• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYIMPANGAN YANG DITEMUI DALAM PRAKTEK NOTARIS ATAS PENGGUNAAN LAMBANG NEGARA

B. Bentuk-bentuk Penyimpangan atas Penggunaan Lambang Negara

Sebagai orang awam, Notaris di mata masyarakat adalah seseorang yang menyandang gelar profesi yang terpecaya dan diakui oleh pemerintah, hal mana terbukti dengan diberikannya hak bagi seorang Notaris untuk menggunakan dan memegang cap/stempel bergambar Burung Garuda, yang merupakan Lambang Negara Republik Indonesia dan tidak semua orang maupun pejabat yang dapat menggunakan dan memegang cap/stempel Lambang Negara tersebut, dasar kepercayaan tersebut terbentuk dalam benak masyarakat awam yang telah beranggapan bahwa profesi Notaris merupakan profesi yang mulia yang menjunjung tinggi hukum dan keadilan di tengah masyarakat.

Tetapi dalam praktek Notaris sangat banyak terjadi penyalahgunaan Lambang Negara, dari hasil penelitian ditemukan penyalahgunaan lambang negara dalam produk yang diterbitkan oleh notaris, seperti di bawah ini.

Penyimpangan penggunaan Lambang Negara yang ditemui yaitu: a. Dalam kartu nama

Penggunaan Lambang Negara untuk kartu nama, hal ini dianggap tidak perlu, karena kartu nama dapat diartikan sebagai suatu promosi, reklame perdagangan atau cap dagang dari notaris yang bersangkutan. Kartu nama bukanlah surat jabatan sehingga tidak dapat diberikan lambang Negara di dalamnya, sebagaimana diatur dalam pasal 12 ayat 3 PP No.43 tahun 1958.

Dalam praktek notaris dan sering dilakukan oleh para notaris yaitu membuat Kovernot yang berisi pernyataan atau keterangan notaris yang menyebutkan atau menguraikan bahwa tindakan hukum tertentu para pihak/penghadap untuk akta-akta tertentu telah dilakukan di hadapan Notaris dan sudah pasti kovernot tersebut ditandatangani dan dibubuhi cap/stempel Notaris yang bersangkutan.

Padahal kovernot tersebut hanya pernyataan atau keterangan dari notaris yang bersangkutan dan tidak bernilai hukum apapun, tapi dalam praktek notaris seakan-akan kovernot menjadi semacam ”surat sakti” dari

notaris yang dapat dilandasi tindakan hukum lainnya. Jika kovernot tersebut ternyata tidak benar, mana hal tersebut tanggungjawab Notaris sepenuhnya dengan segala akibat hukumnya, sedangkan Notaris membuat dan mengeluarkan kovernot di luar kewenangan sebagai notaris.62

c. Dalam Kwitansi/tanda penerimaan uang

dalam pratek notaris, banyak yang menggunakan stempel berlambang negara dalam kwitansi, seperti halnya dalam penerimaan sejumlah uang yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan jabatannya sebagai Notaris.

d. Dalam Jilid atau map yang menuliskan kedudukan yang bersangkutan sebagai notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), padahal harus dipahami PPAT tidak menggunakan lambang negara.63

62 Habib Adjie, BukuI, Op.cit., hal. 92. 63

Kewajiban pembayaran BPHTB apabila jika telah diputuskan/diberi hak kepada seseorang dengan dibuktikan adanya serifikat (bukti Hak), dimana ini merupakan wewenang dari Pejabat Pembuat Akta Tanah jadi dengan diberinya stempel berlambang negara dalam pembayaran BPHTB tersebut dianggap suatu penyalahgunaan lambang negara karena diluar dari wewenang sebagai notaris.

f. Dalam surat-surat yang tidak ada hubungannya dengan jabatannya sebagai notaris, seperti yang terjadi dalam kasus LS, dimana Notaris mengeluarkan surat bukan akta, bukan legalisasi, bukan warmerking tetapi Notaris tersebut membubuhkan tandatangan dan stempel berlambang negara sehingga menimbulkan persepsi negatif.

Tentang pemakaian teraan cap notaris WPNR no.3391 hlm.553 menulis kejadian-kejadian sebagai berikut:

1. Seorang notaris di Amsterdam pernah meminta kepada pemegang hipotek (hypotheekbewaarder) untuk mencatat bahwa dalam suatu akta yang telah dibuatnya, telah terjadi cessie dari piutang yang dijamin hipotek. Permintaan dilakukan dalam surat biasa dan oleh notaris itu diberi teraan capnya. Pemegang hipotek membalas surat itu dengan permintaan agar notaris yang berkenaan untuk selanjutnya jangan memakai teraan cap notaris dan menunjuk PW 13140

2. Dalam PW 13140 itu seorang notaris membuat suatu keterangan dalam

bentuk sebagai berikut: “yang bertandatangan di bawah ini notaris A

di kota B menerangkan bahwa dengan akta di bawah tangan tentang

Pemisahan dan pembagian tertanggal ……harta-harta

tetap…..dan…..telah dibagikan kepada….”. Keterangan itu diberi

teraan cap Notaris. Menteri memberitahukan sehubungan dengan itu bahwa penyalahgunaan cap jabatan Notaris tidak boleh dilakukan dengan menunjuk PW 7065.

3. Dalam PW 7065 telah dibicarakan pemberian teraan cap notaris atas kuitansi yang diberikan untuk pembayaran pada sebuah kantor notaris. Tentang hal ini ditulis dalam PW 7065 bahwa yang berkenaan telah menyalahgunakan teraan cap Notaris dan menerangkan sebagai berikut:

Cap Jabatan Notaris dimaksudkan untuk menjamin autentisitas tanda-tanda (stukken) yang dibuat oleh seorang notaris berdasarkan jabatannya. Karenanya teraan itu tidak boleh diberikan atas tanda-tanda yang dikeluarkan oleh Notaris sebagai perorangan, tanda-tanda-tanda-tanda tersebut tidak mempunyai autentisitas.64

Sehubungan dengan hal penggunaan Lambang negara di atas, Pendastaren Tarigan menyatakan bahwa Penggunaan lambang negara di luar yan ditentukan dalam UUJN seperti dalam kartu nama, kovernot, kwitansi, dan Map tidak dianggap suatu penyimpangan sejauh masih dalam batas kewenangannya sebagai Notaris.65

Sedangkan mengenai penggunaan Lambang Negara menurut Cipto Soenaryo seyogyanya ditempatkan pada tempat tertentu seperti pada salinan Akta, sampul akta karena masih rangkaian dari produk Notaris, dan pada kop surat apabila dikeluarkan atas pekerjaannya sebagai Notaris, tergantung berpandangan dari sudut mana dulu.66

Dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1958 tentang Penggunaan Lambang Negara dan Undang-undang Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Penggunaan Lambang Negara oleh Notaris harus sesuai denan UUJN dan juga Peraturan

64 Tan Thong Kie, Op.Cit., hal. 467

65 Hasil wawancara dengan Pendastaren Tarigan, selaku anggota Majelis Pengawas Daerah di Medan, pada tanggal 28 Juni 2010.

66 Hasil wawancara dengan Cipto Soenaryo, selaku anggota Majelis Pengawas Daerah di Medan, pada tanggal 23 Juni 2010

Perundang-undangan di atas. Penggunaan Lambang Negara harus sesuai dengan apa yang telah ditentukan dalam Peraturan Perundang-undangan tersebut

Seperti halnya, Lambang Negara boleh ditempatkan di dalam gedung-gedung negeri (Pasal 1 ayat 1 jo pasal 3) Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1958 tentang Penggunaan Lambang Negara , menurut penulis hal ini berlaku pula untuk kantor notaris karena menurut peraturan yang berlaku di Indonesia, Notaris adalah termasuk pejabat Negara yang mempunyai wewenang khusus dalam membuat akta-akta otentik (pasal 1360 KUHPER).

Menurut pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1958, bahwa meletakkan lambang Negara pun ada aturannya, harus menempatkan lambang Negara paling tidak sejajar dengan foto presiden dan wakil presiden.

Pasal 7 PP ini menyatakan bahwa cap jabatan, cap dinas dan surat jabatan dengan lambang Negara didalamnya hanya boleh digunakan secara limitatif oleh jabatan-jabatan yang ditentukan dalam ayat 1 pasal 7 tersebut, antara lain notaris.

Dalam pasal 12 menyatakan dengan jelas larangan penggunaan lambang Negara sebagai perhiasan, cap dagang, reklame perdagangan atau propaganda politik dengan cara apapun. Sehingga penggunaan lambang negara dalam kartu nama dapat dianggap sebagai suatu promosi.

Menurut penulis kop surat berlambang Negara sebenarnya boleh, selama menggunakannya untuk menulis surat-surat sehubungan dengan jabatan sebagai notaris karena itu merupakan surat jabatan (pasal 7 ayat 3). Menurut penulis, surat jabatan bukan hanya akta-akta yang dibuat oleh Notaris, namun termasuk pula

surat-surat yang dibuat notaris dalam rangka menjalankan tugas jabatannya, bukan surat-surat pribadinya.

Jadi apabila penggunaan lambang negara tidak pada tempatnya dikatakan suatu pelanggaran, karena adanya peraturan berupa Peraturan Pemerintah mengenai Penggunaan Lambang Negara dan Undang-undang No.24 tahun 2009 tersebut. Mengingat Notaris adalah pejabat negara yang telah dipercayai menggunakan Lambang Negara seharusnya peraturan tersebut harus difungsikan dengan baik.

Tan Thong Kie menyatakan bahwa pemakaian Lambang negara di cap Notaris 1. Untuk menjamin pekerjaan Notaris terhadap masyarakat

2. Pemakaian lambang negara sangat peka dan tidak dipercayakan kepada setiap pejabat.67

Karena itu perlu dipahami ketentuan memakai lambang negara harus tepat sesuai dengan ketentuan Undang-undang dan dijunjung tinggi. Seperti halnya Camat dan Lurah tidak memakainya, padahal mereka merupakan bagian dari pemerintahan. Penyalahgunaan oleh Notaris dapat saja menyebabkan sanksi pidana yang dapat menjerat notaris.

Akta yang tidak dibubuhi teraan cap berlambang negara merupakan kelalaian dari Notaris, dimana batasan akta notaris batal demi hukum dapat dilihat dari suatu perjanjian batal demi hukum jika tidak mempunyai objek tertentu yang dapat ditentukan, mempunyai sebab yang dilarang oleh Undang-undang atau berlawanan dengan kesusilaan atau ketertiban umum.

67

Ketentuan-ketentuan jika dilanggar akta notaris mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan disebutkan dengan tegas dalam pasal-pasal tertentu dalam UUJN yang bersangkutan sebagaimana tersebut di atas, maka dapat ditafsirkan bahwa ketentuan-ketentuan yang tidak disebutkan dengan tegas akta notaris mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan, Habib Adje menyatakan yang termasuk ke dalam akta notaris yang batal demi hukum adalah :68

a. Melanggar kewajiban sebagai mana tersebut dalam pasal 16 ayat (1) huruf l, yaitu tidak membuat daftar akta wasiat dan mengirimkan ke Daftar Pusat wasiat dalam waktu 5(lima) hari pada minggu pertama setiap bulan (termasuk memberitahukan bilamana nihil)

b. Melanggar kewajiban sebagaimana tersebut dalam pasal 16 ayat (1) huruf k, yaitu tidak mempunyai cap/stempel yang memuat lambang negara Republik Indonesia dan pada ruang yang melingkarinya dituliskan nama, jabatan, dan tempat kedudukannya.

c. Melanggar ketentuan pasal 44, pada akhir akta tidak disebutkan atau dinyatakan dengan tegas mengenai penyebutan akta telah dibacakan untuk akta yang tidak dibuat dalam bahasa Indonesia atau bahasa lainnya yang digunakan dalam akta, memakai penterjemah resmi, penjelasan, penandatanganan akta di hadapan penghadap, notaris dan penterjemah resmi.

d. Melanggar ketentuan pasal 48, yaitu tidak memberikan paraf atau tidak memberikan tanda pengesahan lain oleh penghadap, saksi dan notaris, atau pengubahan atau penambahan berupa tulisan tindih, penyisipan, pencoretan atau penghapusan dan menggantinya dengan yang lain dengan cara penambahan, penggantian, pencoretan.

e. Melanggar ketentuan pasal 49, yaitu tidak menyebutkan atas perubahan akta yang dibuat tidak di sisi kiri akta, tapi untuk perubahan yang dibuat pada akhir akta sebelum penutup akta, dengan menunjuk bagian yang diubah atau dengan menyisipkan lembar tambahan. Perubahan yang dilakukan tanpa menunjuk bagian yang diubah mengakibatkan perubahan tersebut batal.

f. Melanggar ketentuan pasal 50, yaitu tidak melakukan pencoretan, pemarafan, dan atas perubahan berupa pencoretan kata, huruf, atau angka, hal tersebut dilakukan sedemikian rupa sehingga tetap dapat dibaca sesuai dengan yang tercantum semula, dan jumlah kata, huruf, atau angka yang

68

dicoret dinyatakan pada sisi akta, juga tidak menyatakan pada akhir akta mengenai jumlah perubahan, pencoretan dan penambahan.

g. Melanggar ketentuan pasal 51, yaitu tidak membetulkan kesalahan tulis dan/atau kesalahan ketik yang terdapat pada minuta akta yang telah ditandatangani , juga tidak membuat berita acara tentang pembetulan tersebut dan tidak menyampaikan berita acara pembetulan tersebut kepada pihak yang disebut dalam akta.

Sehubungan dengan hal yang telah dijelaskan diatas Cipto Soenaryo berpendapat lain karena kekuatan pembuktian akta berada di minuta akta maka akta yang tidak biberi stempel berlambang negara tidak mengurangi kekuatan pembuktiannya tersebut.69

Lain halnya dengan pendapat Pendastaren Tarigan bahwa apabila akta tersebut tidak dibubuhi teraan cap atau stempel berlambang negara maka kekuatan pembuktiannya manjadi akta di bawah tangan.70

Setelah penulis mengkaji, Penulis berpendapat bahwa jika Notaris melakukan kelalaian yaitu tidak memberi stempel berlambang negara pada akta yang dibuatnya, maka kekuatan dari akta tersebut menjadi akta di bawah tangan. Karena mempunyai stempel berlambang negara tersebut merupakan salah satu dari kewajiban notaris yang harus dipenuhi sebelum melakukan tugas jabatannya.

Pelanggaran terhadap peraturan penggunaan lambang negara ini dikenakan sanksi selama-lamanya 3 bulan atau denda Rp 500,-, Pasal 15 PP Nomor 43 Tahun

69 Hasil wawancara dengan Cipto Soenaryo, selaku anggota Majelis Pengawas Daerah di Medan, pada tanggal 23 Juni 2010

70 Hasil wawancara dengan Pendastaren Tarigan, selaku anggota Majelis Pengawas Daerah di Medan, pada tanggal 28 Juni 2010.

1958. Menurut hemat Penulis lambang Negara digunakan sebagai cap jabatan pada salinan akta, legalisasi, warmerking, dan lain sebagainya sesuai dengan pasal 56 dalam UUJN karena sudah pasti hal tersebut merupakan cap jabatan dan cap dinas Notaris, sedangkan untuk kop surat dan kartu nama penulis tidak perlu menggunakan lambang Negara, untuk menghindari pelanggaran pasal 15.

Sedangkan sanksi dalam Undang-undang Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan dalam pasal 69: 71

”Dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp.100.000.000,-(seratus juta rupiah), setiap orang yang :

a. Dengan sengaja menggunakan lambang negara yang rusak dan tidak sesuai dengan bentuk, warna, dan perbandingan ukuran;

b. Membuat lambang untuk perseorangan, partai politik, perkumpulan, organisasi dan/atau perusahaan yang sama atau menyerupai lambang negara; atau

c. Dengan sengaja menggunakan lambang negara untuk keperluan selain yang diatur dalam Undang-undang ini.”

71 Undang-undang Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan pasal 69

BAB IV

AKIBAT HUKUM TERHADAP NOTARIS YANG MELAKUKAN