• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

B. Terbentuknya solidaritas sosial melalui tradisi Haul KH. Abdul Fattah

Bagi masyarakat Desa Siman tradisi Haul KH.Abdul Fattah merupakan sebuah refleksi sosial-keagamaan.Tradisi ini tidak hanya bernilai agamis semata, tetapi juga mempunyai makna sebagai ikatan sosial masyarakat.Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Emile Dhurkheim tentang solidaritas

45

mekanikbahwasannya hal tersebut didasarkan pada suatu “kesadaran kolektif” bersama yang menunjuk pada totalitas kepercayaan-kepercayaan dan sentimen-sentimen bersama yang rata-rata ada pada warga masyarakat yang sama. Solidaritas jenis ini bergantung pada individu-individu yang mempunyai sifat yang sama, yang menganut kepercayaan dan pola normatif yang sama pula. Ciri khas dari solidaritas ini didasarkan pada suatu tingkat homogenitas yang tinggi dalam kepercayaan, sentimen, dan sebagainya (Johnson, 1986:183)

Persepsi bersama masyarakat Desa Siman tentang satu nilai yang disepakati tentang pelaksanaan tradisi Haul KH.Abdul Fattah yaitu berimbas pada mempereratnya hubungan dan identitas warga masyarakat Desa Siman, hal ini dikarenakan kesadaran bersama tentang nilai religiusitas yang di kandung dalam tradisi Haul tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh bapak Anas Rifa’i selaku warga Desa Siman mengatakan:

“wah senang sekali saya, dengan adanya Haul mbah Fattah ini saya bisa

bertemu dan bersilaturrahmi dengan teman-teman lama saya, apalagi teman-teman saya sekarang sudah banyak yang sudah bekerja di luar

desa.” (Wawancara pribadi pada tanggal 13 Agustus 2013)

Hal senada juga dikatakan oleh salah satu tokoh masyarakat Desa Siman bapak Sofyan as-Sauri M.Ag. tentang nilai-nilai yang terdapat dalam tradisi Haul KH. Abdul Fattah, beliau menuturkan:

“bahwasannya melaksanakan Haul KH. Abdul Fattah memberikan nilai

lebih pada peningkatan keimanan dan ketakwaan masyarakat, hal ini terbukti dengan banyaknya majelis-majelis pengajian yang didirikan oleh masyarakat yang ramai dihadiri para jama’ahnya, itu merupakan sebuah indikasi kecil perubahan yang terjadi di masyarkat, terlebih khusus pada generasi mudanya” (Wawancara pribadi pada tanggal 21 Agustus 2013)

Selain menguatnya nilai-nilai yang dikandung tentang kepercayaan agama, Haul KH.Abdul Fattah juga berdampak pada menguatnya ikatan emosional yang

46

lebih pada masyarakat Desa Siman yang berada di luar desa tersebut untuk berkumpul. Pada dasarnya masyarakat Desa Siman adalah masyarakat yang mempunyai tradisi merantau, atau orang Siman menyebutnya dengan istilah Lungo.IstilahLungo adalah istilah yang biasa digunakan masyarakat Desa Siman untuk menyebut seseorang yang bekerja di luar Desa Siman yang biasanya ditujukan pada orang yang berdagang makanan di luar daerah atau di kota-kota besar. Misalnya, di Jakarta, Bandung, Surabaya, bahkan ada juga yang merantau sampai pulau Dewata, Bali. Hal ini sesuai seperti apa yang di tuturkan oleh bapak Abdul Ghofur selaku warga Desa Siman yang merantau ke jakarta, beliau memaparkan:

“biasanya dua minggu menjelang pelaksanaan Haul mbah Fattah kami

dikabari dari kampung tentang hari dan tanggal pelaksanaan haul tersebut, walaupun tidak ada keharusan untuk datang akan tetapi seolah-olah ada dorongan saya harus pulang dan ikut acara haul tersebut. Ini bukan tanpa alasan mengingat banyak hal yang bisa saya dapat seperti menambah ilmu, ajang pembersihan diri dan hal terpenting bagi saya adalah, momen Haul tersebut ajang silaturahmi, berkumpul khususnya dengan keluarga dan teman-teman saya pada umumnya yang merantau di daerah lain, untuk berbagi pengalaman satu dengan yang lainnya” (Wawancara pribadi pada tangal 19 Agustus 2013).

Dalam prosesnya masyarakat desa Siman ketika akan ada Haul KH. Abdul Fattah ini mereka saling berkomunikasi, saling memberi kabar satu sama yang lainnya, baik itu yang sesama berada di kampung, yang berada di perantauan atau yang di kampung memberi kabar yang ada diperantauan. Mereka sadar acara haul ini adalah sebuah momen penting bagi mereka sebuah momen pengikat persatuan dalam masyarakat, momen di mana mereka saling bersilaturrahmi, menyambung kembali ikatan sosial mereka yang lama terputus karena tuntutan pekerjaan meraka. Selain itu juga Haul KH.Abdul Fattah ini juga sebuah momen di mana

47

mereka me-refresh kembali kesadaran keagamaanya, dan juga sebagai ajang peningkatan keimanan dan ketaqwaanya.

Berbicara mengenai Desa Siman dan masyarakatnya hal ini tidak bisa dipisahkan dari keberadaan pesantren yang ada didesa tersebut yang didirikan oleh KH. Abdul Fattah, karena berdirinya pesantren tersebut tidak lepas dari dukungan masyarakat Desa Siman itu sendiri. Pesantren tersebut adalah lembaga pendidikan agama pertama yang ada di daerah Desa Siman dan sekitarnya, dengan demikian secara otomatismayoritas warga masyarakat Desa Siman dan sekitarnya pernah mengenyam pendidikan di pesantren yang didirikan KH. Abdul Fattah ini, baik itu yangmondok (tinggal di pesantren, asrama) atau sekedar mengaji saja tapi tidak mondok atau dengan kata lain setelah selesai mengaji mereka pulang kerumah masing-masing. Dari kenyataaan ini secara langsung mereka mengalami ikatan kebersamaan yang terjalin dalam satu pesantren, ikatan yang terjalin di bawah didikan KH. Abdul Fattah ketika akan atau saat pelaksanaan Haul KH. Abdul Fattah ikatan itu dirasakan kembali oleh mereka.Mereka merasakan kedekatan emosional yang kuat, kedekatan yang terbentuk melalui kebersamaan mereka ketika sama-sama menimba dan belajar ilmu agama dibawah bimbingan KH. Abdul Fattah, sehingga haul adalah sebuah momen pengikat ke-emosi-an bagi murid dan santri yang pernah belajar disana. Hal ini sesuai seperti apa yang dituturkan oleh ibu Siti Zubaidah selaku warga yang pernah mondok dan belajar di pesantren KH. Abdul Fattah:

“Ya sebagai warga Desa Siman yang mempunyai ikatan batin dengan

pondok khususnya samambah Fattah, yang pernah ngaji dengan mbah Fattah, ya saya merasa mempunyai kewajiban untuk pulang mas, ya

48

untuk ikut mensukseskan acara haul itulah mas” (Wawancara pribadi pada tanggal 14 Agustus 2013).

Tradisi Haul KH. Abdul Fattah juga memberikan pengaruh terhadap ikatan sosial yang terjalin antara warga Desa Siman dengan masyarakat desa sekitarnya.Salah satu dampak dari tradisi Haul KH. Abdul Fattah ini terbentuknya sebuah tradisi keagamaan baru yaitu acara safari tahlil atau ziarah dan berdo’a ke makam-makam yang ada di desa sekitar Desa Siman, hal ini sesuai dengan perilaku ke-nahdliyin-an warga Desa Siman dan warga desa sekitar yang mayoritas berfaham ahlu sunnah wal jama’ah yang khas dengan ke-NU-annya, hal ini bukan tanpa alasan mengingat KH. Abdul Fattah sendiri salah seorang ulama yang berfaham ahlu sunnah wal jama’ah dan sangat kuat tradis ke-NU-annya, yang begitu juga dengan keturunan dan murid-muridnya. Hal ini sesuai seperti yang diutarakan oleh bapak Abdus Salam S. Ag.selaku salah satu tokoh masyarakat Desa Siman. Beliau mengatakan:

“salah satu kegiatan yang terinspirasi dari Haul KH. Abdul Fattah yaitu adanya safari tahlil di makam desa-desa yang ada disekitar desa Siman.Yaitu, desa Kembangan, desa Widang, dan desa Karang.Ini dilakukan supaya warga dan santri-santrinya mbah Fattah itu tetap sambung karena santri-santri atau orang-orang yang ngaji ke mbah Fattah banyak yang dari desa-desa itu.Teman-teman seangkatan saya waktu ngaji dulu juga banyak dari desa-desa itu.”(Wawancara pribadi pada tanggal 15 Agustus 2013.)

Pengaruh dari tradisi Haul KH. Abdul Fattah bagi masyarakat Desa Siman sangat terasa adanya, tradisi haul sebagai sebuah perilaku keagamaan bagi masyarakat Desa Siman juga menginspirasi masyarakat Desa Siman untuk membuat sebuah tradisi keagamaan baru.Tradisi yang disebut dengan safari tahlil ini merupakan sebuah ritual ziarah dan membaca tahlil di makam-makam desa

49

sekitar Desa Siman.Biasanya tradisi ini dilaksanakan beberapa hari menjelang Haul KH. Abdul Fattah, pesertanya adalah warga Desa Siman dan warga desa yang desanya sedang diziarahi, terutama yang mengikuti adalah masyarakat yang pernah ngaji dengan KH. Abdul Fattah. Safari tahlil ini diselenggarakan dengan semangat kebersamaan dan dengan tujuan supaya ikatan solidaritas antara warga Desa Siman dengan warga desa sekitar tetap terpelihara dengan baik.

Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi solidaritas yang terjadi di Desa Siman yang dikarenakan beberapa hal, diantaranya mengenai kesadaan bersama warga desa tentang suatu kepercayaan. Mereka meyakini pelaksanaan tradisi Haul KH.Abdul Fattah merupakan ritual yang mengandung nilai atau makna religius. Dengan kata lain masyarakat menganggap dengan melaksanakan ritual ini memiliki dampak pada keyakinan tentang suatu yang bernilai religi dan ini secara langsung menciptakan suatu keadaan yang mengintegrasikan masyarakat dan menjadi sarana pada terbentuknya solidaritas sosial di masyarakat Desa Siman.

Selain mengenai kepercayaan.Ritual Haul KH.Abdul Fattah juga mengikat secara emosional bersama para warga Desa Siman. Hal ini dikarenakan pengalaman bersama tentang kiprah dan kehidupan KH.Abdul Fattah begitu melekat di benak masyarakat Desa Siman. Hal ini dibuktikan dengan warga yang merantau untuk pulang kampung saat pelaksanaan Haul KH.Abdul Fattah ini dilaksanakan.Walaupun tidak ada paksaan maupun keharusan untuk mengikuti acara Haul KH. Abdul Fattah tersebut. Dengan kata lain ikatan emosional bersama

50

para individu melalui Haul KH. Abdul Fattah secara langsung juga menjadi saran terbentuknya solidaritas sosial di warga masyarakat Desa Siman.

Hal ini sejalan dengan apa yang dikatan oleh Emile Durkheim mengenai solidaritas sosial, bahwa solidaritas sebagai suatu keadaan hubungan antara individu dan atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama, yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama (Johnson, 1986:181).

C. Bentuk-bentuk solidaritas sosial masyarakat Desa Siman dalam merayakan