• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gerakan Bela Negara Mengaktifkan Forum Berbasis Masyarakat

Bagian IV : PENANGGULANGAN ANCAMAN TERORISME DI WILAYAH NKRI …

9. Gerakan Bela Negara Mengaktifkan Forum Berbasis Masyarakat

1

Bagian I

PEMAHAMAN TERORISME

1. Latar Belakang

Setiap negara berupaya mengatur dirinya secara merdeka, tanpa dikuasai dan dijajah atau diperalat oleh negara lain. Maka perlu ada upaya untuk mempertahankan kedaulatan negara keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman serta gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.1 Setiap warga negara memiliki hak untuk hidup bebas dan tenteram di dalam negaranya, dan karena itu memiliki kewajiban untuk mempertahankan dan membela negaranya.

Bela negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara perorangan, maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai ancaman.2

Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang bertentangan dengan Pancasila dan mengancam atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman dapat berwujud agresi, terorisme, komunisme, separatisme, pemberontakan bersenjata, bencana alam, kerusakan lingkungan, pelanggaran wilayah perbatasan, perompakan dan pencurian sumber daya alam, wabah penyakit, peredaran dan penyalahgunaan narkoba, serangan siber, serangan biologi, atau wujud Ancaman yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik lndonesia, dan keselamatan segenap bangsa.3

1 Undang Nomor 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber daya Nasional untuk Pertahanan Negara. Penjelasan hal.1 2 Ibid, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1, ayat 11

3Ibid, Bab II, Azas, Tujuan dan Ruang Lingkup, Pasal 4 ayat (3)

2

Fokus modul ini membahas tentang "Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme” yang nyata-nyata mengancam ketenteraman kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tindak Pidana Terorisme yang selama ini terjadi di Indonesia merupakan kejahatan yang serius, yang membahayakan ideology negara, keamanan negara, kedaulatan negara, nilai kemanusiaan, dan berbagai aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Serta Terorisme bersifat lintas negara, terorganisasi, dan mempunyai jaringan luas serta memiliki tujuan tertentu, sehingga pemberantasannya perlu dilakukan secara khusus, terencana, terarah, terpadu dan berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.4

2. Pengertian Terorisme

Kata “teroris” (pelaku) dan terorisme (aksi) berasal dari kata latin “terrere”, juga berasal dari kata “to terror” dalam bahasa Inggris, yang berarti “gemetar” atau “menggetarkan”. Kata terror juga bisa dimaknai menimbulkan kengerian atau rasa takut yang mencekam.5 Selengkapnya apa itu terorisme, dirumuskan dalam definisi terorisme yang akhirnya disepakati oleh pemerintah dalam Revisi UU Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. Definisi terorisme yang disepakati adalah: “Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat menimbulkan korban yang bersifat massal dan/atau menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik, atau fasilitas internasional, dengan motif ideologi, politik atau gangguan keamanan negara.” Terorisme membahayakan keamanan dan kedaulatan negara, integritas territorial, perdamaian, kesejahteraan dan keamanan manusia, baik nasional, regional, maupun internasional.6 Sedangkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui fatwanya pada tahun 2005, yang menegaskan bahwa terorisme adalah “Tindakan kejahatan terhadap

4Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 2018, Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang.

5 Abdul Wahid. Kejahatan Terorisme Perspektif Agama, HAM dan Hukum. Bandung: Restika Aditama, 2004, hlm 22 6 Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 2018, op.cit, Pasal 1 ayat (2)

3

kemanusiaan dan peradaban yang menimbulkan ancaman serius terhadap kedaulatan negara, bahaya terhadap keamanan perdamaian dunia serta merugikan kesejahteraan masyarakat. ”7

Teror atau terorisme selalu identik dengan kekerasan. Bisa saja kekerasan terjadi tanpa terror tetapi tidak ada terror tanpa kekerasan. Pada umumnya orang memahami terorisme sebagai gerakan terorganisir yang melakukan kegiatan serangan-serangan mendadak dan mengejutkan, demi menimbulkan perasaan terteror pada sekelompok masyarakat, dan melemahkan autoritas kekuasaan yang tidak didukung oleh di peneror. Terorisme itu tidak identik dengan perang, karena aksi terorisme tidak tunduk pada tata cara melancarkan perang. Waktu pelaksanaannya pun tidak tentu, atau dilakukan secara tiba-tiba. Target korban-jiwanya pun acak dan merupakan warga sipil. Terorisme merupakan metode yang menggunakan kekerasan untuk memperjuangkan tujuan, bahkan tuntutan-tuntutan tertentu, dengan serangan bersenjata atau menggunakan bom dan ledakan-ledakan, atau pembajakan untuk menimbulkan ketakutan dan kecemasan. Tindak Pidana Terorisme pada dasarnya bersifat transnasional dan terorganisasi karena memiliki kekhasan yang bersifat rahasia, diam-diam, atau gerakan bawah tanah, lintas negara yang didukung oleh pendayagunaan teknologi modern di bidang komu-nikasi, informatika, transportasi, dan persenjataan modern hingga memer-lukan kerja sama di tingkat internasional untuk menanggulanginya. Tindak Pidana Terorisme dapat disertai dengan motif ideology atau motif politik, atau tujuan tertentu serta tujuan lain yang bersifat pribadi, ekonomi, dan radikalisme yang membahayakan ideology negara dan keamanan negara.8 Radikalisme adalah paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis.9

Terkait radikalisme, beberapa survey yang dilakukan oleh Wahid Foundation (2016) dan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), secara umum menunjukkan jumlah

7 M. Hasan Ansori dkk. Monograf Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang. The Habibie Center, 2018

8Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 2018, op.cit, Penjelasan, 1. Umum

4

masyarakat Indonesia yang radikal berada di angka yang hampir stabil, yaitu sekitar 10%. Jadi dapat dikatakan bahwa satu dari 10 orang Indonesia adalah radikal.10

Aksi terorisme masih menjadi momok yang mengancam kedamaian di Indonesia. Tahun 2017 saja kepolisian Republik Indonesia menangani 170 kasus terorisme, kasus tersebut naik drastis dari tahun sebelumnya yang hanya 82 kasus. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyatakan ada 2,7 juta orang Indonesia yang terlibat dalam serangkaian serangan teror bahkan jumlah itu belum termasuk pengikut dan simpatisan jaringan teroris. Menurut Peneliti Pusat Kajian Terorisme dan Konflik Sosial Universitas Indonesia (UI), sebelum tahun 2010 kelompok teroris di Indonesia yang menjadi sasarannya adalah simbol-simbol barat (Far Enemy), namun setelah tahun 2010 kelompok teroris mengubah sedikit sasaran mereka dari yang tadinya Far Enemy menjadi Near Enemy, hal itu terjadi lantaran banyak anggota teroris yang ditembak mati oleh pihak kepolisian11.

3. Sejarah Terorisme

3.1. Sejarah Terorisme di Dunia

Kegiatan terorisme sendiri bukan hal baru, sejarah mencatat bahwa Kerajaan Mesopotamia pertama, yakni Sargon dari Akkad, didirikan atas dasar terorisme. Terorisme merupakan upaya militer sejak zaman dahulu, zaman Assyria, dengan metode-metode penindasan yang brutal, dan dimaksudkan untuk menghancurkan semangat dan memecah-belah persatuan dan kebersamaan.

Gerard Chalian dan Arnaud Blin dalam bukunya The History of Terrorism: From Atiquity to Al Qaeda, mengatakan bahwa terorisme itu sudah ada pada zaman Yahudi ketika orang Zelot, sekte Yahudi yang muncul pada tahun 6 M, dan membunuh para pejabat pemerintah setempat dalam upaya untuk memicu pemberontakan dan mengusir orang-orang Romawi keluar dari Palestina.12

10 SMRC, NKRI, dan ISIS: Penilaian Massa Publik Nasional. Temuan Survei Mei, 2017; Wahid Foundation, Mayoritas umat Islam menolak radikalisme, diambil dari http://wahidfoundation.org/index.php/news/detail/Mayoritas-Umat-Islam-Menolak-Radikalisme, 2016

11 Kompasiana. Terorisme, Ancaman Terbesar bagi Keutuhan NKRI, dikutip dan diunduh dari:

https://www.kompasiana.com/rosyi-jepara/59730ce5a66664775f4fa502/terorisme-ancaman-terbesar-bagi-keutuhan-nkri 12 Sudah Ada Sejak Lama, Begini Sejarah Terorisme , diunduh dari

5

Terorisme di Timur Tengah juga telah memunculkan para Assassin (1090-1275), kelompok muslim membunuh lawan-lawan politik penguasa. Sejarah Eropa Kristen juga mencatat pengalaman dengan teror selama masa Inkuisisi Spanyol abad ke-15, yang menggabungkan kekuatan Gereja dan Negara dalam pengadilan, dan pembakaran terhadap para terduga penyihir, sebuah fenomena yang bahkan menyentuh Dunia Baru, terutama di Salem, Massachusetts, tempat para penyihir digantung pada tahun 1690an.13

Terorisme kemudian semakin menjamur di dunia. Bentuk yang diambil adalah pembunuhan terhadap orang-orang tidak berdosa, yang seringkali dilakukan atas nama agama atau ideologi. Tidak heran kalau terorisme juga dikaitkan dengan agama. Bahkan bisa dikatakan terorisme sebenarnya sudah muncul sejak munculnya agama, di mana para teroris sering mengklaim bahwa mereka melaksanakan kehendak Tuhan secara murni dan radikal. Terorisme berlatar belakang agama kemudian memakan korban masyarakat sipil, tetapi kaum radikal itu bahkan berpendapat bahwa mereka telah mempercepat perjalanan korban sipil tak bersalah itu menuju surga. Karenanya kaum teroris dianggap telah bertindak seperti Tuhan.

Terdapat pula terorisme sekuler atau non-agama, yang dilakukan atas dasar nasionalisme. Revolusi Perancis yang pecah pada tahun 1789 justru dicatat dan dipopulerkan terorisme. Selama periode ini, terorisme dikaitkan dengan negara, di mana guillotine digunakan untuk memenggal secara terbuka orang-orang yang dinyatakan sebagai musuh negara. Pada tahun-tahun berikutnya, bentuk terorisme negara yang lebih berkembang dipraktikkan oleh Stalinis Uni Soviet dan Jerman Nazi pada tahun 1930-an dan 1940-an. “Gedoran pintu” oleh autoritas negara, penyalah-gunaan persidangan dan eksekusi mati, serta pembantaian sejumlah besar orang, digunakan oleh berbagai rezim untuk menanamkan rasa takut di antara para masyarakat, dan dengan demikian memastikan kepatuhan yang lebih besar terhadap perintah negara. Taktik semacam itu juga digunakan oleh Saddam Hussein dari Irak, serta negara-negara dan masyarakat lain baik di sayap kiri atau kanan, sekuler atau religius.14

Abad ke-19 menyaksikan kebangkitan terorisme sekuler atau non-agama dari kelompok-kelompok yang menentang pemerintah tertentu. Selama tahun 1800-an,

13Ibid. 14Ibid.

6

dampak dari revolusi ilmiah dan revolusi industri menjadi jelas di Eropa dan Amerika Utara. Kekayaan besar tercipta, begitu juga kemiskinan besar.

Munculnya zaman industri melahirkan kota modern dan mengubah cara hidup pedesaan. Manusia tumbuh lebih percaya diri dalam kemampuannya untuk menguasai alam dan mulai merancang serta menciptakan masyarakat yang kapitalis. Karl Marx (1820–1872) muncul dengan konsep sosialis yang menganggap kaum kapitalis berlaku curang dengan merampok dan memeras tenaga buruh. Maka muncul gerakan kelas pekerja sebagai kelas tertindas melawan kapitalis. Akan tetapi, kaum kiri lainnya tidak sabar dengan lambannya perjalanan sejarah dan ingin mempercepat proses revolusioner. Muncul kelompok-kelompok anarkis yang memamerkan teroris besar-besaran. Pada tahun 1890-an saja, korban anarkis termasuk Presiden Prancis dan Italia, raja-raja Portugal dan Italia, Perdana Menteri Spanyol, dan permaisuri Austria. Kaum anarkis juga berusaha membunuh kaisar dan kanselir Jerman. Korban mereka hampir selalu pejabat pemerintah, bukan warga sipil yang tidak bersalah. Kelompok anarkis Rusia yang dikenal sebagai People’s Will, misalnya, jarang menempatkan bom di tempat-tempat umum dan tidak pernah menculik anak sekolah atau menembak orang di lutut untuk melumpuhkan mereka seumur hidup. Dengan runtuhnya monarki di Rusia, Jerman, dan Kekaisaran Austro-Hungaria setelah Perang Dunia I (1914–1918), kekerasan etnis dan terorisme muncul ke permukaan. Dengan menyuarakan penentuan nasib sendiri secara nasional, kekerasan teroris khususnya disuarakan di Eropa Timur dan Tengah.15 Pada tahun 1960-an pemerintahan kolonial Eropa secara efektif berakhir di sebagian besar wilayah dunia. Perang Dingin antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet serta sekutu dan pendukungnya masing-masing, sesungguhnya telah memberikan dorongan ideologis bagi banyak aksi terorisme, yang dilakukan sejak akhir tahun 1940-an hingga akhir tahun 1980-1940-an. Khususnya di Eropa, terorisme menjadi strategi dasar organisasi, yang berarti itu adalah ciri khas kelompok tersebut. Akan tetapi, di negara berkembang, terorisme pada umumnya merupakan taktik dari organisasi pemberontak, yang berarti itu hanyalah salah satu aspek dari strategi revolusioner yang lebih besar, yang mencakup serangan paramiliter terhadap pasukan pemerintah, pembebasan

7

wilayah, dan penggunaan propaganda yang ekstensif.16 Banyak hal yang belum diungkapkan menyangkut sejarah terorisme di Dunia, paparan diatas hanya memberikan beberapa contoh gambaran ancaman terorisme dunia dimasa kini dan mendatang 3.2. Sejarah Terorisme di Indonesia

Indonesia sendiri tidak bebas dari gerakan terorisme. Sejarah mencatat beberapa aksi terorisme yang sudah dilancarkan. Misalnya, Pembajakan pesawat Garuda Indonesia, dalam penerbangan Jakarta Medan pada tanggal 28 Maret 1981. Pesawat tersebut dibajak oleh lima orang teroris. Mereka bersenjata senapan mesin dan granat dan mengaku sebagai Komando Jihad. Pada tahun 1985, ada ledakan bom di Candi Borobudur, yang dilakukan dengan motif jihad. Pada tahun 2000 aktivitas terorisme meningkat. Ada ledakan bom di Kedubes Filipina tanggal 1 Agustus, Kedubes Malaysia 27 Agustus, Bursa Efek 23 September, bom Natal 24 Desember. Dan selanjutnya setiap tahun selalu ada bom, bahkan dengan intensitas yang besar, seperti bom Bali pada 12 Oktober 2002, dan terulang lagi pada 1 Oktober 2005.17

Peristiwa terorisme yang masih segar dalam ingatan kita adalah Teror Bom di tiga gereja di Surabaya pada Mei 2018 lalu. Ledakan bom terjadi di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela (STMB), Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jalan Diponegoro Surabaya dan Gereja Pentakosta di Jalan Arjuno Surabaya. Ledakan bom tersebut merenggut korban jiwa hingga puluhan orang terluka. Bom bunuh diri tersebut diledakkan pada pagi hari menjelang ibadah yang dilakukan oleh para jemaat. Kasus bom ini menjadi salah satu yang cukup banyak menyita perhatian masyarakat.18

Berikut Serangan teroris di Mako Brimob. Kerusuhan terjadi di Markas Komando (Mako) Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat pada Mei 2018 lalu. Kerusuhan ini terjadi akibat para narapidana terorisme menjebol sel tahanan dan adu fisik dengan polisi yang sedang berjaga. Kejadian ini menyebabkan 5 anggota kepolisian dan satu napi meninggal dunia. Menurut keterangan pihak kepolisian, insiden ini berawal dari titipan makanan dari keluarga yang masih dipegang oleh petugas. Hingga akhirnya salah satu

16 Ibid.

17Terorisme Di Indonesia , diunduh dari https://id.wikipedia.org/wiki/Terorisme_di_Indonesia, diakses 7 Juni 2020

8

narapidana tak terima dan mengajak rekan-rekannya untuk membuat kerusuhan.19

Kejadian inipun menjadi salah satu yang menyisakan duka mendalam bagi bangsa Indonesia di tahun 2018.

Setelah kerusuhan di Mako Brimob, yang disusul bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo, ada serangan juga ke Mapolda Riau oleh sekelompok teroris masih pada bulan Mei 2018. Kejadian penyerangan ini diawali dari Kapolda Riau Irjen Pol Nandang yang akan memberikan pers rilis pengungkapan kasus narkoba. Tiba-tiba pelaku yang mengendarai mobil Avanza menabrak pagar Mapolda Riau. Saat bersamaan pelaku juga menabrak sejumlah anggota polisi yang sedang berjaga di pintu masuk. Dalam aksi tersebut polisi berhasil melumpuhkan pelaku dengan timah panas. Tercatat 4 orang di antaranya kabur, sementara 4 lainnya ditembak polisi.20

Pada bulan yang sama juga terjadi pengeboman Surabaya yang merupakan rangkaian peristiwa meledaknya bom di berbagai tempat di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur pada 13–14 Mei 2018. Tiga tempat di antaranya tempat ibadah di Gereja Santa Maria Tak Bercela, GKI Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Jemaat Sawahan.Dua tempat lainnya masing-masing kompleks Rumah Susun Wonocolo di Taman, Sidoarjo dan Markas Polrestabes Surabaya.21

Sementara itu, bom bunuh diri di Rusunawa Wonocolo terjadi pada 13 Mei 2018 malam, di Blok B lantai 5 nomor 2. Kamar itu dihuni oleh satu keluarga. Kepala keluarga bernama Anton Febianto (47). Diketahui ledakan ini terjadi saat pelaku Anton Febianto sedang merakit bom di rumahnya itu. Sang istri Puspita Sari dan anak pertamanya Hilda meninggal di tempat. Sementara, Anton yang kondisinya masih hidup dan memegang bom rakitan langsung dilumpuhkan oleh polisi. Anton meninggal di lokasi kejadian. Sementara Ainur bersama kedua adiknya dan dirujuk ke RS Bhayangkara.22

19Drama 36 Jam Kerusuhan di Rutan Mako Brimob, diunduh dari https://nasional.tempo.co/read/1087629/drama-36-jam-kerusuhan-di-rutan-mako-brimob/full&view=ok, diakses 7 Juni 2020.

20Teror Polda Riau: 4 Teroris Ditembak Mati dan 1 Polisi Meninggal, diunduh dari

https://nasional.tempo.co/read/1089450/teror-polda-riau-4-teroris-ditembak-mati-dan-1-polisi-meninggal, diakses 7 Juni 2020.

21Pengeboman Surabaya, diunduh dari https://id.wikipedia.org/wiki/Pengeboman_Surabaya, diakses 7 Juni 2020 225 Kasus Terorisme Paling Disorot Sepanjang 2018, diunduh dari

9

Berbagai peristiwa terorisme yang terjadi di dunia maupun Indonesia telah menjadi ancaman yang serius untuk kerukunan dan kesatuan hidup berbangsa dan bernegara. Ketenangan masyarakat yang bergabung dalam kehidupan bersama suatu bangsa mulai terganggu oleh gerakan-gerakan yang mungkin merasa tidak puas dengan kehidupan bersama dalam negara. Itu juga yang terjadi d Indonesia. Seperti sudah dipaparkan, telah terjadi begitu banyak peristiwa terorisme yang mengganggu ketenangan hidup bersama. Tentu saja peristiwa-peristiwa ini mengancam keamanan dan keutuhan hidup berbangsa dan bernegara di Indonesia, contoh lain misalnya berkaitan dengan terorisme dari jaringan teroris AL Qaeda ataupun Jamaah Islamiyah yang melakukan serangan serangan anarkis dan menggunakan teknologi serta taktik dan teknik khusus (bom bunuh diri) terhadap kepentingan Amerika serta sekutunya, termasuk pemerintah Indonesia. Tujuan mereka ingin mengubah pandangan masyarakat yang menjadi targetnya, agar mengikuti arah “perjuangan“ Kelompok Al Qaeda dan Jemaah Islamiyah yang mengi-nginkan adanya kedaulatan dan tatanan baru sesuai keinginan kelompok mereka. Jemaah Islamiyah (JI) yang berafiliasi dengan Al-Qaedah maupun ISIS bermaksud menggantikan ideologi Indonesia menjadi negara Islam23.

Tindak kekerasan terorisme yang dilakukan secara brutal dengan aksi serangan bom bunuh diri, dapat berimplikasi pada kerugian jiwa target teroris yang tidak sedikit. Semakin brutal dan anarkis metode yang digunakan kelompok terorisme untuk mencapai tujuan, dan semakin canggihnya perkembangan jenis jenis serangan yang dilakukan itu mematikan dan meningkatkan rasa khawatir dan takut dalam masyarakat, semakin efektif tindakan terorisme yang dilancarkan. Hal ini perlu diwaspadai oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia dalam upaya menjaga mempertahankan keutuhan dan kedaulatan wilayah NKRI dan keselamatan bangsa Indonesia.

23 Anggit Setiani Dayana . Enam Kelompok Teroris di Asia Tenggara di Daftar CIA: ISIS hingga JAD, diunduh dari https://tirto.id/6-kelompok-teroris-asia-tenggara-di-daftar-cia-isis-hingga-jad-elC8, diakses 21 Maret 2020

10

Bagian II

ANCAMAN TERORISME

TERHADAP KEDAULATAN DAN KEUTUHAN NKRI

1. Kelompok Terorisme Sebuah Fakta

Kelompok teroris merupakan sebuah kenyataan atau fakta yang didasarkan beberapa pemikiran, baik yang terkait dengan faham keagamaan maupun non-keagamaan, seperti yang diuraikan berikut ini:

a. Kelompok teroris keagamaan

Kelompok teroris keagamaan antara lain:

1) Fundamentalis Kristen di Era Pesiden George W Bush merupakan pendukung utama neoimperalis yang sudah tumbuh di abad ke 19. Berdasarkan faham fundamentalis maka munculah ilmu akhirat (eskatologis) yang intinya kestabilan hidup dunia bagi di Sorga sebagaimana dijanjikan oleh Yesus. Dunia bagi mereka tempat menghadirkan surga. Mereka tidak puas terhadap modernisme dan mereka mencoba melarikan diri guna mencari keselamatan dan perlindungan dari Tuhan dan agama. Dunia kapitalisme industri yang modern dianggap merusak agama oleh karena itu harus dilawan dan dikembalikan pada fitrahnya. Mereka mengutuk industrialisasi dan menyebutnya setan jahat. 24

2) Fundamentalis Yahudi berbeda dengan fundamentalis Kristen. Fundamentalis Yahudi berkaitan erat dengan konstelasi geopolitik. Fundamentalis Yahudi sebuah faham yang meyakini bahwa tanah Palestina adalah tanah keberkatan yang dihadirkan bagi anak-anak Tuhan, ide ini yang melahirkan negara Israel di tanah Palestina. Kelompok fundamentalis yang menyatakan dirinya masyarakat beriman

11

telah membentuk pemerintahan Zionis sekuler untuk mempertahankan keberadaan Yahudi. 25

3) Fundamentalis Islam: Gejala fundamentalis islam yang dibungkus dengan keyakinan ontologis untuk melakukan terorisme, dalam upaya mencapai tujuan politik, merupakan kekuatan yang dahsyat di abad ke 21 ini. Mereka menentang ketidak adilan dan, penerapan kekuasaan Amerika Serikat di Timur Tengah. Perlawanan Sekelompok umat Islam dengan bendera Jihad, karena mereka tidak diuntungkan secara politik maupun ekonomi. Contoh antara lain: ISIS, Al-Qaeda, Boko Haram, Jemaah Islamiyah dan lain-lain.26

4) Aum Shinrikyo. Aum Shinrikyo kira-kira berarti "Agama Kebenaran”, mereka

memperjuangkan agama baru Jepang. Kelompok ini menimbulkan kehebohan berskala internasional pada 20 Maret 1995, ketika beberapa anggotanya melaksanakan serangan gas sarin di kereta bawah tanah Tokyo, yang menewaskan 12 orang, membuat 54 orang sakit parah, serta memengaruhi lebih dari 980 orang. 27

b. Kelompok Teroris Non-Agama.

Dokumen terkait