• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Peranan Notaris sebagai pejabat umum yang berwenang atas penggunaan lambang Negara dalam produk yang diterbitkannya berdasarkan Peraturan perundang-undangan yang berlaku Penggunaan Lambang Negara oleh Notaris tersebut dilakukan secara terbatas, yaitu pada stempel atau Cap Jabatan ke dalam Akta dan etiket dan pada surat-surat Jabatan Notaris. Penggunaan Lambang Negara oleh Notaris terbatas sesuai dengan kewenangan Notaris, yaitu:

a. Pada salinan Akta

b. Pada pengesahan tandatangan Surat di bawah tangan c. Pada Pembukuan surat-surat di bawah tangan

d. Pada copi dari Surat-surat asli di bawah tangan

e. Pada Pengesahan Pencocokan fotokopi dengan surat aslinya

f. Pada minuta Akta, akta originali, salinan akta, Kutipan akta grosse akta, surat di bawah tangan, dan surat-surat resmi yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas Jabatan Notaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 UUJN, dimana bentuk dan ukuran Cap/stempel Notaris terdapat dalam Pasal 5 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.02.HT.03.10.Tahun 2007.

2. Penyimpangan penggunaan Lambang Negara yang ditemui dalam praktek Notaris yaitu:

a. Dalam kartu nama

b. Dalam kovernot (Covernote)

c. Dalam Kwitansi/tanda penerimaan uang

d. Dalam Jilid atau map yang menuliskan kedudukan yang bersangkutan sebagai notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), padahal harus dipahami PPAT tidak menggunakan lambang negara.

e. Dalam formulir pembayaran pajak BPHTB, diberi Cap berlambang Garuda. f. Dalam surat-surat yang tidak ada hubungannya dengan jabatannya sebagai

notaris

3. Diluar dari sanksi perdata dan sanksi administratif yang ada dalam UUJN, sanksi yang dapat diberikan kepada Notaris apabila melakukan penyimpangan dalam penggunaan lambang negara tersebut yaitu; sanksi yang telah disebutkan dalam pasal 15 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1958 tentang Penggunaan Lambang Negara yaitu barang siapa melanggar ketentuan-ketentuan tersebut dalam Pasal 12 dan Pasal 15 dihukum dengan hukuman kurungan selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya limaratus rupiah, dan Pasal 69 Undang-undang Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.

Sedangkan sanksi dalam Undang-undang Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan dalam pasal 69:

Dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp.100.000.000,-(seratus juta rupiah), setiap orang yang :

a. dengan sengaja menggunakan lambang negara yang rusak dan tidak sesuai dengan bentuk, warna, dan perbandingan ukuran;

b. membuat lambang untuk perseorangan, partai politik, perkumpulan, organisasi dan/atau perusahaan yang sama atau menyerupai lambang negara; atau

c. dengan sengaja menggunakan lambang negara untuk keperluan selain yang diatur dalam Undang-undang ini.

B. Saran

1. Kepada Notaris sebagai pejabat yang dipercayakan dalam menggunakan lambang negara agar dalam penggunaan lambang negara tersebut harus tepat sesuai dengan ketentuan-ketentuan seperti Undang-undang Jabatan Notaris, dan juga dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1958 tentang Penggunaan Lambang Negara dan Undang-undang Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan harus dijunjung tinggi.

2. Kepada para Majelis Pengawas seharusnya dapat menerapkan sanksi terhadap notaris yang menyalahgunakan lambang negara sebagaimana yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sehingga ke depannya notaris jera dan dapat melaksanakan tugasnya dengan lebih baik.

3. Kepada Pengurus Organisasi Ikatan Notaris Indonesia (INI) diharapkan memberikan penyuluhan kepada para notaris dalam menggunakan lambang negara sesuai yang telah ditetapkan dalam peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Sehingga ada keseragaman dan keserasian antar Notaris dalam penggunaan Lambang Negara tersebut.

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Adam, Muhammad, Notaris dan Bantuan Hukum, Sinar Baru, Bandung, 2003.

Adjie, Habib, Sanksi Perdata dab Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik, Cetakan Kedua, PT.Refika Aditama, Bandung, 2009

Adjie, Habib, Hukum Notaris Indonesia ( Tafsir Tematik Terhadap Undang-undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris), cetakan pertama, PT.Refika Aditama, Bandung, 2008

Budiono, Herlin, (II)Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007

Friedmann, W, Teori dan Filsafat Hukum, Diterjemahkan oleh Muhammad Arifin dari Buku Aslinya Legal Theory, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993.

Fuady, Munir, Dinamika Teori Hukum, Ghalia Indonesia, Bogor, 2007.

Harahap, M. Yahya, Pembahasan, Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Sinar Grafika, Edisi Kedua, Jakarta, 2006.

Ibrahim, Johnny, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Cetakan ketiga, Bayumedia, Surabaya, 2007.

Kamelo, Tan, Hukum Jaminan Fidusia, Suatu Kebutuhan yang Didambakan, Alumni, Bandung, 2004.

Kie, Tan Thong, Studi Notariat & Serba-serbi Praktek Notaris , cetakan pertama, PT.Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 2007.

Koesoemawati, Ira dan Rijan, Yunirman, Ke Notaris, Raih asa Sukses, Jakarta, 2009. Kohar, A, Notaris dalam Praktek, Alumni, Bandung, 1983.

Lubis, M.Solly, Filsafat Ilmu dan Penelitian, CV.Mandar Maju, Bandung, 2002. Miles and Hubberman, Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber Tentang Metode

Metode Baru, universitas Indonesia Press, 1992

Muhammad, Abdul Kadir, Hukum dan Penelitian, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004.

Nico, Tanggungjawab Notaris Selaku Pejabat Umum, Center documentation and Studies of Business Law (CDBSL), Yogyakarta, 2003.

Notodisoerjo, R. Soegondo, Hukum Notariat di Indonesia, Suatu Penjelasan, Rajawali, Jakarta, 1982.

Nusantara, Abdul Hakim G, Politik Hukum Indonesia, Yayasan LBH Indonesia, Jakarta, 1998.

Rasjidi, Lili, Dasar-dasar filsafat Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996. Samudera, Teguh, Hukum Pembuktian dalam acara Perdata, Edisi Pertama, P.T

Alumni, Bandung, 2004.

Singarimbun, Masri dkk, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta, 1989. Soekanto, Soerjono, Pengantar penelitian Hukum, UI Press, Jakarta 1986. Sujamto, Aspek-aspek Pengawasan di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 1987

Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,

Supriadi, Etika dan Tanggungjawab Profesi Hukum di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2006.

Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo, Jakarta, 1998.

Sutrisno, Diktat Kuliah tentang Komentar atas Undang-undang Jabatan Notaris Buku I, Medan, 2007

Tedjosaputro, Liliana, Etika Profesi dan Profesi Hukum, Aneka Ilmu, Semarang, 2003.

Tobing, GHS.L., Peraturan Jabatan Notaris, cetakan ke-3, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1992.

Tunggal, Hadi Setia, Himpunan Peraturan Pelaksanaan Undang-undang jabatan Notaris dilengkapi Putusan Mahkamah Konstitusi& AD, ART dan Kode Etik Notaris, Harvarindo, Jakarta, 2008.

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Kitab Undang-Undang hukum Perdata

Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

Undang-undang Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan

Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

Peraturan Pmerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-undang nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 1958 tantang Penggunaan Lambang Negara Peraturan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia Nomor

M.02.PR.08.10 Tahun 2004 tentang Tata Cara Pengangkatan anggota, Pemberhentian anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.02.HT.03.10.Tahun 2007.

Staatblad 1860 Nomor 3 tentang Peraturan Jabatan Notaris.

C. SITUS INTERNET

Abdullah cloliq, fungsi Hukum dan Asas-asas Dasar Negara Hukum, http://pa-cilacapkab.go.id/artikel/REFLEKSI-HUKUM.pdf, diakses pada tanggal 23 Mei 2010.

Habib Adjie, Pembatalan Akta Notaris…?..Mungkinkah….?, Habib

Adjie@Yahoo.com, http://www.hukumonline.com.html, diakses pada tanggal 5 Juli 2010