• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Kemusyirikan

5. Bentuk-bentuk kesyirikan

Syirik yang dimaksud dalam bahasa ini tata cara yang bertujuan murusak rumah tangga orang lain dengan jalan meminta bantuan kepada

setan. Hal ini termasuk perbuatan terlarang dan dosa besar. Rachmat Syafe’i.(2000: 103).

Dalam hal itu penulis menggambarkan berbagai hal yang kerap terjadi dipraktekkan oleh masyarakat sekarang yang menjadi budaya dalam kehidupannya, pada umumnya tidak ada landasan sama sekali seperti misalnya:

(1). Perdukunan dan Ramalan

Para dukun dan peramal ini dengan terang-terangan mendakwahkan dirinya mengetahui perkara gaib, dan menyeru manusia untuk berbondong-bondong melakukan kesyirikan. Sebagian orang mungkin sudah bisa menebak, bahwa itu adalah sebuah bentuk perdukunan yang dikemas rapi. Namun, ada sebagian orang yang tidak mengerti dan terjerumus ke dalam lembah kesyirikan ini.

Na’uudzubillaah min dzaalik. Sedangkang dalam buku ilmu tauhid/

kalam, memberikan pengertian kepada kita semua bahwasannya hanya allahlah sendiri yang berhak di sembah.

(Q,S, Al-Ahzab:34)

Terjemahnnya:

Sesungguhnya Allah, Hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal .( Kemenag RI 2011:414).

Dalam fatwa Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah yang menjelaskan tentang perdukunan dan hukum mendatangi dukun:

Kahanah (perdukunan) wazanfa’alah diambil dari kata takahhun, yaitu menerka-nerka dan mencari hakikat dengan perkara-perkara yang tidak ada dasarnya. Perdukunan di masa jahiliyah dilibatkan kepada suatu kaum yang dihubungi oleh para setan yang mencuri pembicaraan dari langit dan menceritakan apa yang didengarnya kepada mereka.

(2). Ziarah Kubur

Menziarahi kubur orang Islam itu disyari'atkan bahkan disunnahkan. Karena Nabi shallallahu 'alaihiwasalam menziarahi kuburan di Baqi' (kuburan kaum muslimin di Madinah), dan demikian pula kuburan para syuhada' perang Uhud.

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasalam berkata: artinya: "Semoga keselamatan (dilimpakan) atas kalian wahai penghuni kubur dari orang-orang Mukmin dan Muslim, sedangkan kami insya Allah akan menyusul kalian, kami mohon kepada Allah (semoga) untuk kami

dan kalian (diberi) afiat. (Hadits dikeluarkan oleh Muslim 975 dari Buraidah).

Bentuk ziara kubur yang terlarang adalah Ziarah kubur yang jauh dari tuntunan Islam adalah ziarah kubur yang dilakukan oleh pelaku syirik yang sejenis ziarah kubur yang dilakukan oleh orang-orang Nashrani. Mereka memaksudkan do’a pada mayit dan beristi’anah (meminta tolong) melalui mayit yang ada di dalam kubur.

Berbagai hajat diminta melalui perantaraan penghuni kubur. Mereka pun shalat di sisi kubur dan berdoa melalui perantaraan si mayit.

Perbuatan semacam ini sama sekali tidak pernah dilakukan oleh ulama masa silam dan para imam besar. Bahkan Nabi shallallahu

‘alaihi wa sallam telah menutup jalan agar tidak memasuki pintu syirik dengan melakukan semacam ini. Dalam hadits yang shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata di saat sakit menjelang kematiannya,

Berbagai gambaran yang telah dipaparkan di atas ternyata masih banyak hal-hal yang selama ini masyarakat Soki belum sadar dengan indahnya nilai Islam bahwa ajaran Islam mengajarkan secara struktural tentang aturan hidup, lahirnya perbuatan kesyirikan yang dibenci oleh Allah SWT. pun karena begitu dalamnya tarekah sehingga menjadi mendarah daging pada diri mereka, hal seperti itupun mereka menganggap enteng dan berpaling dari Al-Qur’an dan As-Sunah, masih banyak hal-hal yang dilakukan

oleh masyarakat sekarang yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Hal-hal seperti itu semestinya harus lebih diperhatikan oleh Muhammadiyah dalam perannya sebagai gerakan Amar Ma’ruf Nahil Munkar.

Dan dalam memahami Islam bagi mereka yang baru mempelajari Islam atau baru saja akan mempelajari Islam, terdapat kebingungan tentang istilah-istilah yang ada dalam Islam, seperti Apa itu Din? Apa itu Millah? Apa perbedaan Din dan Millah? Apa itu manhaj ? Apa itu syari’at? Dan apa perbedaan syari’at dengan fiqh? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang membuat orang tambah bingung dan jika bingungnya tidak terjawab karena mungkin malu untuk bertanya, di khawatirkan orang tersebut akan justru menjauhi Islam atau yang lebih parahnya lagi malah meninggalkan Islam.

Kesimpulan peneliti saya mencoba menjelaskan beberapa istilah-istilah yang ada pada saat mempelajari Islam agar tidak terjadi kesalahpahaman atau ketidaktahuan nantinya. Diantaranya yaitu saya akan mencoba menjelaskan dan menjabarkan perbedaan dari segi semantik tentang istilah-istilah diatas dengan bersumber dari beberapa referensi dan dari pengetahuan yang telah saya dapatkan yang tentunya sangat terbatas.

Pada zaman sekarang ini zaman yang sudah sangat jauh daris zamannya para Nabi dan pengikut-pengikutnya, zaman dimana teknologi sudah diagung-agungkan, ilmu pengetahuan yang berkembang dengan pesat dan berorentasi kualitas. Di era teknologi itu tumbuh perluasan dan

percepatan kemajuan di berbagai bumi sehingga diharapkan tercipta dunia yang makin berkemakmuran dan berkeadilan secara relative merata.

Pada perkembangan dunia teknologi yang mengglobal itu anak-anak remaja lebih cenderung mengikuti perkembangan automotif, computer dan HP, sedangkan yang perempuan khususnya lebih suka kepada perkembangan model-model baru yang peneliti maksudkan perkembangan moril/materi yang menunjukan kedalaman mental maka yang perlu sebenarnya persiapan persiapan teknis yang melibatkan kemampuan kemampuan kognisi dan skill semata seperti banyak dipublikasikan selama ini secara gencar. Namun tidak kala pentingnya diperlukan tatanan tatanan nilai dan moral baru yang justru harus makin kokoh agar insan di era teknologi itu tidak kehilangan keseimbangan dan makna hakiki yang fundamental sebagai makhluh tuhan yang berperadaban tinggi dan mulia di muka bumi ini. Islam datang dengan berbagai petunjuk yang ada didalamnya tentang bagaimana seharusnya manusia bersikap dan menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna.

C. Peranan Muhammadiyah Dalam Mengatasi Kemusyirikan di Desa Soki Kecamatan Belo Kabupaten Bima

Sebagai persyarikatan yang menyatakan diri Gerakan Islam dan Dakwah Amar Makruf Nahil Munkar, berakidah Islam dan bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi untuk mewujudkan Masyarakat utama (al-muztama’ al-fadhilah) yang diridhai Allah SWT.

Muhammadiyah dituntut untuk melibatkan diri secara aktif dalam mempengaruhi dan ikut menentukan sejarah umat manusia memasuki era milenium baru tentu berperan dalam melihat kondisi umat yang tentu jauh dari nilai-nilai Islam. Muhammadiyah Dengan julukan Gerakan Islam Modernis yang diberikan masyarakat, Muhammadiyah bahkan memiliki beban tidak ringan guna bergerak bishaf depan dalam membina umat dan bangsa ini ke dunia baru yang berketuhanan (tauhid) dan berkeadaban tinggi, sehingga lahir generasi umat yang terbaik (Khairah Ummah) di muka bumi ini.

Adapun struktur pengurus Ranting Muhammadiyah Soki dari Tahun ke Tahun.

Sumber Data: Kantor Desa soki Tahun 2013

Pendapat M. Yakub tentang Peranan Muhammadiyah Dalam Mengatasi Kemusyirikan di Desa Soki Kecamatan Belo Kabupaten Bima

’’saya sangat bangga dengan hadirnya organisasi Muhammadiyah di desa Soki dalam mengatasi kemusyirikan di mana masyarakat sangat kental, memahami tahayul dalam mewujudkan nilai-nilai kemusyirikan dalam

No. Nama Pengurus Periode Jabatan Ket.

1.

kehidupannya. Dan saya yang pertama kali menghadirkan organisasi Muhammadiyah, sehingga ,banyak melahirkan banyak kader baru dalam mengatasi masalah umat’’. Jadi saya pikir apa yang dilakukan oleh organisasi Muhammadiyah, itu sangat mempermudah arah pemahaman,

masyarakat, yang kurang memahami tentang kemusyirikan dan seperti apa yang kita tau bahwa, kemusyirikan adalah dosa besar.

Dalam menghadapi dunia baru yang serba melintasi di era global itu Muhammadiyah mungkin tidak berambisi secara berlebihan guna masuk ke semua ini kehidupan dalam melakukan gerakan-gerakan praktis yang diperankannya mengingat keterbatasan-keterbatasan tertentu yang dimilikinya maupun diversifikasi aksi yang dipilihnya tetapi persyarikatan yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan ini dapat memberikan landasan etik dan profetik dalam keseluruhan dimensi kehidupan umat, bangsa, dan dunia keamanusiaan.

Adapun langkah-langkah Muhammadiyah dalam mengatasi kemusyirikan, 1. Muhammadiyah/pimpinan Ranting mengadakan pengajian satu kali dalam sebulan, kegiatan ini untuk meningkat ilmu dan pengetahuan didalam menjalangkan aktifitas sehari. 2. Muhammadiyah melakukan khalaqah-khalaqah setiap pekan secara rutin. 3. Muhammadiyah juga mengobserfasi langsung ke masyarakat yang di anggap mukjijat. Kegiatan ini semua untuk mencegah/mengatasi agar tidak melakukan kemusyirikan.

Dalam zaman modern yang sarat problem kemanusiaan, gerakan-gerakan

Islam tranformatif dapat melakukan usaha-usaha untuk mengutuhkan kembali hubungan-hubungan sosial yang terkoyak-koyak akibat dehumanisasi dan berbagai ketimpangan. Gerakan transformatif yang demikian berangkat dari landasan profetik berupa kesadaran iman yang aktual untuk menerangi perubahan sosial dalam kehidupan umat manusia, kendati boleh jadi dalam pelaksanaan dimulai dari langkah-langkah transformatif yang berskala kecil.

Pada era baru yang bercorak multikulturalisme Muhammadiyah melalui gerakan dakwah transformatif dapat memasuki komunitas-komunitas baru seperti kelompok kelas menengah ke atas yang makin moderenis dengan segala macam problem sosial yang menyertai sebagaimana penyakit orang-orang perkotaan yang merindukan spritualitas yang hanif dan sekaligus mendambakan kehadiran agama sebagai konopi suci dari suasana caos yang mereka alami. Pada saat yang sama Muhammadiyah juga tetap dituntut untuk memberikan panduan kehidupan yang rasional untuk membangun kemajuan tampa terjebak pada romantisme budaya yang melangkolis (oreantasi spritualisme), karena bangsa ini masih tertinggal dalam sejumlah lini kehidupan yang pada akhirnya memang masih memerlukan modernisasi dalam porsi yang wajar tampa terperangkap pada modernisme. Dua rana oreantasi dakwah tersebut tampa paradoks, tetapi sesungguhnya menunjukkan dinamika ketegangan kreatif dari pergumulan hidup manusai dimana Muhammadiyah dengan pesan Islam yang dibawanya

dapat memsuki dua konsep oreantsi dakwah tersebut tampa perlu merasa terjebak pada dilema. Islam itu Agama spritual tetapi juga rasional, sehingga dakwah Islam tidak perlu terjebak pada ekstremitas.

Pada kelompok masyarakat lapisan menengah dan atas, Muhammadiyah kini dan ke depan benar-benar dituntut untuk merumuskan strategi dakwah yang mampu menjadi kekuatan profetik. Kelompok-kelompok sosial ini makin hari kehilangan “Guru spritual” dari kekuatan-kekuatan ormas Islam sepertia halnya Muhammadiyah. Kelompok ini seakan menjadi

“golongan menggambang”, yang dari hari ke hari telah mengalami kehausan spritual sehingga mereka banyak lari ke dunia “tasawuf”, bahkan dunia

“paranormal” dan “perdukunan” untuk mencari keteduhan hidup. Di era global, golongan sosial semacam itu akan menjadi gelombang besar yang tumbuh bersama dengan lahirnya kota metropolitan, kota megapolis, dan bahkan kota dunia.

Pada kelompok sosial bawah, Muhammadiyah juga tengah dihadapkan pada tantangan untuk melakuakan gerakan dakwah yang bernuansah “teologi pembebasan” (librationtheology).Yaitu bagaimana membangun oreantasi keseluruhan refleksi teologis dari ajaran Islam untuk membebaskan kaum dhu’afa dan mustadh’afin dari berbagai keterbelengguan dan penindasan struktural dan kultural. Praktis teologi semacam itu memiliki pembenaran substantif dan historis pada ajaran islam

dan sejarah Nabi yang menampilakan Islam yang refolusioner dan anti status-quo baik pada era mekkah maupun madinah. Dengan konsep Tauhid Islam bahkan dapat menentang segala bentuk tirani dan penindasan menuju pada kesatuan umat Manusia .

Adapun penjabaran Muhammadiyah dalam mengatasi kemusyirikan kepada peneliti adalah Muhammadiyah melakukan pertemuan antara dengan mengundang seluruh lapisan masyarakat yang ada di Desa Soki, baik masyarakat awam, masyarakat menengah atau masyarakat atas.

Pertemuan ini adalah untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan adanya kemusyirikan yang sedikit bertentangan agama islam yaitu (al-qur-an dan as-sunah). Oreantasi dakwah yang bersifat pembebasan dan kerakyatan yang memihak kaum lemah dan tertindas selama ini boleh jadi agar terabaikan, ketika Muhammadiyah telah telanjur masuk ke ranah dakwah yang cenderung elitis dan tersedot dalam birokratisme kekuasaan pada masa orde baru, sehingga langkah-langkah dakwah maupun amal usaha Muhammadiayah menjadi terkesan pragmatis dan memihak kelompok atas dan statusquo. Muhammadiyah kini tampa perlu menunjukan sikap ekstren dan mengabaikan masyarakat menengah ke atas, seperti itu akan menjadi korban cukup serius dari perebutan dan gurita kapitalisme global yang akan masuk ke sudut-sudut ruang sosial baik ditingkat Nasional hingga ke tingkat lokal. Pada titik inilah Muhammadiyah dituntut untuk melakukan

gerakan-gerakan dakwah yang bersifat adfokasih yang menampilkan wajah islam sebagai agama kaum dhu’afa dan mustadh’afin. Pada sekala yang lebih makro tingkat Internasional, Muhammadiyah harus tampil sebagai gerakan tajdid yang mendunia bukan sekedar organisasi lokal dan Nasional.

Muhammadiyah selain dituntuk membangun jaringan internasional dengan Muhammadiyah di Negara-negara lain seperti di Singapura dan Malaisiyah, juga harus membangun jaringan dengan organisasi-organisasi luar Negeri baik dalam lingkup dunia Islam maupun dengan kalangan lain.

Muhammadiyah “go Internasional”, melebarkan sayap ke tataran dunia ke yang lebih luas. Isu-isu etik global dan perkembangan globalisasi dengan berbagai dimensinya harus menjadi bagian dari gerakan Muahammadiyah ke depan. Karena itu, pusat-pusat keunggulsan seperti perguruan tinggi Muhammadiyah dan amal usaha Muhammadiyah yang lainnya harus mulai dirancang dan diarahkan sebagai pilar gerakan Muhammadiyah menuju era global yang syaratnya tantangan itu.

Kesimpulanya ialah perlu mempertajam oreantasi dakwahnya yang bersifat transformatif bagi kelompok masyarakat yang dhu’afa dan mustad’afin baik diperkotaan maupun diperdesaan. Pada era globalisasi komunitas sosial yang lemah dan marginal. Seperti di desa Soki yang kurang memahami keorganisasian dan lemahnya pemahaman tentang agama serta lemahnya organisasi-organisasi masyarakat, sehingga hadirlah organisasi

Muhammadiyah yang meluruskan pemahaman keagamaan, dan sekaligus penjewatahan organisasi Muhammadiyah.

37

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey dengan pendekatan penelitian kualitatif dengan mengekplorasi data dilapangan dengan metode analisis yang bertujuan memberikan gambaran secara cepat tentang peranan Muhammadiyah dalam mengatasi kemusyrikan di Desa Soki Kec. Belo Kab,Bima

Suharsimi Arikunto. (2012:52). Penelitian merupakan salah satu upaya manusia dalam memenuhi rasa ingin tahunya. Apabila rasa ingin tahu itu membutuhkan kebenaran yang berkriteria keilmuan maka hal tersebut dapat disebut masalah keilmuan. Masalah seperti itu memerlukan jawaban dengan kerangka berpikir tertentu, yaitu menggunakan metode keilmuan, atau memerlukan kegiatan penelitian dalam mencari jawaban dan pemecahanya.

B. Lokasi dan objek penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian adalah di Desa Soki Kecamatan Belo Kabupaten Bima. Dan adapun yang menjadi objek penelitian ini yaitu Masyarakat Desa Soki, Kec, Belo, Kab, Bima. Penulis memilih Kec. Belo. Kab, Bima, sebagai lokasi penelitian karena masyarakat pada umumnya melakukan tradisi-tradisi yang mengarah kepada kemusyirikan. Maka dalam hal tersebut, menarik perhatian penelitian dalam

hai ini mengetahui peranan Muhammadiyah dalam mengatasi kemusyirikan di Desa Soki, Kec, Belo, Kab,Bima.

C. Variabel Penelitian

Suharsimi Arikunto (1998:99) Variabel adalah Obyek penelitian , atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian

Dalam penelitian ini tidak menggunakan variabel terikat akan tetapi menggunakan variabel bebas dengan simbol Xn yakni Peran Muhammadiyah, variable bebas (X1) mengatasi Kemusyirikan, variabel bebas (X2).

Variabel bebas (independent variable) adalah faktor yang menjadi pokok permasalahan yang ingin diteliti.

Berdasarkan teori di atas, maka dalam penelitian ini peranan Muhammadiyah, sedangkan variabel terikatnya adalah mengatasi kemusyirikan.

D. Defenisi Operasional Variabel

Judul yang diangkat dalam penelitian ini, adalah Peranan Muhammadiyah Dalam Mengatasi Kemusyirikan di Desa Soki Kecamatan Belo Kabupaten Bima .

Untuk menghindari kesalah pahaman dan kesimpangsiuran terhadap judul ini maka peneliti merasa perlu menguraikan terlebih dahulu arti dari beberapa kata dari judul ini, kemudian dirumuskan secara operasional sebagai berikut :

1. Peranan berarti cara untuk mencapai sesuatu

2. Muhammadiyah bararti gerakan pembaharuan ajaran Islam dengan hanya berlandaskan dua hujjah utama, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Nabi (hadis)

3. Mengatasi berarti mempertimbangkan, menjaga.

4. Kemusyirikan bararti perbuatan yang menyekutukan Allah SWT.

Dengan segala sesuatu.

Dari definisi operasional di atas dapat disimpulkan bahwa peranan Muhammadiyah dalam mengatasi kemusyirikan adalah merupakan tindakan yang menjauhkan masyarakat dari nilai-nilai keagamaan, karena mereka beranggapan bahwa suatu yang di anggap sakral mampu membawa manfaat pada dirinya. Padahal Allah tidak ada tandingan maupun bandingan-Nya.

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Suharsimi Arikunto (2013:173), Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitianya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitian juga disebut studi populasi atau studi sensus.

Pada setiap kegiatan yang dilakukan seseorang selalu memerlukan adanya obyek yang dijadikan sebagai sasaran penelitian, obyek itulah yang disebut populasi.

Suharsimi Arikunto (1998:115), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.

Sugiyono (1997:7). Memberikan pengertian bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjdi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Dalam penelitian ini populasi berjumlah 450 (KK) Masyarakat di Ke,Belo Kab, Bima nusa tenggara barat, terdiri dari 2 dusun. Dalam hal ini,sebagai pada gambar tabel berikut:

Tabel 1

Populasi Masyarakat Desa Soki Kecamatan Belo Kabupaten Bima

NO Dusun Jenis Kelamin Jumlah

1. Dusun Bewakalea

800 Laki-laki 500 Perempuan 1300 Orang

2. Dusun Oikalate 850 Laki-laki 550 Perempuan 1400 Orang Jumlah 1650 laki-laki 1050 Perempuan 2700 Orang

Sumber Data: Kantor Desa Soki, Kec Belo, Kab Bima Tahun 2014

2. Sampel

Suharsimi Arikunto (2013:174). jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.

Dinamika penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel.

Yang dimaksud dengan menggeneralisasi adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi.

Suharsimi Arikunto (2001:23) dalam bukunya prosedur penelitian menjelaskan, berdasarkan penelitian penetapan jika subjek berjumlah atau lebih dari 100 maka di ambil antara 100, maka di ambil keseluruhanya.

Sampel adalah “sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti”. Suharsimi Arikunto, (2010:10). Mengatakan bahwa: ”sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti).

Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi”.

Tabel 2

Keadaan Sampel Penelitian

No. Jumlah sampel Jumlah

• DDusun Bewakalea 135

• DDusun Oikalate 135

Jumlah 270

F. Instrumen Penelitian

Riduwan (2010:50). Instrumen adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.

a. Pedoman Angket

Suharsimi Arikunto (2013:194). Sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi, atau hal-hal yang ia ketahui

b. Pedoman Observasi

Riduwan, (2010:57). Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila objek penelitian bersifat dan tindakan manusia, fenomena alam (kejadian-kejadian yang ada didalam sekitar), proses kerja dan penggunaan responden kecil.

c. Pedoman Wawancara

Riduwan, (2010:56). Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh imformasi langsung dari sumbernya.

Wawancara ini digunakan bila ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam serta jumlah responden sedikit. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi arus informasi dalam wawancara yaitu:

pewawancara, responden, pedoman wawancara, dan situasi wawancara.

d. Catatan Dokumentasi

Riduwan, (2010:58). Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan penelitian..

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data sangat dibutuhkan adanya teknik yang tepat dan relevan dengan jenis data yang ingin dicari. Adapun teknik yang di lakukan ada 2 cara sebagai berikut :

1. Library Research adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan bahan-bahan melalui kepustakaan dengan menggunakan buku-buku atau sumber bacaan yang berhubungan erat dengan pembahasan peneliti

2. Field Research adalah suatu metode pengumpulan data dengan berdasarkan penelitian dilapangan, dan untuk melengkapi metode ini maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a. Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang di lakukan dengan cara memberi pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabannya. Metode angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaannya Muhammadiyah dalam mengatasi kemusyirikan Observasi

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu tindakan kemunikasi atau percakapan dengan responden yang bertujuan untuk memperoleh data dan informasi yang akurat terhadap masalah-masalah yang telah dirumuskan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu bentuk pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data yang berhubungan dangan permasalahan melalui dokumen-dokumen tertulis baik pada Instansi terkait maupun referensi-refensi ilmiah lainya.

H. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisa data penelitan ini, peneliti akan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif yaitu data-data yang dikelola dengan mengunakan teknik kualitatif, dan selanjutnya ditabulasikan atau

diorganisasikan lalu ditarik suatu kesimpulan secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan rumusan prosentase. Adapun rumusan prosentase adalah sebagai berikut :

P = x 100 %

Keterangan : P = Prosentase

F = Frekwensi (Jumlah responden) N = Number

46 A. Letak Geografis Tempat Penelitian

46 A. Letak Geografis Tempat Penelitian

Dokumen terkait