• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul PKBN SERI 4.1 PILIHAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME DALAM GERAKAN NASIONAL BELA NEGARA ISBN:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Modul PKBN SERI 4.1 PILIHAN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME DALAM GERAKAN NASIONAL BELA NEGARA ISBN:"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Modul PKBN SERI 4.1 PILIHAN

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN

TERORISME

DALAM GERAKAN NASIONAL BELA NEGARA

ISBN: 978-979-8878-18-3

Pengarah:

Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan RI

Penyunting:

Dr. Laksmi Nurharini, S.E., M.Si.

Penyusun:

Tim Pokja Modul Pembinaan Kesadaran Bela Negara

Desain Sampul:

Irene Angela, S.T. @ireneeangela

Redaksi:

Direktorat Bela Negara Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan RI

Gedung Jenderal R. Soeprapto Lantai 6 Jalan Tanah Abang Timur Nomor 8 Jakarta Pusat 10110

Diterbitkan oleh:

Kementerian Pertahanan Republik Indonesia

Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 13-14 Jakarta Pusat Telp : 021-3828893

Fax : 021-3505210

Email : datin.pothan@kemhan.go.id

Cetak Pertama – 2019

Kementerian Pertahanan Republik Indonesia

Hak Cipta dilindungi oleh Undang – Undang.

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari Kementerian Pertahanan Republik Indonesia

(3)
(4)
(5)

i

KEMENTERIAN PERTAHANAN RI

DIREKTORAT JENDERAL POTENSI PERTAHANAN

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakatuh, Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,

Om Swastyastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan.

Bapak, Ibu, Saudara-Saudara sebangsa dan setanah air.

Pengaturan Bela Negara dalam peraturan-perundang-undangan ini menjadi sangat penting terlebih mencermati perkembangan lingkungan strategis saat ini, baik di tingkat global, regional dan nasional yang menunjukkan multidimensionalitas ancaman terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa. Ancaman yang terjadi saat ini lebih didominasi ancaman nonmiliter, yang berdimensi ideologi, ekonomi, politik, sosial budaya, berdimensi teknologi, keselamatan umum, bahkan dapat berdimensi legislasi, namun mengingat sifatnya yang sulit diprediksi, bukan tidak mungkin pada suatu saat, ancaman militerpun kemungkinan bisa terjadi. Oleh karena itulah, kesadaran Bela Negara setiap warga negara tersebut menjadi sangat penting sebagai wujud daya tangkal dan kesiapsiagaan warga negara, baik dalam menghadapi kompleksitas ancaman nonmiliter maupun bila suatu saat negara membutuhkan untuk menghadapi ancaman militer. Itulah sebabnya kesadaran Bela Negara juga sebagai landasan membangun sistem pertahanan negara baik dalam menghadapi ancaman nonmiliter maupun ancaman militer.

Pembinaan Kesadaran Bela Negara (PKBN) adalah upaya menanamkan pengetahuan dan membentuk sikap mental dan perilaku serta tindakan warga negara yang memiliki kesadaran dan kemampuan Bela Negara. PKBN perlu dilaksanakan secara masif, terukur, terkoordinasi dan terstandarisasi di lingkup pendidikan, lingkup pekerjaan dan lingkup masyarakat, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara. Untuk itu Kementerian Pertahanan membuat Modul Pembinaan Kesadaran Bela Negara, yang terdiri dari 1 Modul Ringkasan Eksekutif, 4 Modul Wajib dan 8 Modul Pilihan. Modul ini menjadi acuan bagi Kementerian/Lembaga termasuk di Kementerian Pertahanan sendiri, TNI, Polri, Pemerintah Daerah, dan komponen bangsa lainnya dalam menyelenggarakan Pembinaan Kesadaran Bela Negara di lingkungannya masing-masing.

Saya berharap pemberian materi dalam modul tersebut akan menjadi bekal wawasan dan pengetahuan yang dapat menumbuhkan kesadaran dan menguatkan tekad, Lima belas tahun bukanlah waktu yang singkat untuk sebuah

penantian atas lahirnya aturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Kini, Bela Negara telah menjadi norma hukum yang diatur secara khusus dalam Bab III Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019 tentang

Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara. Direktur Jenderal Potensi Pertahanan

(6)
(7)

iii

PENGANTAR MODUL

PEMBINAAN KESADARAN BELA NEGARA (PKBN)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2019 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara, Bab I Pasal 1 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “Pertahanan Negara” adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman serta gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Sedangkan yang dimaksud dengan “Sumber Daya Nasional” adalah sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya buatan.

Dalam rangka mengimplementasikan amanat undang-undang tersebut, khususnya dalam pengelolaan sumber daya manusia Indonesia, yang dimaknai sebagai seluruh warga negara Indonesia (WNI) yang memberikan daya dan usahanya untuk kepentingan bangsa dan negara. Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan, Kementerian Pertahanan, memadang perlu untuk melakukan program pembinaan kesadaran bela negara (PKBN). Pogram PKBN merupakan segala usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka memberikan pengetahuan, pendidikan, dan/atau pelatihan kepada warga negara guna menumbuh-kembangkan sikap dan perilaku, serta menanamkan nilai dasar Bela Negara. Pada dasarnya pelaksanaan program PKBN ditujukan terutama untuk:

1. Menyadarkan seluruh warga negara Indonesia (WNI) akan pentingnya segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman serta gangguan terhadap bangsa dan negara, secara terus-menerus pantang menyerah, agar kesinam-bungan hidup bangsa dan negara dapat dipertahankan dari masa ke masa. 2. Membentuk sikap dan perilaku bela negara seluruh WNI yang mencerminkan

tekad, sikap dan perilaku WNI, baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara, yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI, yang

(8)

iv

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai ancaman.

3. Menggerakan seluruh WNI di setiap lingkup (pendidikan, masyarakat, dan pekerjaan) untuk melakukan upaya tindakan nyata bela NKRI, dalam gerakan nasional bela negara, siap menghadapi tantangan dan ancaman perubahan jaman dari era ke era berikutnya.

Salah satu sarana untuk mendukung keberhasilan tujuan program PKBN, Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan menyusun modul pembinaan kesadaran bela negara yang disingkat “Modul PKBN”, yang terdiri dari 12 judul pokok bahasan yaitu :

1. Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia 2. Empat Konsensus Dasar Negara 3. Tataran Dasar Bela Negara 4. Wawasan Kebangsaan 5. Wawasan Nusantara 6. Kearifan Lokal 7. Ketahanan Nasional 8. Kepemimpinan

9. Sistem Pertahanan Semesta

10. Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme 11. Pencegahan Korupsi

12. Pengetahuan Cyber

Keduabelas judul pokok bahasan tersebut disusun dalam rancangan pembela-jaran atau kurikulum, yang mendasarkan pada upaya pencapaian tujuan program PKBN tersebut diatas. Secara garis besar di-ilustrasikan pada gambar 1 - Payung, berikut ini :

(9)

v

Ilustrasi gambar “Payung”, merupakan dasar berpikir pengembangan penyusunan Modul PKBN, yang terdiri dari 3 (tiga) komponen utama, yaitu:

1. Kanopi (canopy), pelindung terhadap sinar matahari, hujan, angin, dan cuaca 2. Tiang (shank), memperkuat kanopi atau pelindung

3. Pegangan (handle), penahan tiang dan kanopi, merupakan kekuatan atau fondasi perlindungan terhadap berbagai perubahan cuaca

Kaitan pengembangan kurikulum program PKBN dengan ilustrasi payung tersebut dimuka, dalam penyusunan Paket Modul PKBN yang dirancang untuk mencapai tujuan program PKBN, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pokok bahasan yang befungsi sebagai “kanopi” dalam “melindungi” bangsa dan negara terhadap dinamika tantangan dan ancaman perubahan jaman, disusun 2 (dua) modul yang dirancang sebagai berikut:

a. Modul Wajib 1, Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia, dimana

penekanan konten pada ranah “menyadarkan” warga negara agar terdo-rong untuk melakukan upaya bela negara, karena sejarah merupakan : 1) Sumber pelajaran sikap dan perilaku yang telah berhasil dilakukan oleh

para pendahulu bangsa, dalam upayanya mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara.

2) Sumber kesadaran waktu, yang menyadarkan seluruh WNI bahwa

peristiwa-peristiwa yang tercatat dalam sejarah merupakan sesuatu yang terus bergerak dari masa silam, bermuara ke masa kini, dan berlanjut ke masa depan. Hal ini menyadarkan warga negara bahwa sikap dan perilaku pada masa kini akan berimplikasi kepada kehidupan bangsa di masa depan, dan mendorong mereka untuk mengukir sejarahnya dengan sebaik-baiknya.

3) Sumber inspirasi, artinya sikap dan perilaku para pendahulu bangsa dalam kiprahnya mengangkat harkat dan martabat bangsa, serta memperjuangkan kelangsungan hidup bangsa dan negara, merupakan keteladanan yang meng-inspirasi warga negara generasi berikutnya.

4) Sumber yang menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme,

yang terbangun karena kesadaran adanya kesamaan sejarah di masa lampau, dan adanya keinginan untuk membuat sejarah besar di masa yang akan datang.

5) Sumber kesadaran jatidiri bangsa, merupakan identitas bangsa yang harus dibentuk secara berkesinambungan oleh WNI dari masa ke masa, agar dihormati dan dihargai negara lain di kancah internasional.

(10)

vi

b. Modul Wajib 2, 4 (empat) Konsensus Dasar Negara, dimana penekanan konten pada ranah “menyadarkan” bahwa keempat konsensus tersebut yaitu: Pancasila; UUD NRI 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, merupakan dasar atau landasan warga negara dalam bersikap, berpikir, berkata dan bertindak, untuk mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara.

2. Pokok bahasan yang befungsi sebagai “tiang” dalam melindungi bangsa dan negara terhadap dinamika tantangan dan ancaman perubahan jaman, disusun 6 (enam) modul yaitu:

a. Modul Wajib 3, Tataran Dasar Bela Negara, berisi tentang konsep-konsep nilai-nilai dasar bela negara, dimana penekanan konten pada ranah “menyadarkan” dan “membangun sikap” warga negara agar terdorong untuk mengimplementasikan nilai-nilai dasar bela negara.

b. Modul Pilihan 3.1, Wawasan Kebangsaan, berisi tentang konsep-konsep kebangsaan, merupakan strategi membangun nilai-nilai dasar bela negara. Pemahaman wawasan kebangsaan diperlukan untuk “menyadarkan” dan “membangun sikap” membela bangsa Indonesia.

c. Modul Pilihan 3.2, Wawasan Nusantara, berisi tentang konsep-konsep nusantara atau kewilayahan, merupakan strategi membangun nilai-nilai dasar bela negara. Pemahaman kewilayahan diperlukan untuk “menyadarkan” dan “membangun sikap” membela negara kepulauan Indonesia.

d. Modul Pilihan 3.3, Kearifan Lokal, berisi tentang konsep-konsep kearifan lokal atau jatidiri bangsa,merupakan strategi membangun nilai-nilai dasar bela negara. Pemahaman kearifan lokal diperlukan untuk “menyadarkan” dan “membangun sikap” warga negara dalam merevitalisasi kearifan lokal sebagai upaya mempertahankan kesinambungan hidup bangsa dan negara.

e. Modul Pilihan 3.4, Ketahanan Nasional, berisi tentang konsep-konsep ketahanan nasional, merupakan strategi membangun nilai-nilai dasar bela negara. Pemahaman ketahanan nasional “menyadarkan” dan “membangun sikap” untuk meningkatkan astagatra ketahanan dalam upaya bela negara.

f. Modul Pilihan 3.5, Kepemimpinan, berisi tentang konsep-konsep kepemim-pinan,merupakan strategi membangun nilai-nilai dasar bela negara. Pemaha-man

(11)

vii

kepemimpinan diperlukan untuk “menyadarkan” dan “membangun sikap” dalam memimpin program aksi bela negara menghadapi tantangan dan ancaman perubahan jaman, demi keberlangsungan hidup bangsa dan negara

3. Pokok bahasan yang berfungsi sebagai “pegangan/fondasi” dalam melindungi bangsa dan negara terhadap dinamika tantangan dan ancaman perubahan jaman, disusun 4 (empat) modul yang dirancang sebagai berikut:

a. Modul Wajib 4, Sistem Pertahanan Semesta, berisi tentang

konsep-konsep dan operasionalisasi pertahanan negara, dalam suatu sistem yang bersifat kesemestaan yang melibatkan seluruh sumber daya nasional, baik warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan maupun sarana-prasarana, dalam menghadapi ancaman militer, non militer dan hibrida di semua bidang. Pemahaman sistem pertahanan semesta diperlukan untuk “membangun” dan “membentuk sikap dan perilaku nyata” membela negara b. Modul Pilihan 4.1, Pencegahan Penanggulangan Terorisme, berisi tentang

konsep-konsep dan operasionalisasi metode pencegahan dan penanggulangan terorisme yang berpotensi membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Pemahaman materi ini diperlukan untuk “membangun” dan “membentuk sikap dan perilaku nyata” membela negara menghadapi ancaman terorisme. c. Modul Pilihan 4.2, Pencegahan Korupsi, berisi tentang konsep-konsep dan

operasionalisasi metode pencegahan dan penanggulangan korupsi yang berpotensi merusak moral kehidupan bangsa dan negara. Pemahaman materi ini diperlukan untuk “membangun” dan “membentuk sikap dan perilaku nyata” dalam membela negara dalam upaya pemberantasan korupsi.

d. Modul Pilihan 4.3, Pengetahuan Cyber, berisi tentang konsep-konsep dan operasionalisasi ancaman di ranah kejahatan cyber (antara lain: pembobolan situs, pencurian data, penyebaran virus/program jahat) yang berpotensi membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Pemahaman pengetahuan cyber diperlukan untuk “membangun” dan “membentuk sikap dan perilaku nyata” membela negara terhadap ancaman kejahatan cyber.

Rancang bangun hubungan antar modul rangkaian Modul PKBN, seperti terlihat pada gambar 2 - “desain instruksional” berikut ini:

(12)

viii

DESAIN INSTRUKSIONAL

MODUL PKBN

SERI

3.1

PILIHAN SERI

3

WAJIB

MODUL :

WAWASAN KEBANGSAAN

MODUL

:

WAWASAN NUSANTARA

SERI

3.3

PILIHAN

MODUL

:

KEARIFAN LOKAL

SERI

3.2

PILIHAN

MODUL :

TATARAN DASAR

BELA NEGARA

SERI

3.4

PILIHAN

MODUL

:

KETAHANAN NASIONAL

MODUL : SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

SERI

1

WAJIB

MODUL : 4 (EMPAT) KONSENSUS DASAR NEGARA

(PANCASILA; UUD NRI 1945 ; NKRI; BHINEKA TUNGGAL IKA)

SERI

2

WAJIB SERI

4

WAJIB

MODUL

:

SISTEM

PERTAHANAN

SEMESTA

SERI

4.3

PILIHAN

MODUL

:

PENGETAHUAN CYBER

MODUL

:

PENCEGAHAN KORUPSI

MODUL

:

PENCEGAHAN & PENANGGULANGAN

TERORISME

SERI

4.2

PILIHAN SERI

4.1

PILIHAN SERI

3.5

PILIHAN

MODUL

:

KEPEMIMPINAN

(13)

ix

Setiap Topik Modul PKBN disusun berdasarkan alur pikir yang diawali dengan pengertian atau pemahaman dari judul topik bahasan, kemudian di elaborasi pada konsep-konsep dari topik bahasan, selanjutnya pembahasan digiring mengerucut pada paparan implementasi kearah gerakan nasional bela negara. Alur pikir pembahasan topik Modul PKBN, dapat dilihat pada gambar 3 – desain instruksional setiap topik modul.

Modul PKBN dirancang sebagai bekal atau pedoman mengajar bagi para Instruktur/ Pengajar/Pembina/Widyaiswara, yang ditugaskan untuk menyadarkan, menginternalisasi-kan nilai-nilai dasar bela negara, membentuk serta memberdayakan sikap dan perilaku nyata warga negara untuk secara terus-menerus membela bangsa dan NKRI, yang terwujud di dalam tindakan warga negara sehari-hari, baik di lingkup pendidikan, lingkup masyarakat maupun lingkup pekerjaan.

Rancangan setiap Modul PKBN, merupakan “Paket Pembelajaran” yang disusun ke dalam 7 (tujuh) kategori sebagai berikut :

A. MATERI / BAHAN AJAR B. KELOMPOK PESERTA PKBN

C. STANDAR KOMPETENSI PER KELOMPOK PESERTA

D. METODE/STRATEGI PEMBELAJARAN PER KELOMPOK PESERTA E. SARANA/MEDIA PEMBELAJARAN PER KELOMPOK PESERTA F. METODE EVALUASI HASIL BELAJAR PER KELOMPOK PESERTA G. PENGUATAN (REINFORCEMENT) PEMBELAJARAN

Penyusun sangat menyadari bahwa modul ini jauh dari sempurna. Dengan segala kekurangan yang ada pada modul ini, kami mohon kesediaan pembaca untuk dapat memberikan masukan yang konstruktif guna penyempurnaan selanjutnya, semoga modul ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Jakarta, Desember 2019

Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia

(14)

x

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……… PENGANTAR MODUL PKBN ……… i DAFTAR ISI ……….. DAFTAR GAMBAR ………...……….. DAFTAR TABEL ……… A. MATERI / BAHAN AJAR ……….. Bagian I : PEMAHAMAN TERORISME ………...……

1. Latar Belakang ..……… 2. Pengertian Terorisme ………..………… 3. Sejarah Terorisme ……….……….………

3.1. Sejarah Terorisme di Dunia ……….. 3.2. Sejarah Terorisme di Indonesia ……… Bagian II : ANCAMAN TERORISME

TERHADAP KEDAULATAN DAN KEUTUHAN NKRI ………. 6 1. Kelompok Terorisme Sebuah Fakta ……… 2. Bentuk-bentuk Ancaman Terorisme ………..……… 7 3. Ancaman Terorisme di wilayah NKRI ……….. Bagian III : PENCEGAHAN ANCAMAN TERORISME DI WILAYAH NKRI ………….

1. Memahami Sikap dan Perilaku Karakter Radikal-Terorisme ……….. 22 2. Motivasi Seseorang Menjadi Teroris …..……… 3. Pencegahan Tindakan Radikal – Terorisme ………

3.1. Pendekatan Kesiapsiagaan Nasional ………... 3.2. Pendekatan Kontra Radikalisasi ……… 3.3. Pendekatan Deradikalisasi ……… Bagian IV : PENANGGULANGAN ANCAMAN TERORISME DI WILAYAH NKRI …..

1. Komitmen dan Peran Indonesia ……….………... 2. Model Penanggulangan Terorisme di Luar Negeri ……… 3. Penanggulangan Ancaman Terorisme di NKRI ………. 3.1. Tindakan Hukum Bagi Pelaku Radikal-Terorisme ………. 3.2. Perlindungan Terhadap Korban Tindakan Radikal-Terorisme… 3.3. Peran Lembaga Penegak Hukum ………. 3.4. Peran dan Perlindungan bagi Penyidik, Penuntut Umum, Hakim, dan Petugas Pemasyarakatan ………

i iii x xii xii 1 1 1 2 4 4 7 10 10 13 19 21 21 22 24 24 27 29 33 33 36 39 40 41 42 43

(15)

xi

Bagian V : GERAKAN AKSI BELA NEGARA DALAM

MENCEGAH DAN MENANGGULANGI TERORISME …………... 1. Gerakan Melapor ke Aparat Negara terkait Radikal-Terorisme …… 2. Gerakan Penguatan Ideologi Pancasila ……….. 3. Gerakan Penguatan Nilai Dasar Bela Negara ………. 4. Gerakan Penguatan Kewaspadaan Nasional terhadap Radikal -

Terorisme ………. 5. Gerakan Cyber Bela Negara ……….. 6. Gerakan Bela Negara Membangun Toleransi ………. 7. Gerakan Bela Negara Mengutuk Tindakan Terorisme ……….. 8. Gerakan Bela Negara Membangun Arena Perjumpaan ………. 9. Gerakan Bela Negara Mengaktifkan Forum Berbasis Masyarakat .. B. KELOMPOK PESERTA PKBN ……… C. STANDAR KOMPETENSI ……….

1. Pengertian ……… 2. Garis Besar Standar Kompetensi di setiap Tingkat ………....

3. Matriks Standar Kompetensi di setiap Lingkup ……… D. METODE/STRATEGI PEMBELAJARAN ……….….

1. Pengertian ……….. 2. Garis Besar Metode/Strategi Pembelajaran di setiap Tingkat ……….… 3. Matriks Metode/Strategi Pembelajaran di setiap Lingkup ……… E. SARANA/MEDIA PEMBELAJARAN ……….……. 1. Pengertian ……….. 2. Garis Besar Sarana/Media Pembelajaran di setiap Tingkat ……….….. 3. Matriks Sarana/Media Pembelajaran di setiap Lingkup ……….. F. METODE EVALUASI ……….……

1. Pengertian ……….. 2. Garis Besar Metode Evaluasi di setiap Tingkat ……… 3. Matriks Metode Evaluasi di setiap Lingkup ……….. G. PENGUATAN (Reinforcement) PEMBELAJARAN ……….……… DAFTAR PUSTAKA ……… 46 46 47 49 50 52 53 54 55 56 57 59 59 61 63 64 64 71 72 74 74 75 76 77 77 79 80 82 87

(16)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Ilustrasi Kurikulum – Paket Modul PKBN ……….…. Gambat 2 : Desain Instruksional - Modul PKBN ………..…..… Gambar 3 : Desain Instruksional – Modul Pencegahan dan Penanggulangan

Terorisme ……….

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Kelompok Lingkup Pendidikan ……… Tabel 2 : Kategori Kompetensi Ranah Pengetahuan (Cognitive : C) ………. Tabel 3 : Kategori Kompetensi Ranah Sikap (Affective : A) ……….. Tabel 4 : Kategori Kompetensi Ranah Perilakui ( Psikomotorik : P) ………. Tabel 5 : Standar Kompetensi – Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme……... Tabel 6 : Matriks Standar Kompetensi – Pencegahan dan Penanggulangan

Terorisme ………. Tabel 7 : Metode Pembelajaran – Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme …… Tabel 8 : Matriks Metode Pembelajaran – Pencegahan dan Penanggulangan

Terorisme ……….... Tabel 9 : Matriks Media Pembelajaran – Pencegahan dan Penanggulangan

Terorisme ………. Tabel 10 : Metode Evaluasi – Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme …………. Tabel 11 : Matriks Metode Evaluasi – Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme iv viii xiii 57 59 60 61 61 63 71 72 76 79 80

(17)

xiii

DESAIN INSTRUKSIONAL - PENCEGAHAN & PENANGGULANGAN TERORISME

Gambar 3 : Desain Instruksional – Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme

Contoh Gerakan antara lain:

1. Gerakan Melapor ke Aparat Negara terkait Radikal-Terorisme

2. Gerakan Penguatan Ideologi Pancasila

3. Gerakan Penguatan Nilai Dasar Bela Negara

4. Gerakan Penguatan Kewaspadaan Nasional thd Radikal Terorisme 5. Gerakan Cyber Bela Negara 6. Gerakan Bela Negara Membangun

Toleransi

7. Gerakan Bela Negara Mengutuk Tindakan Terorisme

8. Gerakan Bela Negara Membangun Area Perjumpaan

9. Gerakan Bela Negara Mengaktifkan Forum Berbasis Masyarakat

(18)

1

Bagian I

PEMAHAMAN TERORISME

1.

Latar Belakang

Setiap negara berupaya mengatur dirinya secara merdeka, tanpa dikuasai dan dijajah atau diperalat oleh negara lain. Maka perlu ada upaya untuk mempertahankan kedaulatan negara keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman serta gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.1 Setiap warga negara memiliki hak untuk hidup bebas dan tenteram di dalam

negaranya, dan karena itu memiliki kewajiban untuk mempertahankan dan membela negaranya.

Bela negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara perorangan, maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai ancaman.2

Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang bertentangan dengan Pancasila dan mengancam atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman dapat berwujud agresi, terorisme, komunisme, separatisme, pemberontakan bersenjata, bencana alam, kerusakan lingkungan, pelanggaran wilayah perbatasan, perompakan dan pencurian sumber daya alam, wabah penyakit, peredaran dan penyalahgunaan narkoba, serangan siber, serangan biologi, atau wujud Ancaman yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik lndonesia, dan keselamatan segenap bangsa.3

1 Undang Nomor 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber daya Nasional untuk Pertahanan Negara. Penjelasan hal.1 2 Ibid, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1, ayat 11

3Ibid, Bab II, Azas, Tujuan dan Ruang Lingkup, Pasal 4 ayat (3)

(19)

2

Fokus modul ini membahas tentang "Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme” yang nyata-nyata mengancam ketenteraman kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tindak Pidana Terorisme yang selama ini terjadi di Indonesia merupakan kejahatan yang serius, yang membahayakan ideology negara, keamanan negara, kedaulatan negara, nilai kemanusiaan, dan berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Serta Terorisme bersifat lintas negara, terorganisasi, dan mempunyai jaringan luas serta memiliki tujuan tertentu, sehingga pemberantasannya perlu dilakukan secara khusus, terencana, terarah, terpadu dan berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.4

2. Pengertian Terorisme

Kata “teroris” (pelaku) dan terorisme (aksi) berasal dari kata latin “terrere”, juga berasal dari kata “to terror” dalam bahasa Inggris, yang berarti “gemetar” atau “menggetarkan”. Kata terror juga bisa dimaknai menimbulkan kengerian atau rasa takut yang mencekam.5 Selengkapnya apa itu terorisme, dirumuskan dalam definisi terorisme

yang akhirnya disepakati oleh pemerintah dalam Revisi UU Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. Definisi terorisme yang disepakati adalah: “Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat menimbulkan korban yang bersifat massal dan/atau menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik, atau fasilitas internasional, dengan motif ideologi, politik atau gangguan keamanan negara.” Terorisme membahayakan keamanan dan kedaulatan negara, integritas territorial, perdamaian, kesejahteraan dan keamanan manusia, baik nasional, regional, maupun internasional.6 Sedangkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui fatwanya pada tahun

2005, yang menegaskan bahwa terorisme adalah “Tindakan kejahatan terhadap

4Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 2018, Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang.

5 Abdul Wahid. Kejahatan Terorisme Perspektif Agama, HAM dan Hukum. Bandung: Restika Aditama, 2004, hlm 22 6 Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 2018, op.cit, Pasal 1 ayat (2)

(20)

3

kemanusiaan dan peradaban yang menimbulkan ancaman serius terhadap kedaulatan negara, bahaya terhadap keamanan perdamaian dunia serta merugikan kesejahteraan masyarakat. ”7

Teror atau terorisme selalu identik dengan kekerasan. Bisa saja kekerasan terjadi tanpa terror tetapi tidak ada terror tanpa kekerasan. Pada umumnya orang memahami terorisme sebagai gerakan terorganisir yang melakukan kegiatan serangan-serangan mendadak dan mengejutkan, demi menimbulkan perasaan terteror pada sekelompok masyarakat, dan melemahkan autoritas kekuasaan yang tidak didukung oleh di peneror. Terorisme itu tidak identik dengan perang, karena aksi terorisme tidak tunduk pada tata cara melancarkan perang. Waktu pelaksanaannya pun tidak tentu, atau dilakukan secara tiba-tiba. Target korban-jiwanya pun acak dan merupakan warga sipil. Terorisme merupakan metode yang menggunakan kekerasan untuk memperjuangkan tujuan, bahkan tuntutan-tuntutan tertentu, dengan serangan bersenjata atau menggunakan bom dan ledakan-ledakan, atau pembajakan untuk menimbulkan ketakutan dan kecemasan. Tindak Pidana Terorisme pada dasarnya bersifat transnasional dan terorganisasi karena memiliki kekhasan yang bersifat rahasia, diam-diam, atau gerakan bawah tanah, lintas negara yang didukung oleh pendayagunaan teknologi modern di bidang komu-nikasi, informatika, transportasi, dan persenjataan modern hingga memer-lukan kerja sama di tingkat internasional untuk menanggulanginya. Tindak Pidana Terorisme dapat disertai dengan motif ideology atau motif politik, atau tujuan tertentu serta tujuan lain yang bersifat pribadi, ekonomi, dan radikalisme yang membahayakan ideology negara dan keamanan negara.8 Radikalisme adalah paham atau aliran yang menginginkan

perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis.9

Terkait radikalisme, beberapa survey yang dilakukan oleh Wahid Foundation (2016) dan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), secara umum menunjukkan jumlah

7 M. Hasan Ansori dkk. Monograf Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang. The Habibie

Center, 2018

8Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 2018, op.cit, Penjelasan, 1. Umum

(21)

4

masyarakat Indonesia yang radikal berada di angka yang hampir stabil, yaitu sekitar 10%. Jadi dapat dikatakan bahwa satu dari 10 orang Indonesia adalah radikal.10

Aksi terorisme masih menjadi momok yang mengancam kedamaian di Indonesia. Tahun 2017 saja kepolisian Republik Indonesia menangani 170 kasus terorisme, kasus tersebut naik drastis dari tahun sebelumnya yang hanya 82 kasus. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyatakan ada 2,7 juta orang Indonesia yang terlibat dalam serangkaian serangan teror bahkan jumlah itu belum termasuk pengikut dan simpatisan jaringan teroris. Menurut Peneliti Pusat Kajian Terorisme dan Konflik Sosial Universitas Indonesia (UI), sebelum tahun 2010 kelompok teroris di Indonesia yang menjadi sasarannya adalah simbol-simbol barat (Far Enemy), namun setelah tahun 2010 kelompok teroris mengubah sedikit sasaran mereka dari yang tadinya Far Enemy menjadi Near Enemy, hal itu terjadi lantaran banyak anggota teroris yang ditembak mati oleh pihak kepolisian11.

3. Sejarah Terorisme

3.1. Sejarah Terorisme di Dunia

Kegiatan terorisme sendiri bukan hal baru, sejarah mencatat bahwa Kerajaan Mesopotamia pertama, yakni Sargon dari Akkad, didirikan atas dasar terorisme. Terorisme merupakan upaya militer sejak zaman dahulu, zaman Assyria, dengan metode-metode penindasan yang brutal, dan dimaksudkan untuk menghancurkan semangat dan memecah-belah persatuan dan kebersamaan.

Gerard Chalian dan Arnaud Blin dalam bukunya The History of Terrorism: From Atiquity to Al Qaeda, mengatakan bahwa terorisme itu sudah ada pada zaman Yahudi ketika orang Zelot, sekte Yahudi yang muncul pada tahun 6 M, dan membunuh para pejabat pemerintah setempat dalam upaya untuk memicu pemberontakan dan mengusir orang-orang Romawi keluar dari Palestina.12

10 SMRC, NKRI, dan ISIS: Penilaian Massa Publik Nasional. Temuan Survei Mei, 2017; Wahid Foundation, Mayoritas umat Islam menolak radikalisme, diambil dari

http://wahidfoundation.org/index.php/news/detail/Mayoritas-Umat-Islam-Menolak-Radikalisme, 2016

11 Kompasiana. Terorisme, Ancaman Terbesar bagi Keutuhan NKRI, dikutip dan diunduh dari:

https://www.kompasiana.com/rosyi-jepara/59730ce5a66664775f4fa502/terorisme-ancaman-terbesar-bagi-keutuhan-nkri

12 Sudah Ada Sejak Lama, Begini Sejarah Terorisme , diunduh dari

(22)

5

Terorisme di Timur Tengah juga telah memunculkan para Assassin (1090-1275), kelompok muslim membunuh lawan-lawan politik penguasa. Sejarah Eropa Kristen juga mencatat pengalaman dengan teror selama masa Inkuisisi Spanyol abad ke-15, yang menggabungkan kekuatan Gereja dan Negara dalam pengadilan, dan pembakaran terhadap para terduga penyihir, sebuah fenomena yang bahkan menyentuh Dunia Baru, terutama di Salem, Massachusetts, tempat para penyihir digantung pada tahun 1690an.13

Terorisme kemudian semakin menjamur di dunia. Bentuk yang diambil adalah pembunuhan terhadap orang-orang tidak berdosa, yang seringkali dilakukan atas nama agama atau ideologi. Tidak heran kalau terorisme juga dikaitkan dengan agama. Bahkan bisa dikatakan terorisme sebenarnya sudah muncul sejak munculnya agama, di mana para teroris sering mengklaim bahwa mereka melaksanakan kehendak Tuhan secara murni dan radikal. Terorisme berlatar belakang agama kemudian memakan korban masyarakat sipil, tetapi kaum radikal itu bahkan berpendapat bahwa mereka telah mempercepat perjalanan korban sipil tak bersalah itu menuju surga. Karenanya kaum teroris dianggap telah bertindak seperti Tuhan.

Terdapat pula terorisme sekuler atau non-agama, yang dilakukan atas dasar nasionalisme. Revolusi Perancis yang pecah pada tahun 1789 justru dicatat dan dipopulerkan terorisme. Selama periode ini, terorisme dikaitkan dengan negara, di mana guillotine digunakan untuk memenggal secara terbuka orang-orang yang dinyatakan sebagai musuh negara. Pada tahun-tahun berikutnya, bentuk terorisme negara yang lebih berkembang dipraktikkan oleh Stalinis Uni Soviet dan Jerman Nazi pada tahun 1930-an dan 1940-an. “Gedoran pintu” oleh autoritas negara, penyalah-gunaan persidangan dan eksekusi mati, serta pembantaian sejumlah besar orang, digunakan oleh berbagai rezim untuk menanamkan rasa takut di antara para masyarakat, dan dengan demikian memastikan kepatuhan yang lebih besar terhadap perintah negara. Taktik semacam itu juga digunakan oleh Saddam Hussein dari Irak, serta negara-negara dan masyarakat lain baik di sayap kiri atau kanan, sekuler atau religius.14

Abad ke-19 menyaksikan kebangkitan terorisme sekuler atau non-agama dari kelompok-kelompok yang menentang pemerintah tertentu. Selama tahun 1800-an,

13Ibid. 14Ibid.

(23)

6

dampak dari revolusi ilmiah dan revolusi industri menjadi jelas di Eropa dan Amerika Utara. Kekayaan besar tercipta, begitu juga kemiskinan besar.

Munculnya zaman industri melahirkan kota modern dan mengubah cara hidup pedesaan. Manusia tumbuh lebih percaya diri dalam kemampuannya untuk menguasai alam dan mulai merancang serta menciptakan masyarakat yang kapitalis. Karl Marx (1820–1872) muncul dengan konsep sosialis yang menganggap kaum kapitalis berlaku curang dengan merampok dan memeras tenaga buruh. Maka muncul gerakan kelas pekerja sebagai kelas tertindas melawan kapitalis. Akan tetapi, kaum kiri lainnya tidak sabar dengan lambannya perjalanan sejarah dan ingin mempercepat proses revolusioner. Muncul kelompok-kelompok anarkis yang memamerkan teroris besar-besaran. Pada tahun 1890-an saja, korban anarkis termasuk Presiden Prancis dan Italia, raja-raja Portugal dan Italia, Perdana Menteri Spanyol, dan permaisuri Austria. Kaum anarkis juga berusaha membunuh kaisar dan kanselir Jerman. Korban mereka hampir selalu pejabat pemerintah, bukan warga sipil yang tidak bersalah. Kelompok anarkis Rusia yang dikenal sebagai People’s Will, misalnya, jarang menempatkan bom di tempat-tempat umum dan tidak pernah menculik anak sekolah atau menembak orang di lutut untuk melumpuhkan mereka seumur hidup. Dengan runtuhnya monarki di Rusia, Jerman, dan Kekaisaran Austro-Hungaria setelah Perang Dunia I (1914–1918), kekerasan etnis dan terorisme muncul ke permukaan. Dengan menyuarakan penentuan nasib sendiri secara nasional, kekerasan teroris khususnya disuarakan di Eropa Timur dan Tengah.15

Pada tahun 1960-an pemerintahan kolonial Eropa secara efektif berakhir di sebagian besar wilayah dunia. Perang Dingin antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet serta sekutu dan pendukungnya masing-masing, sesungguhnya telah memberikan dorongan ideologis bagi banyak aksi terorisme, yang dilakukan sejak akhir tahun 1940-an hingga akhir tahun 1980-1940-an. Khususnya di Eropa, terorisme menjadi strategi dasar organisasi, yang berarti itu adalah ciri khas kelompok tersebut. Akan tetapi, di negara berkembang, terorisme pada umumnya merupakan taktik dari organisasi pemberontak, yang berarti itu hanyalah salah satu aspek dari strategi revolusioner yang lebih besar, yang mencakup serangan paramiliter terhadap pasukan pemerintah, pembebasan

(24)

7

wilayah, dan penggunaan propaganda yang ekstensif.16 Banyak hal yang belum

diungkapkan menyangkut sejarah terorisme di Dunia, paparan diatas hanya memberikan beberapa contoh gambaran ancaman terorisme dunia dimasa kini dan mendatang

3.2. Sejarah Terorisme di Indonesia

Indonesia sendiri tidak bebas dari gerakan terorisme. Sejarah mencatat beberapa aksi terorisme yang sudah dilancarkan. Misalnya, Pembajakan pesawat Garuda Indonesia, dalam penerbangan Jakarta Medan pada tanggal 28 Maret 1981. Pesawat tersebut dibajak oleh lima orang teroris. Mereka bersenjata senapan mesin dan granat dan mengaku sebagai Komando Jihad. Pada tahun 1985, ada ledakan bom di Candi Borobudur, yang dilakukan dengan motif jihad. Pada tahun 2000 aktivitas terorisme meningkat. Ada ledakan bom di Kedubes Filipina tanggal 1 Agustus, Kedubes Malaysia 27 Agustus, Bursa Efek 23 September, bom Natal 24 Desember. Dan selanjutnya setiap tahun selalu ada bom, bahkan dengan intensitas yang besar, seperti bom Bali pada 12 Oktober 2002, dan terulang lagi pada 1 Oktober 2005.17

Peristiwa terorisme yang masih segar dalam ingatan kita adalah Teror Bom ditiga gereja di Surabaya pada Mei 2018 lalu. Ledakan bom terjadi di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela (STMB), Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jalan Diponegoro Surabaya dan Gereja Pentakosta di Jalan Arjuno Surabaya. Ledakan bom tersebut merenggut korban jiwa hingga puluhan orang terluka. Bom bunuh diri tersebut diledakkan pada pagi hari menjelang ibadah yang dilakukan oleh para jemaat. Kasus bom ini menjadi salah satu yang cukup banyak menyita perhatian masyarakat.18

Berikut Serangan teroris di Mako Brimob. Kerusuhan terjadi di Markas Komando (Mako) Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat pada Mei 2018 lalu. Kerusuhan ini terjadi akibat para narapidana terorisme menjebol sel tahanan dan adu fisik dengan polisi yang sedang berjaga. Kejadian ini menyebabkan 5 anggota kepolisian dan satu napi meninggal dunia. Menurut keterangan pihak kepolisian, insiden ini berawal dari titipan makanan dari keluarga yang masih dipegang oleh petugas. Hingga akhirnya salah satu

16 Ibid.

17Terorisme Di Indonesia , diunduh dari https://id.wikipedia.org/wiki/Terorisme_di_Indonesia, diakses 7 Juni 2020 18 Pengeboman Surabaya, diunduh dari https://id.wikipedia.org/wiki/Pengeboman_Surabaya, diakses 7 Juni 2020.

(25)

8

narapidana tak terima dan mengajak rekan-rekannya untuk membuat kerusuhan.19

Kejadian inipun menjadi salah satu yang menyisakan duka mendalam bagi bangsa Indonesia di tahun 2018.

Setelah kerusuhan di Mako Brimob, yang disusul bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo, ada serangan juga ke Mapolda Riau oleh sekelompok teroris masih pada bulan Mei 2018. Kejadian penyerangan ini diawali dari Kapolda Riau Irjen Pol Nandang yang akan memberikan pers rilis pengungkapan kasus narkoba. Tiba-tiba pelaku yang mengendarai mobil Avanza menabrak pagar Mapolda Riau. Saat bersamaan pelaku juga menabrak sejumlah anggota polisi yang sedang berjaga di pintu masuk. Dalam aksi tersebut polisi berhasil melumpuhkan pelaku dengan timah panas. Tercatat 4 orang di antaranya kabur, sementara 4 lainnya ditembak polisi.20

Pada bulan yang sama juga terjadi pengeboman Surabaya yang merupakan rangkaian peristiwa meledaknya bom di berbagai tempat di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur pada 13–14 Mei 2018. Tiga tempat di antaranya tempat ibadah di Gereja Santa Maria Tak Bercela, GKI Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Jemaat Sawahan.Dua tempat lainnya masing-masing kompleks Rumah Susun Wonocolo di Taman, Sidoarjo dan Markas Polrestabes Surabaya.21

Sementara itu, bom bunuh diri di Rusunawa Wonocolo terjadi pada 13 Mei 2018 malam, di Blok B lantai 5 nomor 2. Kamar itu dihuni oleh satu keluarga. Kepala keluarga bernama Anton Febianto (47). Diketahui ledakan ini terjadi saat pelaku Anton Febianto sedang merakit bom di rumahnya itu. Sang istri Puspita Sari dan anak pertamanya Hilda meninggal di tempat. Sementara, Anton yang kondisinya masih hidup dan memegang bom rakitan langsung dilumpuhkan oleh polisi. Anton meninggal di lokasi kejadian. Sementara Ainur bersama kedua adiknya dan dirujuk ke RS Bhayangkara.22

19Drama 36 Jam Kerusuhan di Rutan Mako Brimob, diunduh dari

https://nasional.tempo.co/read/1087629/drama-36-jam-kerusuhan-di-rutan-mako-brimob/full&view=ok, diakses 7 Juni 2020.

20Teror Polda Riau: 4 Teroris Ditembak Mati dan 1 Polisi Meninggal, diunduh dari

https://nasional.tempo.co/read/1089450/teror-polda-riau-4-teroris-ditembak-mati-dan-1-polisi-meninggal, diakses 7 Juni 2020.

21Pengeboman Surabaya, diunduh dari https://id.wikipedia.org/wiki/Pengeboman_Surabaya, diakses 7 Juni 2020 225 Kasus Terorisme Paling Disorot Sepanjang 2018, diunduh dari

(26)

9

Berbagai peristiwa terorisme yang terjadi di dunia maupun Indonesia telah menjadi ancaman yang serius untuk kerukunan dan kesatuan hidup berbangsa dan bernegara. Ketenangan masyarakat yang bergabung dalam kehidupan bersama suatu bangsa mulai terganggu oleh gerakan-gerakan yang mungkin merasa tidak puas dengan kehidupan bersama dalam negara. Itu juga yang terjadi d Indonesia. Seperti sudah dipaparkan, telah terjadi begitu banyak peristiwa terorisme yang mengganggu ketenangan hidup bersama. Tentu saja peristiwa-peristiwa ini mengancam keamanan dan keutuhan hidup berbangsa dan bernegara di Indonesia, contoh lain misalnya berkaitan dengan terorisme dari jaringan teroris AL Qaeda ataupun Jamaah Islamiyah yang melakukan serangan serangan anarkis dan menggunakan teknologi serta taktik dan teknik khusus (bom bunuh diri) terhadap kepentingan Amerika serta sekutunya, termasuk pemerintah Indonesia. Tujuan mereka ingin mengubah pandangan masyarakat yang menjadi targetnya, agar mengikuti arah “perjuangan“ Kelompok Al Qaeda dan Jemaah Islamiyah yang mengi-nginkan adanya kedaulatan dan tatanan baru sesuai keinginan kelompok mereka. Jemaah Islamiyah (JI) yang berafiliasi dengan Al-Qaedah maupun ISIS bermaksud menggantikan ideologi Indonesia menjadi negara Islam23.

Tindak kekerasan terorisme yang dilakukan secara brutal dengan aksi serangan bom bunuh diri, dapat berimplikasi pada kerugian jiwa target teroris yang tidak sedikit. Semakin brutal dan anarkis metode yang digunakan kelompok terorisme untuk mencapai tujuan, dan semakin canggihnya perkembangan jenis jenis serangan yang dilakukan itu mematikan dan meningkatkan rasa khawatir dan takut dalam masyarakat, semakin efektif tindakan terorisme yang dilancarkan. Hal ini perlu diwaspadai oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia dalam upaya menjaga mempertahankan keutuhan dan kedaulatan wilayah NKRI dan keselamatan bangsa Indonesia.

23 Anggit Setiani Dayana . Enam Kelompok Teroris di Asia Tenggara di Daftar CIA: ISIS hingga JAD, diunduh dari

(27)

10

Bagian II

ANCAMAN TERORISME

TERHADAP KEDAULATAN DAN KEUTUHAN NKRI

1. Kelompok Terorisme Sebuah Fakta

Kelompok teroris merupakan sebuah kenyataan atau fakta yang didasarkan beberapa pemikiran, baik yang terkait dengan faham keagamaan maupun non-keagamaan, seperti yang diuraikan berikut ini:

a. Kelompok teroris keagamaan

Kelompok teroris keagamaan antara lain:

1) Fundamentalis Kristen di Era Pesiden George W Bush merupakan pendukung utama neoimperalis yang sudah tumbuh di abad ke 19. Berdasarkan faham fundamentalis maka munculah ilmu akhirat (eskatologis) yang intinya kestabilan hidup dunia bagi di Sorga sebagaimana dijanjikan oleh Yesus. Dunia bagi mereka tempat menghadirkan surga. Mereka tidak puas terhadap modernisme dan mereka mencoba melarikan diri guna mencari keselamatan dan perlindungan dari Tuhan dan agama. Dunia kapitalisme industri yang modern dianggap merusak agama oleh karena itu harus dilawan dan dikembalikan pada fitrahnya. Mereka mengutuk industrialisasi dan menyebutnya setan jahat. 24

2) Fundamentalis Yahudi berbeda dengan fundamentalis Kristen. Fundamentalis Yahudi berkaitan erat dengan konstelasi geopolitik. Fundamentalis Yahudi sebuah faham yang meyakini bahwa tanah Palestina adalah tanah keberkatan yang dihadirkan bagi anak-anak Tuhan, ide ini yang melahirkan negara Israel di tanah Palestina. Kelompok fundamentalis yang menyatakan dirinya masyarakat beriman

(28)

11

telah membentuk pemerintahan Zionis sekuler untuk mempertahankan keberadaan Yahudi. 25

3) Fundamentalis Islam: Gejala fundamentalis islam yang dibungkus dengan keyakinan ontologis untuk melakukan terorisme, dalam upaya mencapai tujuan politik, merupakan kekuatan yang dahsyat di abad ke 21 ini. Mereka menentang ketidak adilan dan, penerapan kekuasaan Amerika Serikat di Timur Tengah. Perlawanan Sekelompok umat Islam dengan bendera Jihad, karena mereka tidak diuntungkan secara politik maupun ekonomi. Contoh antara lain: ISIS, Al-Qaeda, Boko Haram, Jemaah Islamiyah dan lain-lain.26

4) Aum Shinrikyo. Aum Shinrikyo kira-kira berarti "Agama Kebenaran”, mereka memperjuangkan agama baru Jepang.Kelompok ini menimbulkan kehebohan berskala internasional pada 20 Maret 1995, ketika beberapa anggotanya melaksanakan serangan gas sarin di kereta bawah tanah Tokyo, yang menewaskan 12 orang, membuat 54 orang sakit parah, serta memengaruhi lebih dari 980 orang. 27

b. Kelompok Teroris Non-Agama.

Ada beberapa kelompok yang didasarkan faham non-agama yang dianggap teroris oleh masih masing negara atau beberapa negara, antara lain:

1) Communist Party of the Philippines/New People's Army (CPP/NPA) atau kelompok partai komunis di Filiphina. Kelompok ini bertujuan untuk menciptakan negara sosialis melalui demokrasi baru dengan meluncurkan perang rakyat. Kelompok ini di cap teroris oleh pemerintah Filiphina, Uni Eropa dan Amerika Serikat.28

2) Partai Komunis India (Maois). Partai Komunis India (Maois). adalah sebuah partai politik maoisme di India yang bertujuan untuk

25Ibid

26 Ibid

27 Wikipedia. Aum Shinrikyo. Diunduh dari : https://id.wikipedia.org/wiki/Aum_Shinrikyo, diakses 21 Maret 2020. 28 Wikipedia. Communist Rebellion in The Philippines, diunduh dari

(29)

12

menggulingkan pemerintahan India melalui cara-cara kekerasan. Kelompok ini dicap teroris oleh pemerintah India.29

3) ETA (Euskadi Ta Askatasuna) adalah sebuah organisasi separatis bersenjata Basque yang berusaha memerdekakan diri dari Spanyol dan Perancis. Organisasi bersenjata ini didirikan pada tahun 1959 dan telah berkembang dari kelompok yang mempromosikan budaya Basque tradisional ke sebuah kelompok paramiliter dengan tujuan memperoleh kemerdekaan daerah Basque. ETA dicap sebagai kelompok teroris oleh negara Kanada, Uni Eropa, Perancis, United Kingdom, dan Amerika Serikat30.

4) IRA (Irish Republican Army). Dari IRA saat ini muncul juga gerakan New IRA (New Irish Republican Army) yang merupakan kelanjutan dari kelompok IRA, yang dikenal sebagai tentara pembebasan Irlandia Utara. Pemerintah London menyebut IRA sebagai kelompok teroris yang ingin memerdekakan wilayah Irlandia Utara dari Kerajaan Inggris Raya.31

Berdasarkan fakta bahwa terorisme merupakan ancaman yang merugikan masyarakat, bangsa dan Negara, maka kita harus berkomitmen untuk mencegah dan menanggulanginya. Pemerintah sebagai pengambil kebijakan harus sesuai dengan permasalahan yang terjadi, demi keselamatan mayarakat, bangsa dan Negara.

Rangkaian peristiwa pemboman yang terjadi di wilayah Negara Republik Indonesia telah menimbulkan rasa takut masyarakat secara luas, mengakibatkan hilangnya nyawa serta kerugian harta benda, sehingga menimbulkan pengaruh yang tidak menguntungkan pada kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan hubungan Indonesia dengan dunia internasional. Peledakan bom tersebut merupakan salah satu modus pelaku terorisme yang telah menjadi fenomena umum di beberapa negara. Terorisme

29 Wikipedia. Partai Komunis India (Maois), diunduh dari https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Komunis_India_(Maois), diakses

25 Maret 2020

30 Wikipedia. Euskadi Ta Askatasuna, diunduh dari https://id.wikipedia.org/wiki/Euskadi_Ta_Askatasuna, 25 Meret 2020. 31 Hidayatullah.com. Kelompok Bersenjata New Ira Mengaku Membunuh Jurnalis Irlandia, diunduh dari

https://www.hidayatullah.com/berita/internasional/read/2019/04/24/163754/kelompok-bersenjata-new-ira-mengaku-membunuh-jurnalis-irlandia.html, diakses 25 Maret 2020.

(30)

13

merupakan kejahatan lintas negara, terorganisasi, dan bahkan merupakan tindak pidana internasional yang mempunyai jaringan luas, yang mengancam perdamaian dan keamanan nasional maupun internasional.

Pemerintah Indonesia sejalan dengan amanat sebagaimana ditentukan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta dalam memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan dan perdamaian abadi dan keadilan sosial, berkewajiban untuk melindungi warganya dari setiap acaman kejahatan baik bersifat nasional, transnasional, maupun bersifat internasional. Pemerintah juga berkewajiban untuk mempertahankan kedaulatan serta memelihara keutuhan dan integritas nasional dari setiap bentuk ancaman.

Kegiatan terorisme yang bernuansa lokal atau domestik memiliki karakter yang lebih spesifik. Mereka melakukan peledakan bom di rumah-rumah ibadah, perkantoran pemerintah, rumah pejabat penegak hukum, atau tempat-tempat umum lainnya cenderung bernuasa politik dan SARA.

Peledakan bom di tempat-tempat ibadah seperti gereja-gereja atau masjid-masjid cenderung ditujukan untuk mengadu domba antara kelompok agama di masyarakat. Upaya adu domba tersebut sering kali berhasil membakar amarah kelompok penganut agama, sehingga konflik horisontal tidak dapat terelakkan. Meskipun saat ini kejadian terorisme lokal cenderung menurun, akan tetapi pelaksanaan proses hukum yang tidak dibarengi dengan pengawalan keamanannya berpotensi memunculkan ancaman dari aksi-aksi terorisme bom.

2. Bentuk-bentuk Ancaman Terorisme

Bentuk-bentuk ancaman terorisme dapat diklasifikasikan berdasarkan: wujudnya, jenisnya, tingkatan, dan tipologinya. Berikut ini bentuk-bentuk terorisme:

(31)

14

2.1. Bentuk ancamanTerorisme Berdasarkan Wujud

Ancaman Terorisme berdasarkan bentuk wujud terdiri dari ancaman terorisme fisik dan non fisik. Bentuk ancaman terorisme fisik yaitu yang menggunakan model aksi, seperti peledakan atau pemboman, termasuk bom bunuh diri, penculikan, pembajakan, penembakan, dan lain-lain. Sedangkan ancaman terorisme non fisik, dilakukan dengan melancarkan serangan-serangan nonfisik yang dapat mempengaruhi pikiran orang, antara lain terorisme ideologi.

a. Terorisme Fisik, antara lain:32

1) Peledakan bom. Bentuk ini yang populer digunakan, karena peledakan bom ditempat–tempat atau fasilitas umum yang strategis merupakan cara yang efektif untuk menimbulkan ketakutan di kalangan masyarakat. Bahkan aksi-aksi peledakan bom menjadi semakin menakutkan ketika dilakukan dalam bentuk yang dianggap sangat heroik dengan meledakkan diri sendiri dalam aksi yang dikenal sebagai bom bunuh diri. Dalam pemboman ataupun bom bunuh diri, efeknya bukan hanya korban manusia melainkan juga fasilitas-fasilitas yang dianggap strategis. Bahkan ledakan di tempat-tempat terbuka tanpa korban pun efek menakutkan dan keciutan nyali tetap dirasakan.

2) Pembunuhan. Kita membedakan bentuk paling klasik ini sebagai bentuk tersendiri karena pembunuhan hanya dilakukan terhadap orang. Dengan kata lain, korbannya adalah tokoh, atau orang yang dianggap musuh. Pembunuhan dalam konteks teroris biasanya diikuti dengan klaim siapa yang bertanggung jawab atas pembunuhan yang dilakukan.

3) Penghadangan. Penghadangan biasanya dilakukan dengan persiapan yang

matang, bahkan dengan latihan-latihan, dan perencanaan medan dan waktu. Cara ini bisa dilakukan untuk menghambat musuhnya berhasil mencapai tujuannya. Tujuan itu bisa berupa tempat-tmpat tertentu atau cita-cita atau keinginan tertentu.

32 Kompasiana com. Bentuk Terorisme, diunduh dari:

(32)

15

4) Penculikan. Sering juga diawali dengan penghadangan. Korbannya kemudian diculik dan ditahan di suatu tempat tersembunyi. Sering dimanfaatkan untuk pemenuhan tujuan tertentu, misalnya demi mendapatkan sejumlah uang yang dibutuhkan untuk membiayai kegiatan-kegiatan operasional mereka.

5) Penyanderaan. Berbeda dari penculikan, penyanderaan itu justru

memperlihatkan korbannya di tempat umum. Sandera atau para sandera akan dibebaskan kalau tuntutan pihak penyandera dipenuhi. Tuntutannya bisa berupa entah mendapatkan sejumlah uang, atau meminta pembebasan anggota kelompok mereka yang sedang dalam penahanan.

6) Perampokan. Perampokan terutama dilakukan untuk mencari dana.

Perampokan bank, perampokan rumah orang kaya, atau pejabat, merupakan contoh-contoh dari metode terorisme ini.

7) Perompakan. Perompakan atau pembajakan kapal laut yang sedang berlayar (bajak laut). Akhir-akhir ini banyak diberitakan mengenai para perompak atau bajak laut Somalia, yang mulai marak sejak terjadi perang saudara di sana sejak tahun 1990. Atau pembajakan kapal Indonesia oleh kelompok Abu Sayyaf di Filipina tahun 2016.

8) Sabotase dan Pembajakan. Model ini sangat populer dilancarkan oleh

kelompok teroris selama periode 1960–1970. Contohnya, pembajakan terhadap kendaraan yang membawa bahan makanan sebagai taktik yang digunakan oleh kelompok Tupamaros di Uruguay untuk mendapatkan kesan Robin Hood dan menghancurkan propaganda pemerintah. Kita mengenal cerita tentang Robin Hood yang dianggap pahlawan karena merampok dari orang kaya dan membagi-bagikan hasilnya kepada orang miskin.

9) Ancaman/Intimidasi. Dengan ancaman atau intimidasi, para teroris

berusaha melakukan tindakan–tindakan yang bisa menakut–nakuti atau mengancam masyarakat atau korban dengan menggunakan kekerasan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa yang menjadi ciri utama dari terorisme adalah penggunaan kekerasan terhadap target atau korban. Tujuannya adalah untuk menciptakan suatu kesan mendalam yang tidak terlupakan sekaligus menyampaikan tuntutan kepada khalayak yang lebih luas.

(33)

16

b. Terorisme non fisik, dilakukan dengan melancarkan serangan-serangan nonfisik seperti terorisme ideologis. Terorisme ideologi menggunakan ideologi sebagai senjata untuk mempengaruhi orang lain. Bentuk yang biasa digunakan adalah indoktrinasi dan cuci otak (brain wash), yang dilakukan melalui antara lain: penyebaran ucapan, sikap atau perilaku, tulisan, atau tampilan dengan tujuan untuk menghasut orang atau kelompok orang untuk melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan. Setelah dicuci otaknya, orang akan mudah diindoktrinasi untuk menyerap konsep-konsep ideologis yang mau ditanamkan ke dalam otak sang calon teroris. Dia pada gilirannya akan menjalankan secara militan, ideologi yang diindoktrinasikan ke dalam otaknya, yang pada intinya berakibat pada kerusakan moral, mental sipiritual obyek sasarannya.33

2.2. Bentuk Terorisme berdasarkan Jenis34

a. Teror Kriminal

Teror kriminal biasanya dilancarkan hanya untuk kepentingan pribadi atau memperkaya diri sendiri. Teroris kriminal bisa menggunakan cara pemerasan dan intimidasi. Mereka menggunakan kata-kata yang dapat menimbulkan ketakutan/ teror psikis.

b. Teror Politik.

Teror politik biasanya tidak memilih-milih korban. Teroris politik selalu siap melaku-kan pembunuhan terhadap orang-orang sipil: laki-laki, perempuan, dewasa atau anak-anak tanpa mempertimbangkan penilaian politik atau moral. Teror politik adalah suatu fenomena sosial yang penting. Para pelaku kebanyakan dimotivasi oleh idealism yang cukup keras, misalnya: “berjuang demi agama dan kemanusiaan”, maka hard-core kelompok terror adalah fanatic dan siap mati. Teror politik biasanya berupa a.l. :

33Hezbi Islami. Terorisme Bagian 3., diunduh dari https://hezbiislami.wordpress.com/tag/terorisme-nonfisik/, diakses 7 Juni 2020 34Ketentuan Umum Tentang Terorisme, diunduh dari http://eprints.walisongo.ac.id/234/2/062211025_Bab2.pdf

(34)

17

1) Berbentuk intimidasi kohersif. Yang dimaksudkan adalah Intimidasi yang bersifat memaksa sehingga korbannya menerima atau menyepakati tuntutan si peneror. Intimidasi, pemaksaan, jelas merupakan kekhasan sebuah aksi terorisme. Karena tujuan terorisme adalah menuntut atau memaksa orang untuk bertindak sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh kelompok teroris.

2) Melakukan Pembunuhan Untuk Mencapai Tujuan-Tujuan Politik. Dalam

dunia politik, teror politik model ini sering dijalankan. Ada upaya untuk, dengan berbagai cara, melakukan tindakan pembunuhan atas lawan politiknya, agar tidak ada yang menghalangi si pembunuh melenggang meraih kekuasaan dalam bidang politik, bisnis, atau organisasi.

3) Memanipulasi Kerusuhan dan Penghancuran Secara Sistematis.

Kerusuhan dan penghancuran jelas difungsikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan tertentu. Ini dilakukan dengan trik-trik yang sulit terdeteksi.

4) Tidak menargetkan korban sebagai sasaran, melainkan sebagai sarana

untuk menciptakan adu domba dan perang urat syaraf. Misalnya praktik-praktik yang dilancarkan dengan memanfaatkan korban kerusuhan untuk memojokkan pemerintah yang tidak didukung kelompok teroris.

5) Menargetkan dan Menyasar Korbannya Secara Rahasia. Aksi teror pun

dipilih dan disasar secara rahasia, namun tujuannya bukan untuk dirahasiakan melainkan agar terpublikasi secara luas. Makin terpublikasikan, semakin mereka merasa berhasil menebarkan terornya. Misalnya teror terhadap para preman pada tahun 1970an yang dikenal dengan nama penembakan misterius alias “petrus”.

6) Menyampaikan Pesan Aksinya Secara Jelas. Meski tidak selalu menyatakan diri secara personal. Para pelaku teror ini kebanyakan dimotivasi oleh idealisme yang sangat tinggi, misalnya “berjuang demi membela agama atau keyakinan dan kemanusiaan”, maka kelompok teror ini adalah kelompok fanatik yang siap mengorbankan segala sesuatu demi mencapai tujuan, termasuk nyawanya sendiri.

(35)

18

2.3. Bentuk Terorisme berdasarkan Tingkatannya35

Dilihat dari segi tingkatannya, Paul Wilkinson mengelompokkan terorisme ke dalam tiga bentuk yaitu: terorisme revolusioner, terorisme sub-revolusioner, dan

terorisme represif. Terorisme revolusioner dan terorisme sub revolusioner dilakukan oleh warga sipil, sedangkan terorisme represif dilakukan oleh negara.

Perbedaan terorisme revolusioner dan subrevolusioner terletak pada tujuannya. Terorisme revolusioner bertujuan untuk melakukan perubahan total atas tatanan sosial dan politik yang sudah ada, sedangkan terorisme sub-revolusioner bertujuan untuk mengubah kebijakan, melancarkan tindakan balas dendam, atau menghukum pejabat pemerintahan yang tidak sejalan.

Sementara terorisme represif adalah aksi teror yang dilakukan pemerintah, yang mengatasnamakan dasar hukum, ditujukan baik terhadap kelompok oposisi yang ada dibawah pemerintahannya, maupun terhadap kelompok di wilayah lainnya.

2.4. Bentuk Terorisme berdasarkan Tipologinya36

Dari segi tipologi terorisme, terdapat sejumlah versi penjelasan, di antaranya tipologi yang dirumuskan oleh “National Advisory Committee” (komisi kejahatan nasional Amerika) dalam The Report of the Task Force of the on Disorders and Terrorism, yang mengemukakan sebagaimana dipertimbangkannya, bahwa ada beberapa bentuk terorisme yaitu:

a. Terorisme politik, yaitu perilaku kekerasan kriminal yang dirancang guna menumbuhkan benih rasa ketakutan di kalangan masyarakat, demi kepentingan politik.

b. Terorisme nonpolitis, yakni perilaku yang cenderung mencoba menumbuhkan rasa ketakutan dengan cara kekerasan, demi kepentingan pribadi, misalnya kejahatan terorganisasi;

35 Ibid

36 Tipologi Terorisme, diunduh dari

(36)

19

c. Quasi terorisme, digambarkan sebagai terorisme yang dilakukan secara insidental, namun tidak memiliki muatan ideologi tertentu; lebih dimaksudkan untuk tujuan pembiayaan. Contohnya dalam kasus pembajakan pesawat udara atau penyanderaan, ketika para pelaku lebih tertarik kepada uang tebusan daripada motivasi politik.

d. Terorisme politik terbatas, diartikan sebagai teroris, yang memiliki motif politik dan ideologi, namun lebih ditujukan dalam mengendalikan keadaan (negara). Contohnya adalah perbuatan teroris yang berupa pembunuhan untuk balas dendam.

e. Terorisme negara atau pemerintahan yakni suatu negara atau pemerintahan, yang mendasarkan kekuasaannya pada ketakutan dan penindasan, dalam mengendalikan masyarakatnya. Terorisme yang dilakukan oleh negara merupakan salah satu bentuk kejahatan yang tergolong sangat istimewa. Sebab negara adalah suatu organisasi besar yang dipilari oleh kekuatan rakyat, kehnamun disisi lain punya kewajiban mengatur, melindungi, dan menyejahterakan kehidupan rakyat secara material maupun non material.

3

. Ancaman Terorisme di wilayah NKRI

Terorisme masih menjadi ancaman di masa kini dan mendatang. Kepolisian Nasional Republik Indonesia (Polri) memprediksi terorisme dan radikalisme masih berpotensi menjadi gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat Indonesia. Jaringan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) masih bergerak di level internasional dan bisa mempengaruhi jaringan terorisme di Indonesia. Dalam satu decade terakhir Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), mengungkapkan bahwa ada empat jaringan teroris yang aktif melakukan terror, yaitu Jamaah Islamiyah (JI), Jamaah Ansharut Tauhid (JAT), Jamaah Ansarud Daulah (JAD) dan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) dan sel-sel dibawahnya, yang secara nyata mengajarkan paham-paham radikalisme menggunakan medsos sebagai alat penyebar.37

(37)

20

Detasemen Khusus (Densus), satuan khusus Polri untuk penanggulangan terorisme di Indonesia, harus mewaspadai “familia terror” atau terror yang dilakukan oleh satu keluarga. Tercatat sudah ada tiga kejadian yang terjadi di Surabaya dan Sidoarjo. Familia Teror terbilang sulit terlacak karena menggunakan aplikasi tersembunya untuk saling terkoneksi dengan anggota jaringan lain. Mereka menggunakan aplikasi telegram dan game untuk saling berkomunikasi. Familia Teror ini sulit ditembus karena mereka sudah terindoktrin oleh JI,JAT, JAD dan MIT untuk melakukan terror.38

Salin itu, Kelompok separatis seperti Republik Maluku Selatan (RMS), Kelompok Paraku di Kalimantan, Organisasi Papua Merdeka (OPM), juga merupakan “duri dalam daging” bagi pemerintah Indonesia. Kelompok-kelompok separatis kedaerahan ini juga melakukan terror untuk menunjukkan eksistensi mereka kepada pemerintah.39

Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, Polri bisa melakukan aksi pencegahan atau melakukan preemptive strike (menyerang duluan). Dalam Undang-Undang tersebut, siapa saja yang terkait dengan organisasi terorisme bisa langsung ditangkap, tanpa menunggu adanya aksi terror terjadi. Hal ini merupakan upaya pencegahan terjadinya terror yang merugikan itu.40

38 Ibid

39 Ibid 40 Ibid

(38)

21

Bagian III

PENCEGAHAN ANCAMAN TERORISME

DI WILAYAH NKRI

1. Memahami Sikap dan Perilaku Karakter Radikal -Terorisme

Penyelesaian permasalahan terorisme bukanlah persoalan yang mudah seperti membalikan telapak tangan, hal ini dikarenakan masih banyak faktor yang menyebabkan terorisme dapat terus berkembang. Mulai dari faktor perbedaan ideologis dan pema-haman tentang agama yang berbeda-beda sampai kesenjangan sosial dan pendidikan yang membuat masyarakat lebih mudah untuk disusupi oleh jaringan-jaringan teroris.

Pengaruh terorisme dapat memiliki dampak yang signifikan, baik segi keamanan dan keresahan masyarakat maupun iklim perekonomian dan parawisata yang menuntut partisipasi seluruh lapisan masyarakat dan negara untuk pencegahan dan penanggulangannya. Untuk itu masyarakat harus tahu karakter kelompok radikal- terorisme sebelum kita melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan terorisme. Berikut ini ciri-ciri dari kelompok radikal-terorisme:41

a. Bersikap intoleran atau tidak mau menghargai pendapat dan keyakinan orang lain. Mereka mengganggap pandangannya yang paling benar, pandangan orang lain salah. Ini menggambarkan bahwa kelompok radikalisme-terorisme tidak menjunjung nilai-nilai demokrasi. Dengan kata kata lain kesadaran berbangsa dan bernegaranya rendah.

b. Bersikap fanatik atau selalu merasa benar sendiri dan menganggap yang lainnya salah. Artinya ajaran yang dianutnya diyakini benar dan yang lain salah oleh sebab itu harus disingkirkan atau diteror.

c. Bersikap eksklusif atau membedakan diri dari umat lainnya. Misalnya, enggan beribadah ditempat yang bukan kelompoknya.

41Suara com. 5 Ciri Orang yang Terpapar Radikalisme versi BNPT, diunduh dari:

(39)

22

d. Bersikap revolusioner atau cenderung menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan dan merupakan embrio terorisme. Penggunaan kekerasam bukan hanya fisik semata, akan tetapi juga non fisik, seperti terorisme ideologis

melakukan serangan dengan menggunakan ideologi sebagai senjata untuk

mempengaruhi orang lain. Bentuk yang biasa digunakan adalah indoktrinasi dan cuci otak (brain wash). Setelah dicuci otaknya, orang akan mudah diindoktrinasi untuk menyerap konsep-konsep ideologis yang mau ditanamkan ke dalam otak sang calon teroris. Dia pada gilirannya akan menjalankan secara militan, ideologi yang diindoktrinasikan ke dalam otaknya. Ini juga mencermin-kan mereka sudah tidak setia kepada Pancasila sebagai ideologi negara.

e. Bersikap dan berperilaku keluar dari pakem yang lazim. Lazim dalam konteks ke-Indonesiaan adalah hidup damai dengan mereka yang berbeda paham dan kepercayaan. Para penganut paham Radikalisme-Terorisme biasanyan hidup eksklusif, artinya mereka cenderung bergaul dengan sesama kelompoknya, karena diluar kelompoknya dianggap kafir.

2. Motivasi Seseorang Menjadi Teroris

Sebuah penelitian di Australia sebagaimana dilaporkan dalam kompas.com menyimpulkan bahwa motivasi seseorang menjadi teroris lebih banyak disebabkan karena pengaruh keluarga atau teman, dan bukannya karena berbagai bahan bacaan ekstrem yang tersedia di internet. Penelitian ini berlangsung selama empat tahun, dilakukan oleh Universitas Monash di Melbourne, bersama dengan polisi Australia. Mereka melakukan wawancara terhadap lebih dari 100 orang ekstremis di Australia, Indonesia, Eropa, dan Amerika Utara.42

Menurut laporan Australian Broadcasting Corporation (ABC News), para peneliti itu juga berbicara dengan para pakar kontra terorisme, guna memahami cara mencegah tindakan kekerasan yang dilancarkan oleh para ekstremis. Penelitian itu mengatakan bahwa para anggota keluarga dan teroris Australia memang berulang kali membaca

42Kompas.com. Motivasi Jadi Teroris Lebih Banyak Karena Pengaruh Teman dan Keluarga, diunduh dari

https://internasional.kompas.com/read/2013/08/09/1019365/Motivasi.Jadi.Teroris.Lebih.Banyak.karena.Pengaruh. Teman.dan.Keluarga

(40)

23

berbagai bacaan ekstrem di internet, tetapi banyak hal lain yang lebih penting yang ternyata telah membentuk perilaku mereka. Jaringan sosial dalam bentuk teman dan keluarga, termasuk kontak dengan mereka yang berjuang di luar negeri atau sudah pernah mengikuti kamp latihan teroris, memiliki pengaruh yang lebih kuat.43

Peneliti Debra Smith mengatakan, mereka yang bergabung dengan kelompok teroris itu memiliki kemiripan dengan mereka yang terlibat dalam kegiatan anti-sosial seperti pengguna narkoba. “Bila saja seseorang tumbuh dalam keadaan normal, tetapi kemudian memiliki hubungan emosional dengan seseorang yang terlibat dalam tindakan kekerasan,” kata Smith. “Mungkin mereka akan menganggap bahwa teman atau keluarga yang melakukan tindak kekerasan sebagai hal yang wajar dan sah,” tambah Smith.44

Seorang peneliti lainnya, Shandon Harris-Hogan, mengatakan, meski terorisme merupakan masalah yang masih relative kecil di Australia, ada saja orang yang tertarik melakukan tindakan ekstrem. “Di Australia, kami belum melihat adanya contoh individu yang direkrut khusus ke dalam jaringan teroris. Yang terjadi adalah mereka yang memang tertarik dengan tindakan ekstrem, saling mencari tahu dan akhirnya membentuk sebuah kelompok. Jadi tidak ada rekrutmen aktif,” kata Harris-Hogan. Menurut laporan koresponden Kompas.com di Australia L Sastra Wijaya, dalam kesimpulannya, para peneliti mengatakan, tindakan keras terhadap kelompok ekstrem ini kurang efektif dalam mengatasi radikalisme dibandingkan intervensi dini.45

Dua aspek yang diandaikan dalam bagian ini adalah bagaimana menghindari atau mencegah warga negara dari paparan radikal-terorisme dan, bagaimana membangun semangat dan motivasi warga negara untuk menghadapi ancaman gerakan terorisme. Tentu sekali pemisahan secara tegas mengenai penanganan dan pencegahan hanya dalam konsep pemikiran tetapi tidak dapat dilakukan dalam praktik, karena bisa saja dua-duanya harus dijalankan secara bersama. Penanganan juga bisa merupakan bagian dari pencegahan. 43 Ibid 44 Ibid 45 Ibid

Gambar

Gambar 1 :  Ilustrasi Kurikulum – Paket Modul PKBN
Gambar 2 :  Desain Instruksional Modul PKBN
Gambar 3 :  Desain Instruksional – Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme
Tabel 1: Kelompok Lingkup Pendidikan  Pendidikan  INFORMAL  Pendidikan                                FORMAL  Pendidikan                               NONFORMAL   Pendidikan Keluarga  1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan, bahwa motivasi kerja adalah dorongan yang tumbuh dalam diri seseorang, baik yang berasal dari dalam dan

j. Jika keadaan menunjukan bahwa suatu penerbangan yang diberi pemanduan sedang mengalami kegagalan komunikasi dengan kemungkinan akan menuju ke salah satu bandara

Untuk tahun 2009-2013, karena telah ada data asli maka data asli kasus DBD tersebut dapat dibandingkan dengan data hasil prediksi, data asli dan data prediksi tersebut juga

Terkait dengan riwayat stroke di keluarga, orang dengan riwayat stroke pada keluarga memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena penyakit stroke dibanding

Hasil analisis ragam menunjukkan penambahan ubi jalar ungu pada es krim susu kambing memberikan pengaruh sangat nyata pada warna es krim.Hasil organoleptik warna

Dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan kombinasi adsorben alam seperti arang aktif, zeolit, pasir silika, ferolit dan antrasit

Suatu cara yang sistematis dalam mendesain, melaksanakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan dari belajar dan pembelajaran dalam bentuk tujuan pembelajaran yang