• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Data

1. Bentuk Penyajian Kesenian Sintren

Bador 1,dan Sintren 1 dan pengiring 4), gerak (kepala melenggak-lenggok, kaki berjingkat-jingkat, pinggul bergoyang), iringan (kendang, gambang, demung dan gong) dan tembang (Sulasih-Sulandono,turun-turun Sintren, dan campursari) busana (bebas) dan tata rias (cantik), tempat (di atas panggung) dan waktu pertunjukan (malam hari), properti (1 kurungan ayam), penonton (bervariasi), dan urutan penyajian. (2) fungsi pertunjukan meliputi: Untuk mengungkapkan keindahan, sebagai hiburan, sebagai pemanggil kekuatan supranatural (Gaib), dan sebagai pelestarian budaya. (3) Pandangan masyarakat Islam terhadap kesenian Sintren mengenai kesurupan tidak diperbolehkan dalam agama Islam karena termasuk syirik.

Kata kunci: Kesenian, Sintren, Pandangan Masyarakat, Desa Tegalsari.

x

SARIPATI

Zuliatun Ni’mah. “Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang Terhadap Kesenian Sintren”. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2017.

Panaliten menika nggadhahi ancas inggih punika: (1) Bleger penyajian kesenian Sintren wonten Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang, (2) fungsi saking kesenian Sintren wonten Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang, lan (3) Pandangan masyarakat wonten Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang

Metode ingkang dipunginakaken inggih punika metode deskriptif kualitatif. Sumber data kapendhet saking informan ingkang mangertos babagan kesenian Sintren, data ingkang dipunbetahaken wonten panaliten menika.

Panggenan panaliten wonten Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang. Teknik pengempalan data ingkang dipunginakaken inggih punika observasi non partisipan, wawancara semi terstruktur, lan dokumentasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data ingkang dipunginakaken inggih punika triangulasi metode. Teknik analisis data ingkang dipunginakaken inggih punika Reduksi data (data reduction), Penyajian data lan Simpulan utawi verifikasi.

Asilipun saking panaliten inggih punika, (1) Bleger penyajianipun kesenian Sintren inggih menika: pelaku (Panjak 7, Pengrawit 5, Plandang utawi Cantrik 2, Pawang 1, Bador 1, lan Sintren 1), gerak (mustaka nglenggak-lenggok, samparan njingkat-jingkat, pinggul nggoyang), iringan (kendang, gambang, demung lan gong) lan sekar (Sulasih-Sulandono, turun-turun Sintren, lan campursari), Rasukan (bebas) lan tata rias (manis), papan (panggung) lan wekdal tetingalan (ndalu), properti (1 kurungan ayam), penonton, lan urutanipun penyajian. (2) Gunanipun tetingalan inggih menika: kagem ngandharaken kaendahan, panglipuran, kagem nimbali kekuatan supranatural (gaib) lan kagem nglestarekaken budaya. (3) Pasawanganipun bebrayaning ngurip islam kalih kesenian Sintren menggah kasurupan mboten dipunangsallaken teng agama Islam amargi kalebet syirik.

Tembung wos: Kesenian, Sintren, Pandangan Masyarakat, Desa Tegalsari.

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vii

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data... 33

G. Teknik Analisis Data ... 34

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN... . 37

A. Penyajian Data ... 37

1. Bentuk Penyajian Kesenian Sintren... 38

2. Fungsi Kesenian Sintren ... 45

3. Pandangan Masyarakat Islam Terhadap Kesenian Sintren.. ... 45

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 49

1. Bentuk Penyajian Kesenian Sintren... 49

2. Fungsi Kesenian Sintren ... 96

3. Pandangan Masyarakat Islam Terhadap Kesenian Sintren.. ... 104

xii

BAB V PENUTUP... 119

A. Simpulan ... 119

B. Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 125

LAMPIRAN ... 127

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Peta Provinsi, Peta kabupaten, Peta Desa Tegalsari ... 127

Lampiran 2. Catatan lapangan ... 129

Lampiran 3. Pedoman wawancara ... 133

Lampiran 4. Hasil wawancara ... 134

Lampiran 5. Surat pernyataan informan ... 154

Lampiran 6. Data penduduk ... 176

Lampiran 7. Surat Keterangan Identitas Penari ... 182

Lampiran 8. Data monografi Desa Tegalsari ... 183

Lampiran 9. Glosarium ... 185

Lampiran 10. Kartu Bimbingan ... 187

Lampiran 11. Surat Keputusan Pembimbing Skripsi dan Dosen Penguji Skripsi ... 191

Lampiran 12. Surat Izin Penelitian dari Kampus kepada Kepala Desa Tegalsari ... 193

Lampiran 13. Surat Izin Penelitian dari Kepala Desa Tegalsari ... 194

Lampiran 14. Surat Izin Penelitian dari Kampus kepada Kepala BAKESBANGPOL ... 195

Lampiran 15. Surat Izin Penelitian dari BAKESBANGPOL ... 196

Lampiran 16. Surat Izin dari Kampus kepada Kepala BAPPEDA ... 197

Lampiran 17. Surat Izin Penelitian dari BAPPEDA ... 198

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesenian tradisional di daerah Pantura sangat beragam. Salah satunya adalah kesenian Sintren. Kesenian Sintren ada di sekitar daerah Karesidenan Pekalongan, yang meliputi Kabupaten Batang, Pemalang, Tegal, dan Brebes.

Kabupaten Batang terdapat kesenian Sintren, salah satunya di Desa Tegalsari.

Kesenian Sintren merupakan kesenian tradisional kerakyatan, karena memiliki nilai-nilai budaya yang luhur bagi masyarakat pendukungnya.

Sejarah mengenai lahirnya kesenian Sintren ada kaitannya dengan cerita rakyat (legenda) Joko Bahu atau yang sering disebut Bahurekso. Cerita Sintren mengisahkan percintaan antara Sulasih dan Sulandono. Hal ini dikaitkan dengan adanya kalimat yang berbunyi “Sulasih Sulandono” dalam lagu pembukaan yang sebenarnya adalah doa untuk memanggil roh bidadari.

Raden Sulandono adalah putra Bahurekso, hasil perkawinannya dengan Dewi Rantansari dari Desa Kalisalak, sedangkan Sulasih adalah tokoh perempuan dalam cerita cinta kasih itu juga berasal dari Desa Kalisalak. Kalisalak adalah salah satu nama desa di Kabupaten Batang.

Menurut Bericke dan Roorda (dalam Endraswara 2010:113) menyatakan bahwa Sintren merupakan bentuk permainan Jawa yang luar biasa, karena seorang pemain dapat menjadi terlena, tidak sadar, seperti orang ndadi.

Pertunjukan kesenian Sintren menggunakan alat musik seperti demung,

gambang, kendang, dan gong. Peralatan lain yang digunakan adalah kurungan ayam, payung, baju dan rok, kaos kaki, dan selendang.

Sintren adalah suatu pertunjukan tari tradisional di daerah Batang, Jawa Tengah. Penarinya seorang gadis dengan lenggak-lenggok gemulai yang akan banyak memikat kaum lelaki untuk menyaksikannya. Kesenian Sintren di Desa Tegalsari berbeda dengan kesenian Sintren yang ada di Desa Sambong Kebon, yaitu penari dan waktu pertunjukannya. Kesenian Sintren di Desa Tegalsari penarinya gadis yang benar-benar masih suci (perawan), dan waktu pertunjukannya pada malam hari. Berbeda dengan dengan kesenian Sintren yang ada di Desa Sambong Kebon, penarinya seorang wanita yang sudah mempunyai anak, dan waktu pertunjukannya pada siang hari.

Kesenian Sintren erat kaitannya dengan kepercayaan kepada roh yang dapat dimintai bantuan kekuatan pada si penari. Sebagian masyarakat ada yang tidak mempercayai adanya perilaku kesurupan yang terjadi pada penari Sintren. Masyarakat ada yang beranggapan bahwa perilaku kesurupan yang terjadi pada penari Sintren merupakan hasil rekayasa (atau telah diatur sebelumnya) dan hanya mengundang imajinasi dan menarik perhatian penonton saja. Dalam pandangan Islam terhadap kesurupan ini tidak diperbolehkan karena kesurupan termasuk perbuatan syirik. Seseorang yang kesurupan tingkah lakunya dikuasai makhluk halus dan kemungkinan besar bertindak aneh-aneh. Kesenian Sintren ini berfungsi sebagai hiburan dan pelestarian budaya karena pada saat pertunjukan berlangsung masyarakat sekitar datang untuk melihat pertunjukan kesenian Sintren. Adapun fungsi

3

lainnya, yaitu untuk memeriahkan hari hari besar seperti hari ulang tahun kemerdekaan dan hari jadi.

Kondisi masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Jawa saat ini telah mengalami perubahan dan perkembangan karena pengaruh kemajuan pengetahuan. Pendidikan dan teknologi yang semakin modern, akibatnya banyak kesenian dan budaya yang sudah ada dalam masyarakat Jawa telah ditinggalkan dan masyarakat lebih bangga dengan budaya negara lain. Ada sebagian masyarakat yang tetap menjaga dan melestarikan kesenian yang dimiliki oleh masyarakat Jawa. Salah satunya adalah keberadaan kesenian Sintren Kumar Budoyo yang ada di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang di tengah-tengah masyarakat modern.

Sebagian masyarakat, khususnya pendukung kesenian Sintren Kumar Budoyo ini penting untuk dilestarikan. Berdasarkan keterangan dari latar belakang, penulis tertarik untuk meneliti “Pandangan Masyarakat Islam di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang Terhadap Kesenian Sintren Kumar Budoyo”. Dalam hal ini, peneliti akan meneliti tentang bentuk penyajian, fungsi, dan pandangan masyarakat terhadap Sintren Kumar Budoyo di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Bentuk penyajian kesenian Sintren Kumar Budoyo di Desa Tegalsari, Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang. Terdapat beberapa tahap dalam

pertunjukan kesenian Sintren Kumar Budoyo yang bisa diamati ketika pertunjukan tersebut berlangsung.

2. Fungsi kesenian Sintren Kumar Budoyo di Desa Tegalsari, Kecamatan

Dokumen terkait