Kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri dan memiliki arti. Bentuk kata dike-nal juga dengan istilah morfem. Morfem terbagi menjadi dua, yaitu:
• Morfem bebas adalah morfem atau bentuk kata yang bisa berdiri sendiri. Contoh: duduk, main, dan cantik.
• Morfem terikat adalah morfem yang tidak bisa berdiri sendiri. Contoh: me-, -an, ter-, non-, antar-, pasca-, dan pra-.
A. Afiksasi
Afiksasi adalah pengimbuhan. Imbuhan (afiks) adalah morfem terikat. Terdapat enam jenis afiksasi (imbuhan), yaitu:
a. Awalan (Prefiks)
Awalan adalah bentuk terikat yang dilekatkan di depan sebuah kata dasar atau bentuk dasar. Dalam bahasa Indonesia, awalan terdiri atas me-, ber-, ter-, ke-, se-, di-, dan pe-.
Contoh me(N) + potong = memotong ber + nyanyi = bernyanyi pe(N) + hapus = penghapus ter + baik = terbaik
berikut catatan untuk prefiks
me-• Bila dipasangkan dengan kata dasar berfonem awal huruf vokal (a, i, u,
e, o), k, g, dan h akan mengalami
morfofonemis (perubahan fonem) menjadi meng-. Contoh: menghilang, mengajar, menggila.
• Bila dipasangkan dengan kata dasar berfonem awal l, m, n, r, ng, ny, w, dan y awalan me- tidak mengalami perubahan. Contoh: melawan, merasa, memakan, menyanyi. • Bila dipasangkan dengan kata
dasar berfonem awal d, t, c, dan
j akan mengalami morfofonemis
menjadi men-. Contoh: mendobrak, mencontoh, menjadi.
• Bila dipasangkan dengan kata dasar berfonem awal p, b, dan f akan mengalami morfofonemis menjadi
mem-. Contoh: membanting,
memindah, membaca.
• Bila dipasangkan dengan kata dasar berfonem awal s dan sy akan mengalami morfofonemis menjadi meny-. Contoh: menyapu, menyikut, menyatu. • Bila dipasangkan dengan kata dasar
bersuku satu akan mengalami morfofonemis menjadi menge-.
Contoh: mengebom.
Catatan
Masing-masing imbuhan memiliki fungsi dan makna tersendiri, yaitu:
1. Prefiks me-
Berfungsi membentuk kata kerja. Makna gramatikalnya adalah sebagai berikut: • Melakukan perbuatan/tindakan seperti
yang termuat dalam kata dasarnya,
contoh: melompat, menyanyi.
• Membuat atau menghasilkan apa yang dimuat dalam bentuk dasar, contoh: menyambal, menggulai.
• Mengerjakan dengan alat, contoh: mengunci, menggunting, mencangkul. • Menjadi atau dalam keadaan, contoh:
menurun, menguap, membatu. • Menuju ke tempat yang tersebut dalam
kata dasar, contoh: menepi, melaut. • Mencari atau mengumpulkan, contoh:
merotan, mendamar.
2.
Prefiks ber-Berfungsi membentuk kata kerja. Makna gramatikalnya adalah sebagai berikut: • Mempunyai, contoh: berumah,
bersuami.
• Memakai, contoh: berbaju, bersepatu. • Berada dalam keadaan, contoh:
bergembira, berpadu, bersedih. • Menyatakan jumlah yang tersebut pada
bentuk dasar, contoh: berdua, bertiga, berempat.
• Menyatakan perbuatan yang berbalasan atau resiprok, contoh: berkelahi, bersalaman.
• Mengadakan atau mengerjakan, contoh: berkebun, bersawah.
• Menghasilkan atau mengeluarkan,
contoh: bertelur, berbunga.
• Mengendarai, menaiki, atau menum-pang sesuatu, contoh: bersepeda, bermobil.
3.
Prefiks pe-Berfungsi membentuk kata benda. Makna gramatikalnya adalah sebagai berikut:
• Pelaku tindakan seperti yang tersebut dalam kata dasar, contoh: penerjemah, pencukur, pemukul, penendang. • Menyatakan alat untuk mengerjakan
sesuatu, contoh: penggaris, penghapus, pewarna, pelicin.
• Menyatakan “Orang yang pekerjaannya ...”, contoh: pelukis, pesuruh, pengajar, petani, pelaut.
• Menyatakan “Orang yang sifatnya ....”,
contoh: pemalas, periang, pendiam.
• Menyatakan orang yang gemar/sering melakukan sesuatu yang tersebut pada kata dasar, contoh: pendusta, pencuri, pemabok, penipu.
4. Prefiks ter-
Berfungsi membentuk kata kerja, kata sifat (superlatif), kata benda, dan menyatakan keterangan aspek. Makna gramatikalnya adalah sebagai berikut:
• Menyatakan suatu perbuatan yang tidak sengaja atau terjadi secara tiba-tiba (aspek spontanitas), contoh: terinjak, termakan, terjatuh.
• Menyatakan suatu perbuatan telah selesai dilaksanakan (aspek perfektif),
contoh: terciduk, tertulis, tertangkap.
• Menyatakan perbuatan yang sedang atau terus berlangsung (aspek kontinuatif), contoh: terpasang, terapung, tersambung.
• Menyatakan dapat di- (aspek potensialis),
contoh: terjangkau, terangkat.
• Menyatakan tingkat paling (aspek superlatif), contoh: terbaik, terbesar, tercantik, tersukses.
• Menyatakan “Orang/benda yang di-”,
contoh: tersangka, tertuduh, tertimpa. b. Sisipan (Infiks)
Sisipan adalah morfem terikat yang dilekatkan di tengah bentuk dasar. Ada empat infiks yang kita kenal, yaitu –el–, –er–, –em–, dan –in–.
Contoh tunjuk + –el– = telunjuk tapak + –el– = telapak sabut + –er– = serabut suling + –er– = seruling kuning + –em– = kemuning kilau + –em– = kemilau kerja + –in– = kinerja
sambung + –in– = sinambung
c. Akhiran (Sufiks)
Akhiran adalah bentuk terikat yang dilekatkan di belakang suatu kata dasar maupun kata jadian. Akhiran dalam bahasa Indonesia, di antaranya –an, –nya, dan i.
Selain sebagai sufiks, akhiran –nya juga bisa menjadi enklitik, yaitu klitika (kata ganti) yang terletak di akhir, menyatakan kata ganti orang ketiga.
Contoh:
Toni bersedih karena perusahaannya disita oleh pengadilan.
d. Konfiks
Konfiks adalah morfem terikat yang terjadi dari gabungan dua macam imbuhan yang bersama-sama membentuk satu arti. 1. Konfiks ke-an
ke- + aman + -an = keamanan 2. Konfiks pe-an dan per-an per- + tahan + -an = pertahanan 3. Konfiks ber-an
ber- + salam + -an = bersalaman
e. Imbuhan Gabung
Gabungan imbuhan adalah pemakaian beberapa imbuhan sekaligus pada suatu kata dasar, yang masing-masing mempertahankan arti dan fungsinya. Imbuhan-imbuhan yang
biasa dipakai bersama-sama adalah: me-kan, memper-kan, diper-kan, ter-kan, ber-kan, dan lain-lain.
Contoh
Melepaskan, dilepaskan, memperbaiki, mempertinggi, memperhatikan. Imbuhan gabung berbeda dengan konfiks. Gabungan imbuhan di sini tetap mempertahankan identitas/arti dan fungsinya masing-masing. Sebaliknya, bentuk-bentuk konfiks tidak dapat ditafsirkan secara tersendiri, tetapi bersama-sama membentuk satu arti dan bersama-sama pula membentuk satu fungsi.
f. Imbuhan Serapan
Imbuhan serapan adalah imbuhan yang diserap dari bahasa lain, baik bahasa daerah maupun bahasa asing. Imbuhan serapan, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Akhiran –man, –wan, –wati 2. Akhiran –i, –iah, –wi 3. Akhiran –isme, –isasi, –is
Contoh:
Wartawan, duniawi, ekonomis, globalisasi.
B. Reduplikasi
Reduplikasi adalah bentuk kata ulang yang secara sederhana merupakan bentuk kata yang diulang.
Prinsip dasar kata ulang adalah kata tersebut berasal dari kata dasar yang diulang. Proses perulangan tidak mengubah jenis (kelas) kata dan bentuk kata dasarnya lazim dipakai.
Contoh:
• Mobil-mobilan, kata dasar mobil bukan mobilan.
• Sayur-mayur, kata dasar sayur bukan mayur.
Kata ulang secara umum terdiri atas kata ulang utuh, kata ulang berimbuhan, kata ulang sebagian, dan kata ulang berubah bunyi.
a. Kata Ulang Utuh
Kata ulang utuh adalah bentuk kata yang diulang secara utuh atau penuh sesuai dengan kata dasarnya.
Contoh:
Siswa-siswa (kata dasar siswa) Anak-anak (kata dasar anak)
b. Kata Ulang Berimbuhan
Kata ulang berimbuhan adalah bentuk kata yang diulang dengan mendapat imbuhan.
Contoh:
Lari-larian (lari), buah-buahan (buah).
c. Kata Ulang Sebagian
Kata ulang sebagian adalah bentuk kata ulang yang terjadi pada sebagian bentuk kata dasarnya saja.
Contoh:
Tali-temali (tali), lelaki (laki-laki), dedaunan (daun).
d. Kata Ulang Berubah Bunyi
Kata ulang berubah bunyi adalah bentuk perulangan kata dengan perubahan konsonan atau vokal pada bentuk dasar kata yang diulang tersebut.
Contoh:
Sayur-mayur (sayur), serta-merta (serta).
e. Kata Semu Bukan Kata Ulang
Bentuk kata yang diulang, tetapi tidak mempunyai kata dasar.
Jadi, kata semu bukan kata ulang.
Contoh:
Teka-teki, laba-laba, kura-kura, mondar-mandir, hiruk-pikuk, paru-paru, lumba-lumba, baling-baling, dan sebagainya.
C. Kata Majemuk
Kata majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang memiliki struktur tetap, tidak dapat disisipi kata lain. Kedua kata tersebut melebur menjadi satu dan mempunyai makna yang baru.
Contoh:
Mahasiswa, meja makan, lemah lembut, rumah sakit, kacamata, besar kepala, dan lain-lain.
D. Jenis Kata
Terdapat perbedaan pandangan antara tradisional dengan struktural mengenai jenis kata yang ada.
Menurut pandangan tradisional, kata terdiri atas sepuluh jenis, yaitu:
1. Kata kerja (verb), 2. Kata benda (nomina), 3. Kata sifat (adjektiva), 4. Kata bilangan (numeralia), 5. Kata depan (preposisi), 6. Kata ganti (pronominal), 7. Kata sambung (konjungsi), 8. Kata seru (interjeksi), 9. Kata sandang (artikel), 10. Kata keterangan (adverb).
Sedangkan, menurut padangan struktural, jenis kata terbagi menjadi lima, yaitu: 1. Kata kerja (verb),
2. Kata benda (nomina), 3. Kata sifat (adjektiva),
4. Kata bilangan (numeralia), dan 5. Kata depan (preposisi).
Pidato
A. Pengertian Pidato
• Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara atau berorasi di depan umum guna menyatakan pendapatnya atau guna memberikan gambaran tentang suatu hal.
• Secara umum, pidato dilakukan untuk me nyampaikan pesan kepada pihak lain, baik secara langsung maupun tidak lang sung. • Pesan yang dinyatakan secara langsung
umumnya dalam bentuk ajakan dan imbauan. Sedangkan, pesan yang tidak langsung umumnya tersirat dalam setiap pernyataan.
B. Tujuan Pidato
1. Memengaruhi orang lain agar mau mengikuti kemauan kita dengan suka rela (persuasif). 2. Memberi suatu pemahaman atau informasi pada orang lain (informatif). 3. Membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur (rekreatif). 4. Meyakinkan pendengar (argumentatif).
C. Metode Pidato
a. Metode MenghafalYaitu, metode pidato dimana naskah pidato dibuat terlebih dahulu, kemudian menghafalkannya kata per kata.
b. Metode Impromtu (Spontan/Serta Merta)
Yaitu, metode pidato dimana orator dalam menyampaikan pidatonya tanpa persiapan dan hanya mengandalkan pengalaman dan wawasan.
Metode ini biasanya dilakukan dalam keadaan darurat atau mendadak sehingga metode ini hanya mengandalkan pengalaman dan wawasan dari orator.
c. Metode Naskah
Yaitu, metode dimana dalam melakukan pidato, orator menggunakan naskah yang telah dibuat sebelumnya. Metode pidato ini umumnya dipakai pada pidatopidato resmi.
d. Metode Ekstemporan
Yaitu, berpidato dengan membawa catatan kecil yang berupa garis besar dari isi pidato.
D. Menulis Teks atau Naskah
Pidato
Sistematika dalam menulis teks atau naskah pidato secara umum sebagai berikut. 1. Menentukan tema pidato. 2. Menyusun kerangka pidato. Contoh kerangka pidato: i. Pembukaan dengan salam pembuka. ii. P e n d a h u l u a n y a n g s e d i k i t menggambarkan isi. iii. Isi atau materi pidato secara sistematis: • Maksud,Bab 10
• Tujuan, • Sasaran, • Rencana, • Langkah, dan lainlain. iv. Penutup (kesimpulan, harapan, pesan, salam penutup). 3. Mengembangkan kerangka menjadi teks 4. Menyunting teks pidato yang ditulis.
E. Jenis-jenis Pidato
a. Pidato Pembukaan Adalah pidato singkat yang dibawakan oleh pemandu acara. b. Pidato Pengarahan Adalah pidato yang berisi pengarahan pada suatu pertemuan. c. Pidato Sambutan Yaitu, pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang terbatas secara bergantian.d. Pidato Peresmian
Adalah pidato yang dilakukan oleh orang yang berpengaruh untuk meresmikan sesuatu.
e. Pidato Laporan
Yaitu, pidato yang isinya melaporkan hasil suatu tugas atau kegiatan.
f. Pidato Pertanggungjawaban
Adalah pidato yang berisi suatu laporan pertanggungjawaban.
F. Langkah-langkah Berpidato
1. Menentukan tujuan dan tema atau topik pidato. Hendaknya disesuaikan dengan kemampuan diri serta memiliki nilai guna bagi pendengar.
2. Menganalisis situasi dan pendengar dengan mengajukan pertanyaan, misalnya siapa pendengarnya, jenis kelamin, usia, pendidikan, dan sebagainya.
3. Mengumpulkan bahan berdasarkan pengalaman, imajinasi, hasil penelitian, buku bacaan, media massa, maupun media elektronik.
4. Memahami dan menghayati materi pidato. 5. Membuat kerangka pidato, kemudian
mengembangkannya menjadi naskah pidato.
6. M e n y a m p a i k a n p i d a t o d e n g a n memerhatikan intonasi, lafal, dan sikap yang tepat.
G. Ciri-ciri Pidato yang Baik
1. Isi pidato harus objektif atau tidak memihak satu kelompok manapun.
2. Isi pidato yang disampaikan dapat di pertanggungjawabkan kebenarannya. 3. Isi pidato dan cara penyampaiannya jelas
dan mudah dimengerti. 4. Berisi halhal baru yang menarik. 5. Menciptakan klimaks atau penutup pidato dengan uraian penting. 6. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 7. Menyampaikan materi dengan intonasi dan lafal yang jelas.