• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk-Bentuk Pelanggaran Terhadap Konvensi Jenewa 1949 Junto Protokol Tambahan I Dan II Atas Serangan Israel Ke Lebanon Tahun

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

C. Bentuk-Bentuk Pelanggaran Terhadap Konvensi Jenewa 1949 Junto Protokol Tambahan I Dan II Atas Serangan Israel Ke Lebanon Tahun

2006

1. Pelanggaran Terhadap Kombatan dan Penduduk Sipil

Pihak yang terlibat dalam konflik harus dapat membedakan antara penduduk sipil dan kombatan agar dapat menyelamatkan penduduk sipil.

Penduduk sipil tidak boleh diserang, karena yang menjadi target serangan adalah obyek militer. Orang yang tidak terlibat dalam perang wajib dilindungi sebagai penghormatan terhadap hidupnya, atas keutuhan jiwa dan raganya. Hukum Humaniter tidak dimaksudkan untuk melarang perang atau untuk mengadakan Undang-undang yang menentukan permainan “perang”, tetapi karena alasan-alasan tentang perikemanusiaan untuk mengurangi atau membatasi penderitaan individu-individu dan untuk membatasi wilayah dimana kebuasan konflik bersenjata diperbolehkan. Dengan alasan-alasan ini, Hukum humaniter disebut

sebagai “peraturan tentang perang yang berperi kemanusiaan”. Hukum Humaniter mencoba untuk mengatur agar suatu perang dapat dilakukan dengan lebih memperhatikan prinsip-prinsip kemanusiaan.

Situasi perang atau konflik bersenjata tersebut akan jatuh korban, bukan hanya dari pihak-pihak yang bermusuhan saja, akan tetapi orang-orang yang tidak terlibat secara langsung dengan situasi tersebut juga ikut menjadi korban. Dengan demikian semua orang harus tetap dilindungi HAM-nya, baik dalam keadaan damai maupun perang. Pihak-pihak yang dilindungi oleh konvensi ini harus “in all circumstances be treated humanely, without any adverse distinction founded on race, color, religion or faith, sex, birth, or wealth, or other similar criteria”. Padahal sebelum tahun 1949, perlindungan hukum hanya diberikan pada personil militer.

Konvensi Genewa, yaitu Konvensi-konvensi dan protokol-protokol Internasional yang ditetapkan di bawah lingkup Komite Palang Merah Intersional atau ICRC, dimana perlindungan bagi korban konflik menjadi perhatian utama.

Protokol I dari konvensi Jenewa memberikan perlindungan bagi orang-orang sipil yang jatuh ke tangan musuh. Sedangkan Protokol II memuat ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan korban konflik bersenjata internal (bukan internasional). Konvensi Jenewa ini diterapkan melalui kerjasama a Protecting Power, atau Negara ketiga yang menjadi pihak netral dalam konflik tersebut, di bawah pengawasan ICRC.

Sengketa bersenjata juga wajib melindungi kombatan dan penduduk sipil. Kombatan yang telah berstatus hors de combat harus dilindungi dan dihormati dalam segala keadaan. Kombatan yang jatuh kepihak musuh mendapatkan status tawanan perang. Hak-hak dan perlindungan tawanan perang diatur dalam konvensi jenewa IV dan protocol tambahan 1977. Hukum Humaniter memformulasikan prinsip-prinsip pembedaan, prinsip-prinsip pencegahan penderitaan yang tidak perlu dan prinsip kepentingan kemanusiaan dan keperluan militer. Bahwa satu-satunya objek yang paling sah dicapai oleh suatu Negara selama perang adalah melemahkan angkatan bersenjata dari pihak lawan.90

Berkaitan dengan konvensi jenewa 1929 dan 1949, serta protokol I konvensi Jenewa 1977, yang berisi perlindungan terhadap korban perang terutama tentang pembedaan antara kombatan, orang sipil, dan penolong korban perang.91 Pelanggaran terhadap konvensi ini oleh Israel terbukti dangan banyak korban tewas dari pihak sipil. Pada tanggal 14 Agustus 2008 enam orang tewas ketika sebuah bom menghantam sebuah rumah di desa dekat kota Bint Jbeil di bagian selatan Libanon dekat perbatasan Israel. Israel melakukan serangan udara di Lembah Beeka menewaskan tujuh orang. Serangan lainnya menghancurkan tiga rumah di Desa Brital.

       

90 Delegasi Jakarta, ICRC “Hukun Humaniter Internasional, op cit. , hlm.7. 

91 F Sugeng Istanto, 1997 “Penerapan hukum Humaniter pada orang sipil perlindungannya dalam pertikaian Bersenjata” dalam Fadilah Agus, Fakultas Hukum USAKTI, Jakarta, hlm.42. 

Menewaskan 15 orang.92 Dua puluh delapan rakyat sipil Lebanon, termasuk 10 anak-anak, tewas setelah Israel menyerang Bandar Udara Internasional Rafiq Hariri di Lebanon.

Serangan udara militer Israel ke wilayah Lebanon pada tanggal 25 Juli 2008 menggunakan pesawat-pesawat tempur, Israel membombardir basis kekuatan kelompok Hizbullah di Lebanon. Jet-jet Negeri Israel itu melancarkan lebih dari seratus serangan ke kota dan desa di bagian selatan Lebanon. Akibat serangan udara ini 12 orang tewas dan 20 lainnya cedera.93 Laporan dari Human Rights Watch, telah melaporkan jumlah korban tewas selama serangan Israel ke Lebanon sebanyak 800 warga sipil, termasuk 300 perempuan dan anak-anak.94

Berdasarkan paparan di atas, maka pelanggaran Israel terhadap Konvensi Jenewa terlihat begitu nyata dengan banyaknya korban jiwa dari penduduk sipil. Israel menyerang secara membabi buta tanpa mempertimbangkan penduduk sipil yang seharusnya dilindungi sebagimana diatur dalam Konvensi tersebut. Seharusnya obyek dari serangan Israel adalah obyek militer seperti tentara atau dalam konflik ini adalah tentara Hizbullah.

       

92 “Lebanon Kian Membara”, dalam http://www.sinarharapan.co.id/berita /0608/14/sh02.html, diakses tanggal 21 November 2008.23:05 

93 “Rakyat Sipil Menjadi Korban Kekejaman Serangan Israel”, dalam http://ip.sg.or.id/2006/07/14/rakyat-sipil-menjadi-korban-kekejaman-serangan-israel/, diakses tanggal 21 November 2008. 23:07 

94 “Korban Sipil akibat Serangan Israel”. op.cit., 

2. Pelanggaran Terhadap Infrastuktur Dan Fasilitas Umum Di Lebanon

Protokol Tambahan 1977 merinci dan menegaskan kembali prinsip-prinsip ini khususnya prinsip pembedaan. Pihak-pihak yang terlibat dalam konflik setiap saat harus dapat membedakan antara penduduk sipil dan kombatan dan antara objek sipil dan objek militer dan karena itu pula pihak-pihak yang terlibat dalam konflik harus mengarahkan operasinya semata-mata hanya untuk menyerang objek militer (Pasal 48 Protokol I dan Pasal 13 Protokol II).

Protokol Tambahan I dan II 1977 pada Konvensi Jenewa 1949 melarang kombatan menyamar sebagai orang sipil, penyerangan yang membabi buta atau tidak pandang bulu dan penyerangan tempat ibadah dan monumen serta penyerangan terhadap objek-objek yang mutlak diperlukan bagi kelangsungan hidup penduduk.

Pasca penyanderaan dua tentara Israel menteang Lebanon.

Serangan ini telah membantai ribuan manusia tak berdosa, meratakan kota dan desa dengan tanah. Sejarah mencatat peristiwa tersebut sebagai perang terhebat dengan eskalasi serangan yang terus meningkat setiap harinya.

Serangan Israel dengan menggunakan pesawat tempur terhadap objek-objek sipil di Lebanon telah berlangsung satu bulan sepanjang bulan Juli 2006 sampai Agustus 2006. Sasarannya bukan hanya sentra kegiatan pasukan (milisi) Hizbullah di perbatasan Israel dan Lebanon, tetapi termasuk pemboman ke Ibukota Beirut dan beberapa kota lain.

Serangan-serangan itu telah menewaskan serta melukai penduduk sipil termasuk anak-anak. Alasannya untuk melumpuhkan pasukan atau milisi Hizbullah yang anti Zionis dan menentang pendudukan Israel atas wilayah Palestina. Namun yang ternyata menjadi korban adalah penduduk sipil, termasuk wanita dan anak-anak.95 Serangan Israel menewaskan ribuan warga sipil, menghancurkan fasilitas-fasilitas umum, melumpuhkan jaringan transportasi, komunikasi, listrik, dan air bersih penduduk Lebanon Israel mengerahkan puluhan ribu pasukan ke perbatasan sebelah utara wilayahnya setelah penangkapan kedua tentara Israel oleh Hizbullah.96

Ibu kota Beirut menjadi sasaran serangan udara Israel. Bom dijatuhkan pesawat tempur Israel ke wilayah permukiman Danieh dan Quzali. Sasaran serangan adalah bangunan milik kelompok Hizbullah dan Hamas Israel tidak menghiraukan kecaman internasional dengan terus menyerang Lebanon dari darat maupun udara. Sejumlah tank milik tentara Israel melepaskan tambahan ke desa-desa di Lebanon Selatan dari perbatasan Israel terus menggempur sejumlah kawasan Lebanon.

Pesawat bom tempur Israel menghancurkan dua jembatan di daratan rendah Akkar, Lebanon utara yang menghubungkan kota utama d Lebanon Utara, Tripoli, dengan perbatasan Suriah, sehingga melukai enam orang. Serangan udara terhadap jembatan di Halba menghancurkan        

95 “Serangan Israel ke Lebanon: ‘Pelanggaran Hukum Humaniter Dan Hak Asasi Manusia”, op.cit., 

96 Ibid. 

sejumlah rumah, merenggut korban jiwa sipil. Sejumlah prajurit Angkatan Darat (AD) Lebanon yang ditempatkan di dekat lokasi pemboman juga cidera dalam serangan itu. Tetapi tidak ada yang perlu menjalani rawat inap. Jembatan di satu desa yang bersebelahan telah hancur. Delapan jembatan lain di daerah tersebut juga hancur. Delapan jembatan lain di daerah tersebut juga hancur. Jet Israel menembakkan satu rudal ke satu lokasi di kamp Ain el-Hilwah yang sudah menjadi sasaran serangan.

Serangan sebelumnya yang menewaskan dua orang dan melukai 16 orang, menghancurkan satu bangunan sekolah taman kanak-kanak yang dikelola oleh Kolonel Munir Maqdah, pemimpin setempat gerakan moderat Fatah pimpinan Presiden Mahmud Abbas.97 Dalam serangan udara dekat Tirus di Selatan Lebanon sedikitnya 18 warga sipil tewas, sebagaian besar anak-anak. Pasukan interiun PBB, menyampaikan kebanyakan korban tengah berada dalam sebuah konvoi untuk menyelamatkan diri dari desa-desa di perbatasan wilayah Lebanon dan terbakar dalam sebuah mini bus.98

Menurut petugas Palang Merah, serangan yang paling mematikan sejak Israel melancarkan agresi ke Lebanon 12 Juli 2006, menyebabkan 56 orang tewas, 34 di antaranya anak-anak. Serangan Israel ke Lebanon hingga kini telah menewaskan 500 lebih warga Lebanon.99

       

97 “Orang cidera Dalam Serangan Israel ke Lebanon, dalam

http://www.kapanlagi.com/h/0000129421.html diakses tanggal 12 November 2008.23 10 

98 Ibid. 

99 “Israel Masih Menggempur, Korban Terus Berjatuhan”, dalam http://eramuslim.com 

Israel mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Lebanon, kerusakan infrastruktur transportasi serta adanya serangan Israel membuat distribusi bantuan ke pengungsian terhambat, bahkan serangan Israel menghantam ambulan milik Komite Palang Merah Internasional (ICRC) di Lebanon bagian selatan. Selain itu pesawat Jet tempur Israel menghancurkan jembatan di Akkar, Lebanon bagian utara. Akibatnya sejumlah pedesaan terisolasi. Yang berakibat pada berkurangnya pemenuhan kebutuhan sehari-hari rakyat Lebanon.

Pada tanggal 2 Agustus 2008, Peluru kendali (rudal) Israel menghantam tiga gedung di dekat Kota Nabatiyah. Serangan Israel ke Kota Khiam, dekat perbatasan Lebanon juga menghantam pos pengamatan pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Lebanon. Empat pengawas berkewarganegaraan Australia, Kanada, Firlandia, dan Cina tewas dalam serangan itu. Padahal pasukan PBB di Lebanon bagian selata itu sempat menghubungi pihak Israel sebanyak sepuluh kali untuk menyatakan posisi mereka. Namun hal itu tidak dipedulikan oleh Israel.100 Serangan Israel juga menghancurkan kantor pejabat Hizbullah di selatan Lebanon Syaikh Nabiel Qawuq, kantor-kantor Hizbullah di Ba’labak dan Shimsitar, yayasan al-Syahid di Ba’labak, madrasah al-Hidayah dan markas penyuluhan pertanian yang juga di

       

100 “Israel Terus Menggempar Beirut”, dalam http://www.liputan6.com/ Israel Semakin Gencar Menyerang Lebanon/Berita Luar Negeri Liputan6/Aktual Tajam Terpercaya.htm, diakses tanggal 23 Sepetember 2008.20:08 

Ba’labak. Sasaran serangan udara Israel juga mengahancurkan sejumlah kantor Husainiyah dan masjid Imam Ali di Ba’labak.101

Di bidang perhubungan, sedikitnya seratus jembatan hancur menjadi sasaran serangan Israel. Agresi Israel juga menghancurkan jalan-jalan internal dan jalan-jalan-jalan-jalan tol di sebelah selatan dan timur Lebanon, juga jalan internasional antara Beirut dan Damaskus. Serangan udara Israel juga menghancurkan bandar udara internasional Beirut serta pelabuhan di Beirut, Gunia dan Tripoli. Puluhan ribu gedung dan rumah menjadi sasaran rudal-rudal pelumat Israel di sebelah selatan Libanon, pinggiran Beirut Selatan, daerah Ba’labak dan timur Lebanon. Sementara itu tidak kurang dari 450 truk dan kontainer hancur. Serangan juga menghancurkan stasiun-stasiun BBM, pembangkit listrik, tower-tower air dan gudang BBM di bandara Beirut. Serangan udara Israel juga menghancurkan puluhan pabrik di tenggara Beirut, selatan Lebanon dan Sahl Baqa’, termasuk pabrik susu terbesar di Lebanon. Gempuran Israel menghancurkan stasiun-stasiun televisi dan radio serta jaringan telepon.

Semua itu menjadi target gempuran Zionis Israel yang berlangsung lebih dari dua minggu sejak 12 Juli 2006 lalu.102

Hal seperti ini sesungguhnya bukan hanya tergolong kejahatan perang (war crimes) tetapi juga kejahatan terhadap kemanusiaan (crime        

101 “Lebanon Kian Membara”, op.cit., 

102 “Israel Melanjutkan Serangan Terhadap Sejumlah Sasaran di Kawasan Libanon”, dalam

http://www.voanews.com/indonesian/archive/2006-07/2006-07-18-voa8.cfm?CFID=17578682&CFTOKEN=33795719, diakses tanggal 30 Oktober 2008.21:06 

against humanity). Banyak bangunan, rumah, dan sarana pelayanan publik hancur di Lebanon, penduduk meninggal dan luka-luka, ribuan penduduk kehilangan tempat tinggal yang diakibatkan oleh serangan yang dilancarkan Israel terhadap Lebanon. Serangan yang berlebihan dari Israel ini telah menghancurkan banyak fasilitas umum yang seharusnya dijaga untuk melindungi masyarakat sipil, justru di hancurkan oleh Israel.

Tindakan Israel jelas telah melanggar aturan-aturan yang terdapat dalam hukum internasional.