• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk-bentuk solidaritas sosial masyarakat Desa Siman dalam merayakan tradisi Haul KH. Abdul Fattah

HASIL PENELITIAN

C. Bentuk-bentuk solidaritas sosial masyarakat Desa Siman dalam merayakan tradisi Haul KH. Abdul Fattah

Pelaksanaan tradisi Haul KH.Abdul Fattah berimbas pada penguatan sistem sosial didalam masyarakat Desa Siman, selain itu Haul KH. Abdul Fattah juga berperan mengikat dan mempersatukan masyarakat dalam ikatan yang jelas berdasarkan nilai-nilai kepercayaan, agama, ideologi, emosional, yang sama antara satu dan lainnya.

Pada dasarnya pelaksanaan Haul KH.Abdul Fattah merupakan agenda pesantren namun mengingat jasa, pengabdian, dakwah, dan keluhurunan budi almarhum KH.Abdul Fattah membangkitkan memori warga untuk mengenang dan membalas segala kebaikannya dengan ikut berperan aktif dalam pelaksanaan acara haul tersebut. Melihat kenyataan ini hal yang menjadi dasar nilai terpenting dalam pelaksanaan Haul KH. Abdul Fattah ini adalah terbentuknya solidaritas sosial di antara warga Desa Siman adalah adanya totalitas bersama masyarakat Desa Siman dalam pelaksanaan Haul KH. Abdul Fattah. Dalam pelaksanaan

51

tradisi haul masyarakat Desa Siman berkontribusi aktif baik itu dari segi waktu, tenaga maupun materi.

Dari sisi waktu dan tenaga misalnya masyarakat Desa Siman ikut membantu dalam mendirikan tenda-tenda untuk acara, membersih makam desa sekaligus makam KH. Abdul Fattah, membersihkan Masjid dan juga turut serta terlibat dalam penataan lokasi acara puncak haul yang berada di pesantren. Dari sisi materi misalnya, meskipun dalam hal pembiayaan sudah ditanggung oleh pihak keluarga dan pesantren namun sebagian warga masih memberikan sumbangannya kepada pihak penyelenggara. Ada pun masyarakat yang tidak memberikan kontribusinya dalam bentuk materi pun mereka tetap berusaha memberikan dukungan dalam bentuk lain misalnya menyumbang bahan-bahan makanan dan hewan ternak. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh bapak Nurdi, selaku ketua panitia Haul KH. Abdul Fattah yang ke-21, sebagaimana berikut:

“kontribusi masyarakat desa ketika Haul mbah Fattah sangat besar sekali,

mereka ikut terlibat dalam kepanitiaan, bergotong royong dalam mendirikan tenda-tenda untuk acara, ikut membantu menata-nata di pondok (lokasi acara), ikut membantu menyebar undangan, bahkan ada juga masyarakat yang menyumbang berbentuk uang atau barang

misalnya sapi atau kambing” (Wawancara pribadi pada tanggal 15

Agustus 2013).

Dari hal ini bisa dilihat bahwa sesungguhnya masyarakat Desa Siman mempunyai sebuah wujud nyata sebuah wujud kongkrit bahwa sosok almarhum mempunyai posisi penting dalam benak masyarakat Desa Siman, meskipun dari pihak penyelenggara dalam hal ini keluarga almarhum tidak mewajibkan untuk melakukan hal-hal tersebut namun bagi masyarakat Desa Siman sosok almarhum yang begitu banyak telah berjasa dalam masyarakat membuat masyarakat rela

52

mengorbankan apa yang ada dalam dirinya untuk berperan dalam acara haul tersebut yang sesuai dengan kemampuan dan kapasitas masing-masing. Seperti yang diutarakan oleh bapak Sodikun selaku warga Desa Siman beliau mengatakan:

“setiap acara Haul Mbah Fattah ini saya biasanya mbantu-mbantu

membuat tenda, membersihkan masjid, ikut mbantu menata kursi-kursi untuk acara, ya semampu saya lah yang penting saya bisa ikut nyumbang

(berkontribusi) untuk mbahFattah” (Wawancara pribadi pada tanggal 19 Agustus 2013).

Hal yang sama juga di utarakan oleh ibu Siti Mufarohah selaku warga Desa Siman, beliau mengatakan:

“kalau ada acara Haul mbah Fattah ini saya biasanya membantu masak di dapur mbah nyai (baca: rumah keluarga almarhum) sama ibu-ibu yang lain untuk kebutuhan makanan selama acara haul. biasanya ya masak Soto, Rawon, Gulai Kambing. ya saya senang saya ikhlas melakukan ini

(memasak).” (Wawancara pribadi pada tanggal 20 Agustus 2013).

Berbagai bentuk solidaritas ditunjukkan masyarakat Desa Siman dalam acara Haul KH. Abdul Fattah, meraka saling bahu-membahu saling bergotong royong dalam rangka ikut mensukseskan acara haul tersebut.

Pelaksanaan acara haul yang dihadiri ratusan bahkan sampai ribuan orang ini yang dalam rangkaian kegiatannya melibatkan banyak tenaga, mengundang banyak tamu undangan dari berbagai daerah dan kalangan mulai dari masyarakat biasa, tokoh masyarakat, Ulama hingga para pejabat, yang mana hal ini tentu saja membutuhkan banyak biaya untuk menunjang dan menjamu para tamu undangan tersebut. mulai dari biaya penyewaan tenda, sound system, konsumsi, dan lain sebagainya. Meskipun pembiayaan acara haul ini sudah di cover oleh Pesantren dan keluarga almarhum namun tetap saja bagi warga Desa Siman hal ini bukanlah

53

sebuah halangan bagi mereka, biaya bukanlah suatu permasalahan dan hambatan untuk berkontribusi maksimal dalam pelaksanakan acara haul tersebut.

Seperti yang sudah penulis utarakan sebelumnya mengenai rangkaian acara tradis Haul KH.Abdul Fattah diantaranya yaitu adanya pembacaan al-Qur’an secara bil ghoib (hafalan) yang dibaca oleh para pembaca dari pesantren yang diadakan di masjid Desa Siman yang di situ juga terdapat makamnya almarhum KH. Abdul Fattah. Dalam pembacaan al-Qur’an yang selama satu minggu itu para pembaca mandapatkan konsumsi berupa makanan dan minuman, konsumsi ini didapatkan dari swadaya masyarakat warga Desa Siman yang dengan inisiatif sendiri ingin menyumbang atau memberikan makanan dan minuman untuk para pembaca al-Qur’ an itu. Seperti yang diutarakan oleh ibu Asmaiyah selaku warga yang ikut menyumbang makanan dan minuman tersebut:

“saya dan ibu-ibu yang lain biasanya iuran untuk membeli makanan dan

minuman, biasanya ya dibuat nasi bungkus dan beli aqua (air mineral), ya istilahnya untuk membelajari kami untuk ingat dengan orang tua, ndak

seberapa rupiahnya, seratus dua ratus ndak masalah, yang penting membelajari kami untuk ingat orang tua kita, ingat mbah Fattah. Ya sebagai bentuk solidaritas kita itu yang penting, kita rupakan dalam

bentuk itu.” (Wawancara pribadi pada tanggal 20 Agustus 2013)

Apa yang dilakukan oleh ibu Asmaiyah dan para ibu-ibu yang lain itu tak lain adalah sebagai wujud sebuah pengorbanan tanpa pamrih tanpa memandang seberapa besar nilai materi yang dikeluarkan untuk sebuah pengorbanan, mereka melakukan itu semata-mata untuk sebuah pelajaran hidup, sebuah pelajaran bahwa mengingat jasa orang tua atau dalam hal ini sosok almarhum KH. Abdul Fattah yang sudah dianggap sebagai orang tua yang sudah seharusnya menjadi teladan dan dihormati. Bagi mereka dengan melakukan iuran yang kemudian dijadikan sebuah sumbangan berbentuk makanan dan minuman yang diberikan kepada para

54

pembaca alqur’an dalam rangka haul KH. Abdul Fattah tersebut adalah sebuah perwujudan sebuah bentuk solidaritas yang didasarkan dari rasa cinta dan rasa hormat terhadap almarhum KH. Abdul Fattah.

Sudah nampak jelas bahwa tradisi Haul KH. Abdul Fattah mempunyai pengaruh yang sangat positif bagi masyarakat Desa Siman.Entah itu pengaruh secara emosional, secara keagamaan maupun dari sisi kemasyarakatan, baik itu secara individu maupun kelompok.Mereka rela mengesampingkan ego maupun kepentingan pribadi demi terwujudnya sebuah solidaritas dalam masyarakat.mereka dengan loyal dan totalitas tinggi dengan semangat rasa saling membantu, saling berbagi, saling peduli, dan bekerja sama yang di ikat oleh ikatan emosional yang kuat melalui tradisi Haul KH. Abdul Fattah.

Emile Durkheim menyebutkan salah satu bentuk solidaritas sosial adalah solidaritas mekanik, bahwa solidaritas yang didasarkan pada suatu “kesadaran kolektif” bersama yang menunjuk pada totalitas kepercayaan-kepercayaan dan sentimen-sentimen bersama yang rata-rata ada pada warga masyarakat yang sama. solidaritas jenis ini bergantung pada individu-individu yang mempunyai sifat yang sama, yang menganut kepercayaan dan pola normatif yang sama pula. Ciri khas dari solidaritas ini didasarkan pada suatu tingkat homogenitas yang tinggi dalam kepercayaan, sentimen, dan sebagainya (Johnson, 1986:183).

Dengan demikian Solidaritas yang terjadi pada masyarakat Desa Siman tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Durkheim tentang solidaritas mekanik, bahwa masyarakat disatukan oleh suatu kesadaran bersama tentang suatu

55

kepercayaan, perasaan-perasaan, dan sebagainya tentang satu yang diyakini yang yang menjadikan hal itu menjadi sarana terbentuknya sebuah solidaritas sosial.

Dalam masyarakat Desa Siman pelestarian suatu budaya atau kebiasaan yang ada dalam masyarakat adalah suatu keharusan. Selama kebiasaan-kebiasaan itu masih mempunyai nilai yang positif dan dapat diterima di masyarakat. Masyarakat Desa Siman mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang bersifat kontinyu dan masih terpelihara dengan baik sampai sekarang.

Salah satu kebiasaan atau tradisi dalam masyarakat Desa Siman menyebutnya dengan istilah Rewang atau Pelandang. Istilah ini merujuk pada situasi dimana para individu tersebut saling membantu satu sama lain dalam hal tenaga dan waktu tanpa adanya keharusan untuk memberi upah. Situasi ini biasanya terjadi jika ada salah satu masyarakat Desa Siman sedang mempunyai hajatatau acara. Apabila ada salah satu masyarakat Desa Siman sedang mempunyai acara kawinan, sunatan, atau yang lainnya,para individu tidak sungkan-sungkan atau dengan rela memberikan tenaganya untuk membantu yang mempunyai acara tersebut. Misalnya, ikut membantu memasak, membantu menyiapkan segala macam keperluan untuk acara tersebut, atau juga ikut membantu menyuguhkan makanan dan minuman bagi para tamu undangan acara tersebut. Ketika para individu melakukan Rewang atau pelandang ini biasanya bisa berlangsung berhari-hari tergantung yang mempunyai acara tersebut akan akan mengadakan acara tersebut berapa lamadan ketika melakukan Rewang atau Pelandang ini tidak hanya ketika waktu hari acara saja tapi juga mulai dari

56

persiapan acara, waktu acara, dan sampai selesai acara. Tradisi ini berlaku bagi siapa saja baik itu laki-laki maupun perempuan.

Selain Rewang atau Pelandang ada lagi tradisi dalam masyarakat Desa Siman yaitu tradisi Buwoh. Dalam tradisi ini masyarakat Desa Siman saling memberi makanan ketika ada salah satu warga yang mempunyai acara. Misalnya pernikahan, sunatan, atau selametan. Tradisi ini hanya dilakukan oleh para perempuan saja. Biasanya mereka saling memberi makanan itu terjadi satu hari sebelum acara. Ketika saling memberi itu adakalanya tidak selalu dalam bentuk makanan matang tapi juga terkadang berbentuk bahan mentahan. Misalnya memberi beras, gula, atau bahan-bahan mentah lainnya. Tradisi ini sudah berlangsung sejak dari dulu, hingga saat ini tradisi masih berlangsung dan terpelihara dengan baik.

Partisipasi warga masyarakat Desa Siman untuk membantu warga lain secara suka rela sangat tinggi, apa yang melatarbelakangi masyarakat melakukan hal itu adalah karena adanya kesamaan-kesamaan. Dalam hal ini mereka melakukannya karena adanya kesamaan hidup bersama yang lama dalam satu wilayah tempat tinggal, kesamaan saling mengenal yang lama diantara mereka, jadi kebersamaan itu tumbuh diantara mereka. Solidaritas sosial masyarakat desa siman terjadi juga tidak hanya karena hubungan antara murid dan guru tetapi sebagi warga mereka juga saling memberikan bantuan sebagai sebuah wujud solidaritas sosial.

57 BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan beberapa keyakinan masyarakat Desa Siman mengenai tradisi peringatan Haul KH. Abdul Fattah. Mereka menilai peringatan Haul KH. Abdul Fattah sebagai salah satu sarana introspeksi dan mengingatkan diri akan kematian, sebagai wujud rasa hormat dan mengenang jasa perjuangan sosok KH. Abdul Fattah, selain dua persepsi diatas masyarakat Desa Siman juga meyakini bahwa ketika mengikuti pelaksanaan haul KH. Abdul Fattah mereka merakasan ketenanganan dan ketentraman jiwa.

Peringatan Haul KH. Abdul Fattah menjadi sarana terciptanya pembentukan solidaritas sosial di masyarakat Desa Siman, hal ini dikarenakan masyarakat meyakini ritual KH.Abdul Fattah bernilai religi sehingga berimbas langsung pada perilaku individu maupun perilaku bersama pada masyarakatnya, selain itu tradisi peringatan Haul KH.Abdul Fattah mampu mengikat masyarakat secara emosional pada masyarakat Desa Siman sehingga membentuk solidaritas sosial.

Berbagai macam bentuk solidaritas sosial terjadi pada peringatan Haul KH. Abdul Fatatah pada masyarakat Desa Siman diantaranya: saling membantu secara langsung pelaksanaan haul baik dalam bentuk materi maupun non materi, sebagai bentuk sumbangsih dan wujud solidaritas dalam mensukseskan tradisi peringatan Haul KH. Abdul Fattah.

58 B. SARAN-SARAN

Adapun beberapa saran yang ingin penulis sampaikan dari hasil penelitian ini adalah:

Pelaksanaan tradisi peringatan haul merupakan salah satu ciri dan corak ritual bearagama (islam) khususnya di Indonesia. Hendaknya pelaksanaan ritual Haul ini menjadi salah satu elemen penting dalam mengikat solidaritas dan mengintegrasikan warga pada masyarakat Indonesia. Hendaknya kedua kelompok mengembangkan faham inklusifitas dalam beragama, sehingga memungkinkan melihat segala sesuatu yang berbeda dari kelompoknya sehingga tidak mudah menghakimi, dan memberikan label atau embel-embel terhadap ritual keyakinan kelompok lain.

1. Bagi masyarakat tradisi peringatan haul dianggap penting dan perlu terus dilestarikan, karena memiliki fungsi sosial dalam mengintegrasikan masyarakat. Tradisi peringatan haul menjadi sarana untuk saling bekerja sama antar warga sehingga dapat menciptakan kerukunan dan solidaritas anatar masyarakat.

2. Bagi dunia akademis penelitian terbentuknya solidaritas pada peringatan Haul KH. Abdul Fattah ini menjadi satu tambahan literataur tentang penelitian corak ritual dan pengaruh yang ditimbulkan dari pelaksanaan ritual tersebut, baik yang bersifat kolektif (bagi masyarakat ) maupun pengaruh yang ditimbulkan bagi individua para pelaku ritual tersebut.

59

3. Sementara bagi para peniliti yang hendak mengkaji objek serupa mengenai ritual suatu keyakinan, penelitian ini dapat menjadi tambahan wacana dan diharapkan dapat menjadi literatur tambahan guna memudahkan pembentukan wacana dalam mengkaji, membahas, meniliti tentang suatu ritual serta memberikan penjelasan secara teoritis (aplikasi teori) pada suatu fenomena sosial di masyarakat

60