• Tidak ada hasil yang ditemukan

Petani hortikultura di Desa Gurusinga memperlihatkan adanya perbedaan-perbedaan pada bentuk praktik tanam campuran mereka. Perbedaan tersebut dapat dibedakan dalam lima bentuk pola tanam. Petani membedakannya secara tegas dalam penamaan tertentu untuk setiap pola tanam, yaitu; campur-campur, tumpang tindih, tua-muda, rotasi (sada-sada) dan bertingkat. Menurut petani, perbedaan penyebutan ini didasarkan pada jenis dan jumlah percampuran tanaman di dalam ladang tersebut. Dengan kata lain, perbedaan penyebutan tersebut berhubungan dengan bentuk klasifikasi petani atas tanaman-tanaman hortikultura yang mereka budidayakan. Uraian berikut akan mendeskripsikan bagaimana bentuk pola tanam itu dilakukan petani Gurusinga.

1. Pola Tanam Campur-campur

Pada pola tanam campur-campur, petani-petani menanam lebih dari satu jenis tanaman muda di ladang. Tanaman tersebut dapat berasal dari tanaman ekspor atau lokal. Jenis tanaman yang dipilih cenderung memiliki usia panen satu kali. Dalam melakukan penanaman, petani membuat perencanaan waktu tanam dan waktu panen yang tidak serentak antara beberapa jenis tanaman yang dipilih. Dengan demikian, petani dapat melakukan perawatan dengan baik untuk semua tanamannya. Tujuan penanaman cenderung untuk dijual ke pasar (tanamen dayaan).

Pada pola tanam ini, petani menata ladangnya dengan membagi satu lahan ladang menjadi beberapa petak. Ukuran setiap petak tergantung pada keinginan si petani. Beberapa jenis tanaman akan ditanam petani dalam setiap petak. Satu petak dapat juga hanya satu jenis tanaman. Sehingga akan terlihat keragaman tanaman dalam tiap petak-petak di satu ladang.

Ladang petani akan terlihat seperti pola kain perca ‘tambal-sulam’. Satu petak akan berwama hijau dan berdaun lebat dengan ukuran tinggi berkisar setengah meter. Petak lain berwarna lebih putih, sangat pendek dan tidak memiliki batang tanaman. Petak lainnya hanya berupa barisan gundukan tanah dengan tanaman yang masih berukuran tinggi sekitar 10 cm.

Sri Alem Sembiring: Pengetahuan & Strategi Petani Hortikultura:Kompetensinya dlm Peningkatan Pendapatan Petani , 2002 USU Repository©2006

2. Pula Tanam Tumpang Tindih

Pada pola tanam ini, petani cenderung memilih satu jenis tanaman pilihan dominan. Tanaman dominan itu memiliki waktu panen lebih dari satu kali. Dominan dalam arti bahwa tanaman itu ditujukan untuk mendapat keuntungan besar pada waktu tanam kali ini (tanaman dayaan). Tanaman dominan ini akan dicampur dengan tanaman muda lain dengan tujuan sampingan, misalnya cabai yang berusia hingga 9 bulan dan dapat dipanen beberapa kali akan dicampur dengan tanaman lain yang usianya 3 atau 4 bulan dengan satu kali panen, misalnya wortel atau kubis. Walaupun akan dijual ke pasar hasil panen dari tanaman campuran, maka tujuannya adalah untuk menambah biaya perawatan tanaman dominan atau untuk keperluan dapur sehari-hari semata.

Secara harafiah, tumpang tindih diartikan petani sebagai kondisi penanaman dimana terdapat beberapa jenis tanaman yang saling berhimpitan. Lebih dari sekedar bermacam-macam seperti pada pola campur-campur. Satu tanaman berusia lebih panjang dari yang lain, usia dan jenis tanaman lebih beragam dan pergantian tanaman lebih dinamis; cabut satu jenis -tanam jenis lain -sisip -tanaman lain di celah -tanaman yang ada, dan seterusnya tanpa mengistirahatkan tanah dalam waktu lama.

3. Pola Tanam Tua-Muda

Kata tua-muda yang dimaksud adalah dari segi jenis usia tanaman. Dalam pola tanam ini, beberapa jenis tanaman muda akan dipadankan dengan tanaman tua. Tanaman muda cenderung ditujukan untuk tanaman dayaan. Sedangkan, tanaman tua sebagai tanaman sampingan karena hasilnya baru dapat diperoleh petani setelah usia tanaman dua atau tiga tahun, seperti jeruk.

Beberapa petani yang mempraktikkan pola tanam ini mengatakan bahwa pola tanam ini cenderung dipilih berkisar 8 atau 9 tahun lalu. Mereka juga menambahkan bahwa jika saat ini mulai terlihat beberapa petani cenderung memilih pola tanam ini dikarenakan harga buah jeruk yang meningkat tinggi sekitar 7 tahun lalu (sekitar 1998).

Sri Alem Sembiring: Pengetahuan & Strategi Petani Hortikultura:Kompetensinya dlm Peningkatan Pendapatan Petani , 2002 USU Repository©2006

Jeruk cenderung ditanam secara berbaris. Jarak antar barisan sekitar 4 atau 5 m, dan setiap batang dalam satu baris juga berjarak 4 atau 5 m. Tanaman muda dicampurkan petani dengan tiga cara. Pertama, tanaman muda ditanam di antara setiap batang jeruk, Ke dua, beberapa petani memilih menanam tanaman muda di antara setiap baris jeruk. Ketiga, petani lain menanam tanaman muda di antara baris dan di antara batang jeruk.

Petani mengatakan bahwa seluruh jenis tanaman muda dapat dipadankan dengan jeruk. Dengan tata ruang seperti di atas, maka ladang petani akan terlihat seperti ladang dengan penanaman tumpang tindih. Seluruh tanaman (tua dan muda) akan terlihat seperti barisan, warna dan tinggi tanaman juga berbeda-beda, karena mereka memilih jenis tanaman muda yang berbeda-beda jenis. Masing-masing tanaman muda tersebut akan berbeda usia, jenis dan waktu panennya.

4. Pola Tanam Rotasi atau Sada-sada

Menurut petani di Gurusinga, kata rotasi yang mereka gunakan bukan merupakan bahasa Karo. Mereka tidak tahu secara pasti sejak kapan kata rotasi mereka gunakan untuk menyebut salah satu bentuk pola tanam mereka. Beberapa petani lain lebih senang menyebut pola tanam rotasi dengan sada-sada. Secara harafiah berarti satu-satu. Petani akan menyebut mereka memilih pola tanam sada-sada apabila mereka menanam satu jenis tanaman muda untuk dalam satu ladang. Pilihan tanaman adalah jenis tanaman ekspor.

Beberapa petani juga mencampur jenis tanaman ekspor ini dengan tanaman muda lain yang ditujukan sebagai tanaman sampingan. Hasilnya tidak terlalu diharapkan. Tanaman ini ditanam di antara tanaman utama dan jumlahnya cenderung sedikit. Beberapa petani lain malah mengatakan bahwa tanaman sampingan ini ditujukan sebagai ‘sasaran’ serangan hama atau ‘tumbal’ untuk melindungi jenis tanaman ekspor tersebut. Jenis tanaman sampingan yang dipilih cenderung adalah arcis, buncis ataupun kacang jogo. Tanaman ekspor dan sampingan akan dipanen secara bersamaan. Petai mengatakan bahwa mereka akan untung besar jika harga bagus (tinggi). Tetapi, mereka akan buntung (rugi besar) apabila harga tanaman ekspor sangat murah.

Beberapa petani lain yang tidak mencampur pola tanam sada-sada dengan tanaman muda lain juga tetap mengatakan bahwa mereka adalah petani tanam campuran.

Sri Alem Sembiring: Pengetahuan & Strategi Petani Hortikultura:Kompetensinya dlm Peningkatan Pendapatan Petani , 2002 USU Repository©2006

Mereka menjelaskan bahwa mereka juga menanam beberapa jenis tanaman secara bersamaan di ladang mereka. Hanya saja, mereka menanam pada ladang yang berbeda lokasinya. Dalam satu ladang dengan pola sada-sada dan ladang lain dengan beberapa jenis tanaman muda lainnya dengan pola tanam lain yang juga akan dijual ke pasar lokal di Berastagi.

5. Pola Tanam Ragi-agi

Kata ragi-agi secara harafiah berarti kakak-beradik. Dengan pola tanam ini, ladang petani akan ditanam denagn satu jenis tanaman muda yang sama, namun dengan usia yang berbeda-beda. Petani akan membagi sawah ladang dalam beberapa petak atau kelompok tanam. Satu kelompok tanaman usianya lebih tua dibandingkan ke1ompok lainnya. Perbedaan usia ini yang disebut petani Gurusinga dengan ragi-agi. Tujuan penanaman ini adalah untuk tanaman dayaan, yaitu untuk keuntungan dalam jumlah besar.

Secara umum, petani akan membagi ladang mereka dalam tiga petak. Petani akan mengatur waktu tanam sedemikian rupa, sehingga setiap petak akan berbeda usia sekitar dua hingga satu bulan. Dengan demikian, petani dapat panen setiap dua minggu atau satu bulan secara rutin.

Jenis tanaman pilihan dengan pola tanaman ini tidak memiliki kekhususan seperti dalam penanaman sada-sada yang khusus jenis tanaman ekspor. Setiap jenis tanaman muda dapat dipilih untuk pola tanam ragi-agi. Petani cenderung memilih jenis tanaman top mereka untuk pola ragi-agi karena mereka lebih ahli merawatnya20. Mereka cenderung selalu berhasil dari segi kuantitas dan kualitas hasil panen untuk jenis tanaman top, mereka cenderung se1alu beruntung apabila memilih tanaman top mereka.

Petani dengan pola tanam ragi-ragi juga mengatakan mereka adalah petani penanam tanaman campuran. Petani - petani ini menjelaskan bahwa mereka juga menanam jenis tanaman muda lain di lahan ladang mereka lainnya dengan pilihan pola tanam yang berbeda, seperti tua-muda atau tumpang-tindih. Menurut beberapa petani, mereka melakukan beberapa pilihan pola tanam karena mempunyai lebih dari satu ladang.

20

Keterangan mengenai tanaman top dapat dilihat pada bagian B.3 Klasifikasi Tanaman Berdasarkan Perawatan tanaman

Sri Alem Sembiring: Pengetahuan & Strategi Petani Hortikultura:Kompetensinya dlm Peningkatan Pendapatan Petani , 2002 USU Repository©2006

Petani dengan pola tanam ragi-ragi juga mengatakan mereka adalah petani penanam tanaman campuran. Petani - petani ini menjelaskan bahwa mereka juga menanam jenis tanaman muda lain di lahan ladang mereka lainnya dengan pilihan pola tanam yang berbeda, seperti tua-muda atau tumpang-tindih. Menurut beberapa petani, mereka melakukan beberapa pilihan pola tanam karena mempunyai lebih dari satu ladang.

Dokumen terkait