• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PADA

D. Bentuk-bentuk Perjanjian

Bentuk-bentuk perjanjian dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tertulis dan lisan.Perjanjian tertulis adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk tulisan.Sedangkan perjanjian lisan adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam wujud lisan (cukup kesepakatan para pihak).25

24

Ibid. hal. 94.

25 Salim H.S, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, (Jakarta: Sinar

Ada 3 (tiga) bentuk perjanjian tertulis, yaitu sebagai berikut :26

1. Perjanjian dibawah tangan ditandatangani oleh para pihak yang bersangkutan saja. Perjanjian semacam itu hanya mengikat para pihak dalam perjanjian tetapi tidak mempunyai kekuatan mengikat pihak ketiga. Dengan kata lain, jika perjanjian tersebut disangkal oleh pihak ketiga maka para pihak atau salah satu pihak dari perjanjian tersebut, berkewajiban mengajukan bukti-bukti yang diperlukan. Hal tersebut bertujuan untuk membuktikan bahwa keberatan para pihak ketiga dimaksud adalah tidak berdasar dan tidak dapat dibenarkan.

2. Perjanjian dengan saksi notaris untuk menganalisir tanda tangan para pihak. Fungsi kesaksian notaris atas suatu dokumen semata- mata hanya untuk melegalisir kebenaran tanda tangan para pihak. Akan tetapi, kesaksian tersebut tidaklah mempengaaruhi kekuatan hukum dari isi perjanjian. Salah satu pihak mungkin saja menyangkal isi perjanjian. Namun, pihak yang menyangkal tersebut adalah pihak yang harus membuktikan penyangkalannya. 3. Perjanjian yang dibuat di hadapan dan oleh notaris dalam bentuk

akta notariel. Akta notariel adalah akta yang dibuat dihadapan dan dimuka pejabat yang berwenang untuk itu.pejabat yang berwenang untuk itu adalah notaris, camat, Pejabat Pembuat Akta Tanah

(PPAT). Jenis dokumen ini merupakan alat bukti yang sempurna bagi para pihak yang bersangkutan maupun pihak pihak ketiga. Menurut Salim H.S, dalam kontrak Amerika, perjanjian menurut bentuknya dibagi menjadi dua macam yaitu :27

1. Informal contract, yaitu kontrak yang dibuat dalam bentuk yang

lazim atau informal.

2. formal contract, yaitu perjanjian yang memerlukan bentuk atau

cara-cara tertentu.

Formal contract dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

a. contracts underseal, yaitu kontrak dalam bentuk akta

autentik.

b. recognizance, yaitu acknowledgment atau pengakuan di

muka sidang pengadilan.

c. negotiable instrument, yaitu berita acara negosiasi.

Sedangkan menurut Muhammad Syaifuddin dalam bukunya Hukum Kontrak mengemukakan 3 (tiga) bentuk dari kontrak/perjanjian. Adapun ketiga bentuk kontrak/perjanjian tersebut adalah :28

1. Kontrak lisan

Kontrak lisan adalah suatu kontrak yang dibuat oleh para pihak secara lisan, tidak secara tertulis dalam akta dibawah tangan maupun akta otentik.Dalam kontrak lisan terkandung suatu janji

27Ibid. hal. 33. 28

Muhammad Syaifuddin, Hukum Kontrak Memahami Kontrak dalam Perpektif Filsafat,

Teori Dogmatik, dan Praktik Hukum (Seri Pengayaan Hukum Perikatan), (Bandung: Mandar

yang mengungkapkan kehendak yang dinyatakan dan dianggap sebagai elemen konstitutif dari kekuatan mengikat kontrak.Namun demikian, adanya suatu janji bertimbal-balik tidak serta merta membentuk kontrak.Kontrak baru terbentuk jika ada perjumpaan atau persesuaian antara janji-janji yang ditujukan satu pihak terhadap pihak lainnya.

2. Kontrak tertulis dalam akta dibawah tangan

Menurut Pasal 1874 KUHPerdata, akta dibawah tangan adalah surat atau tulisan yang dibuat para pihak tidak melalui perantaraan pejabat yang berwenang (pejabat umum) untuk dijadikan alat bukti. Jadi, akta dibawah tangan semata-mata dibuat antara pihak yang berkepentingan.Semua kontrak yang dibuat dalam akta dibawah tangan bentuknya bebas, terserah bagi para pihak dan tempat mengadakan perjanjian juga dibolehkan dimana saja.

Yang terpenting bagi kontrak tertulis akta dibawah tangan itu terletak pada tanda tangan para pihak.

3. Kontrak tertulis dalam akta otentik

Akta otentik menurut Pasal 1868 KUHPerdata adalah akta dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang yang dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang berkuasa (pejabat umum) untuk itu, ditempat dimana akta dibuatnya. Suatu akta disebut akta otentik jika memnuhi syarat sebagai berikut :

a. Akta yang dibuat oleh atau akta yang dibuat di hadapan pejabat umum, yang ditunjuk oleh undang-undang.

b. Bentuk akta ditentukan oleh undang-undang dan cara membuat akta harus menurut persyaratan materil (substantive) dan persyaratan formil (procedural) yang ditetapkan oleh undang-undang.

c. Ditempat dimana pejabat berwenang membuat akta tersebut.

Selain bentuk-bentuk perjanjian yang telah disebutkan diatas, juga dikenal jenis-jenis perjanjian, yaitu diantaranya :29

1. Perjanjian timbal balik dan perjanjian sepihak

Perjanjian timbal-balik adalah perjanjian yang menimbulkan hak dan kewajiban kepada kedua belah pihak.Perjanjian timbal-balik adalah pekerjaan yang paling umum terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, misalnya perjanjian jual-beli, sewa-menyewa, pemborongan bangunan, dan tukar-menukar.

Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang memberikan kewajiban kepada salah satu pihak dan hak kepada pihak lainnya, misalnya perjanjian hibah, dan hadiah.Pihak yang satu berkewajiban menyerahkan benda yang menjadi objek perikatan, dan pihak lainnya berhak menerima benda yang diberikan itu.

Salah satu kriteria ataupun ciri dalam perjanjian jenis ini adalah kewajiban berprestasi kedua belah pihak atau salah satu pihak.Prestasi biasanya berupa benda berwujud baik bergerak maupun tidak bergerak, atau benda tidak berwujud berupa hak, misalnya hak untuk menghuni sebuah rumah.Pembedaan ini mempunyai arti penting dalam praktek, terutama dalam soal pemutusan perjanjian menurut Pasal 1266 KUHPerdata.Menurut pasal ini salah satu syarat ada pemutusan perjanjian itu apabila perjanjian itu bersifat timbal-balik.

2. Perjanjian percuma dan perjanjian dengan alas hak yang membebani

Perjanjian percuma adalah perjanjian yang hanya memberikan keuntungan pada satu pihak saja, misalnya perjanjian pinjam pakai, perjanjan hibah.Perjanjian dengan alas hak yang membebani adalah perjanjian dalam mana terhadap prestasi dari pihak yang satu terhadap kontra prestasi dari pihak lainnya, sedangkan antara kedua prestasi itu ada hubungannya menurut hukum.

Kontra prestasinya dapat berupa kewajiban pihak lain, tetapi juga bisa pemenuhan suatu syarat protestatif (imbalan). Misalnya A menyanggupi kepada B sejumlah uang, jika B menyerah-lepaskan suatu barang tertentu kepada A.

Pembedaan ini mempunyai arti penting dalam soal warisan berdasarkan undang-undang dan mengenai perbuatan-perbuatan yang merugikan para kreditur (Pasal 1341 KUHPerdata).

Perjanjian bernama adalah perjanjian yang mempunyai nama sendiri, yang dikelompokkan sebagai perjanjian-perjanjian khusus , karena jumlahnya terbatas, misalnya jual-beli, sewa-menyewa, tukar-menukar, dan pertanggungan. Perjanjian tidak bernama adalah perjanjian yang tidak mempunyai nama tertentu dan jumlahnya tidak terbatas.

4. Perjanjian kebendaan dan perjanjian obligatoir

Perjanjian kebendaan adalah perjanjian untuk memindahkan hak milik dalam perjanjian jual-beli.Perjanjian kebendaan ini sebagai pelaksanaan perjanjian obligatoir.Perjanjian obligatoir adalah perjanjian yang menimbulkan perikatan, artinya sejak terjadi perjanjian, timbullah hak dan kewajiban paihak-pihak.Pembeli berhak menuntut penyerahan barang, penjual berhak atas pembayaran harga.

Pentingnya pembedaan ini adalah untuk mengetahui apakah dalam perjanjian itu ada penyerahan (levering) sebagai realisasi perjanjian, dan penyerahan itu sah menurut hukum atau tidak.

5. Perjanjian konsensual dan perjanjian real

Perjanjian konsensual adalah perjanjian yang timbul karena ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak.Perjanjian real adalah perjanjian disamping ada persetujuan kehendak jga sekalian harus ada penyerahan nyata atas barangnya, misalnya jual-beli barang bergerak, perjanjian penitipan, pinjam pakai (Pasal 1694, 1740, dan 1754 KUHPerdata).

Dalam hukum adat, perjanjian real justru yang lebih menonjol sesuai dengan sifat hukum adat bahwa setiap perbuatan hukum

(perjanjian) yang objeknya benda tertentu, seketika terjadi persetujuan kehendak serentak ketika itu juga terjadi peralihan hak.Hal ini disebut “kontan atau tunai”.

Dokumen terkait