• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pasal 54

(1)Barang milik daerah yang tidak digunakan atau tidak dimanfaatkan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah dapat dipindahtangankan.

(2)Pemindahtanganan barang milik daerah dilakukan dalam bentuk:

a. penjualan; b. tukar-menukar; c. hubah; atau

d. penyertaan modal Pemerintah Daerah.

Bagian Kedua

Persetujuan Pemindahtanganan

Pasal 55

(1)Pemindahtanganan barang milik daerah ditetapkan oleh Bupati.

(2)Barang milik daerah yang dapat dipindahtangankan adalah: a. tanah dan / atau bangunan;

b. selain tanah / atau bangunan.

(3)Pemindahtanganan barang milik daerah sebagaimana maksud ayat (2) huruf a dilaksanakan setelah mendapat persetujuan DPRD.

(4)Pemindahtanganan barang milik daerah sebagaimana maksud ayat (2) huruf b dilaksanakan setelah mendapat persetujuan DPRD untuk barang milik daerah senilai lebih dari Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar).

(5)Pemindahtanganan barang milik daerah dapat tidak melalui persetujuan DPRD apabila:

a. sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota;

b. harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan pengganti sudah disediakan dalam dokumen penganggaran; c. diperuntukkan bagi pegawai negeri;

d. diperuntukkan bagi kepentingan umum; atau

e. dikuasai negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dan/atau berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang jika status kepemilikannya dipertahankan tidak layak secara ekonomis.

88

(1)Usul untuk memperoleh persetujuan DPRD sebagaimana maksud Pasal 54 ayat (3) dan (4) diajukan oleh Bupati kepada Pimpinan DPRD.

(2)Pemindahtanganan barang milik daerah sebagaimana Pasal 54 ayat (5) diajukan oleh Pengelola kepada Bupati.

(3)Pemindahtanganan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan yang bernilai sampai dengan Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dilakukan oleh Pengelola setelah mendapat persetujuan Bupati.

Bagian Ketiga Penjualan

Pasal 57

Penjualan barang milik daerah dilaksanakan dengan pertimbangan:

a. untuk optimalisasi barang milik daerah yang berlebih atau tidak digunakan/dimanfaatkan;

b. membebani keuangan daerah; dan/atau

c. sebagai pelaksanaan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Pasal 58

(1)Penjualan barang milik daerah dilakukan secara lelang, kecuali dalam hal-hal tertentu.

(2)Pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Barang milik daerah yang bersifat khusus; dan

b. barang milik daerah lainnya yang ditetapkan lebih lanjut oleh pengelola.

(3)Penjualan barang milik daerah dilakukan Pengelola setelah mendapat persetujuan Bupati.

(4)Penjualan barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (3) dilakukan dengan tata cara:

a. Pengguna melalui Pengelola mengajukan usul penjualan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan kepada Bupati disertai pertimbangan aspek teknis, ekonomis, dan yuridis;

b. Bupati meneliti dan mengkaji pertimbangan perlunya penjualan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan dari aspek teknis, ekonomis, dan yuridis;

c. Bupati dalam meneliti dan mengkaji sebagaimana ayat (4) huruf b dapat membentuk tim khusus;

89

d. apabila memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Bupati dapat menyetujui dan menetapkan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan yang akan dijual sesuai batas kewenangannya; dan

e. untuk penjualan yang memerlukan persetujuan DPRD, Bupati mengajukan usul penjualan disertai dengan pertimbangan atas usulan tersebut kepada DPRD.

(5)Hasil penjualan barang milik daerah wajib disetor seluruhnya ke rekening kas umum daerah sebagai pendapatan daerah.

Pasal 59

(1) Penjualan barang milik daerah berupa Kendaraan Perorangan Dinas dapat dilakukan kepada:

a. Pejabat Negara;

b. mantan Pejabat Negara; c. pegawai ASN;

d. anggota TNI; atau e. anggota Polri.

(2) Penjualan barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan cara tanpa melalui lelang. (3) Penjualan barang milik daerah berupa Kendaraan Perorangan

Dinas tanpa melalui lelang sebagaimana ayat (2) dilakukan dengan syarat:

a. telah berusia paling singkat 4 (empat) tahun;

b. sudah tidak digunakan lagi untuk pelaksanaan tugas.

(4) Permohonan penjualan Kendaraan Perorangan Dinas dilaksanakan pada tahun terakhir periode jabatan Pejabat Negara.

(5) Kendaraan Perorangan Dinas yang dijual tanpa melalui lelang paling banyak 1 (satu) unit kendaraan bagi 1 (satu) orang Pejabat Negara, untuk tiap penjualan yang dilakukan.

(6) Tata cara penjualan barang milik daerah berupa kendaraan perorangan dinas sesuai peraturan perundang-undangan.

Bagian Keempat Tukar-Menukar

Pasal 60

(1)Tukar-Menukar barang milik daerah dilaksanakan dengan pertimbangan:

a. untuk memenuhi kebutuhan operasional penyelenggaraan pemerintahan;

90

b. untuk optimalisasi barang milik daerah; dan

c. tidak tersedia dana dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

(2)Tukar-Menukar barang milik daerah dapat dilakukan dengan pihak:

a. Pemerintah Pusat;

b. Pemerintah Daerah lainnya;

c. Pemerintah Desa dalam wilayah kabupaten bersangkutan; d. Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau badan hukum

lainnya yang dimiliki negara; atau

e. Swasta, baik yang berbentuk badan hukum maupun perorangan.

Pasal 61

(1)Tukar-Menukar barang milik daerah dapat berupa:

a. tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan kepada Bupati;

b. tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengguna; c. selain tanah dan/atau bangunan.

(2)Penetapan barang milik daerah yang akan dipertukarkan sebagaimana ayat (1) huruf a dan b dilakukan oleh Bupati. (3)Tukar-menukar barang milik daerah sebagaimana ayat (1)

huruf c dilaksanakan oleh Pengelola setelah mendapat persetujuan Bupati.

Pasal 62

(1)Tukar-Menukar barang milik daerah sebagaimana Pasal 60 ayat (1) huruf a dan b dilaksanakan dengan tata cara:

a. Pengguna melalui Pengelola mengajukan usul Tukar- Menukar barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan kepada Bupati disertai pertimbangan dan kelengkapan data;

b. Bupati meneliti dan mengkaji pertimbangan perlunya Tukar- Menukar barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan dari aspek teknis, ekonomis, dan yuridis;

c. Bupati dalam meneliti dan mengkaji sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b dapat membentuk tim khusus;

d. apabila memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Bupati dapat menyetujui dan menetapkan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang akan dipertukarkan;

e. Pengelola melaksanakan Tukar-Menukar dengan berpedoman pada persetujuan Bupati; dan

91

f. pelaksanaan serah terima barang yang dilepas dan barang pengganti harus dituangkan dalam berita acara serah terima barang.

(2)Tukar-Menukar barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) huruf c dilaksanakan dengan tata cara: a. Pengguna mengajukan usul Tukar-Menukar barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan kepada Pengelola disertai pertimbangan, kelengkapan data, dan hasil pengkajian tim internal instansi Pengguna;

b. Pengelola meneliti dan mengkaji pertimbangan tersebut dari aspek teknis, ekonomis, dan yuridis;

c. Pengelola dalam meneliti dan mengkaji sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b dapat membentuk tim khusus; d. apabila memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan, Pengelola dapat menyetujui usul Tukar-Menukar barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan sesuai batas kewenangannya; e. proses persetujuan Tukar-Menukar barang milik daerah

selain tanah dan/atau bangunan dilaksanakan dengan berpedoman pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54;

f. Pengguna melaksanakan Tukar-Menukar dengan berpedoman pada persetujuan Pengelola; dan

g. pelaksanaan serah terima barang yang dilepas dan barang pengganti harus dituangkan dalam berita acara serah terima barang.

Bagian Kelima Hibah

Pasal 63

(1) Hibah barang milik daerah dilakukan dengan pertimbangan untuk kepentingan sosial, budaya, keagamaan, kemanusiaan, pendidikan yang bersifat non komersial, dan penyelenggaraan pemerintahan negara/daerah.

(2) Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat:

a. bukan merupakan barang rahasia negara;

b. bukan merupakan barang yang menguasai hajat hidup orang banyak; dan

c. tidak diperlukan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi dan penyelenggaraan pemerintahan daerah.

(3) Ketentuan mengenai kriteria kepentingan sosial, budaya, keagamaan, kemanusiaan, pendidikan yang bersifat non

92

komersial, dan penyelenggaraan pemerintahan negara/daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai peraturan perundang-undangan.

Pasal 64 (1)Hibah dapat berupa:

a. tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan kepada Bupati;

b. tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengguna; atau

c. selain tanah dan/atau bangunan.

(2)Penetapan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang akan dihibahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan b dilakukan oleh Bupati.

(3)Hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilaksanakan oleh Pengelola setelah mendapat persetujuan Bupati.

Pasal 65

(1)Hibah barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) huruf a dan huruf b dilaksanakan dengan tata cara: a. Pengguna melalui Pengelola mengajukan usul hibah barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan kepada Bupati disertai dengan pertimbangan dan kelengkapan data; b. Bupati meneliti dan mengkaji usul hibah barang milik daerah berdasarkan pertimbangan dan syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62;

c. Bupati dalam meneliti dan mengkaji sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b dapat membentuk tim khusus;

d. apabila memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Bupati dapat menyetujui dan/atau menetapkan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang akan dihibahkan;

e. proses persetujuan Hibah dilaksanakan dengan berpedoman pada ketentuan Pasal 54 ayat (3), ayat (4), dan ayat (5); f. Pengelola melaksanakan Hibah dengan berpedoman pada

persetujuan Bupati; dan

g. pelaksanaan serah terima barang yang dihibahkan harus dituangkan dalam berita acara serah terima barang.

(2)Hibah barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) huruf c dilaksanakan dengan tata cara:

a. Pengguna mengajukan usul hibah barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan kepada Pengelola disertai

93

pertimbangan, kelengkapan data, dan hasil pengkajian tim intern instansi Pengguna;

b. Pengelola meneliti dan mengkaji usul hibah barang milik daerah berdasarkan pertimbangan dan syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62;

c. Pengelola dalam meneliti dan mengkaji sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b dapat membentuk tim khusus; d. apabila memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan, Pengelola dapat menyetujui usul hibah barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan sesuai batas kewenangannya;

e. Pengguna melaksanakan hibah dengan berpedoman pada persetujuan Pengelola; dan

f. pelaksanaan serah terima barang yang dihibahkan harus dituangkan dalam berita acara serah terima barang.

Bagian Keenam

Penyertaan Modal Pemerintah Daerah

Pasal 66

(1)Penyertaan Modal Pemerintah Daerah atas barang milik daerah dilakukan dalam rangka pendirian, memperbaiki struktur permodalan dan/atau meningkatkan kapasitas usaha Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

(2)Penyertaan Modal Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan pertimbangan:

a. barang milik daerah yang dari awal pengadaannya sesuai dokumen penganggaran diperuntukkan bagi Badan Usaha Milik Negara/ Daerah atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara dalam rangka penugasan pemerintah; atau b. barang milik daerah lebih optimal apabila dikelola oleh

Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara, baik yang sudah ada maupun yang akan dibentuk.

Pasal 67

(1)Penyertaan Modal Pemerintah Daerah atas barang milik daerah dapat berupa:

a. tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan kepada Bupati;

94

c. barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan.

(2)Penetapan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang akan disertakan sebagai modal Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan oleh Bupati.

(3)Penyertaan Modal Pemerintah Daerah atas barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dana b dilaksanakan oleh Pengelola setelah mendapat persetujuan Bupati.

(4)Penyertaan Modal Pemerintah Daerah atas barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilaksanakan oleh Pengguna setelah mendapat persetujuan Pengelola.

Pasal 68

(1) Penyertaan Modal Pemerintah Daerah atas barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1) huruf a dan huruf b dilaksanakan dengan tata cara:

a. Pengguna melalui Pengelola mengajukan usul penyertaan modal Pemerintah Daerah atas barang milik daerah berupa tanah dan/ atau bangunan kepada Bupati disertai dengan pertimbangan dan kelengkapan data;

b. Bupati meneliti dan mengkaji usul penyertaan modal Pemerintah Daerah yang diajukan oleh Pengguna berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65;

c. Bupati dalam meneliti dan mengkaji sebagaimana ayat (1) huruf b dapat membentuk tim khusus;

d. apabila memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Bupati dapat menyetujui dan/atau menetapkan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang akan disertakan sebagai modal Pemerintah Daerah;

e. proses persetujuan penyertaan modal Pemerintah Daerah dilaksanakan dengan berpedoman pada ketentuan Pasal 54 ayat (3), ayat (4), dan ayat (5);

f. Pengelola melaksanakan penyertaan modal Pemerintah Daerah dengan berpedoman pada persetujuan Bupati;

g. Pengelola menyiapkan Rancangan Peraturan Daerah tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah dengan melibatkan instansi terkait;

h. Pengelola menyampaikan Rancangan Peraturan Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk ditetapkan; dan

95

i. Pengelola melakukan serah terima barang kepada Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara yang dituangkan dalam berita acara serah terima barang setelah Peraturan Daerah ditetapkan. (2) Penyertaan modal Pemerintah Daerah atas barang milik daerah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1) huruf c dilaksanakan dengan tata cara:

a. Pengguna mengajukan usul penyertaan modal Pemerintah Daerah selain tanah dan/atau bangunan kepada Pengelola disertai pertimbangan, kelengkapan data, dan hasil pengkajian tim intern instansi Pengguna;

b. Pengelola meneliti dan mengkaji usul penyertaan modal Pemerintah Daerah yang diajukan oleh Pengguna berdasarkan pertimbangan dan syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65;

c. Pengelola dalam meneliti dan mengkaji sebagaimana ayat (2) huruf b dapat membentuk tim khusus;

d. apabila memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, Pengelola dapat menyetujui usul penyertaan modal Pemerintah Daerah selain tanah dan/atau bangunan yang diajukan oleh Pengguna sesuai batas kewenangannya;

e. Pengelola menyiapkan Rancangan Peraturan Daerah tentang Penyertaan Modal Pemerintah Daerah dengan melibatkan instansi terkait;

f. Pengelola menyampaikan Rancangan Peraturan Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk ditetapkan; dan

g. Pengguna melakukan serah terima barang kepada Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau badan hukum lainnya yang dimiliki negara yang dituangkan dalam berita acara serah terima barang setelah Peraturan Daerah ditetapkan.

BAB XI PEMUSNAHAN

Pasal 69

Pemusnahan barang milik daerah dilakukan:

a. barang milik daerah tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan, tidak dapat dipindahtangankan, dan/atau membebani keuangan daerah; atau

b. terdapat alasan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

96

Pasal 70

(1)Pemusnahan dilaksanakan oleh Pengguna setelah mendapat persetujuan Bupati.

(2)Persetujuan Bupati didasarkan atas usulan pemusnahan dari Pengguna yang menyertakan dokumen hasil penilaian barang milik daerah.

(3)Pelaksanaan pemusnahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam berita acara dan dilaporkan kepada Bupati.

Pasal 71

Pemusnahan dilakukan dengan cara dibakar, dihancurkan, ditimbun, ditenggelamkan atau cara lain sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

BAB XII PENGHAPUSAN

Pasal 72

(1)barang milik daerah yang tidak memiliki manfaat ekonomi masa depan (misalnya aus, ketinggalan jaman, rusak berat, tidak sesuai kebutuhan organisasi, atau masa kegunaannya telah berakhir);

(2)Penghapusan meliputi:

a. Penghapusan dari Daftar Barang Pengguna dan/atau Daftar Barang Kuasa Pengguna; dan

b. Penghapusan dari daftar barang milik daerah. Pasal 73

(1)Penghapusan dari daftar barang Pengguna dan/atau daftar barang Kuasa Pengguna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (2) huruf a, dilakukan dalam hal barang milik daerah sudah tidak berada dalam penguasaan Pengguna dan/atau Kuasa Pengguna.

(2)Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menerbitkan keputusan Penghapusan dari Pengelola setelah mendapat persetujuan Bupati.

(3)Bupati dapat mendelegasikan persetujuan Penghapusan barang milik daera berupa barang persediaan kepada Pengelola.

97

(4)Pelaksanaan penghapusan barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaporkan kepada Bupati.

Pasal 74

(1)Penghapusan dari daftar barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (2) huruf b dilakukan dalam hal barang milik daerah tersebut sudah beralih kepemilikannya, terjadi pemusnahan, atau karena sebab lain.

(2)Penghapusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan: a. berdasarkan keputusan dan/atau laporan penghapusan dari

Pengguna, untuk barang milik daerah yang berada pada Pengguna;

b. berdasarkan keputusan Bupati, untuk Barang Milik Daerah yang berada pada Pengelola.

Pasal 75

(1)Dalam hal barang milik daerah yang merupakan aset tetap, penghapusan dilakukan setelah dokumen sumber telah diterbitkan.

(2)Dokumen sumber sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah surat permohonan kepala SKPD

(3)Sebelum dokumen sumber diterbitkan, aset tetap yang akan dihapus direklasifikasi menjadi aset lainnya.

BAB XIII PENATAUSAHAAN

Bagian Kesatu Pembukuan

Pasal 76

(1) Pengelola harus melakukan pendaftaran dan pencatatan barang milik daerah yang berada di bawah penguasaannya ke dalam daftar barang Pengelola menurut penggolongan dan kodefikasi barang.

(2) Pengguna/Kuasa Pengguna harus melakukan pendaftaran dan pencatatan barang milik daerah yang status penggunaannya berada pada Pengguna/Kuasa Pengguna ke dalam daftar barang Pengguna/ Kuasa Pengguna menurut penggolongan dan kodefikasi barang.

(3) Pengelola menghimpun daftar barang Pengguna/Kuasa Pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

98

(4) Pengelola menyusun daftar barang milik daerah berdasarkan himpunan daftar barang Pengguna/Kuasa Pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan daftar barang Pengelola menurut penggolongan dan kodefikasi barang.

(5) Penggolongan dan kodefikasi barang milik daerah ditetapkan oleh Pembantu Pengelola.

(6) Penetapan golongan dan kode barang milik daerah ditetapkan oleh Kepala DPKAD setelah 1mendapat pertimbangan dan persetujuan Bupati.

Pasal 77

(1) Pengguna harus menyimpan dokumen kepemilikan barang milik daerah selain kendaraan, tanah dan/atau bangunan yang berada dalam penguasaannya.

(2) Pengelola harus menyimpan dokumen kepemilikan kendaraan, tanah dan/atau bangunan yang berada dalam pengelolaannya.

Bagian Kedua Inventarisasi

Pasal 78

(1) Pengguna melakukan inventarisasi barang milik daerah paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) tahun.

(2) Dalam hal barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa persediaan dan konstruksi dalam pengerjaan, inventarisasi dilakukan oleh Pengguna setiap tahun.

(3) Pengguna menyampaikan laporan hasil inventarisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) kepada Pengelola paling lama 3 (tiga) bulan setelah selesainya inventarisasi.

Pasal 79

Pengelola melakukan inventarisasi barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang berada dalam penguasaannya paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) tahun.

Bagian Ketiga Pelaporan

99

(1) Kuasa Pengguna harus menyusun laporan barang Kuasa Pengguna semesteran dan tahunan sebagai bahan untuk menyusun neraca satuan kerja untuk disampaikan kepada Pengguna.

(2) Pengguna menghimpun laporan barang Kuasa Pengguna semesteran dan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai bahan penyusunan laporan barang Pengguna semesteran dan tahunan.

(3) Laporan Barang Pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai bahan untuk menyusun neraca Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk disampaikan kepada Pengelola.

Pasal 81

(1) Pengelola harus menyusun laporan barang Pengelola semesteran dan tahunan.

(2) Pengelola harus menghimpun laporan barang Pengguna semesteran dan tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) serta laporan barang Pengelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai bahan penyusunan laporan barang milik daerah.

(3) Laporan barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai bahan untuk menyusun neraca Pemerintah Daerah.

Bagian Keempat

Pra Rekonsiliasi dan Rekonsiliasi

Pasal 82

(1) Pengguna dan Kuasa Pengguna dalam membuat laporan barang milik daerah dari SKPD/Unit Kerjanya didahului dengan melakukan pra rekonsiliasi internal.

(2) Rekonsiliasi internal sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah membandingkan laporan barang milik daerah dengan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah atas SKPD/Unit Kerja yang bersangkutan.

(3) Apabila terdapat penetapan/pengalihan status penggunaan aset tetap untuk disajikan pada Buku Inventaris masing- masing entitas pelaporan, Pengguna dan Kuasa Pengguna wajib mengusulkan kepada Bupati melalui Pengelola.

(4) Pengguna dan Kuasa Pengguna melakukan pemutakhiran dan rekonsiliasi data barang milik daerah sesuai jenjang pelaporan yaitu pada tingkat:

100

b. Internal SKPD;

c. Internal SKPD beserta Unit Kerjanya ;

d. SKPD beserta Unit Kerjanya dengan Pengelola.

(5) Rekonsiliasi internal dilaksanakan oleh Pengurus/Pembantu Pengurus dan Penyimpan/Pembantu Penyimpan Barang dengan urusan Akuntansi Unit Kerja/Pejabat Penatausahaan Keuangan/ Bendahara/Pejabat yang menangani laporan keuangan di unit kerja atau SKPD-nya.

(6) Hasil rekonsiliasi internal pada setiap jenjang dituangkan dalam Berita Acara Rekonsiliasi Berita Acara Rekonsiliasi dan Klarifikasi Aset Internal dan disertakan dalam laporan barang milik daerah.

(7) Pengelola melalui Pembantu Pengelola merekonsiliasi kembali laporan barang milik daerah yang disampaikan oleh SKPD beserta Unit Kerjanya sesuai dengan data-data Rekonsiliasi internal, data-data Pra Rekonsiliasi dan data Klarifikasi.

(8) Hasil pemutakhiran data dan rekonsiliasi data barang milik daerah antara Pengguna dengan Pembantu Pengelola dituangkan dalam Berita Acara Pemutakhiran Data dan Rekonsiliasi Data barang milik daerah tingkat Pengelola.

(9) Pada saat rekonsiliasi terjadi koreksi data yang mengharuskan dilakukannya perbaikan atas Laporan Barang, maka laporan harus diperbaiki dan disusun ulang serta ditandatangani oleh Pengurus, Penyimpan dan unit akuntansi masing-masing SKPD/ Unit Kerja terkait, untuk disampaikan kepada Pembantu Pengelola dan Bidang Akuntansi DPPKAD Cilacap.

Pasal 83

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan barang milik daerah diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XIV

PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENGENDALIAN

Dokumen terkait