• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pasal 93

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 94

104

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam lembaran Daerah Kabupaten Cilacap.

Ditetapkan di : CILACAP Pada Tanggal :

Bupati Cilacap Ttd

H. Tatto Suwarto Pamuji

105

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP

NOMOR ………. TAHUN ……….

TENTANG

PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

Umum

1. Dasar Pemikiran

Barang milik daerah merupakan barang yang diperoleh dari pelaksanaan perjanjian atau kontrak dan perolehan lain yang sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dari berbagai metode perolehan barang milik daerah secara substnatif menempatkan masyarakat atau publik sebagai konteksnya. Pelaksanaan perjanjian atau kontrak misalnya sumber pembiayaannya adalah Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Secara hakikat, APBD adalah uang publik yang pengeloaannya didelegasikan kepada Pemerintah Daerah. Karena APBD adalah uang publik, maka segala hal yang terkait dengan pengeluaran harus diorientasikan untuk meningkatkan pelayanan kepada publik.

Begitu halnya dengan metode-metode lain seperti hibah, pelaksanaan keputusan pengadilan, dan alih status desa menjadi kelurahan menempatkan publik sebagai basis politis filosofisnya. Artinya bahwa ketersediaan atau keberadaan barang milik daerah terwujud sebagai implikasi dari eksistensi publik di dalamnya. Hal ini memberi implikasi lebih lanjut dalam hal pengelolaan barang milik daerah yang secara substantif menempatkan publik sebagai pusat orientasinya.

Pengelolaan barang milik daerah memiliki banyak cakupan yang antara satu dengan lainnya saling terkoneksi. Kesatuan sistem ini dilakukan untuk memberi kepastian dan pengendalian yang komprehensif sehingga tujuan-tujuan pengelolaan barang milik daerah dapat tercapai secara efektif dan efisisen.

Secara umum, pengelolaan barang milik daerah menggunakan pendekatan teknokratis dalam arti berbasis sistem yang aksesable dan memberikan keterbukaan informasi yang utuh. Melalui sistem seperti ini, pengelolaan barang milik daerah memberi ruang yang cukup kepada publik sebagai pemilik hakiki melakukan pengawasan dan kontrol atas penggunaan, pemanfaatan, dan jenis-jenis lain dalam kerangka pengelolaan barang milik daerah.

106

Isu strategis yang cukup masif dalam pengelolaan barang milik daerah adalah inefisiensi, penyalahgunaan, dan kerusakan/kehilangan. Isu inefisiensi berdampak secara sistemik ke beberapa hal pengelolaan pemerintahan terutama terkait dengan performa neraca daerah. Selain itu juga menimbulkan inefisiensi anggaran dalam bentuk pemborosan akibat pemeliharaan barang-barang yang sudah tidak memiliki masa depan ekonomi. Beban keuangan daerah untuk pemeliharaan barang-arang yang tidak memiliki masa depan ekonomi berpotensi mereduksi upaya-upaya Pemerintah Daerah mengakselerasi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sementara isu penyalahgunaan barang milik daerah mucul sebagai implikasi langsung ketidaktertiban penatausahaannya. Beberapa pihak bisa memanfaatkan celah kelemahan ini untuk menyalahgunakan barang milik daerah dan dalam beberapa kasus bisa terjadi penghilangan atau penggelapan. Kasus ini memungkinkan terjadi ketika penatausahaan yang melingkupi pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan tidak dilakukan secara sistematis dan terkendali secara komprehensif.

Sedangkan isu kerusakan atau kehilangan lebih karena persoalan perencanaan barang milik daerah yang dilakukan kurang terpadu. Beberapa SKPD memiliki stok barang berlimpah sehingga terjadi penumpukkan dan tidak produktif, sementara terdapat SKPD lain kekurangan barang yang menunjang bagi pelaksanaan tugas dan fungsi pokoknya. Situasi ini yang kemudian berdampak terhadap kondisi barang yang kurang terawat atau memiliki beban lebih kerja yang apabila tidak dikendalikan dapat berpengaruh terhadap tingkat kerusakan yang tinggi.

Atas beberapa hal di atas, penyusunan Naskah Akademik Pengelolaan Barang Milik Daerah mendesak dilakukan untuk memberi panduan dan referensi pihak-pihak terkait menuju model pengelolaan yang profesional, efektif, dan produktif. Keberadaan regulasi yang ada kurang akomodatif karena terdapat beberapa hal krusial yang penting yang ternyata berdampak terhadap menurunnya kinerja pemerintah dalam pengelolaan barang milik daerah.

2. Ruang Lingkup

Pengelolaan barang milik daeran memiliki 4 (empat) ruang lingkup utama, yaitu melakukan pengamanan, meningkatkan produktivitas, profesionalisme penatausahaan, dan distribusi wewenang dan otoritas. 4 (empat) ruang lingkup ini menjadi satu kesatuan utuh pengelolaan barang milik

107

daerah yang secara strategis diarahkan sebagai upaya meningaktakn efektifitas dan efisiensi barang milik daerah. secara taktis, pengelolaan dengan 4 (empat) ruang lingkup diatas dilakukan dalam upaya meningaktkan kinerja pengelolaan dalam neraca daerah.

Pencapaian srategis dilakukan melalui pendekatan partisipatif melalui upaya meningkatkan ruang bagi publik untuk berkontribusi dalam pengelolaan misalnya dalam bentuk pengawasan dan kontrol. Sementara secara taktis dilakukan dengan memberikan pedoman-pedoman teknis yang bisa dijadikan sebagai dasar bagi pengelolaan barang dan mengantisipasi hal-hal lain yang berpotensi terhadap menurunnya kinerja pengelolaan barang milik daerah.

a. Pengamanan barang milik daerah. Lingkup ini diregulasi dengan memperjelas distribusi kewenangan masing-masing aktor dan mekanisme pelaporan dalam durasi waktu yang reguler. Selain penertiban secara administratif, pengamanan barang dilakukan dengan melakukan pengecekan secara berkala dan inisiasi memunculkan forum pra rekonsiliasi dan rekonsiliasi antar pihak pengelola barang milik daerah. Melalui proses yang bertingkat ini, keamanan barang milik daerah relatif terjamin. Masing-masing aktor pengelola akan melakukan pertemuan secara rutin di akhir tahun untuk merekonsiliasi kondisi barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya.

b. Meningkatkan produktivitas barang milik daerah; salah satu tujuan pengelolaan barang milik daerah adalah meningkatkan pendapatan daerah dan atau mereduksi beban keuangan daerah atas biaya pemeliharaan. Dalam kerangka meningkatkan pelayanan publik daerah, barang milik daerah dikelola untuk berkontribusi baik dalam penerimaan atau mengurangi beban biaya pemeliharaan. Dalam konteks peningkatan penerimaan, pengelolaan barang milik daerah diatur melalui pasal-pasal pemanfaatan. Sementara untuk peningkatan pelayanan diatur dalam paal-pasal penggunaan. Dengan pengaturan regulatif di bidang penggunaan dan pemanfaatan, keberadaan barang milik daerah dapat secara nyata berkontribusi terhadap peningakatan pelayanan publik dalam bentuk optimalisasi penerimaan dan atau mengurangi beban biaya daerah.

c. Penatausahaan barang milik daerah. barang milik daerah sebagai salah satu aset daerah merupakan kekayaan publik dari suatu daerah tertentu. Kekacauan penatausahaan berdampak terhadap tidak jelas dan terukurnya aset-aset

108

yang ada sehingga berimplikasi terhadap hilang atau rusaknya barang. Kondisi ini tentu berdampak secara langsung terhadap kesejaheteraan masyarakat karena terdapat alokasi-alokasi khusus teerhadap barang milik daerah yag kurag optimal. Penatausahaan dalam bentuk pembukuan, inventarisasi dan pelaporan menjadi penting agar seluruh kekayaan terutama barang milik daerah dapat didayagunakan sebesar-besarnya bagi peningkatan kesejahteraan sosial.

d. Distribusi otoritas dan wewenang para pihak dalam pengelolaan barang milik daerah. Asas profesionlitas salah satunya diwujudkan dalam bentuk pembagian dan distribusi otoritas dan wewenang terhadap pihak-pihak terkait. Melalui proses ini, masing-masing pihak terkerangkakan dalam sistem kerja yang menyeluruh dan terjadi proses otomatisasi cross dan check antarpihak. Distribusi ini juga memungkinkan atarpihak terhindar dari konflik kepentingan yang berpotensi merugikan daerah dalam bentuk-betuk penyelewengan dan penyalahgunaan barang milik daerah. melalui distribusi, masing-masing pihak dikoneksikan secara sistemik dan organik sehingga bisa berlaku profesional dan proporsional.

3. Pejabat Pengelolaan Barang Milik Daerah

Pada dasarnya pengadaan barang milik daerah dimaksudkan untuk digunakan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna /Kuasa Pengguna Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, sehingga apabila terdapat barang milik daerah yang tidak digunakan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang wajib diserahkan kepada Pengelola Barang.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 mengatur bahwa Pengguna Barang wajib menyerahkan barang milik daerah yang tidak digunakan untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi Pengguna kepada Pengelola. Dalam ketentuan ini, Pengelola bersifat pasif dan dalam pelaksanaan tanggung jawab ini harus didahului dengan pelaksanaan Inventarisasi dan audit. Ketentuan ini dalam pelaksanaannya kurang mampu meminimalkan barang milik daerah.

4. Perencanaan Kebutuhan, Penganggaran, dan Pengadaan Barang Milik Daerah

Perencanaan barang milik daerah merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk menghubungkan antara ketersediaan

109

barang milik daerah sebagai hasil pengadaan yang telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan dalam rangka meningkatkan efisiensi pengelolaan keuangan daerah. Perencanaan barang milik daerah harus dapat mencerminkan kebutuhan riil barang milik daerah pada Satuan Kerja Perangkat Daerah, sehingga dapat dijadikan dasar dalam penyusunan rencana kebutuhan barang milik daerah pada rencana kerja dan anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah. Perencanaan barang milik daerah selanjutnya akan menjadi dasar dalam Perencanaan Kebutuhan, penganggaran, dan pengadaan barang milik daerah. Rencana kebutuhan barang milik daerah disusun dengan mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan dengan mekanisme pembelian (solusi aset), Pinjam Pakai, Sewa, sewa beli (solusi non aset) atau mekanisme lainnya yang dianggap lebih efektif dan efisien sesuai kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan Daerah.

5. Penggunaan Barang Milik Daerah

Barang milik daerah yang sedang digunakan untuk

penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat

dipindahtangankan. Barang milik daerah harus ditetapkan status penggunaannya pada Pengguna.

Barang milik daerah yang telah ditetapkan status penggunaannya pada Pengguna dapat dialihkan status penggunaannya kepada Pengguna lainnya atau digunakan sementara oleh Pengguna lainnya.

6. Penatausahaan Barang Milik Daerah

Penatausahaan barang milik daerah meliputi kegiatan pembukuan, Inventarisasi, dan pelaporan. Tertibnya Penatausahaan barang milik daerah dapat sekaligus mewujudkan pengelolaan barang milik daerah yang tertib, efektif, dan optimal.

Penatausahaan barang milik daerah dilaksanakan dengan berpedoman pada kebijakan umum Penatausahan barang milik daerah yang ditetapkan oleh Bupati.

Hasil Penatausahaan barang milik daerah digunakan dalam rangka penyusunan neraca Pemerintah Daerah, Perencanaan Kebutuhan, pengadaan dan pemeliharaan barang milik daerah yang secara langsung akan menjadi bahan dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah dan perencanaan barang milik daerah.

Pelaporan barang milik daerah disusun menurut perkiraan neraca yang terdiri dari aset lancar, aset tetap dan aset lainnya. Aset lancar berupa persediaan, aset tetap berupa tanah,

110

peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan irigasi dan jaringan, aset tetap lainnya dan konstruksi dalam pengerjaan. Aset lainnya terdiri dari aset tak berwujud, aset kemitraan dengan pihak ketiga dan aset tetap yang dihentikan dari penggunaan operasional pemerintahan.

7. Pengamanan dan Pemeliharaan Barang Milik Daerah

Pengamanan dan Pemeliharaan barang milik daerah

dilaksanakan secara bersama-sama oleh

Pengelola/Pengguna/Kuasa Pengguna sesuai dengan kewenangan masing-masing.

Pengamanan barang milik daerah dilaksanakan untuk terciptanya tertib administrasi, tertib fisik dan tertib hukum dalam pengelolaan barang milik daerah.

8. Penilaian Barang Milik Daerah

Penilaian barang milik daerah dilaksanakan dalam rangka mendapatkan nilai wajar. Penilaian barang milik daerah dilakukan dalam rangka penyusunan neraca pemerintah, Pemanfaatan dan Pemindahtanganan barang milik daerah. Dalam kondisi tertentu, barang milik daerah yang telah ditetapkan nilainya dalam neraca Pemerintah Daerah, dapat dilakukan Penilaian kembali.

9. Pemanfaatan dan Pemindahtanganan Barang Milik Daerah barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan tidak sedang dimanfaatkan wajib diserahkan kepada Pengelola. Pemanfaatan dan Pemindahtanganan barang milik daerah dilakukan dalam rangka optimalisasi pendayagunaan barang milik daerah dan untuk mendukung pengelolaan keuangan Daerah.

10.Pemusnahan Barang Milik Daerah

Pemusnahan barang milik daerah dilakukan dalam hal barang milik daerah sudah tidak dapat digunakan, tidak dapat dimanfaatkan, atau alasan lainnya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pemusnahan barang milik daerah harus mempertimbangkan tidak adanya unsur kerugian bagi Daerah dan kesejahteraan masyarakat.

11.Penghapusan Barang Milik Daerah

Penghapusan barang milik daerah merupakan kegiatan akhir dari pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah, sebagai upaya untuk membersihkan pembukuan dan laporan barang

111

milik daerah dari catatan atas barang milik daerah yang sudah tidak berada dalam penguasaan Pengelola/Pengguna/Kuasa Pengguna dengan selalu memperhatikan asas-asas dalam pengelolaan barang milik daerah.

Pasal Demi Pasal

Pasal 1 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas Ayat (3) Cukup jelas Ayat (4) Cukup jelas Ayat (5) Cukup jelas Ayat (6) Cukup jelas Ayat (7) Cukup jelas Ayat (8) Cukup jelas Ayat (9) Cukup jelas Ayat (10) Cukup jelas Ayat (11) Cukup jelas Ayat (12) Cukup jelas Ayat (13) Cukup jelas Ayat (14) Cukup jelas Ayat (15) Cukup jelas Ayat (16) Cukup jelas Ayat (17) Cukup jelas Ayat (18) Cukup jelas Ayat (19)

112

Dokumen terkait