• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA PENGIKATAN AGUNAN

B. Bentuk Penyelesaian Sengketa Pengikatan Agunan D

antara kreditur dan debitur kadang kala dapat terjadi persengketaan. Di masa ini, Bank sangat menjaga keamanan dalam pengikatan agunan agar tidak terjadi sengketa yang merugikan para pihak yang bersangkutan, yaitu penilaian agunan

57

dalam perjanjian kredit yang lebih ditingkatkan, sehingga memperkecil sengketa yang timbul dalam pengikatan agunan. Adapun sengketa yang dapat terjadi dan perlu diwaspadai adalah risiko kegagalan pengikatan agunan yang tidak dapat atau belum diikat secara yuridis, disebabkan :

1. Kredit bermasalah

Kredit bermasalah merupakan kredit (pinjaman) yang berpotensi mengalami kesulitan pembayaran dan kredit mengalami kesulitan dalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya terhadap Bank baik dalam bentuk pembayaran kembali pokok, bunga, denda maupun biaya-biaya bank yang menjadi beban debitur yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam perjanjian kredit.

Adapun penyebab lain yang mempengaruhi kredit bermasalah seperti : kegagalan debitur pada bidang usaha atau perusahaannya, munculnya kejadian diluar kekuasaan debitur (forcemejeur), watak buruk debitur yang berencana tidak akan mengembalikan kredit dari semula), lemahnya pengawasan terhadap kredit yang diberikan, masalah keluarga yang mempengaruhi usaha debitur misalnya perceraian, kematian, sakit, dan yang mengakibatkan pemborosan oleh anggota keluarga, dana kredit pada debitur atau sektor usaha yang berisiko tinggi. Risiko yang terjadi pada kredit ini merupakan risiko dimana kegagalan sebuah bank dapat menimbulkan dampak yang menghancurkan perekonomian secara besar-besaran yang bukan hanya berdampak pada pegawai, nasabah dan pemegang saham bahkan juga

berdampak pada risiko pasar, risiko hukum dan risiko yang mengelilingi perbankan. Risiko ini juga timbul dalam kondisi nasabah tidak memenuhi kewajibannya baik karena tidak mampu maupun adanya unsur kesengajaan tidak memenuhi kewajiban berupa pembayaran bunga kredit (pinjaman) beserta pengembalian pokok kredit.

Bentuk penyelesaian sengketa pengikatan agunan dalam kredit yang bermasalah oleh bank dicantumkan dalam akad penyelamatan kredit berupa : pembinaan dan pemberian kelonggaran waktu pembayaran. Apabila usaha pembinaan untuk penyelamatan kredit tidak mungkin lagi dilakukan, ada beberapa bentuk penyelesaian kredit bermasalah yang dapat dilakukan bank, antara lain 58:

a) Likuidasi Agunan

Merupakan pencairan agunan fasilitas kredit debitur dalam rangka menurunkan atau melunasi kewajiban kredit debitur kepada Bank. b) Subrogasi

Merupakan penggantian hak-hak kreditur oleh pihak ketiga karena adanya pembayaran hutang debitur oleh pihak ketiga tersebut kepada kreditur.

c) Cessie Piutang

Merupakan .penyerahan piutang atas nama dan kebendaan dilakukan dengan jalan membuat sebuah akta otentik atau di bawah tangan, dimana hak-hak atas kebendaan itu dilimpahkan kepada orang lain.

58

Ketentuan akaibat hukum atas pelaksanaan Cessie sama dengan akibat hukum atas pelaksanaan subrogasi.

d) Penyelesaian kredit melalui pihak ketiga

Dapat dilakukan dengan cara mediasi melalui Pengadilan Negeri atau Pengadilan Niaga.

e) Non Performing Loan (NPL) Disposal

Merupakan tindakan melakukan penjualan asset kredit bermasalah (individu/portfolio asset kredit bermasalah), dalam upaya penyelesaian kredit bermasalah. Asset kredit bermasalah yang dapat dijual tersebut harus telah memenuhi kriteria tertentu yang telah ditetapkan.

f) Penggunaan jasa pihak ketiga (Outsourcing)

Untuk memperoleh recovery kredit bermasalah baik intrakomtabel maupun ekstrakomtabel dimungkinkan penggunaan jasa pihak ketiga (outsourcing) dalam penanganannya baik dalam bentuk jasa pengelolaan kredit (servicing company) maupun jasa penagihan kredit (collection).

g) Novasi

Merupakan bentuk penggantian debitur oleh pihak ketiga yang selanjutnya menjadi debitur baru (novator) atas persetujuan Bank. Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk adapun bentuk penyelesaian kredit yang biasa digunakan adalah Likuidasin Agunan, yaitu penyelesaian dengan cara meminta kepada debitur untuk melakukan penjualan agunan secara sukarela untuk mengurangi debet pinjaman.

2. Wanprestasi

Wanprestasi atau cidera janji terjadi disebabkan debitur yang tidak memenuhi kewajibannya untuk melunasi hutangnya pada waktu yang telah ditentukan., dapat dilakukan penyelesaiannya dengan beberapa bentuk :59

A) Mengajukan somasi melalui bantuan pengadilan.

Somasi dapat dilakukan dengan pengajuan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri oleh Bank agar Pengadilan Negeri melakukan somasi natau teguran tertulis kepada debitur yang telah wanprestasi.

B) Penyelesaian secara damai.

Upaya kompromi atau damai antara kreditur dan debitur dapat ditempuh dalam penyelesaian sengketa bila debitur wanprestasi. Dimana Bank akan memperingatkan nasabah (debitur) atas kewajibannya agar tidak terjadi sengketa dalam perjanjian kredit dan pengikatan agunan yang telah disepakati. Adapun beberapa hal yang perlu diingat bank dalam melakukan pendekatan untuk menyelesaikan masalah yaitu : 60

1) Bank tidak melakukan penyelesaian masalah dengan cara menambah tunggakan-tunggakan yang disebut sebagai

plafondering kredit.

2) Bank harus mendeteksi masalah yang terjadi yang mengakibatkan terjadinya persengketaan dalam pengikatan

59

Ibid, tanggal 3 Oktober 2009.  60

agunan ataupun kredit (pinjaman) yang bermasalah dan tidak menutup-nutupinya serta segera menyelesaikannya. 3) Tidak boleh dilakukan pengecualian dalam penyelesaian sengketa

yang terjadi, khususnya kredit bermasalah dalam pengikatan agunan kepada pihak-pihak yang terkait dengan bank dan debitur- debitur tertentu.

C) Bila usaha masih berjalan diberikan cara penyelesaian dipercepat.

D) Melakukan cara penjualan agunan secara sukarela.

E) Melakukan lelang secara terbuka atau penyelesaian melalui KPPLN (Kantor Pengurusan Piutang dan Lelang Negara). Menurut Pasal 1 Peraturan Lelang LN 1908 Nomor 189 jo. LN 1940 Nomor 56, Lelang adalah penjualan barang di muka umum atau penjualan barang yang terbuka untuk umum. Kemudian pengertian tersebut diperjelas oleh Pasal 1 angka 1 Kep. Menkeu Nomor 304/KMK 01/2002, sebagaimana telah diubah menjadi Kep. Menkeu Nomor 450/KMK 01/2002, yang berisi :

“ Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum baik secara langsung maupun melalui media elektronis dengan cara penawaran harga secara lisan dan/atau tertulis yang didahului dengan usaha mengumpulkan peminat.”

Pengertian tersebut maksudnya adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum dan biasa juga disebut Penjualan Umum, dimana dapat dilakukan secara langsung ataupun melalui media elektronis dengan penawaran harga secara

lisan atau tertulis, serta bagi siapa saja yang berminat dapat ikut melakukan penawaran asalkan memenuhi syarat yang ditentukan.61

Jenis lelang ini merupakan penjualan umum untuk melaksanakan atau mengeksekusi putusan atau penetapan pengadilan atas dokumen yang dipersamakan dengan putusan pengadilan, seperti hipotek, hak tanggungan, dan jaminan fidusia sesuai yang dimaksud oleh Pasal 200 ayat (1) HIR/ Pasal 215 RBG :

a) Penjualan di muka umum barang milik tergugat (tereksekusi) yang disita Pengadilan Negeri.

b) Penjualan dilakukan Pengadilan Negeri melalui perantaraan Kantor Lelang.

Sehingga khusus lelang barang sitaan berdasarkan putusan pengadilan, disebut “lelang eksekusi” termasuk putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, seperti : hak tanggungan, jaminan fidusia ataupun setiap penjualan umum. Adapun lelang yang noneksekusi adalah penjualan umum di luar pelaksanaan putusan atau penetapan pengadilan yang terdiri dari :

a) Lelang barang milik/dikuasai Negara. b) Lelang sukarela atas barang milik swasta.

Menurut Pasal 200 ayat (1) HIR/Pasal 215 ayat (1) RBG, penjualan barang sitaan dilakukan dengan perantaraan Kantor Lelang, tidak boleh dilakukan sendiri oleh Pengadilan Negeri ataupun kantor instansi lain, dimana Ketua Pengadilan Negeri hanya boleh meminta bantuan kepada Kantor Lelang. Perlu diketahui,

61

 Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan Buku II, MA RI, April 1994 hal. 145. 

uang jaminan penawaran lelang merupakan syarat sahnya dalam pelelangan yang diberikan peserta lelang dengan besar jumlah ditentukan yang melelang barang tersebut.

Tidak semua perjanjian kredit dijamin dengan bentuk grosse akta. Banyak perjanjian kredit tanpa agunan yang bersifat preferen (unsecured credit), namun pada suatu saat memerlukan eksekusi apabila debitur wanprestasi. Peraturan perundang-undangan telah mengalami perkembangan dimana kredit yang berisi jaminan hak preferen (secured credit) tidak hanya hipotek dan gadai yang disebut Pasal 1134 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, tetapi Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 memasukkan jaminan fidusia terlebih untuk barang bergerak. Perlu diketahui, jaminan fidusia merupakan salah satu sarana perlindungan hukum bagi keamanan bank yakni sebagai suatu kepastian bahwa nasabah debitur akan melunasi pinjaman kredit. Perjanjian jaminan fidusia bukan suatu hak jaminan yang lahir karena undang-undang melainkan harus diperjanjikan terlebih dahulu antara bank dengan nasabah debitur. Oleh karena itu, fungsi yuridis pengikatan jaminan fidusia lebih bersifat khusus jika dibandingkan jaminan yang lahir berdasarkan Pasal 1131 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dimana fungsi yuridis pengikatan agunan (benda jaminan) fidusia dalam akta jaminan fidusia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian kredit.62

Sehingga melalui KPPLN (Kantor Pengurusan Piutang dan Lelang Negara) melakukan perundingan dengan penanggungan hutang yang berisi kata sepakat antara KPPLN dengan penanggung hutang tentang jumlah hutangnya

62

yang masih harus dibayar, termasuk bunga uang, denda yang tidak bersifat pidana serta biaya-biaya yang bersangkutan dengan piutang tersebut dan memuat kewajiban penanggung piutang untuk melunasi hutangnya. Dimana pernyataan yang dibuat KPPLN dan penanggung hutang mempunyai kekuatan pelaksanaan seperti putusan hakim dalam perkara perdata yang mempunyai kekuatan hukum pasti, serta pernyataan pengukuhan hutang yang mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna dan kekuatan memaksa.

C. Mekanisme Penyelesaian Sengketa Pengikatan Agunan di Bank Mandiri

Dokumen terkait