologi yang diindoktrinasikan ke dalam otaknya, yang pada intinya berakibat pada kerusakan moral, mental sipiritual obyek sasarannya.33

2.2. Bentuk Terorisme berdasarkan Jenis34

a. Teror Kriminal

Teror kriminal biasanya dilancarkan hanya untuk kepentingan pribadi atau memperkaya diri sendiri. Teroris kriminal bisa menggunakan cara pemerasan dan intimidasi. Mereka menggunakan kata-kata yang dapat menimbulkan ketakutan/ teror psikis.

b. Teror Politik.

Teror politik biasanya tidak memilih-milih korban. Teroris politik selalu siap melaku-kan pembunuhan terhadap orang-orang sipil: laki-laki, perempuan, dewasa atau anak-anak tanpa mempertimbangkan penilaian politik atau moral. Teror politik adalah suatu fenomena sosial yang penting. Para pelaku kebanyakan dimotivasi oleh idealism yang cukup keras, misalnya: “berjuang demi agama dan kemanusiaan”, maka hard-core kelompok terror adalah fanatic dan siap mati. Teror politik biasanya berupa a.l. :

33Hezbi Islami. Terorisme Bagian 3., diunduh dari https://hezbiislami.wordpress.com/tag/terorisme-nonfisik/, diakses 7 Juni 2020

17

1) Berbentuk intimidasi kohersif. Yang dimaksudkan adalah Intimidasi yang bersifat memaksa sehingga korbannya menerima atau menyepakati tuntutan si peneror. Intimidasi, pemaksaan, jelas merupakan kekhasan sebuah aksi terorisme. Karena tujuan terorisme adalah menuntut atau memaksa orang untuk bertindak sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh kelompok teroris. 2) Melakukan Pembunuhan Untuk Mencapai Tujuan-Tujuan Politik. Dalam

dunia politik, teror politik model ini sering dijalankan. Ada upaya untuk, dengan berbagai cara, melakukan tindakan pembunuhan atas lawan politiknya, agar tidak ada yang menghalangi si pembunuh melenggang meraih kekuasaan dalam bidang politik, bisnis, atau organisasi.

3) Memanipulasi Kerusuhan dan Penghancuran Secara Sistematis. Kerusuhan dan penghancuran jelas difungsikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan tertentu. Ini dilakukan dengan trik-trik yang sulit terdeteksi. 4) Tidak menargetkan korban sebagai sasaran, melainkan sebagai sarana

untuk menciptakan adu domba dan perang urat syaraf. Misalnya praktik-praktik yang dilancarkan dengan memanfaatkan korban kerusuhan untuk memojokkan pemerintah yang tidak didukung kelompok teroris.

5) Menargetkan dan Menyasar Korbannya Secara Rahasia. Aksi teror pun dipilih dan disasar secara rahasia, namun tujuannya bukan untuk dirahasiakan melainkan agar terpublikasi secara luas. Makin terpublikasikan, semakin mereka merasa berhasil menebarkan terornya. Misalnya teror terhadap para preman pada tahun 1970an yang dikenal dengan nama penembakan misterius alias “petrus”.

6) Menyampaikan Pesan Aksinya Secara Jelas. Meski tidak selalu menyatakan diri secara personal. Para pelaku teror ini kebanyakan dimotivasi oleh idealisme yang sangat tinggi, misalnya “berjuang demi membela agama atau keyakinan dan kemanusiaan”, maka kelompok teror ini adalah kelompok fanatik yang siap mengorbankan segala sesuatu demi mencapai tujuan, termasuk nyawanya sendiri.

18

2.3. Bentuk Terorisme berdasarkan Tingkatannya35

Dilihat dari segi tingkatannya, Paul Wilkinson mengelompokkan terorisme ke dalam tiga bentuk yaitu: terorisme revolusioner, terorisme sub-revolusioner, dan terorisme represif. Terorisme revolusioner dan terorisme sub revolusioner dilakukan oleh warga sipil, sedangkan terorisme represif dilakukan oleh negara.

Perbedaan terorisme revolusioner dan subrevolusioner terletak pada tujuannya. Terorisme revolusioner bertujuan untuk melakukan perubahan total atas tatanan sosial dan politik yang sudah ada, sedangkan terorisme sub-revolusioner bertujuan untuk mengubah kebijakan, melancarkan tindakan balas dendam, atau menghukum pejabat pemerintahan yang tidak sejalan.

Sementara terorisme represif adalah aksi teror yang dilakukan pemerintah, yang mengatasnamakan dasar hukum, ditujukan baik terhadap kelompok oposisi yang ada dibawah pemerintahannya, maupun terhadap kelompok di wilayah lainnya.

2.4. Bentuk Terorisme berdasarkan Tipologinya36

Dari segi tipologi terorisme, terdapat sejumlah versi penjelasan, di antaranya tipologi yang dirumuskan oleh “National Advisory Committee” (komisi kejahatan nasional Amerika) dalam The Report of the Task Force of the on Disorders and Terrorism, yang mengemukakan sebagaimana dipertimbangkannya, bahwa ada beberapa bentuk terorisme yaitu:

a. Terorisme politik, yaitu perilaku kekerasan kriminal yang dirancang guna menumbuhkan benih rasa ketakutan di kalangan masyarakat, demi kepentingan politik.

b. Terorisme nonpolitis, yakni perilaku yang cenderung mencoba menumbuhkan rasa ketakutan dengan cara kekerasan, demi kepentingan pribadi, misalnya kejahatan terorganisasi;

35 Ibid

36 Tipologi Terorisme, diunduh dari https://www.coursehero.com/file/p32hv9v/TIPOLOGI-TERORISME-Mengenai-tipologi-terorisme-terdapat-sejumlah-penjelasan/

19

c. Quasi terorisme, digambarkan sebagai terorisme yang dilakukan secara insidental, namun tidak memiliki muatan ideologi tertentu; lebih dimaksudkan untuk tujuan pembiayaan. Contohnya dalam kasus pembajakan pesawat udara atau penyanderaan, ketika para pelaku lebih tertarik kepada uang tebusan daripada motivasi politik.

d. Terorisme politik terbatas, diartikan sebagai teroris, yang memiliki motif politik dan ideologi, namun lebih ditujukan dalam mengendalikan keadaan (negara). Contohnya adalah perbuatan teroris yang berupa pembunuhan untuk balas dendam.

e. Terorisme negara atau pemerintahan yakni suatu negara atau pemerintahan, yang mendasarkan kekuasaannya pada ketakutan dan penindasan, dalam mengendalikan masyarakatnya. Terorisme yang dilakukan oleh negara merupakan salah satu bentuk kejahatan yang tergolong sangat istimewa. Sebab negara adalah suatu organisasi besar yang dipilari oleh kekuatan rakyat, kehnamun disisi lain punya kewajiban mengatur, melindungi, dan menyejahterakan kehidupan rakyat secara material maupun non material.

Dokumen terkait